Life is a STRUGGLE ~ fight it; Life is an ADVENTURE ~ dare it;
Life is a JOURNEY ~ complete it;
Dengan Prolog Quote pinjaman, And
I prefer to say Life Is beautiful gift, Bismillahirrahmaanirrahiim mengawali sekilas cerita tentang The New Chapter of my life:
From Banyuwangi To Sleman. Sebelumnya saya sempat dihinggapi rasa kuatir mengingat cerita beberapa teman yang sempat saya interview untuk sharing pengalaman ketika mengajukan pindah kerja yang cukup memakan waktu, tenaga, dll.
Singkat cerita Alhamdulillah Serangkaian proses Mutasi kerja antar daerah yang saya ajukan bisa di ACC dalam kurun waktu sekira 4 bulan. Waktu yang relatif singkat dan prosesinya juga tidak ribet serta berjalan normally. Then here I am, tinggal di Sleman secara de facto sejak 1 September 2013 dan minggu kedua mulai aktif bekerja serta pindah alamat domisili per 18 September ber-KTP sebagai warga Sleman Sembada.
|
Begaya hidup nomaden, jadi cukup semobil untuk mindahin property |
The New Chapter of my life ini startnya sudah pernah saya sharing disini
http://www.ririekhayan.com/2013/03/merangkai-tasbih-cinta.html. Pengennya sih berlanjut dengan serangkaian cerita perubahan, harmonisasi dan rupa-rupa interdependence yang mulai kami tapaki sebagai keluarga. Saya pilih menyebut keluarga karena gerbang pernikahan yang saya masuki memang langsung terpaket lengkap dengan adanya anak-anak.
Ini bukan salah ketik dan saya yakin sebagian teman bogger sudah ada yang tahu bahwa pernikahan tidak hanya memberi status sebagai seorang istri tapi sekaligus spontantly menganugerahkan peran sebagai seorang Ibu, At least melanjutkan peran sebagai seorang Ibu [se-ala kadarnya seorang saia yang sebelumnya terbiasa hidup amburadul semau guweh] untuk Ifa, Aida dan Azka yang Ibundanya telah dipanggil kembali oleh sang Khaliq sekitar tiga tahun lalu.
|
Sebagian teman Blogger yang sudah menyimak kisahku |
So, bagaimana wewarna masa honey moon saya tentu sangatlah berbeda dengan pasangan pengantin baru single VS single. Yang jelas, pernikahan kami adalah pernikahan 3 keluarga besar, proses adaptasi inti: Saya VS 4 orang serta bonus untuk membuka chapter tempat tinggal dan lokasi bekerja di Yogyakarta. Postingan sekaligus merupakan introduce/perform untuk keluarga [baru] saya karena walaupun ini jejak dunia maya tapi bagi saya secara maya atau nyata/off line, HANYA beda medianya.
Diri saya dan atributnya tetaplah satu paket manusia yang sama. Ada hal-hal yang perlu di publish, juga ada hal-hal yang cukup untuk diketahui diri sendiri, terbatas keluarga saja atau hanya cukup orang-orang sekitar. Dan bagi saya memperkenalkan anggota keluarga baru di area blogspere merupakan hal yang perlu untuk saya lakukan. Ya minimal biar langsung klik jika nanti-nanti saya pengen nge-posting yang ada terkait dengan keluarga. Maka inilah 3 anak yang sekarang memanggil saya Bunda: yang sulung Alifia Nur ‘Afiifah yang akrab dipanggil Ifa, saat ini duduk di bangku SMP [sekolah di pesantren jadi sehari-harinya tinggal di asrama]. Yang kedua Aida Nur Fitria, dengan sapaan Aida yang saat ini kelas 6 SD. Sedangkan yang nomer tiga, Dzakia Azka Humam dengan panggilan akrab Azka yang duduk di kelas 3 SD.
|
1st Pict yg saya punya: hasil paparazi keponakan saat khitbah |
Jika saya ceritakan the whole story: kapan ta’aruf kami bermula, apa pertimbangan-pertimbangan saya, kenapa saya sok PeDe berani menerima ta’aruf seorang duda dengan 3 anak [belum ada yang akrab dengan saya dan ada yang bersikap kontra dengan keputusan sang ayah untuk menikah lagi], seperti apa rangkaian LABIL EMOSIS dan KONFLIK LOGIKA hingga sepakat untuk Ikrar Ijab Kabul #ikutanlatah, bagaimana rerupa cara saya berharmonisasi dengan keluarga almarhumah dan lain-lainya [termasuk suasana melow farewel party saya dengan teman-teman di Banyuwangi], maka akan jadi postingan yang mblengeri untuk dibaca kan? InsyaAllah, pengennya saya sih bisa tercurahkan dalam sebuah blog khusus Me and My Family #ada yang mau ngasih nama blog impian saya-kah?, itung-itung sebagai rekam jejak sejarah saya sendiri yang minimal bisa jadi bacaan sendiri deh.
