Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Article
    • Opini
    • Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Foto ini di capture secara paparazzi oleh teman by phone saat menjelang lomba dalam rangka 17an beberapa bulan lalu, tepatnya Juli 2011 , maka saya memberinya judul ‘senyum kemerdekaan’.

 Definisi senyum dalam (maksimal) 30 kata, versi saya adalah:

Senyum itu memerdekakan dari: stress (sehingga terlihat awet muda),  dimarahi orang, menunda pembayaran hutang, penolakan camer, rasa gak enak masakan. 
Pokoknya senyum itu bikin hidup penuh keajaiban dan menambah pahala”


~~~~~ Postingan ini Saya ikut sertakan pada Giveaway SEGGER ~~~~~ 




54
Share
Mengalami dan terjebak dalam kemacetan lalu lintas tentunya hal biasa bagi warga metropolis Jakarta dan Surabaya ( terutama pada rush hour). Tapi tentu bukan hal biasa jika terjebak macet sampai hampir 17 Jam untuk jalur daerah ke arah Banyuwangi (otomatis merupakan jalur darat menuju Bali). Dan inilah yang saya alami pada 26-27 Desember 2011 lalu.

Saya sengaja berangkat lebih awal pada senin itu karena sudah planning akan singgah ke Gresik sebentar (ada sedikit keperluan di sana) kemudian mampir Surabaya dengan tujuan ke Toko Buku (beberapa buku yang masuk book marked belum saya temukan di TB Banyuwangi). Berangkat dari Gresik sudah dipayungi sisa hujan yang masih menggaris rapat, sehingga hanya bisa dropped for while di TP  karena dalam cuaca hujan yang ritmis dan waktu yang sudah malam, rasanya tak mungkin lagi untuk ke TB lainnya). 

Preambule ‘macet’ sudah dimulai ketika bis kota baru muncul setelah hampir sejam saya menunggu di seberang TP. Sampai di Bungurasih (karena sudah paham suasana terminal), tak perlu banyak meladeni tawaran para calo bus, saya langsung menuju jalur bis arah Banyuwangi. Ketika mendapati bis sudah penuh, saya berniat turun tapi bertemu sang kondektur di pintu dan di ‘bujuk’ masih ada kursi yang kosong. Akhirnya saya pun masuk bis lagi yang sudah siap lepas landas (sekitar jam 22.00) dan ‘nrimo’ dapat kursi ekstra di sebelah pak sopir. Saya pun setting posisi comfort dan safe (terlebih setelah pernah mengalami peristiwa kehilangan dompet plus HP), serta kewajiban membayar tiket sudah selesai, saya pun tidur yang tidak benar-benar tidur pulas buat saya kalau lagi on the trip.

Keluar dari Tol Gempol, saya mendengar pak sopir minta pada kru teknisinya untuk check mesin. Something wrong is happening, saya kurang paham kerusakannya apa, yang jelas  beberapa penumpang ngedumel: suara bis sudah aneh sejak awal kok tetap saja berangkat? 

Begitulah, semua penumpang di minta turun dan harus mau menunggu bis replacement dari Bungurasih. Almost at the middle of the night di pinggir jalan dekat tanggul lumpur lapindo. It’s okay, I’m not alone. Saya pun check HP, salah satu sms yang masuk dari teman kantor yang asalnya Kediri. “ Mbak, aku mau naik Kereta ternyata tiket KA sold out sampai tahun baru dan sekarang aku belum dapat bis karena penuh semua?” seneng deh ada temannya terlambat kerja #dasarrr.
capture from the bus
Sekitar 1jam menunggu, datanglah bis pengganti dan setelah proses tukar karcis (prosedur naik bis jk di oper ke bis lainnya), maka saya pun segera terlelap. Terjaga lagi saat menyadari posisi bis yang tidak melaju? Beberapa penumpang bilang ada banjir dan pikiran saya langsung pada lokasi dan rute yang sering kena Banjir yaitu daerah Keraton- Pasuruan. Kalau benar terjadi banjir lagi di rute tersebut, maka ini kali keempat banjir keraton pas saat saya dalam rute perjalanan Banyuwangi-Surabaya.

Pengalaman pertama beberapa tahun lalu, saya tiba di Banyuwangi jam 9 pagi. Peristiwa banjir yang kedua, bis yang saya naiki kea rah Surabaya belum sampai terjebak dalam macet karena sudah mendapat info dari temannya sehingga pak sopir mencari jalur alternative blusukan kampung dengan PeDenya. Yang ketiga saat saya naik Travel yang terpaksa menempuh jalan off road (karena sebagian besar rute yang di tempuh jalanan terjal berbatu dengan kanan-kiri jurang, bahkan pernah di suatu tanjakan semua penumpang diminta turun karena mobil tak sanggup menaiki tanjakan) “ Kalau tak ada penumpang yang mau naik pesawat jam 7, saya akan pilih berhenti di Tongas saja Mbak nunggu macetnya bubar”, demikian curhat pak sopir kala itu. 

Kalau memang beneran macet karena ada banjir maka nothing I can do except sleep well again #sleeping beauty. Saya pun terjaga lagi tapi bukan karena kaget, perasaan saya sudah lama tertidur kok gak dengar aba-aba kondektur untuk memberitahu penumpang jika ada penumpang yang akan turun atau sudah sampai Terminal? Saya lihat jam tangan saya menunjuk di posisi jam 04.30 dan saya mencoba mengumpulkan nyawa dan kesadaran saya mencari tahu lokasi keberadaan saya…unbelievable bahkan masuk kota probolinggo pun belum??. Bukankah mestinya jam segini sudah masuk wilayah Banyuwangi??? “ Ada macet kenapa sih Pak?” Tanya saya pada kondektur yang kebetulan tak jauh dari saya “Ada trailer melintang di jalan, Mbak…” masuk akal saja deh, lha kalau terjadi banjir sehingga macet kan tentunya banyak yang terjebak macet termasuk trailer, truck, container ekspor, dsb. 

Akhirnya saya tak bisa tidur lagi, ‘menikmati’ laju bis yang beringsut perlahan seperti siput di tempat yang licin. Situasi seperti itu, maka say hello kemana-mana biar tetap bisa enjoy meski macet menjebak. Dan konfirmasi terbaru dari teman kantor saya lebih parah, dia masih di sekitar pasuruan yang artinya masih berada di pusat kemacetan “ Mbak Rie, turun saja naik ojek terus pindah ke bisku..” ucapnya berusaha bercanda. 

Dasar, masak saya di suruh balik arah menuju ke dia yang entah berapa KM posisinya di belakang saya?. Akhirnya jalur macet usai deh tapi rasa gembira terputus saat mendengar instruksi pak sopir pada kru teknisinya. Oh my God, this the second bus yang rusak?” Koplingnya lepas….” Sepotong kalimat yang saya tangkap. Dan setelah beberapa saat mencoba memperbaiki, finally they give up. Jadi penumpang terlantar episode dua. Dan kali ini tak bisa berharap cepat dapat bis pengganti karena jelas arah dari dan ke Surabaya macet total.

Waktu terasa banget berjalan lambat, battery HP sudah memasuki fase kritis. Mau nekad naik angkutan ke terminal probolinggo, jelas-jelas bis dari arah timur juga ‘berhenti’ karena sudah mendapatkan kabar macet yang super panjang Gempol – Probolinggo (tepatnya daerah Kademangan, ini setelah saya baca ketika posisi bisa melanjutkan perjalanan dan melihat titik terakhir deretan kendaraan yang berjejer). Salah seorang teman menyarankan agar saya kembali saja ke Surabaya, toh jaraknya masih lebih dekat jika ke Surabaya dan akhirnya sama-sama gak bisa masuk kerja kan masih lebih asyik di Surabaya bisa nonton, jalan-jalan, windows shopping, bla..bla..bla…. Gimana mau balik kalau rute ke Surabaya juga macet total, yang artinya: maju kena,mundur kena (macet).
Capture sambil duduk 'melas' di pinggir jalan 

Berada di pinggir jalan lagi, dengan pundak yang mulai pegel nyangklong tas, pindah dari kiri ke kanan, capek duduk ganti berdiri. Bosen di luar pindah naik ke bis dan turun lagi karena gerah di dalam bis. Mau mengeluh kok lebay amat, saya lihat yang bawa barang lebih berat dari saya juga banyak. Apalagi ada yang bawa 3 anak kecil namun mereka tetap tampak sabar meski anak-anaknya mulai rewel. Ada ibu-ibu yang seumuran ibu saya juga tetap tenang (jadi inget Ibu saya yang hari sebelumnya saya cium tangannya saat berpamitan dan mengantarkan keberangkatan saya dengan kalimat “ Ati-ati yo Nduk..”,) Tarik nafas dalam-dalam: I’ll be fine just like them.

