Semangat pagi, aku niat berangkat dengan space waktu agak longgar, tidak mepet-mepet seperti yang sering aku lakukan. Berharap bisa mengendarai motor dengan santai, sambil menikmati hilir mudik lalu lintas pagi. Deggg...pas ngeluarin motor melintas ‘warning’ kalau sudah hampir sebulan aku belum nambah angin ban motor, karena pengalaman yang pernah terjadi kalau kelamaan alpha nambah angin maka “protes” pun terjadi alias Ban bocor tanpa kompromi dengan posisi sedang dekat atau tidak dengan bengkel tambal ban.
Oh great, no one knows what gonna happen even in next second ! Baru beberapa meter melaju dengan belaian udara pagi yang segar mengusap lembut wajahku, pppsssstt...bocorlah ban belakang. Tapi syukurlah (inilah kebiasaan baik yang aku suka, tetap bersyukur..hehehe) karena tak jauh di depanku ada bengkel tambal ban, tempat biasa aku sering mampir untuk nambah angin. Jadi hanya beberapa meter saja aku “menggandeng” motorku untuk sampai di bengkel tersebut. Wahai...., bengkelpun masih tutup dengan sukses. Semangat..semangat.
“ Bengkelnya buka jam 7, Mbak…..” ucap seorang wanita yang muncul dari samping bengkel ketika aku melakukan aksi celingukan.
Kulihat jam di HP menunjukkan jam 06.55 “Oh ya BU, saya tunggu saja ...” sambil melanjutkan dalam hati: ketimbang aku jalan-jalan pagi lebih jauh lagi dengan menuntun mesra motor....dan kembali membentang ingat sebuah scene sekitar dua tahun silam ada seseorang yang sengaja jauh-jauh datang menemuiku di bumi Blambangan kemudian mengalami ban bocor dengan motor yang sama ini juga. Sayangnya kala itu aku belum sempat mengajaknya wisata kuliner yang khas di sini serta menyeberang even just cross for while to Bali island.
Toh ada kursi kayu di teras (biar lebih halus, ketimbang aku sebut emperan) bengkel, jadi aku bisa lebih santai menunggu bengkelnya buka. Sementara jalan raya di depanku semakin ramai oleh aneka ragam orang yang lalu lalang. Kunyalakan koleksi lagu yang tersimpan di HP, dan kulayangkan pandanganku merekam pemandangan yang memapar di sekitar bengkel. Di seberang jalan ada beberapa tukang bangunan yang mulai mendisplay perlengkapan untuk memulai melakukan pekerjaan, sepertinya sang pemilik rumah hendak bikin rumah kost karena tata letaknya berupa kamar-kamar yang berderet berada di samping rumah.
Akhirnya muncullah seorang pemuda mengenakan kaos warna pink, taksiranku dia masih berusia 17an tahun, tanpa banyak kata-kata dia langsung melakukan aksi rutinnya membuka bengkel. Dan tanpa bertanya apa-apa padaku dia pun langsung “merawat” pasien perdananya. Hemm...less word more actions.
Sementara itu aku kembali mengamati tukang bangunan di seberang jalan yang sudah mulai dengan pekerjaannya, ada yang mengaduk semen campur pasir, mengusung batu bata dan yang satunya menyatukan batu bata “semoga anak-anak yang mereka carikan nafkah seserius mereka dalam hidupnya, sekolah dengan baik dan rajin membantu orang tuanya juga” batinku bersimpati. Tidak banyak perbincangan yang ku lihat di sana, mereka begitu asyik dengan pekerjaannya yang pastinya kan berlangsung sampai nati sore. Bermandikan terik sinar mentari di siang hari juga tak mereka keluhkan...memikirkan hal itu aku jadi ingat pada sosok ayahku di desa.
Yaa, ayahku yang tiap hari kesawah sepanjang musim kemarau dan hujan (baik di sawah sendiri atau bekerja di tempat orang lain), bahkan sampai sekarang di usianya yang mulai senja. Melalui konsistensinya yang tetap aktif ke sawah meski sudah tidak setotal dulu, tanpa definitive ayahku sudah mengatakan:
Tua bukan berarti “pensiun” dari aktifitas, selagi masih hidup (sehat) maka tetap bekerja. Long time ago, aku dan saudara-saudaraku juga terbiasa bermandikan keringat dengan sengatan sinar matahari dan siraman air hujan. Tak pernah kami kuatir kulit jadi legam karena paparan sinar matahari atau kena lumpur sawah. Herannya kalau aku cerita tentang keseharianku (dulu) pada teman-teman, seringnya tak ada yang percaya? Padahal tetanggaku saja sampai heran saat aku masih mau turun ke sawah (sesekali) ketika aku sudah melawati masa-masa sekolah/kerja.
Permenunganku terhenti bukan karena suara bising kompresor yang mulai dinyalakan tapi oleh kedatangan seorang konsumen bermobil yang menyalakan lagu Dangdut demikian keras mirip orang punya hajat mantu/sunatan di kampung. Norak banget pikirku, bukan tentang lagunya (yang kukenali sebagai lagu-lagu Rita Sugiarto), nyetelnya dengan volume keras banget dengan pintu mobilnya di buka semua untuk show action tersebut. Dari penampilannya jelas sekali laki-laki parobaya tersebut bukan sopir pribadi, wong dia pake dasi, pakai kaos kaki meski dengan sandal jepit, gelang berwarna gold bentuk rantai lumayan besar melingkar di pergelangan tangannya dan isi mobilnya seperti kapal pecah.
Dan dengan PeDenya dia nge’dance seirama alunan musik yang dia putar kencang –kencang tadi, sambil sesekali menjawab pertanyaan mengenai masalah mobilnya yang ternyata perlu ganti Tube ban depan. Otomatis dan praktis dia pun akan cukup lama di bengkel ini, ku lirik ada seorang bapak yang datang beberapa saat sebelumnya juga mengamati laki-laki ‘nyentrik’ (sebenarnya lebih tepat kalau kesebut Om genit ) tersebut.
Ya sudahlah, let’s show go on....daripada semakin aku amati semakin membuat banyak presumtive dan sangkaan kurang baik, mending aku mengalihkan perhatian dengan SMSan sana-sini, sekalian memberi kabar ke kantor kalau aku datang terlambat. Kalau ada Smartphone, waktu menunggu seperti ini jadi gak boring dengan BBMan….hehehe. Then finally, that man gone....dan proses tambal ban motorku juga selesai. Sesaat sebelum aku meninggalkan bengkel masih aku dengar pertanyaan si Bapak yang keheranan melihat laki-laki nyentrik tadi.
“ Sopo uwong iku ” tanyanya dalam bahasa jawa pada yang si MAs yang service motornya karena dari interaksi yang terjadi sepertinya laki-laki tadi sudah familiar di bengkel.
“ Pengacara PA, Pak....pengacara edan kok” jawabnya datar.
“ PA?? Opo kuwi ?”
“ Pengadilan Agama Pak...”
Olalalaaa..... Pengacara tho orang tadi? Lawyer? Hemmm…no comment any more, aku pun berlalu meninggalkan bengkel saat jam di HP menunjukkan angka 08.08 (beginilah caranya lihat penunjukan waktu kalau tidak biasa pakai arloji), melaju menuju tempat kerja dengan riang gembira tralalalala..trililililiiii.....
B