Sebagai wacana sepintas disini dan semoga ada sisi baik yang bisa terpercikkan tentang kronologis
ta’aruf yang saya tempuh:
- Ta'aruf secara resmi diajukan pada Bulan Ramadhan 2012 dan memberikan tenggang waktu bagi saya untuk memikirkannya. Bisa ditebak, saya kaget dan tidak menyangka blas. Lha gak ada angin, gak ada mendung kok turun hujan? Wouw-nya lagi tenggang waktunya itu pun super singkat [menurut saya], lha mosok seminggu kemudian dia menanyakan jawaban saya? Maka saya hanya bisa menjawab: Untuk saat ini saya belum punya jawaban, jika hendak mundur atau mau menunggu, silahkan.
- Seminggu setelah Idhul Adha, dia minta jawaban lagi: iya atau tidak. Sebenarnya saya masih belum punya jawaban, jadi saya mengajukan 5 pertanyaan [rahasia].
- Dari jawaban-jawabanya, akhirnya saya cukup mengatakan: Njenengan yang mengajukan pertanyaan apakah aku mau dan sanggup menikah dengan Njenengan Mas. Maka sekarang saya persilahkan Njenengan membuat jawaban atas pertanyaan Njenengan sendiri sebagai seorang imam.
- Keputusannya adalah, dia siap menjadi imam bagi saya dan rencana khitbah 25 Nopember 2012.
- Seminggu setelah acara lamaran, pihak keluarga saya menyampaikan pilihan hari H pernikahan: 21 Desember atau 7 Maret 2013.
- Awalnya sepakat jika pernikahan akan dilangsungkan Bulan Desember, tapi perkembangan berikutnya ada beberapa pertimbangan yang akhirnya pernikahan disepakati pada Maret 2013.
- Dengan mengambil cuti 7 hari kerja untuk pernikahan: Akad 7 Maret, acara walimah tanggal 9 Maret 2013.
- Kami: saya dan suami serta anak-anak pun langsung lanjut ke Yogyakarta pada 10 Maret 2013 karena ijin sekolah Ifa, Aida, Azka gak bisa berlama-lama jelang UTS.
Demikianlah, waktu sisa seminggu masa cuti saya habiskan di yogyakarta memulai mencairkan hubungan yang masih serba kaku dan kikuk diantara kami berlima. Setelah itu, seperti beberapa kali saya sindir dalam postingan bahwa saya pun menjalani pernikahan LDR dengan tiap akhir pekan long trip sekira 15-18 Jam on the bus untuk rute Banyuwangi-Yogyakarta serta tetap menjadwalkan mudik seperti biasa Banyuwangi - Lamongan untuk menyambangi ortu [yang pastinya setelah menikah atas seizin suami]. Oleh karena pekerjaan suami yang gak mungkin dipindahtempatkan ke Banyuwangi serta saya pun menganut paham istri mengikuti suami [selama itu benar], maka pertengahan April saya mengajukan mutasi kerja secara resmi dan final process di pertengahan Agustus saya dinyatakan pindah tempat kerja ke area Sleman terhitung mulai September 2013.
Pada 1 September jelang sore hari saya sudah menjejakkan kaki di Sleman, yang juga segera follow up untuk pindah domisili tempat tinggal. Alhasil, tanggal 18 September saya sudah memegang KTP sebagai warga Sleman, juga sekaligus hari dimana saya yang sebelum-sebelumnya live as single yang kesehariannya HANYA ngurusi diri sendiri harus siap tidak siap, bisa gak bisa tapi semoga ikhlas men-set up diri untuk jadi Single Parent InsyaAllah sampai akhir Oktober.