Saya yang biasanya alergi bawa makanan, entah kenapa kok waktu berangkat mengambil beberapa potong kue hasil karya sang adik ipar, yang ternyata bisa jadi pengisi perut saya. Hemm, Allah memang selalu sangat baik dengan cara yang serba tak terduga sehingga menggerakkan tangan saya untuk membawa kue, membuat saya bisa menahan untuk pipis bersama para penumpang wanita lainnya. Saya tak melihat satu pun penumpang wanita yang kebelet pipis karena dengan posisi kami jauh dari perkampungan dengan kanan-kiri lahan pertanian maka akan sulit bagi saya dan penumpang wanita lainnya kalau kebelet pipis. 

Dalam penantian serba tak menentu itu, ada yang protes pada Pak sopir (dibangunkan dari tidur) di suruh mbetulin tuh bisnya, ada yang mau demo wong bis rusak kok tetap di operasikan, ada yang punya ide untuk carter Angdes yang melintas untuk pergi ke Stasiun Tongas (Lha wong tikaet KA sudah sold out tuh), kami juga berubah seperti orang dari jaman flinestone belum pernah lihat bis: setiap lihat dari kejauhan penampakan bis (setelah dua jam parkir dengan bis rusak), kami teriak kegirangan. 

Ternyata yang muncul bis pariwisata dan pariwisata lagi. Tentunya bis yang belum terjebak macet sudah mengambil jalur alternative deh. Dan bagi bis yang sudah terjebak macet, butuh waktu yang lama untuk bisa keluar dari titik kemacetan ( info yang beredar panjangnya jalur macet mencapi 40 KM lebih !) dan posisi teman saya, dia masih little move dari posisi awal 2 jam sebelumnya.

Dan manakala bis non pariwisata yang muncul, ternyata tak bisa menerima luberan penumpang lagi meski kami sudah menyatakan siap berdiri sepanjang perjalanan. Pilihan kami ya tetap harus bisa sabar menunggu bis dari arah Surabaya dan baru kami dapatkan saat pukul 8 lebih dan landing di Banyuwangi jelang jam 3 sore. Demikianlah cerita heboh kemacetan yang saya alami yang masih lebih heboh saat on the land (daripada versi tulisan saya). Sepanjang perjalanan menuju Banyuwangi, hampir semua penumpang yang seperjalanan dengan saya saling bercerita tentang betapa rasanya arggghhhh.....hampir sehari semalam menempuh rute Surabaya – Banyuwangi (belum terhitung saya yang berangkat dari Lamongan juga penumpang lainnya yang mengawali perjalanan dari luar Surabaya), benar-benar memecahkan rekor yang pernah saya alami menuju Dumai beberapa tahun lalu.

Jadi, sekedar kasih saran bagi yang merencanakan long trip Surabaya kearah timur (perhaps wanna go to Bali), mengingat saat ini musim penghujan dan liburan anak sekolah yang otomatis beresiko terjadinya macet seperti yang saya alami apalagi kalau macetnya malam hari para pengguna jalan harus bisa ‘mengatur sendiri’ lalu lintas di jalan, maka sebaiknya persiapkan diri dengan:

Peta local area (terutama wilayah Gempol sampai Probolinggo), sehingga anda bisa segera mencari rute alternative blusukan ataupun off road agar jadwal liburan tidak kacau balau. Yang terjadi kemarin ada bis pariwisata kehabisan BBM saking kelamaannya terjebak macet. Stay turn dengan media informasi On line (kalau di Surabaya ada Radio yang siaran live dan up date by minute tentang jalur lalu lintas). 

Bawa bekal makanan dan minuman yang cukup (yang tidak mudah basi ya), jangan mengandalkan ‘ah gampang kalau lapar kan tinggal berhenti di resto/warteg sepanjang rute pejalanan’. Jangan lupa bawa cadangan battery ponsel, Laptop atau gadget lainnya jika akhirnya terjebak macet masih bisa lancar berselancar biar gak stress ! Satu lagi, latihan ‘menahan’ pipis juga perlu lhoh ? Hehehee….. 

Note: 
  • Foto yang saya up load hanya deretan kendaraan karena mau menampilkan “korban” kemacetan kok rasanya tidak punya rasa empathy menampilkan wajah-wajah kucel, kusut, kusam, kuyu, kelaparan, belum mandi dan gak gosok gigi untuk di lihat orang sedunia # Sstttt, aslinya saya yang gak PeDe menampakkan wujud saya sendiri. 
  • Di posisi tersebut arah menuju Surabaya yang macet sedangkan arah ke timur sudah bebas jalur macet (lokasi beberapa KM memasuki kota Probolinggo)

42
Share
Setelah mengobrak-abrik file album di Netbook, ternyata ada satu foto dengan ekspresi mirip ‘ngakak’ sehingga akhirnya memberanikan ikut dalam kontes proyek duo dari Mas Kahfi dan Mbak Fanny yaitu GA kolaborasi ‘Ayo Ngakak Sejenak’.

Foto ini di ambil waktu main ke Bali sekitar 2 tahun lalu bersama beberapa teman dari Jakarta. Waktu menyeberang ke Pulau penyu dan melihat aneka satwa yang  ada di sana, setelah asyik foto-foto narsis dengan para satwa, tibalah giliran tantangan foto dengan ular.

Awalnya saya menolak keras sampai guling-guling dan mengibarkan bendera peperangan, tapi demi mendengar salah satu teman bilang “ Ah, kayak gitu aje Loe kagak brani sih, Rie?”. Muncul tuh rasa gengsi saya, dengan menahan rasa takut, geli, ngeri dan lain sebagainya, sekaligus saya menantang diri saya: phobia ular harus di lawan dengan memegang ular secara langsung and this the time. Maka saya minta ke Bapak Pawang ular untuk menaruh ular di pundak saya.  
Everything running well saat ular mulai diletakkan di pundak dan tangan saya suruh megang, foto pose manis plus cute pun sudah selesai di jepret kemudian saya minta ularnya di ambil. Eh, lha kok si Bapak Pawang ternyata muncul juga sisi usilnya dengan teriak ularnya mau gigit gitu deh. 

Apalagi saya merasa tuh ular memang lagi gerak-gerak (perasaannya orang takut yang ditakut-takuti) langsung deh saya yang sedari awal menahan takut, geli dan ngeri jadi lebih ‘ekspresif’ paniknya seperti yang di jepret  teman dalam foto tersebut, dan al hasil bukan lagi ular yang jadi obyek perhatian tapi tingkah saya yang panic, ngeri dan geli histeris tapi malu mau nangis jadi menarik perhatian wisatawan yang ada di sekitar lokasi ikutan ngakak sejenak. Untungnya Bapak Pawangnya baik hati jadi gak tega lama-lama membiarkan saya dalam situasi yang ‘mencekam’ tersebut.


Foto ngakak yang cantik ekspresive orang panik plus ketakutan ini diikutkan dalam GA kolaborasi ‘Ayo Ngakak Sejenak’ yang di selenggarakan oleh Sang Cerpenis bercerita dan Man and The Moon

116
Share
Perempuan kerap dipandang sebagai makhluk lemah, dan apa yang terjadi kala perempuan menghadapi cobaan dan ujian yang bertubi-tubi? 
Demi follow up rasa penasaran pada galaksi kinanthi, ketika saya tak bisa menemukan di rak-rak buku yang berjajar rapi (padahal di catalognya jelas-jelas ready stock), maka saya minta bantuan pada karyawan yang siaga jaga. Karena tetap tak bisa menemukan buku tersebut maka dimintalah nomer kontak “jika sudah ketemu nanti kami hubungi Mbak “, ujarnya sopan plus tersenyum ramah. Maka setelah seminggu lebih tak ada kabar, saya datang kembali dan ternyata yang pada jaga tampak bingung. Ternyata tuh buku sudah di retur katanya. 

Glodakkk…Pyarr…#emosi#. Nah ketimbang saya pulang dengan tangan hampa plus kecewa, maka untuk menghibur diri jadilah saya searching another books dan salah satu yang saya pilih adalah “Kala Perempuan diuji”. I decide to choose it with simple reason: sang pengarang adalah orang LA, eh tau kan LA dimana? Lamongan Asli euy..hehehe #sesama orang LA harus solid# Setelah saya baca sampai khatam, ternyata isinya really amazing sehingga saya (belajar lagi) bikin revew. So, here is my second revew:
Judul Buku : Kala Perempuan diuji
Pengarang : Ayu Arman
Penerbit : Suluk
Harga : Rp. 41.900,-
Halaman : 182 page
Cetakan I : 2011

Dalam buku ini ada 18 kisah nyata tentang kekuatan para perempuan yang mengalami peristiwa menyedihkan, mulai dari kekerasan, keangkuhan, hingga pahitnya takdir, dimana justru menampakkan betapa kuatnya mereka di tengah berbagai badai ujian hidup. Ujian yang silih berganti, kesedihan yang sering menghampiri, mereka sikapi dengan sabar dan sadar.

