Hari hutan sedunia diperingati setiap tanggal 21 Maret, berdasarkan resolusi PBB tanggal 28 November 2012. Maka mulai tanggal 7 Agustus 2020, secara khusus dipilih sebagai Hari Hutan Indonesia dengan acuan karena Presiden RI menandatangani Instruksi Presiden nomor 5 Tahun 2019 tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Primer dan Lahan Gambut. Alhamdulillah, sebuah langkah penting dalam rangka melindungi dan menjaga kelestarian Hutan di Indonesia.
Banyak yang penasaran kan, kenapa harus ada Hari Hutan Indonesia ?
Bismillahirrahmaanirrahiim, Saya yakin kita semua familiar dengan deskripsi hutan hujan tropis di atas. Sejak SD pun sudah dikenalkan dan dipahamkan tentang arti penting hutan bagi kehidupan dan kenapa hutan harus dijaga kelestariannya hingga masa depan dan seterusnya.
Berita-berita bencana alam yang belakangan ini kerap terjadi, tak bisa dipungkiri jika hampir semua bencana alam tersebut terjadi akibat penurunan kawasan hutan hujan tropis yang sangat significant. Sebut saja bagaimana banjir bandang di Sikka, NTT di awal tahun 2020 yang mengguncang. Atau yang belum lama ini terjadi, banjir BAndang di Masamba, Sulawesi Selatan dan Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Meskipun beberapa pihak menyatakan bahwa penyebab banjir (salah satunya) adalah karena curah hujan yang tinggi di hulu yang menyebabkan sungai meluap.
Tapi jika di trace secara ilmiah, penurunan luas tutupan hutan hujan yang menjadi penyebab utamanya. Penebangan liar, kebakaran hutan dan lahan, kegiatan penambangan dan konversi hutan menjadi perkebunan skala besar dan hutan tanaman industri menjadi penyebab utama deforestasi hutan di Indonesia. Kerusakan ini mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna, berkurangnya sumber mata air, banjir bandang, tanah longsor, termasuk anomaly iklim yang terjadi beberapa tahun belakangan ini .
Beberapa penelitian menunjukkan keberadaan hutan dapat mempengaruhi kondisi iklim regional suatu wilayah. Ketika suatu wilayah memiliki rasio tutupan hutan yang rendah, wilayah tersebut memiliki tingkat potensi banjir yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, ketika suatu wilayah memiliki rasio tutupan hutan tinggi, wilayah tersebut memiliki nilai risiko banjir yang rendah.
Dibandingkan dengan periode tahun 2009-2013 trend deforestasi di Indonesia pada periode
2013-2017 mengalami peningkatan dari angka 5 persen menjadi 7 persen
(Sumber: Forest Watch Indonesia)
Banjir bandang dan tanah longsor adalah sebagian (kecil) akibat penebangan hutan yang semakin liar dan tidak terkendali. Yang tak kalah seriusnya adalah terjadinya peningkatan suhu udara rata-rata yang menyebabkan perubahan pola iklim, perubahan panjang musim kering dan basah, musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya atau sebaliknya musim hujan sangat lebat yang datang lebih cepat dari muism hujan sebelumnya. Juga terjadinya peningkatan suhu udara yang ekstrem di suatu wilayah bisa memicu terbentuknya pusat tekanan rendah yang bisa memicu timbulnya angin puting beliung dan badai.
Ancaman yang tak kalah mengerikan adalah musnahnya hutan hujan tropis beserta semua ekosistem flora-fauna di dalamnya yang artinya bencana alam secara global.
Akankah Hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia akan menjadi kenangan manis yang menjadi cerita belaka bagi generasi-generasi di masa depan, seperti peradaban Atlantis yang di anggap mitos ?
Saya yakin, tidak ada yang ingin hal ini terjadi dan kita semua sangat berharap agar hujan hutan Indonesia bisa lestari selamanya, hingga berabad-abad selanjutnya di masa depan dan seterusnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, butuh kerjasama yang sinergis semua dari semua anggota dan kelompok masyarakat. Artinya, tanggung jawab menjaga dan melestarikan hanya bisa dilakukan secara gotong-royong oleh semua elemen dan masyarakat.