Saya sempat mengalami peningkatan level stress, panic, dan lain sebagainya dari saat menghadapi hari H pernikahan. Normal tho jika saya sempat so HECTIC kayak gitu, lha belum lama menetap di Sleman dan kami berdua sama-sama perantau [suami saya juga aseli Jawa Timur], lantas sunddenly harus menjalani sekian rentang waktu tanpa suami dengan ngopeni anak-anak yang sehari-hari sekolah dan saya kerja full time .....tapi akhirnya saya sumeleh, kembali pada hukum: Let's Face it....Let It Flow...Let It be....Then always hope GOD's Blessing for all the moment.
Bahwa segala sesuatu yang dihadapkan pada kita tentunya sudah melalui proses fit and proper test kalau kita sudah dilengkapi dengan modal kemampuan diri untuk menjalaninya dengan sebaik-baiknya. So, here are my days go on....tak hanya mendadak menjadi ibu oleh sebab pernikahan, juga sundenly being a single parent for about 42 days next [tanpa adanya ART/ gak dapat ART] karena suami melaksanakan ibadah haji. No matter what's going on, Semoga, bersama-sama kami bisa menjalaninya dengan sebaik-baiknya hingga membawa berkah bagi kehidupan dunia-akherat.
|
Formasi Lengkap Keluarga Kami untuk saat ini |
Bahwa menikah adalah hal yang sangat kodrati, tidak dapat dimatematiskan, tidak bisa dimodelkan meski sekompleks persamaan fisika quantum…Walaupun bisa dipetakan, variable pendukungnya toh tidak bisa diuraikan dalam kesetimbangan aksi dan reaksi. Tak ada standar yang baku tentang kesiapan menikah yang bisa diteorikan seperti kesiapan emosi, intelektual, wawasan dan sebagainya. Tak akan salah atau terlambat datangnya pasangan/jodoh kepada setiap orang dan tak bisa dimajukan, ditahan ataupun dihindari.
Bagi saya, cinta yang sebenarnya adalah cinta yang tumbuh dalam pernikahan. Jadi yang lebih penting adalah bagaimana saya dapat mempelajari untuk mencintai dan mendukung orang yang mencintai saya just the way we are dengan cara yang lebih bijaksana.
Cinta itu ajaib, dan dapat berlangsung lama kalau kita memahami dan menerima perbedaan-perbedaan karakter masing-masing. Mencintai seseorang berarti sudah mengukur batas kemampuan diri sendiri untuk bisa menerima/memahami apa dan bagaimana dia sebagaimana adanya, sehingga segala perbedaan yang ada menjadi kekayaan bersama untuk saling menambah, mendukung dan saling menutupi kekurangan
Kala cinta bertanya pada cinta
Imanlah jawabnya
Bahwa dua orang yang menjadi satu dalam cinta [pernikahan] adalah suatu proses penyempurnaan, melengkapi dan enrichment kualitas diri melalui kekhasan dan keunikan masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan bersama. Beragam pendapat dan penilaian terkait pilihan SOK preman nekad saya menerima ta'arufnya dan kini sudah menikah yang secara pandangan umum tergolong "langka" [ketimbang disebut kontroversi kan?], saya hanya bisa menjawab dengan mengutip kembali bagian dari postingan terdahulu:
Aku hanya seseorang yang ingin jadi pembelajar hidup...
Belajar dari ketidaktahuan dan berusaha berproses dengan kerendahan hati...
Aku tak ingin menebak, seperti apa akhir semua ini...
Hanya akan berusaha sebaik yang kubisa
Agar setiap momentum berelemen RidhloNYA, selalu & selamanya
Epilog dadakan: Sebenarnya publish postingan ini semata untuk sharing sekaligus woro-woro kalau domisili saya sekarang sudah di Yogyakarta. Tapi pas BeWe kok mbaca ada even GA-nya Mbak Uniek yang sedang menggelar 10th Wedding Anniversarry, jadi ya sekalian ngiras ngirus saya sertakan dalam GA tersebut. Especially for mbak Uniek dan sang suami beserta keluarga, happy 10th wedding anniversary. Semoga selalu berlimpah Ridhlo Allah SWT sepanjang masa, selalu selamanya meniti hidup dalam kemilau cinta yang hakiki. Aamiin.
#Created postingan sambil nemenin Azka nonton laga final AFF Indonesia VS Vietnam