Tentang seorang wanita muda yang suaminya meninggal karena kanker di usai pernikahannya yang baru empat bulan menikah(setelah perjuangan panjang dan berat untuk bisa ikrar ke pernikahan) ” kini aku hanya mampu menyapanya dengan seserpih puisi: aku mencinta pada raga yang telah punah, pada tubuh yang beku pada suara yang bisu. Aku merindu pada yang tak berupa, pada yang tak berwujud…”. 

Tentang seorang istri yang anaknya meninggal beberapa bulan setelah lahir, kemudian di susul sang suami dan kenyataan bahwa dirinya divonis HIV/AIDS tertular oleh suami yg pengguna narkoba “Aku menerimanya dengan lapang dada karena semuanya sudah terjadi. Aku ingin suratan takdir yang membungkusku bisa menjadi pelajaran bagi semua penderita AIDS dan orang-orang lain yang belum tertular…” 

Atau kisah seorang istri yang well educated menikah dengan atas dasar cinta 24 karat (istilahnya) dengan lelaki yang well educated juga namun justru mengalami intimidasi dan KDRT (fisik dan psikis) oleh sang suami “Tuhan selalu selalu menyertai orang-orang yang sabar, Innallaaha ma’ash shabiriin…”

Beragam peristiwa yang tidak menyenangkan dalam dunia pernikahan memang bisa di alami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, jika peristiwa tersebut dialami perempuan (fakta yang ada di masyarakat) adalah kadar penderitaannya akan jauh lebih berlipat ganda dan kompleks, karena stigma social dan nilai budaya menyuburkan kewajaran patriarkis selama ini turut menambah penderitaan perempuan.

Kisah pahit dan tak terduga (dalam buku ini) yang dialami oleh para perempuan tapi mereka berusaha membebaskan diri dan mencari hikmah di balik peristiwa sulit yang mereka alami. Sebagian ada yang bermetamorfosa menjadi manusia yang lebih bijak dalam memandang hidup setelah lolos dari momen kegelapan. 

Pengalaman mereka adalah kaca tentang bagaimana penggarapan diri kita sendiri. Dalam hidup, tidak ada orang yg pernah ingin mengalami peristiwa pahit dan tidak menyenangkan. Maka, berkeyakinan bahwa ada hikmah dalam setiap proses kehidupan bisa menjadi cara pandang yang lebih baik ketimbang meratap saat kita menjumpai realitas yang tiada kita inginkan

Tinggal kacamata macam apa yg kita gunakan dalam memandang setiap peristiwa yang kita alami. “ mungkin melalui ketegangan ini saya mampu merevolusi diri saya untuk menjadi lebih baik?” 

Tentunya proses penggarapan diri untuk menjadi individu yang lebih baik tidak semudah apa yang diucapkan. Perlu ada tekad yang kuat untuk berubah, mampu menerima kenyataan hidup sebagai kebenaran diri dan lebih penting lagi, adalah mampu memaafkankesalahan yang terjadi di dalam kehidupan kita.

Tak ada obat yang mujarab untuk menyembuhkan hati yang terkoyak, hati yang berdarah-darah karena luka, kecuali berdamai dengan kenyataan dan memaafkan diri dan orang yang telah menyakiti kita. Maka menyikapi tragedy hidup ini memang tidak selalu butuh romantisme, tapi juga butuh ketegasan dan keteguhan meski awalnya penuh isak tangis dan luka merintih. Dan di sanalah terselip pembelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik. Karena itu, berterima kasihlah dengan masalah yang menghampiri dan jangan pernah menyesali apa yang telah kita lewati.

“ Bahwa kemelut-kemelut hidup bisa jadi tasbih untuk mengingat Sang Maha Kuasa serta bisa menemukan pengetahuan diri yang baru sehingga kualitas Kemanusiaan menjadi lebih baik – Selamat hari Ibu ”




Note: Image-nya disappear
64
Share
Dalam rangka belajar membuat revew sekaligus memenuhi “paket” bawaan (bikin revew) dari hadiah GA blognya Mas Kahfi yang sudah sampai dengan selamat sekitar seminggu lalu, karena kebaikan sang punya hajat GA sehingga postingan saya pun dapat jatah hadiah, semoga dicatat sebagai amal kebaikan dan membawa manfaat bagi yang menerima hadiahnya, Amiin berdoa selesai. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, sekalian dalam postingan ini saya selipkan ucapan terima kasih karena untuk kedua kali sudah dibantuin untuk recovery akun. Yang pertama akun yahoo (sekitar dua bulan lalu) di ‘pakai’ orang lain, kemudian kemarin peristiwa serupa terjadi pada akun gmail saya. Shock juga waktu login mendapat notice kalau akun tidak ditemukan/disabled, padahal pagi hari masih normal. Singkat cerita, setelah coba-coba recovery tidak membawa hasil then ask helping pada Mas Kahfi dan siang hari (13-12-11) gmail ‘sembuh’. Then, many tengkyuuu….hatur panuwun kagem beliau Mas Kahfi yang berkenan merepotkan diri untuk recovery akun saya. Kembali pada judul entry yaitu tentang review One Amazing Moment.
Pengarang : Chitra Banerjee Divakaruni
Penerbit     : Qanita
Halaman     : 410 page
Penerjemah : Sujatrini Liza

Cerita berawal dan bersetting di Amerika tepatnya di kantor pembuatan Visa (India) ketika terjadi gempa, dimana sembilan orang terperangkap di gedung bawah tanah tersebut. Mereka yang tidak saling mengenal, kebetulan di kantor tersebut karena persamaan untuk mendapatkan Visa ke India. Mereka yang awalnya tidak saling perduli, namun oleh keadaan terjebak oleh reruntuhan dengan terputusnya semua jalur komunikasi ke dunia luar kemudian saling perduli dan membantu serta berbagi. Perasaan senasib menyatukan mereka dalam kekompakan yang tulus. 

Setelah kejadian gempa, waktu berlalu demikian lambat dirasakan oleh orang-orang yang terjebak dalam reruntuhan gedung, air yang perlahan bertambah ketinggiannya, atap-atap gedung yang siap berhamburan, listrik mati, dan dimana-mana ada mayat yang mulai mengambang, sedangkan tanda-tanda datangnya pertolongan belum juga terlihat, dalam suasana yang demikian mencekam dengan rasa takut yang semakin mencengkeram hati. 

Di tengah situasi yang serba tidak menentu dan ancaman terjadinya gempa susulan yang mengintai setiap saat, usaha yang dilakukan untuk membuka pintu keluar justru memperburuk keadaan. Sebagian mengalami cedera, dan tidak ada yang tahu kapan datangnya pertolongan sehingga rasa frustasi dan stress mulai melanda mereka. Untuk mengalihkan pikiran dan perasaan depresi, maka Uma sinha (yang mengurus Visa untuk mengunjungi kedua orang tuanya di India), mengusulkan untuk menceritakan sebuah cerita penting (One Amazing Thing) dalam kehidupan masing-masing.Maka sebagai pengalih perhatian, mereka bersembilan bergantian saling berkisah One Amazing Thing dalam hidupnya untuk mengalihkan rasa tertekan dan putus asa karena sudah puluhan jam bahkan lebih dari sehari semalam berada dalam bayangan maut. Kisah yang sebelumnya di simpan rapi dalam satu file memory di otak.

Dimulai oleh Jiang (neneknya Lily) keturunan cina yang lahir dan di besarkan di India, hingga kemudian dia jatuh cinta dengan pemuda India juga Mohit Das. Jalinan cinta yang berlatar perbedaan ras dan agama tersebut mendapat pertentangan dari keluarga keduanya. Tapi mereka bertekad untuk memperjuangkan cintanya, hingga kemudian meletus Perang sino-India (1962) yang berdampak pada pengusiran warga pendatang china agar keluar dari calcutta. 

Di saat situasi kacau dan genting, sang pemuda mendadak ‘menghilang’ dan baru memberikan kabar beberapa waktu kemudian dengan kalimat singkat “ Maafkan aku, aku mencintaimu tapi tak bisa memerangi seluruh negeri”. Cinta sejoli pun kandas tanpa pernah bertemu kembali karena keluarga Jiang akhirnya harus meninggalkan India. 