Adopsi Pohon, Aksi Nyata Hutan Indonesia Tetap Juara dan Lestari Sepanjang Masa
Bagi generasi urban, anak-anak milenial dan siapa saja saja yang bertempat tinggal jauh dari kawasan hutan, mungkin akan blank idea kalau ditanya apa sih yang bisa dilakukan untuk berkontribusi terhadap pelestarian hujan? Aksi nyata apa yang bisa dilakukan dari jarak ribuan kilometer dari kawasan hutan ?
Pertanyaan jamak, bahkan saya sendiri termasuk yang pernah bertanya-tanya “ gimana ya caranya kalau ingin mengambil peran (secara langsung) dalam upaya menjaga pelestarian hutan? “.
Hutan itu Indonesia memperkenalkan konsep adopsi pohon kepada masyarakat. Yesss, adopsi pohon (hutan) menjadi salah satu cara strategis yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan dari mana saja, meskipun tinggal jauh dari area hutan alam. Dengan adopsi pohon ini, kita cukup mendonasikan sejumlah dana ke organisasi atau lembaga yang bergerak secara khusus untuk menjaga kelestarian hutan.
Image: hutanitu.id
Saat kita ikut program adopsi pohon, selanjutnya akan disebut sebagai “pengasuh” pohon di hutan adat. Dana yang terkumpul akan diserahkan kelompok hutan adat untuk digunakan sebagai biaya operasional pengelolaan hutan, mendukung kegiatan patroli hutan dan sebagai modal pemberdayaan untuk meningkatkan mata sumber perekonomian masyarakat sekitar hutan. Besaran donasi ini cukup terjangkau, kita bisa ikut berkontribusi dengan besaran dana mulai 30K lho?
FYI ya, jika tertarik mengadopsi (pohon) hutan ini bisa langsung kunjungi beberapa website ini untuk memperoleh detail informasinya:1. https://www.alamsehatlestari.org/2. http://donatefornature.com/id/program/mybabytree3. http://www.pohonasuh.org/
“ Meskipun hutan memang tak hanya pohon, tapi pohon adalah yang utama dan terbesar dalam ekosistem hutan.”
Gagasan Adopsi pohon, menjadi salah satu program untuk memeliharaan pohon melalui donasi yang kita berikan kepada lembaga dan masyarakat lokal (sekitar hutan) untuk memelihara pohon.
Selain adopsi hutan, ada beberapa cara lain yang bisa kita lakukan untuk membantu pelestarian hutan di Indonesia. Setiap orang pasti bisa ikut serta melestarikan hutan, sesuai posisi dan kemampuan kita masing-masing. Tidak perlu menunggu punya uang dan kekuasaan untuk ikut berperan dalam perubahan konversi hutan Indonesia. Apapun yang kita lakukan untuk menjaga dan melestarikan hutan, memiliki nilai yang sangat penting.
Anak milenial maupun orang tua milenial, anggota masyarakat urban atau metropolis, pekerja kantor, karyawan tetap, begitu juga freelancer, siapapun kita, apapun profesi kita, dimanapun kita tinggal, dengan kolabarasi kita bersama BISA menjaga Hutan Indonesia tetap Juara sepanjang Masa.
Berikut ini beberapa aktifitas yang sangat bisa kita lakukan sebagai dukungan nyata dan ikut bergotong-royong dalam menjaga dan melestarikan hutan.
Jalan-jalan ke Hutan
Wisata ke tempat yang Instagrammable itu sudah biasa. Tapi jalan-jalan ke hutan, menikmmati udara fresh yang berpadu dengan aroma tetumbuhan, diiringi desau dedaunan dengan back sound suara satwa hutan serta gemericik air, itu lebih indah daripada music klasik manapun. Setiap ruas jalan setapak di dalam hutan menghadirkan keajaiban tersendiri – ketenangan hakiki dalam hati – seperti ketenangan pikiran saat yoga namun tanpa melakukan ritual yoga.
Dengan jalan-jalan ke hutan ini, menikmati semua suguhan keindahan alam yang luarbiasa, deep inside dari setiap diri kita akan bermekaran self belonging terhadap keberadaan hutan dan tak rela jika hutan mengalami pengrusakan. Jalan-jalan ke hutan akan meningkatkan bounding emosional kita dengan hutan dan akan membuat kita secara suka rela ikut terlibat dalam menjaga kelestarian hutan, sebisa dan sebaik mungkin, InsyaAllah.
