Tak hanya bumi yang berputar dalam rotasinya, banyak hal dalam hidup yang terjadi seperti roda berputar, bergerak melingkar kembali dan berada pada titik yang sama pada waktu yang berbeda. Suatu saat kita berada di suatu posisi, kemudain bertahun-tahun kemudian seolah-olah (nampaknya) berada pada posisi tersebut. I have been here before, atau yang sering kita sebut dengan istilah Déjà vu.
Perasaan “sepertinya” pernah berada di (titik) sini, bisa berupa tempat, peristiwa, dan hal-hal lainnya. Lantas apa hubungannya apa prolog déjà vu dengan tema untuk menuliskan 5 fakta tentang diri sendiri?
Iya sih, Bismillahirrahmaanirrahiim ini situasi yang saya nya saja yang menghubung - hubungkan, sebenarnya ya tidak memenuhi kualifikasi untuk disimilar-kan dengan déjà vu. Yang sama hanya saja kebetulan hal-hal mengenai diri saya ini sudah beberapa kali menjadi obyek tulisan di blog.
Meskipun menceritakan diri sendiri sepertinya tak akan ada habisnya, dan sudah beberapa kali membuat curhatan sebagian kecil, sebut saja sedikit irisan terkait diri saya who Am I.
Faktanya saya kok ya masih saja dilanda galau untuk mengulas soal diri saya sendiri untuk ditransformasikan dalam bentuk tulisan. Tapi baiklah, demi #30harimenulisblog ini saya akan menuliskan 5 fakta mengenai diri saya sendiri. Meskipun yang saya tuliskan ini sebenarnya sudah pernah menjadi materi postingan di blog saya, tentu saja dalam bentuk uraian panjang x lebar alias tidak jelas kerangka tulisannya.
Berikut saya buat dalam bentuk singkat sesingkatnya dan semoga bisa menjadi bagian informasi mengenai siapa saya. Online atau offline, bagi saya keduanya sama-sama dunia nyata. Tidak ada dunia maya, hanya soal media yang menjadi perantara interaksi dan silaturahim, sejatinya orangnya ~pelakunya~ secara riil memiliki kehidupan yang normally sama: masih makan nasi, minum air putih, doyan makan pedas,
Fakta pertama: Saat Menikah Langsung Punya 3 Anak.
Penting ya kok saya jadikan fakta yang perlu di share pula disini? Dipilih jadi fakta yang pertama pula? Boleh dong, secara fakta ini masih termasuk hal yang tidak terduga dan membuat sebagian orang tak percaya setiap kali saya ditanya tentang anak dan saya jawab sudah punya anak tida dan berharap bisa diberikan anak ke-4.
Yups, inilah faktanya, anak yang sulung saat ini sudah menjadi mahasiswi semester I, yang nomer 2 kelas 2 SMA, yang nomer 3 kelas 2 SMP dan masih ikhtiar untuk mendapatkan momongan. Keren kan, saya terlihat masih imut-imut (cieeee, yang merasa muda dan menolak tua), tapi sudah punya anak gadis lhoh.
Short story-nya, Pernikahan yang saya jalani memang tergolong pernikahan yang termasuk kelompok tidak pada umumnya: single vs pernah menikah (tepatnya: saya menikah dengan seorang duda dengan 3 anak, yang istrinya meninggal). Dengan melalui proses ta’aruf yang tidak lama, saya menikah dan langsung dapat 3 anak. It’s really miracle that ever happen to me.
Bahkan sama anak-anak pun saya baru mulai intens berkomunikasi dan berinteraksi ya setelah menikah. Wondering how I could stand it? Percayalah, menikah single vs single saja perlu banyak adaptasi, bahkan butuh waktu tidak singkat untuk sampai pada sepakat “ I’ll marry you or will you marry me?”. Apalagi jika pernikahan single vs yang pernah menikah, it's full challenges.
Bagi yang sudah kenal sejak awal ngeblog, sepertinya sudah tahu kalau nama aseli saya hanya terdiri dari 5 huruf : R-I-B-U-T. Sedangkan Ririe Khayan adalah nama pena yang begitu saja terbersit saat saya mulai kenal sosmed dan kemudian ngeblog.
Fakta Ketiga: Saya Pernah tidak naik kelas.
Tidak heran kan kalau saya pernah tinggal kelas? Ya gimana bisa naik kelas kalau saat itu saya belum bisa baca-tulis. Emejing ya, kok bisa saya belum bisa calistung tapi sudah masuk SD. YA bisalah, jaman doeloe (berasa old deh), masuk SD kan tidak seribet sekarang persyaratannya. Ya kala itu kalau ada ortu yang mengijinkan anaknya buat sekolah adalah keluarbiasaan.
Jadi ya diterima dengan tangan terbuka jika ada orang tua yang mendaftarkan anaknya buat sekolah. Selain itu, kenapa saya masuk SD tapi belum bisa calistung karena saya tidak mau sekolah TK karena minta ditunggui sampai pulang sekolah. Karena alasan itulah, orang tua saya berketapan untuk mendaftarkan saya masuk SD dengan pertimbangan ada 2 kakak saya yang bisa “seolah-olah” menunggui saya sekolah deh, sebab berada di SD yang sama.
Fakta ke-4, Saya baru bisa membaca saat kelas 2 SD.
Yeayyyy, ini masih berhubungan dengan poin kedua. Setelah tinggal kelas 1 kali, entah apa pertimbangannya kok ya saya diberikan kesempatan naik kelas 2 padahal masih belum bisa membca lho? Yang saya ingat, saat itu status kenaikan kelas saya adalah “percobaan”.
Tapi status percobaan tersebut tidak berpengaruh bagi saya, faktanya adalah saya naik kelas meski belum bisa membaca. Bagaimana detail kisah selanjutnya sehingga saya bisa membaca di pertengahan kelas 2 SD, I can’t remember at all. Yang saya ingat, pas kelas 2 SD saya baru bisa membaca, that’s all.
Selanjutnya, Alhamdulillah menjadi siswa di kelas yang diperhitungkan dan lulus dengan nilai DANEM tertinggi dari SD saya tahun itu. Bukan bermaksud pamer, tapi berterimakasih atas kesemptan "percobaan" naik kelas yang pernah saya terima. Berarti kan Ibu Guru saya kala itu sangat bijaksana mau memberi saya kesempatan untuk men-challenge diri belajar lebih serius.
Selanjutnya, Alhamdulillah menjadi siswa di kelas yang diperhitungkan dan lulus dengan nilai DANEM tertinggi dari SD saya tahun itu. Bukan bermaksud pamer, tapi berterimakasih atas kesemptan "percobaan" naik kelas yang pernah saya terima. Berarti kan Ibu Guru saya kala itu sangat bijaksana mau memberi saya kesempatan untuk men-challenge diri belajar lebih serius.
Fakta ke-5: Saya tak selalu bisa langsung ingat orang yang baru dikenal.
Parahnya lagi, tak jarang saya tidak ingat siapa nama orang yang baru saya kenal. Apalagi jika setelahnya jarang bertemu, dan baru bertemu lagi sekian bulan berikutnya. Bisa di tebak, bagaimana jika ketemu lagi sekian tahun kemudian, sangat mungkin jika saya akan lupa jika sudah pernah bertemu/berkenalan sebelumnya.
Untuk fakta kelima ini, baru saja kejadian lagi. Sekitar 2 minggu lalu di sebuah supermarket. Saya sedang fokus hunting barang belanjaan sambil mendorong troli barang.
Tetiba ada yang menyapa , “ Eh Mbak Ririe belanja juga. Sama siapa Mbak?” Saya kaget, kok ada yang mengenali saya di antara sekian banyak orang? Demi menjaga sikap, saya pun menjawabi dengan pasang muka sumringah dan berpura-pura kenal. Tapi setelah beberapa saat berlalu, dan loading memory tak kunjung bisa mengenali siapa orang yang ada di depan saya, maka saya pun nekat bertanya “ Ngapunten, njenengan sinten njih?”.
Spontanlah dia tertawa, tidak menduga saya akan bertanya seperti itu kayaknya. “ Ya Allah Mbak Ririe, kita kan ikut nggamel bareng? “, ucapnya dengan masih tersenyum.
Gubrak, saya pun shock. Pantesan saya merasa familiar dengan wajahnya. Awalnya saya kira teman sesama blogger, tapi kok gak inget pernah ikut event apa, kapan, dimana? Olala, ternyata kami sudah beberapa kali ikut acara main gamelan bareng tho. Iya, sudah setahun belakangan ini saya meniatkan ikut main gamelan, waluaupun masih kerap absen alias belum bisa rutin sesuai jadwal. Apalagi jika pada hari yang sama ada kerjaan out door sampai sore, artinya acara main gamelan terpaksa deh sekip.
Gubrak, saya pun shock. Pantesan saya merasa familiar dengan wajahnya. Awalnya saya kira teman sesama blogger, tapi kok gak inget pernah ikut event apa, kapan, dimana? Olala, ternyata kami sudah beberapa kali ikut acara main gamelan bareng tho. Iya, sudah setahun belakangan ini saya meniatkan ikut main gamelan, waluaupun masih kerap absen alias belum bisa rutin sesuai jadwal. Apalagi jika pada hari yang sama ada kerjaan out door sampai sore, artinya acara main gamelan terpaksa deh sekip.
Saat saya ceritakan peristiwa tersebut ke teman di kantor, habislah saya diketawain dan pada bilang: Kalau aku di tempat dan waktu yang sama, aku akan bilang gini: "maaf lho mbak, saya bukan temannya mbak ririe. Hehehee… “.
Tapi tenang, saya tidak akan lupa jika seseorang tersebut punya hal unik/sesuatu yang khas, biasanya saya masih ingat meskipun untuk jangka waktu yang sangat lama baru bertemu lagi. Bisa dimaafkan, yang penting saya tidak lupa sama suami dan anak-anak kok (ini kalimat suami saya, tiap saya cerita kalau habis ketemu seseorang tapi tak mengenali orang tersebut padahal sudah pernah ketemu sebelumnya).
Demikian dulu, sekilas dan sebagian kecil rahasia (fakta) tentang diri saya.
Jadi, mohon maaf sebelumnya buat siapa saja, barangkali suatu ketika saya kok masih tanya nama atau kapan kita pernah bertemu padahal sebenarnya sudah pernah saling kenalan dan bertemu. Dari hati yang paling dalam, tidak ada maksud untuk pura-pura tidak kenal/lupa, tapi asli saya memang tidak ingat. So, pliisss, maafkan saya ya?
#BPN30dayChallenge2018
#Day6 #5FaktaTentangDiriSendiri