Jiang dinikahkah dengan salah satu teman seprofesi kakaknya (dokter gigi) dan meskipun awal pernikahan hanya di landasi hak dan kewajiban (menurut Jiang), tapi dengan berjalannya kebersamaan yang penuh perhatian, keperdulian dan keberterimaan akhirnya menumbuhkan benih cinta yang tulus di hati Jiang “kita bisa benar-benar berubah tanpa kita menyadarinya sendiri. Tapi cinta menyisip seperti pahat…” KIsah yang memorable bagi JIang yang sebelumnya tak pernah di ceritakan pada suami maupun anak-anaknya. Keinginan untuk bertemu dan bernostalgia dengan kakaknya (Vincent) di Calcutta telah membuat dirinya bersama sang cucu terjebak dalam ruang bawah tanah.

Yang mengajukan diri bercerita selanjutnya adalah Mr. Pritchett (pengusaha sukses namun pernikahannya tidak di karuniai anak) yang berada di kantor visa dalam rangka ingin memenuhi impian sang istri (yang baru recovery dari sakit) untuk traveling di negeri Taj Mahal. 

Masa kanak-kanak Mr. Pritchett ternyata tidak segemilang kesuksesannya dalam karir. Hidup dari kalangan pinggiran dimana ibunya tidak begitu perduli akan dirinya karena lebih suka tidur (sehingga baginya sang ibu mirip legenda putri tidur) dan berjam-jam melihat acara TV: I love lucy atau asyik mendengarkan Lassie come home, tapi dia tetap sayang sekali dengan sang ibu. Jika ibunya ada pekerjaan atau acara, maka Mr.Pritchett kecil pun di titipkan dari satu rumah ke rumah lainnya (mana yg bisa di titipi). 

Lika-liku hidup masa kecilnya serba susah dan tak pernah diceritakannya pada sang istri sehingga cukup membuat Mrs. Pritchett kesal dan ingin marah karena merasa di anggap ‘orang asing’ dengan sikap sang suami yg selama ini menyimpan rapat cerita kelabu hidupnya di masa lalu. 

Yang tak kalah amazingnya juga kisah dari Mr. V.K.S Mangalam sang petugas di kantor visa, Miss Malathi yang ternyata pernah ‘mengerjai’ seorang wanita sosialita sewaktu bekerja di sebuah salon di India sehingga membuatnya melarikan di sampai ke Amerika. Atau Cameron dan Thariq sang pemuda muslim, juga cerita Uma Sinha yang ternyata dalam hatinya tidak begitu merindukan kedua orangtuanya (yang telah memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya kembali ke India). 

Bagaimana ending orang-orang yang terjebak tersebut? Silahkan membuat ending story berdasarkan keinginan masing-masing. Bagi yang menyukai pemaparan cerita dengan detail tokoh, suasana dan latar yang ‘hidup’, maka novel One Amazing Thing bisa masuk daftar pilihan yang akan membawa diri anda melting dalam imajinasi sang penulis. 
Sedekat dan sejujur apapun seseorang, tetap ada (kemungkinan) rahasia yang tersimpan rapi pada lipatan memory.

Noted: Image-nya dissapear (gone) 

83
Share
The Give Away Mr. Gaphe Bercerita. Kalau membiacarakan Give Away, saya ingin ikut semua GA meski hanya sebagai peserta penggembira (tapi nulisnya tetap serius lho). Tapi karena beberapa hal (salah satunya ‘blank’ idea), jadi ikut GA yang kiranya saya bisa membuat tulisannya yang sedikit relevan dengan term & condition sang empunya hajat. Ya haruslah ikut GA itu wajib patuh pada aturan mainnya *koplakk*. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, dari aktifitas Blogwalking, biasanya yang pertama saya kunjungi yang sudah menyediakan diri untuk meninggalkan jejak (shoutmix dan comment), baru kemudian klik up date yang muncul di dashboard. Jadi bisa di bilang random visit, karena loginnya tidak tentu waktunya. Wah, jadi bertele-tele ya prolognya. 

Oke deh, langsung pada GA dari Mas Gaphe Bercerita (seperti comment yang sudah saya jejakkan pada Giveaway: warisan oleh-oleh bahwa saya berharap semoga bisa ikutan), jadi inilah hasilnya:

 # Mengapa cerita perjalanan Gaphe menuju Melaka dan Penang layak dibikin free e-booknya? 

Setiap orang berhak dan layak untuk bikin e-book (saya juga boleh tentunya # Halah) selama dia punya materi yang ‘valueable’ bagi orang lain atau setidaknya rekam jejak untuk life story diri sendiri. Meski dengan tema yang sudah banyak publish, tapi tiap orang punya style/karakteristik dalam penulisan dan konsumen e-book juga punya sense yang heterogen. 

Dan karena segmentasi e-book ini tentang traveling ala back packer yang sedang berkelana mencari cinta di Melaka dan Penang, maka tentunya para pembaca akan mencari panduan traveling yang friendly reading, easy to understand and give more tips/triks for being back packer yang murah, meriah, aman dan nyaman. Jadi kalau boleh sedikit usul plus berharap, semoga e-booknya disajikan dalam frame dan narasi yang enjoyable to read dan simple, jadi kalau di print langsung bisa digunakan sebagai guide book in the (my) pocket. Amiiin:)

 #Chapter mana yang paling kamu sukai dan apa alasannya? 

Dari sekian Chapter yang sudah saya baca (mungkin 3chapter awal yang belum saya baca), maka ini dia chapter yang bikin saya terkesima plus terkesan abis “ Chapter 10: Dirampok” Jarang-jarang tuh ada tukang palak (tau kan artinya palak?), yang ‘baik hati’ memberi kesempatan untuk nukerin uang dulu (kalau gak baik hati, udah di minta semua tuh 50 Ringgit), kemudian mengucapkan ‘makasih’ serta meingatkan untuk sholat juga. 

Jadi sebaiknya mas Gaphe juga mengucapkan terima kasih karena sudah mendapatkan pengalaman langka tersebut. Hehehe…Upss,maaf bukan bermaksud mendukung sikap Bapak India tapi biar mas Gaphe tidak lama-lama kesal,jengkel plus ngambeknya oleh kejadian tersebut. Yukk, cheerrrss yaa….


Alhamdulillah bisa menyelesaikan postingan ini (at the last day) dan karena dua aspek utama sudah bisa saya jawab versi subyektif diri saya, maka dengan membaca Bismillah saya menyatakan bahwa Entry ini diikutsertakan pada Give Away: Warisan Oleh-oleh yang diselenggarakan oleh Mr. Gaphebercerita

Note: Image dissapear (again )
55
Share
Harmoni Kebersamaan untuk sinergis. Menghargai perbedaan diri karena ia justru menambah pengetahuan dan pengertian tentang realitas mengasah kematangan emosi. Hidup secara alamiah sangatlah saling tergantung, berusaha mengerti terlebih dahulu akan mewujudkan sinergis yang mutualisme.

Prolog: I found this entry dari hasil clean up email, dengan satu maksud sederhana saja ketika terbersit untuk menaruhnya di blog “ biar tidak freeze jadi penghuni outbox email”. Terima kasih bagi yang berkenan membacanya
Everyone is created equal but definitely different
Bahkan ketika sudah ikrar pernikahan untuk merangkai tasbih cinta, tetap merupakan 2 makhluk yang berbeda. Bukan saja dalam cara berkomunikasi, melainkan juga dalam cara berpikir, merasa, memahami, bereaksi, menanggapi, mencintai, membutuhkan dan memberi penghargaan. Hubungan dan kebersamaan dua orang yang serba berbeda akan tetap kondusif dan sinergis, maka dibutuhkan pemahaman terhadap karateristik masing-masing personal sehingga meningkatkan integritas, kepercayaan, tanggung jawab pribadi, kerja sama yang makin erat dan cinta yang lebih besar. 

Dengan memahami bahwa teman kita sama berbedanya dengan diri kita sendiri, maka kita akan bisa mensinergiskan perbedaan-perbedaan tersebut dan menjadikannya sebagai elemen untuk saling melengkapi kekurangan/keterbatasan yang ada pada diri masing-masing, dan bukannya sibuk untuk mengoreksi/melawan/bahkan mencoba mengubahnya.

TANPA kesadaran bahwa kita memang berbeda, secara keliru kita akan menganggap bahwa apabila pasangan kita mencintai kita, dia akan bereaksi dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu sebagaimana reaksi dan tingkah laku kita apabila mencintainya.

TANPA kesadaran yang jelas tentang perbedaan-perbedaan yang ada, kita takkan mau memahami dan saling menghargai. Kita menjadi penuntut, mudah menghakimi dan tidak sabaran. 

Melalui pemahaman akan perbedaan-perbedaan lawan jenis, kita dapat lebih berhasil Untuk memberi dan menerima cinta yang ada dalam hati kita. Dengan meneguhkan dan menerima perbedaan-perbedaan, maka pemecahan-pemecahan kreatif dapat ditemukan sehingga mendapatkan apa yang menjadi goal kita. Dan yang lebih penting kita dapat mempelajari bagamana mencintai dan mendukung orang yang kita cintai dengan cara yang lebih bijaksana. 