Cerita dari Hutan
Kegiatan jalan-jalan ke hutan akan memberi kita kenangan indah yang mengesankan. Biasanya pengalaman yang mengesankan akan sangat saying dong jika tidak dibagi-bagi atau diceritakan ke teman, tetangga atau relasi. Hutan Indonesia menyimpan banyak cerita luar biasa, baik dari hutan itu sendiri, air yang mengalir di dalamnya, ragam flora dan fauna, juga masyarakat sekitar dan budaya serta tradisi yang lahir dari hutan.
Dengan berbagi cerita dari hutan, akan membangkitkan ketertarikan banyak orang untuk perduli dan mencintai hutan. Dan bukan tidak mungkin, akan semakin banyak orang yang ikut menyebarkan cerita dari hutan ke lingkaran social merekamasing-masing, hingga muncullah gelombang fanatisme cinta hutan yang mewabah ke setiap detak jantung manusia di muka bumi ini.
Membeli produk hutan non kayu
Jalan-jalan ke hutan, yang dilanjutkan dengan berbagi cerita dari hutan, akan menghasilkan sebuah daya tarik yang unik: rasa sayang yang tulus untuk menjaga hutan agar tetap terlindungi. Demi lestarinya hutan, salah satu yang harus dijaga adalah pepohonan di hutan. Sangat penting setiap orang untuk mengerti, memahami dan membuktikan keperdulian terhadap hutan dengan cara menggunakan produk hasil hutan yang bukan Kayu. Dengan mengoptimalkan penggunaan produk-produk hutan non-kayu, seperti rempah-rempah, madu, tepung porang, rotan, kopi hutan, mentega tengkawang, bunga telang dan aneka produk lainnya yang banyak bersumber dari hutan. Dengan membeli dan menggunakan produk non kayu, secara tidak langsung kita sudah berperan menjaga kelestarian hutan karena membantu kelancaran mata pencaharian masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan dengan bijak hasil hutan non kayu tersebut.
Kampanye Jaga Hutan
Adopsi Pohon, Jalan-jalan ke hutan, kemudian beranjut dengan cerita dari hutan hingga munculnya kesadaran untuk menjaga hutan, salah satunya dengan menggunakan produk hasil hutan bukan kayu. Semua kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye jaga hutan yang bisa kita lakukan secara langsung.
Di era yang serba digital dan media social yang memiliki kekuatan viral luar biasa, dengan sentuhan kreatifitas yang khas diri kita masing-masing, maka serangkaian kegiatan jaga dan lindungi hutan bisa menarik perhatian public secara lebih luas dan lintas batas ( usia, gender, ras, status social) manakala kita menaikkannya ke channel akun social media. Bukankah salah satu keunikan era digital adalah sesuatu yang viral akan lebih mudah menarik perhatian seluruh lapisan masyarakat. Jadi, kenapa kita yang mengaku generasi milenial dan kaum melek dunia digital, tidak menggunakannya media social untuk memviralkan kampanye jaga hutan ini ?
Apapun jenis Paltform social yang difavoritkan, mau sebagai selebram, youtuber, tik-tok’ers, Liker, podcaster, blogger, semua bisa digunakan untuk mengaungkan aksi nyata jaga dan lindungi hutan ini secara serentak, berkolabarsi, serta bersinergis.
Bahkan jika belum bisa ikut adopsi hutan, atau belum sempat jalan-jalan ke hutan karena akses yang masih terbatas akibat pandemi covid-19, tapi setidaknya kita masih punya kesempatan besar untuk ikut ambil peran dalam pelestarian hutan di Indonesia dengan kampanye semua hal yang terkait pelestarian hutan di Indonesia melalui akun media social.
Jadi, let’s do it now karena kelestarian hutan di Indonesia (khususnya) adalah tanggungjawab kita semua.
It’s great to remind, Bukan Hutan yang membutuhkan kita, tapi kita (manusia) yang membutuhkan hutan (yang terjaga kelestariannya).
Referensi: