Bismilllahirrahmaanirrahiim,
Pesawat yang akan membawanya terbang dari Yogya menuju Jakarta mengalami delay selama satu jam. Hanya menunggu satu jam sih, tapi tetap saja pekerjaan yang bisa bikin galau, gerutu Maira dalam hati sambil berjalan ke arah deretan kursi yang masih kosong. Dicari tempat duduk yang menghadap ke menghadap pemandangan lepas landas pesawat dan dipilihnya tempat duduk kosong di samping seorang perempuan muda yang sepertinya seumuran dengan dirinya. Terlihat bocah laki-laki berusia sekitar tujuh tahun di sampingnya tampak asyik dengan game di gadget yang dipegangnya, tidak terganggu oleh keramaian orang-orang di sekitarnya.
Pesawat yang akan membawanya terbang dari Yogya menuju Jakarta mengalami delay selama satu jam. Hanya menunggu satu jam sih, tapi tetap saja pekerjaan yang bisa bikin galau, gerutu Maira dalam hati sambil berjalan ke arah deretan kursi yang masih kosong. Dicari tempat duduk yang menghadap ke menghadap pemandangan lepas landas pesawat dan dipilihnya tempat duduk kosong di samping seorang perempuan muda yang sepertinya seumuran dengan dirinya. Terlihat bocah laki-laki berusia sekitar tujuh tahun di sampingnya tampak asyik dengan game di gadget yang dipegangnya, tidak terganggu oleh keramaian orang-orang di sekitarnya.
Maira tersenyum “Maaf, kursi ini kosong kan Mbak?”
“ Oh iya, kosong kok sebelah saya ini “.
Belum sampai dua menit setelah duduk, Maira siap-siap mengeluarkan head set dan notepad untuk membunuh kejenuhan yang suka menyerang disaat terjebak dalam fragmen menunggu. Tapi niatnya itu terburai begitu saja. Ada de javu yang menghinggapi hatinya. Perempuan berhijab biru, mengenakan gamis warna biru bermotif bunga-bunga dan sapuan KOSMETIK tipis di wajahnya, yang duduk anggun sambil membaca buku.
“Maaf ya Mbak, apa kita pernah ketemu sebelumnya?” pertanyaan to the point yang tak bisa dicegah meluncur dari bibir Maira.
Seulas senyum ramah tampak mengembang, menampakkan barisan gigi putihnya. “ Ehm…..maksudnya gimana ya?” Pertanyaan balik yang membuat Maira canggung.
“ Sekali lagi maaf, terlintas begitu saja perasaan kalau sepertinya saya pernah ketemu dengan Mbak sebelumnya “.
Ilusi? Ataukah kenangan yang membangkit?
bergelombang di antara partikel-partikel udara
“ Pesawatnya mengalami penundaan juga Mbak ?”
“ Saya mau ke Surabaya, InsyaAllah pesawatnya tidak delay “Ada sebentuk senyum amat halus yang bahkan tidak membuat bibirnya bergerak. Senyum yang seperti datang dari kedalaman hati.
“ Alhamdulillah pesawatnya gak ngalamin penundaan. Ehm kalau boleh.…” kalimat Maira belum tuntas ketika terdengar pemberitahuan penerbangan tujuan Surabaya akan segera diberangkatkan.
“ Horeee….ayo Tante Rania, kita buruan masuk pesawat “ bocah laki-laki yang tadi asyik dengan game di gadgetnya, tampak sumringah dan langsung menarik-narik tangan perempuan yang diajak bicara Maira.
“ Oooh maaf ya Mbak, saya tinggal duluan. Pesawat saya sudah siap untuk boarding “.
“ Iya Mbak, silahkan. Selamat jalan ya..”
“ Ayooo buruan tanteee, Bayu sudah kangen sama Om Lingga. Nanti di jemput Om Lingga kan di Surabaya?”
Tak sampai sepuluh menit pertemuan mereka. Juga belum banyak percakapan yang terjadi di antara mereka. Tapi saat si bocah laki-laki itu menyebut nama Rania dan kemudian ditambahkan dengan nama Lingga, kini Maira tahu kenapa sejak pertama melihatnya, dia merasa pernah kenal. Maira belum kenal secara langsung, tapi cerita-cerita Lingga telah membuatya merasa kenal sebelum bertemu Rania.
Melodi yang mengalun tanpa nada
Meski gelisah semakin menyesap bersamaan tetes-tetes hujan
Yang turun teratur merata
Semacam tetes air yang menagih pelangi pada langit
Noted:
Karena Penasaran ingin bikin FF, ya sudahlah melanjutkan fiksi yang saya posting dengan judul Kidung cinta Rania . Maklumi ya jika ada alur cerita yang gak matching dengan cerita sebelumnya.