Cinta itu ajaib, dan dapat berlangsung lama kalau kita memahami dan menerima perbedaan-perbedaan karakter masing-masing.

Menghargai perbedaan diri karena ia justru menambah pengetahuan dan pengertian tentang realitas mengasah kematangan emosi. Hidup secara alamiah sangatlah saling tergantung, berusaha mengerti terlebih dahulu akan mewujudkan sinergis yang mutualisme: Harmoni Kebersamaan untuk sinergis

Setiap pribadi adalah individu-individu yang unik dan khas yang memiliki ciri dan karakerisitiknya masing-masing. Mencintai seseorang berarti sudah mengukur batas kemampuan diri sendiri untuk bisa menerima/memahami apa dan bagaimana dia sebagaimana adanya, sehingga segala perbedaan yang ada menjadi kekayaan bersama untuk saling menambah, mendukung dan saling menutupi kekurangan. 

Dua orang yang menjadi satu dan bersama mengepakkan sayap-sayap cinta adalah suatu proses penyempurnaan, melengkapi dan enrichment kualitas diri melalui kekhasan dan keunikan masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan bersama.



Notes:
  • Tulisan ini saya buat beberapa tahun silam saat sharing dengan seorang teman (by email) yang sedang gundah dengan pernikahannya (tepatnya akan pasangannya). 
  • Tulisan ini bisa dikatakan sebentuk uraian teori yang saya peroleh dari hasil 'baca' membaca beberapa dinamika kehidupan pernikahan yang terlihat saja, karena saya sendiri belum menikah dan bukan bermaksud untuk menggurui atau memberikan konsultasi, melainkan sebatas opini (seadanya) yang masih sebagai outsider dan “penonton” dunia pernikahan. 
  • Nah daripada tersimpan dalam outbox email, jadi saya posting di Blog (at least) buat wacana saya pribadi (yang heran juga waktu membacanya lagi, kok saat itu saya menulis sok bijaksana gini ya?) 




102
Share
Berada di udara merasa lebih lama daripada di permukaan bumi, itu yang selalu saya rasakan ketika naik pesawat. Pertama kali naik pesawat (gratisan), saya pikir mungkin euphoria cah ndeso pertama kali naik pesawat serta di perkuat oleh guruan teman-teman “efek orang yang biasa naik bus umum tuh…”. 

Tapi setelah berkesempatan beberapa kali menempuh perjalanan udara saya semakin yakin jika waktu satu jam berada di atas permukaan bumi memang lebih lama daripada di bumi adalah BUKAN semata refleksi perasaan ‘merasa’ walaupun penunjukan jam dan gerak jarum detik di arloji saya tidak mengalami perlambatan. 

Sebelumnya minta ijin dulu (pada sapa ya) karena kali ini menggunakan judul lagu sebagai title postingan, juga maaf review One Amazing Thing hadiah GA dari sang empunya blog man and the moon belum terselesaikan membacanya eeh, lha kok malah bikin postingan ini.

Akhirnya file di memory otak saya ada yang terbuka, tentang pelajaran Fisika mengenai Teori relativitas (jadi ingat juga saat sang Guru Fisika yang sekaligus wali kelas saya sempat memberikan sindiran yang menampar *PLakkk*, beliau bilang: kamu itu ambil jurusan Fisika tapi nilai fisikamu paling jelek dari pelajaran lainnya). 

Salah satu soal Fisika yang masih saya ingat adalah tentang dua orang yang satu di kirim ke luar angkasa dan satunya tetap tinggal di bumi. Yang ditanyakan, setelah 10 tahun di suruh menghitung usia mereka. 

Nah inilah yang kemudian saya gunakan untuk kembali berargumen bahwasanya semakin jauh dari bumi maka waktu akan lebih lambat (point teori relatitivitas yang bisa saya pahami). Tapi saya tidak hendak menulis tentang relativitas waktu, sudah ada expert yang skilled soal tersebut, Mr.Albert Einstein beserta penerusnya. 

Ketika beberapa waktu lalu dalam perjalanan ke Jakarta (lagi), kebetulan bisa mendapatkan tempat duduk di dekat jendela, sehingga saya bisa leluasa menikmati pemandangan di antara awan-awan dan landscape nun jauh di bawah. 

Salah satu view langit yang saya sukai adalah melihat gumpalan-gumpalan awan berwarna putih bersih dan tampak lembut seperti busa sabun. Atau ketika senja menjelang dengan cuaca yang cerah ceria dimana lazuardi akan tampak memukau oleh hiasan gumpalan awan berserat jingga yang dihasilkan dari pancaran spectrum cahaya tampak matahari (dengan frekwensi dan panjang gelombang tertentu) yang dihamburkan oleh lapisan atmosfer. 
Langit Biru-Awan putih-Senandung-lagu-romatis-melangkah-di-atas-awan
Imajinasi waktu kecil, menghayalkan bahwa gumpalan awan jika di sentuh akan lembut seperti kapas atau busa sabun. Menghayalkan suatu ketika bisa berada sangat dekat dengan awan-awan di langit (anak kecil menghayal tingkat tinggi [baca: awan]). Saya hanya ingin menikmati tanpa harus membedakan bentuk awan-awan tersebut mana yang termasuk awan Kumulus, Stratus atau awan sirus. 

Sementara teman di sebelah saya asyik mendengarkan music dengan head phone yang di sediakan pesawat sambil memejamkan mata (tidurkah?), snack juga sudah ludes, gelas soft drink telah kandas isinya, terlelap juga sudah cukup lama tadi rasanya. Mau membaca buku, lha saya selalu pusing kalau membaca dalam kondisi mobiling. Jadilah saya sok PeDe bergaya mendadak ala fotographer karbitan mencoba mengcapture pemandangan di luar jendela. Saya pikir, kapan-kapan bisa dibuat postingan di blog. Hehehee… 

Ah iya, setiap moment naik pesawat saya juga teringat joke dari seorang teman saat ada yang bilang takut naik pesawat. Teman tersebut bilang ”Kalau takdirnya meninggal sama-sama karena kecelakaan, bukankah masih lebih baik naik pesawat, bisa meninggalkan warisan banyak karena asuransinya besar jika kecelakaan….” 

By the way, any way and bus way, kalau joke tersebut saya terjermahkan dalam sisi yang lain maka: semakin tinggi kita terbang, maka setinggi itu pula hendaknya kita persiapkan diri jika mengalami jatuh/gagal. Ketinggian yang ingin dan hendak kita capai, maka resiko jatuhnya akan linear dengan tingkat keberhasilan yang bisa kita dapatkan pada titik tinggi tujuan tersebut. Maka jangan pernah terbang tinggi jika takut jatuh. Tapi tetap lebih baik berani untuk terbang dan siap menghadapi resiko jatuh (gagal), karena itulah dinamika kehidupan yang menantang, bukankah tantangan adalah wajah lain dari kesempatan?. 

Yuk menyimak syair lagu “ melangkah di atas awan” saja dulu….. 
( By Ronnie Sianturi - Melangkah di atas awan)

bagaikan melangkah di awan
semua hanya angan-angan
tak mudah meraih bahagia
bila arah saling berbeda

bagaikan rembulan dan mentari
tak mungkin seiring sejalan
simfoni ini sebuah elegi
dua irama di satu jalanan 

disini ku bernyanyi sedih
nuansa biru cinta kasih
ku singkap tirai kelam malam
ku nanti sinar fajar pagi

laguku kan mengalun sendu
menjadi bingkai dua hati
melambai angan yang melayang
ku jelang esok kan kujelang 

But, please don't ask me why I love this song till this present. Sejak awal dengar/mengenal lagu ini, saya pun auto sukak parah pokoknya. Karena romansa romantis, atau just because easy listening? Maybe both of them....
91
Share
Prolog: dari acara bersih-bersih tumpukan map dan file, saya temukan beberapa kertas yang isinya tulisan tangan saya beberapa tahun lalu. Setelah memilih dan memilah, maka saya jadikan postingan ini (salah satunya).

Bismillahirrahmaanirrahiim, seumur hidup pun saya tak akan mampu mengumpulkan kata-kata yang precisely untuk menerjemahkan dan mendefinisikan lima huruf “CINTA” yang dengannya bisa membuat orang tertawa bahagia, bersemangat, menangis atau bahkan terpuruk jatuh bangun (tragisnya jika terpuruk sehingga ‘tak mau’ bangkit lagi, mengenggam erat cerita cinta yang sudah tak ada di genggaman sedemikain penting dan berharganya sehingga tak bisa melihat lagi masih banyak hal yang jauh lebih berharga bisa di raih).

Yang aku tahu, segala sesuatu memang membutuhkan proses, fight dan waktu. Segala sesuatu ada masanya sendiri-sendiri, entah akan terjadi dengan cepat atau lambat karena sesungguhnya tak akan ada yang bisa menyegerakan apa-apa yang ditentukanNYA untuk datang kemudian, demikian juga tak ada yang bisa menghentikan segala sesuatu yang dikehendakiNYA untuk datang dan terjadi lebih cepat. Hak kita, wilayah kita, jangkauan kita: planning, fighting, praying then acceptance with brave heart.

Terlebih untuk membuat keputusan agar pilihan kita jatuh pada orang yang tepat, sehingga sepanjang usia berhias harmoni yang indah. 
Menunggu memang membutuhkan banyak hal, namun melakukan ikhtiar memerlukan jauh lebih banyak lagi Iman, Keberanian, pengorbanan dan pengharapan serta kebesaran hati “karena CINTA adalah kata kerja”. Cinta – perasaannya - merupakan buah (hasil) dari cinta -kata kerjanya- yang harus diperjuangkan dan dijaga agar bersemi dan bertumbuh mekar sampai maut memisahkan. 
Mendapatkan orang yang kita Inginkan (baca: cintai) tentunya akan membuat hidup lebih hidup. Akan tetapi mendapatkan teman hidup yang di sukaiNYA merupakan kebahagiaan hidup dunia akherat "Bahagia tidak berarti selalu berisi cerita yang penuh warna tawa suka dan serba kecukupan materi/fasilitas, bahagia adalah kemampuan kita untuk 'menikmati' apa yang kita terima, adanya motivasi untuk fight for better tomorrow, bahagia tidak selalu berisi tentang rangkaian keindahan-----> definisi ini menurut saya (subyektif)." 

Jadi, 
Tetap lebih penting untuk menemukan sang dia belahan hati yang disukaiNYA, tidak masalah prosesnya akan cepat/lambat karena cinta adalah kata kerja, nilai-nilai yang di ekspresikan melalui perbuatan penuh kasih sayang dan saling keberterimaan (any aspect). Dengan demikian, cinta sejati, seyogyanya adalah cinta yang bertumbuh dalam mahligai pernikahan yang seiring langkah sang waktu dalam kebersamaan untuk meraih kebahagiaan yang hakiki. 

Disadari atau tidak, 
DIA dengan segala keajaibanNYA dan dengan hikmatNYA selalu memberikan yang terbaik yang kita butuhkan (bukan yang kita inginkan !)


Atas saran dan dukungan teman-teman blogger, maka saya beranikan diri untuk mengikutsertakan postingan ini dalam
“5thAnniversary Giveaway: Ce.I.eN.Te.A” yang diselenggarakan oleh Zoothera

 
Sekaligus teriring ucapan turut berbahagia serta selamat atas wedding anniversary ke-5 buat Mbak Zoothera beserta suami (keluarga): Semoga selalu bersama dalam pernikahan yang diberkahi oleh ALLAH SWT dan berbahagia selamanya….amiin.

Note: dari sebuah tulisan di selembar kertas yang entah kapan aku menulisnya. 


158
Share
Saat musim hujan, untuk sebagian daerah tentu identik dengan listrik mati. Entah karena ada maintenance (akibat ada kerusakan) atau untuk preventive terhadap pohon tumbang. Yang jelas kalau di desa asal saya, hujan turun adalah identik dengan pemadaman listrik. Meresapi suasana saat listrik mati, mengamati lampu yang berbahan minyak tanah (yang sekarang harganya bagai barang langka), menerbangkan kembali angan pada kenangan masa kecil saat Listrik belum masuk di desa saya. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, saat setiap sore menjelang, maka penerangan hanya mengandalkan lampu dengan bahan bakar minyak tanah. Tak ada TV, radio juga jarang yang punya. Untuk berangkat mengaji ke surau (model bangunannya seperti rumah panggung, jadi ada tangga untuk naik) tak lupa harus menyiapkan obor dari bambu dengan minyak tanahnya. 

Dan manakala pulang dari mengaji, hampir selalu ramai membaca bermacam hafalan dari Juz Amma (bukan untuk menambah hafalan) karena rasa takut melewati tanah/pekarangan kosong yang rimbun serta beberapa lokasi yang padat rumpun bambunya. Bacaan hafalan akan makin kencang jika kami mencium bau harum khas singkong yang direbus (mitos diantara kami kala itu adalah makhluk halus sedang merebus singkong, bahkan sampai sekarang aroma singkong rebus itu seseali masih saya jumpai di rute-rute jalan yang ‘sangar’). Jika rasa takutnya semakin kuat, maka jurus terakhir yang diambil adalah langkah seribu: Lariiii….. 

Secuil kisah masa kecil yang selalu membuat saya tersenyum jika mengingatnya, seperti saat listrik mati yang saya alami. Menyalakan lilin dan mengamatinya seksama bagaimana benda yang terbuat dari campuran hydrogen dan carbon (yang lebih dikenal sebagai parafin) meleleh dengan tenangnya bagai permukaan air yang dalam. Sesekali apinya meliuk-liuk manakala hembusan angin lembut menyapanya penuh kasih mesra. 
Belajar-Ikhlas-dari-Lilin
Kadang saya membayangkan bisa melihat dengan mata telanjang saat lilin mengalami proses pembakaran yang dimulai dengan bagian lilin yang meleleh kemudian oleh sifat kapilaritas lilin yang cair tersebut akan naik melalui sumbu sehingga hydrogen bertemu oksigen yang menghasilkan air (uap) dan carbonnya bersenyawa dengan oksigen membentuk karbondioksida (gas), untuk kemudian komponen tersebut menghasilkan cahaya yang berpendar (dengan efek romantis kalau lagi candle light dinner tentunya). 

Dalam temaram pendar cahaya lilin, sekaligus terlintas sebaris kalimat yang pernah di ucapkan adik saya. Kalimat yang saya ingat dengan sangat baik, meski waktu adik saya mengucapkan kalimat tersebut sepertinya hanya asal ngomong. “ Kenapa orang suka bilang: jadilah seperti lilin yang rela membakar dirinya demi menerangi ruangan. Kenapa jarang yang mengatakan: tirulah pohon kelapa yang tetap bisa tumbuh berkembang tapi tetap bisa memberikan manfaat dari akar hingga daunnya” 

Ungkapan “ingin menjadi seperti lilin” sebenarnya bukan hal baru bagi kita semua. Sebuah frase kalimat yang menggambarkan makna ketulusan dan rasa ikhlas tanpa pamrih hingga tak perduli akan kebahagiaan diri sendiri. Idealnya tentu kita akan lebih memilih menjadi seperti pohon kelapa, yang bisa tebar manfaat bagi sekitarnya tanpa kehilangan kesempatan untuk menjalani dan menikmati hidup dan kehidupannya. 
Menjadi seperti lilin atau pohon kelapa, dalam konteks tertentu memang bisa merupakan bentuk pilihan dimana kita masih punya ruang dan kesempatan untuk menentukan pilihan sikap. 
Akan tetapi dalam banyak konteks dan unpredictable conditional, seringkali keadaan membuat kita harus menempatkan diri seperti lilin. Banyak kisah heroik merupakan pengejawantahan filosofi pilihan hidup menjadi lilin, dalam banyak perwujudan (hubungan emosional) dan ikatan kasih sayang, orang tak lagi berpikir akan dirinya, karena kebahagiaannya adalah ketika bisa membuat orang yang disayanginya hidup bahagia. 

Yang jamak terjadi dan seringkali luput dari perhatian kita bagaimana aktualitas sikap dan segala tindakan yang dilakukan oleh para orang tua adalah refleksi lilin yang menyala menerangi ruangan. At the view of my point, menjadi seperti lilin atau mendapatkan kesempatan menjalani scenario hidup seperti pohon kelapa, semoga adalah jalan yang akan membawa kita pada keseimbangan hubungan vertical dan horizontal.
*

*Sebuah renungan sederhana saat Listrik mati*
78
Share
Kali pertama baca postingan di Mbak Yunda Hamasah, kemudian nyambung ke Mbak Lyliana Thia tentang Gurindam Muharam, langsung jumping lintas waktu ke jaman culun SMP tapi sedikit saja yang masih teringat yaitu kalau Gurindam itu mirip-mirip puisi. Dengan semangat dan demi persahabatan, maka dengan kebelumbisaan bikin gurindam jadilah simsalabim abracadabra Gurindam ala Ririe (semoga masih bisa disebut Gurindam meski hanyab nyrempet sedikiiittt ~ asli bukan gurindam, puisi juga kagak neh jadinya). Here is my Gurindam:

Ini 33hal dalam Gurindam Muharam 
Membuat saya sejenak bermuhasabah
Jika gurindam ini tidak lebih mirip puisi
Betapa karena saya berhasrat ingin berpartisipasi

Jika kulihat menetes air airmatamu
Kurasa selaksa sembilu di hatiku
Jika menjadi lilin bisa mengurai senyummu
Akan kubiarkan meleleh hingga pixel terakhir tubuhku

Jika belum bisa kupenuhi harapan
Maafkan masih membuatmu gundah
Sudah kulakukan apa yang bisa
Maafkan Bu, jika masih begini kenyataannya
(Sekalian, selamat menyambut hari IBU)

Sebelas kisah terbaru about me, family and friends
  1. Alhamdulillah sekitar pertengahan Nopember kemarin kami ber-9 saudara bias mudik bareng (tapi beberapa cucu gak bias ikutan mudik) setelah sekian tahun selalu selilih jadwal pulkampnya.
  2. Kejutan yang mengharukan ketika anak-anak dari almarhum teman SMA dating siturahim ke rumah waktu idhul fitri kemarin…betapa rasa di hati menerima kehadiran mereka yang penuh semangat dating dari Jogyakarta untuk menyambung tali ukhuwah dengan saya (salah satu teman ibunya)
  3. Kali kedua saya kena tilang: lampu depan lupa nyalain plus mbonceng teman gak pakai helm (biasa bareng pulang kerja karena searah ke terminal yang jaraknya sekitar 500 meter gitu deh)
  4. Beberapa minggu belakangan ini banyak begadang sampai menjelang shubuh (bukan karena insomnia tapi bad sector in my mind)
  5. Finally bisa bikin 11 entry (walau point of view ala kadarnya) di BUlan Nopember. Belajar bikin target postingan biar lebih disiplin dalam belajar menulis
  6. (2hari lalu) bertemu senior kuliah (beda jurusan) secara incidental sewaktu doing my job, meski sewaktu kuliah gak saling kenal namun suasana langsung melting dan friendly (hamper selalu demikian jika ketemu orang-orang yang punya kesamaan: sekolah atau daerah, langsung SKSD ~ sok kenal sok akrab~ gak ada jaim lagi…hehehee
  7. Sedang penasaran dengan novel Galaksi Kinanthi (karena kesamaan ‘kinanthi’ sebagai nama pena/ID cyber saya selama ini), telatt banget yuuaaa baru sekarang penasarannya.
  8. Lagi hobi sarapan dengan menu sereal (cepat,praktis dan gak pakai ribet)
  9. Sekitar 3bulan lalu salah satu adiknya Ibu meninggal karena sakit jantung
  10. Ternyata setelah cuti, berat badan saya justru bisa turun 2Kg, hebat kan?
  11. Ada 2 teman kerja yang moving sehingga dapat teman kerja baru 2 orang juga.
family-is-the-best-gift

Sebelas Resolusi (harapan) untuk tahun 1433 H 
  1. Memasuki fase baru kehidupan (resolusi yang masih jadi top request beberapa tahun ini): being merried and live as a couple to complete each other à Sekaligus memenuhi greatest desire of my parents.
  2. Bisa moving dari habitat saat ini: new place for new euphoria and more challenging
  3. Bersemangat lagi menulis dengan menetap target (biar lebih patuh), syukur kalau bisa bikin novel/buku even just deserve to read by myself *yang penting happy writing*
  4. Reuni dengan teman sekelas waktu SMP dan SMA
  5. Lebih intens dalam dunia blogging (denagn space waktu yang tersedia), impian sejak lama untuk bisa ber’blogging ria serta lebih konsentrasi (belakangan ini sering mengaami disleksia: antara isi kepala dan action yang saya saya lakukan terjadi bias comformity)
  6. Ke kawah ijen (palnningnya bulan depan, semoga tidak ada perubahan dan bisa terlaksana)
  7. Menambah koleksi buku (sekaligus membacanya biar gak hanya rajin beli untuk di tumpuk)
  8. Melakukan perjalanan ke luar negeri, Alhamdulillah jika berkesempatan Umroh (maklum passport sudah 2tahun masih polos)
  9. BIsa berbuat lebih banyak dan lebih baik untuk orang-orang di sekitar dan dimanapun saya berada
  10. “Melek” rute jalan (penyakit yang belum sembuh: betapa susahnya mengingat rute jalan suatu lokasi)
  11.  After all: Semoga bisa berproses dalam hidup menjadi pribadi yang lebih baik (dalam ilmu, islam, iman dan humanity)
Sebelas Hal yang Tak ingin di ulangi dan atau berkesan di tahun 1433 H
  1. membuat orang tua kuatir/sedih (jika belum bisa membuat mereka bahagia)
  2. Bangun kesiangan (tidur setelah sholat shubuh) sehingga memecahkan rekor terlambat dating kerja
  3. Lupa menaruh kunci motor sehingga bikin stress kalau berangkat kemana-mana
  4. Kehilangan dompet (komplit dengan isinya) dan HP (puyeng.com untuk dapatin new release SIM/KTP/STNK dll). Please No more losing…Amiin
  5. Jutek pada pengamen di bis antar kota (Lha pada nyebelin sikapnya yang suka maksa kalau minta uang)
  6.  Hp ketinggalan di rumah/gak bawa charger
  7. Lupa matiin lampu (listrik) saat berangkat kerja
  8. Menunda-nunda sholat dan males makan
  9. Tidak bawa jas hujan (jadi menikamtinya indahnya siraman hujan)
  10. Stag kalau bikin tulisan (terus dibiarin, gak dilanjutin deh)
  11. Yang berkesan: Mendapatkan kembali spirit dan motivasi untuk menulis (salah satunya dari teman-teman sekolah yang bertanya kenapa saya tidak menulis lagi seperti tempoe doeloe?)
Jadi harap maklum dan semoga bisa diterima postingan ini saya ikutkan dalam acara Muharam Plus 33 yang di selenggarakan oleh Mbak Yunda Hamasah dan Mbak Lyliana Thia

Note: 
Sekalian ucapan terima kasih untuk MAs Kahfi untuk hadiah GAnya yang dikirimkan oleh Mbak Fanny, hari ini sudah terima dengan penuh suka cita. Revewnya menyusul (semoga segera bisa dibaca hingga khatam)
  1.  
45
Share
Perkembangan teknologi IT yang demikian pesat membawa kita pada era digital, idealnya memang diharapkan masyarakat bisa menjadi pengguna yang bijak. Menutup diri dari perkembangan teknologi (apalagi internet) justru akan menjauhkan kita dari dinamika peradaban sehingga kita menjadi sosok yang tidak up to date. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, semarak social networking sebagai salah satu bagian sayap dunia internet yang menghipnotis ratusan juta (atau milyaran?) penghuni planet bumi ini dalam dunia digital. Facebook, twitter, blogger, Friendster, Messenger etc, sudah menjadi kebutuhan untuk menjalin komunikasi dengan keluarga, teman dan partner bisnis.

Internet telah banyak mengubah life style dan bergerak bebas tak ada batasan ruang dan waktu, dimana dampaknya sangat heterogen. Segala sesuatu tentu memiliki dua sisi yang berbeda, tinggal bagaimana kita memilih sisi mana yg hendak kita explore dan optimalkan. 
Memperdebatkan dan mempermasalahkan sisi negative internet tidak akan menghentikan kecepatan perkembangan teknologi sebagai hasil kreatifitas akal dan tuntutan kebutuhan manusia seiring perkembangan jaman. 
Saya lebih setuju jika internet di posisikan sebagai salah satu sarana informasi yang XLangkah lebih maju untuk mengakses kebutuhan informasi, berkomunikasi dan berinteraksi secara tanpa batasan ruang dan waktu. Dengan potensi internet yang memiliki kelebihan tingkat kecepatan dan penggunaan yang besifat flexible, maka sangat membuka kesempatan bagi kita untuk men’download’ point plus yang terdapat dalam media cyber ini sehingga XLalu gaya XLangkah lebih maju

Saya lebih suka menganggap internet dalam konteks Membuatku XLalu gaya XLangkah lebih maju dalam cakupan penerjemahan dan segmentasi aspek yang comprehensive, yaitu dalam rangka peningkatan kualitas dan capability diri untuk eksistensi di era global ini secara lebih progress. Bahwa dengan karakeristik internet sebagai sumber informasi yang menjangkau seluruh dunia dengan beragam informasi yang bisa di akses secara cepat, mudah dan murah adalah sangat potensial untuk menjadi ‘literature’ meraih kesuksesan dengan akselerasi yang XLangkah lebih maju. 

5 hal ini bisa dioptimalkan dengan internet agar lebih maju dan memantapkan aktualisasi diri karena: 
  • Kemudahan untuk mengakses berbagai dukungan informasi dengan lebih cepat dan sesuai kebutuhan terkait dengan pekerjaan yang seringkali butuh data dan informasi dalam waktu yang relative singkat. Dan melalui Internet, saya belajar banyak hal (positive dan edukatif) sehingga bisa saya sebut internet sebagai "sekolah dan perpustakaan" terbesar di dunia.
  • Meningkatkan 'nilai' Social Networking lebih dinamis tanpa kendala ruang dan waktu serta tanpa mengganggu aktifitas utama. Silaturahim dengan teman-teman lama yang sebelumnya lost contact pun kembali sambung menyambung setelah membuminya fasilitas internet.
  • Hobby menulis yang dulu sempat Stag dan vacuum cukup lama, sekarang mulai bisa di salurkan kembali melalui blogging dan menemukan teman-teman baru dari segala penjuru tanah air/manca negara yang asyik dan cool untuk berkorespondensi meskipun secara cyber dengan berbagai background sehingga bisa saling transfer ilmu dan pengalaman yang bisa mengkayakan diri. 
  • Tersedianya space waktu untuk expand pada hal-hal lain (daripada berjam-jam antri membayar taguhan listrik, air, telpon, asuransi dll yang sekarang bisa dilakukan lewat internet).
  • Sebagai media refreshing saat stress atau untuk memanfaatkan space waktu luang dengan melakukan browsing berbagai hal yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan seperti kesehatan, traveling, kuliner, music, film dll dalam hitungan detik bisa di peroleh. 
Jadi menurut saya kalau era sekarang tidak ada internet bisa membuat mati gaya. Maka, daripada kita menghabiskan waktu dan energy memperdebatkan sisi negative internet atau bahkan mengambil sikap antipati terhadap perkembangan dunia IT, hanya akan wasting time. 

Toh faktanya, perkembangan teknologi muncul karena tuntutan kebutuhan hidup manusia itu sendiri? Toh masih ada pilihan sisi baik dari internet yang bisa kita ambil manfaatnya secara maksimal demi menuju derajat hidup yang lebih baik. Bahwasanya internet dengan segala daya magisnya, semua itu pada intinya kembali pada diri kita sendiri akan meng’klik’ pada pilihan XLalu gaya XLangkah lebih maju atau sebaliknya?

Tulisan ini diikutsertakan dalam :
#XLangkahLebihMajuBlog Writing Competition

57
Share
Penerimaan terhadap ODHA  untuk hidup sehat  dan bisa terus berkarya. Realitas bahwa HIV/AIDS penyakit yang fatal dimana penderita biasanya ‘merasa’ sehat dan dari performance juga looking so healthy namun merupakan carrier virus yang asimtomatik dan bisa menularkan HIV pada orang lain, dimana sampai sekarang belum ada obatnya, sehingga menyebabkan keresahan psikososial yang complicated dimana dampaknya menjadi lebih complicated pada ODHA ( Orang dengan HIV/AIDS) oleh karena stigma dan justifikasi serta diskriminasi oleh lingkungan social.

Bismillahirrahmaanirrahiim, meningkatnya penderita HIV/AIDS tentu merupakan keprihatinan tersendiri dan membutuhkan langkah simultan secara riil untuk menekan angka pertumbuhannya. Perhatian dan berbagai langkah yang ditempuh untuk menekan angka penderita HIV/AIDS (termasuk langkah-langkah preventive), seyogyanya juga equal dengan perhatian terhadap penderita HIV/AIDS karena tidak hanya jumlah mereka yang relative banyak (saat ini), akan tetapi range usia mereka dominan masih productive. 
ODHA, mereka tidak hanya merupakan bagian dari kita, tapi mereka juga tetap seperti manusia lainnya yang ingin dan punya hak serta kebutuhan untuk bersosialisasi dan diterima eksistensi karya,kreatifitas dan kinerjanya sebagai bagian dari social masyarakat. Being ODHA is not ending of life yet !
Terlepas dari perdebatan dan justifikasi sebab dan asal-asul terinfeksinya virus mematikan tersebut, setiap ODHA tetap punya hak untuk melanjutkan hidupnya dengan optimal sesuai capability dan skillnya masing-masing. Untuk menciptakan kondisi kondusive tersebut, maka yang perlu di re-engineering, antara lain:

Pertama: Mereduksi dan meredesign stigma dan phobia masyarakat terhadap ODHA sehingga tidak menganggap mereka sebagai alien yaitu dengan distribusi informasi yang representative serta komunikatif mengenai cara-cara penularan HIV/AIDS sehingga masyarakat lebih terbuka pemahamannya agar bisa welcome terhadap ODHA. Masih minimnya informasi tentang cara penularan HIV/AIDS membuat lingkungan di sekitar penderita HIV/AIDS menganggap mereka enemies. 

Padahal reaksi penolakan dari lingkungan sekitar (terdekat) akan menjadi sumber stress, seperti yang kita tahu stress merupakan respon terhadap stressor (sumber stress) yang mengandung 2 komponen yaitu: psikologis (perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan tertekan) dan fisiologis (rangsangan fisik yang meningkat untuk melakukan tindakan apatis/desperate action). Komunitas di sekitar ODHA yang bersikap ‘alergi’ jelas akan membuat ODHA resah, tidak nyaman dan depresi yang pada akhirnya akan menjadikan ODHA ‘mati’ semangat hidupnya padahal sebenarnya dia masih punya potensi untuk berkarya secara maksimal. 

Kedua: Integritas di kalangan internal ODHA sendiri perlu di fasilitasi sehingga menjadi lingkungan yang comprehensive/kondusif dalam meningkatkan semangat hidup ODHA. Jadi keberadaan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) punya peran yang sangat penting untuk memberikan dukungan emosional karena adanya suasana yang nyaman dan terjaganya kerahasiaan anggota agar mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk bersosialisai, mengemukakan pendapat secara terbuka untuk didengarkan dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian keberadaan KDS bisa mengakomodasi anggotanya:
  • Agar tidak merasa di asingkan dan sendiri dalam menghadapi setiap masalahnya.
  • Bisa bertemu orang-orang lain sehingga mendapatkan teman
  • Mempunyai rasa percaya diri dalam rangka proses aktualisasi diri
  • Mendapatkan akses informasi dan distribusi material yang diperlukan oleh para penderita HIS/AIDS. 
Kebersamaan mereka akan menjadi media untuk mendapatkan kenyamanan, rasa aman dan saling tukar informasi secara lebih open mind. 

Walaupun mereka berasal dari background yang berbeda-beda, namun persamaan nasib yaitu mengidap HIV/AIDS membuat mereka bisa solid dan lebih bersemangat. Selain itu, kebersamaan mereka dalam KDS bisa meningkatkan pemberdayaan kompetensi mereka secara lebih terarah, mengingat nilai lebih KDS adalah berangggotakan para ODHA itu sendiri sehingga bisa menumbuhkan rasa saling percaya, saling memberikan dukungan/motivasi, mampu berinteraksi secara lebih komunikatif karena memiliki tingkat empati yang lebih tinggi (memahami secara langsung kondisi masing-masing karena sama-sama mengidap HIV/AIDS), bersikap lebih sabar serta rasa solidaritas yang idak diragukan lagi. Dengan adanya Kelompok Dukungan Sebaya yang solid maka kenisbian bahwa ODHA bisa mandiri dan berdaya guna bisa di minimalisir.

Kesimpulan: Penerimaan (acceptance) dari lingkungan terdekat (keluarga dan sekitarnya) adalah stimulator sekaligus katalisator bagi ODHA untuk mempunyai keyakinan dan semangat/motivasi melanjutkan hidupnya secara maksimal dalam mengekspresikan segenap kemampuan dan potensi dirinya sebagai orang yang produktif.


Postingan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog tentang Remaja dan HIV/AIDS


Link Artikel Yang di muat di VIVAnews : http://ureport.vivanews.com/news/read/268480-penerimaan-sangat-penting-terhadap-odha



37
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

hosting Indonesia paling recomended

hosting Indonesia paling recomended


My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ▼  2011 (70)
    • ▼  December (11)
      • Senyum kemerdekaan
      • Maju Kena, Mundur Kena (Macet)
      • Jika si Phobia Ngakak
      • Kala Perempuan Diuji
      • One Amazing Thing
      • The Give Away Mr. Gaphe Bercerita
      • Harmoni Kebersamaan untuk sinergis
      • Lagu Romantis Melangkah di Atas Awan
      • What Love Is….
      • Seperti Lilin & Pohon Kelapa
      • Belajar Gurindam Bonus 3 kali 11an
    • ►  November (11)
      • Internet Membuat Bisa Gaya Dan Lebih Maju
      • Penerimaan terhadap ODHA untuk hidup sehat dan b...
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (19)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article banner Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Free Games Gadget Galery Give Away Guest Post Health Calculator Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini parenting Pernik-Pernik PR PerSahabatan Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon