Event wisata tahunan yang meng-explore lereng Gunung Merapi kembali digelar dengan rute jelajah : kawasan hutan wisata Pronojiwo =>Gandok=>Ledok Lutung Lor =>Watu Kemloso => Kalikuning => Ledok Lutung Kidul
Iyessss….kalau tahun lalu, untuk kali pertama saya bisa dengan heboh seseruan
Jelajah Wisata Lereng Merapi bersama Devi, adik sepupu yang kala itu semangat mengunjungi kami karena ada modus pengen ikut event jelajah Wisata. rute yang ditempuh dengan Jarak tempuh sekira 10 KM dengan jalur dominan area perkebunan salak, yakni kawasan Desa Wisata Pulesari. Event wisata tahunan yang meng-explore kawasan Gunung Merapi
Bismillahirrahmaanirrahiim kembali digelar tahun ini, yakni treking atau jalan kaki
Ekspedisi Lereng Merapi: Kaliurang-Kalikuning dengan jarak tempuh 8 (delapan) kilometer. Adapun rute yang di eskplorasi kali ini adalah kawasan perbukitan lereng Merapi bagian selatan, dengan estimasi waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 3 jam. Start dan finish di kawasan Tlogoputri.
Sepanjang lintasan jalur tersebut akan memanjakan para peserta akan indahnya pemandangan di lereng Gunung Merapi dan dapat menyaksikan sisa-sisa erupsi di Watu Kemloso serta perkembangan dan perubahan pasca erupsi tahun 2010 lalu. Alhamdulillah saya bisa ikutan lagi. Dan tahun ini kembali
Devi ikut menjelajahi lereng Merapi, kebetulan kuliahnya sedang Off hampir 6 bulan pulang ke Indonesia.
|
Mumpung Sepi, ghayya dulu sok flying without wing |
Dan Azka yang sedar sebulan sebelumnya yakin gak mau ikut, mendadak mau ikut saat menit-menit menjelang berangkat. Mungkin melihat antusiasme Emaknya dan Sepupunya, membuat Azka terprovokasi untuk ikut serta. Untungnya jelajah kaki Merapi ini merupakan versi ekspedisi wisata, jadi walaupun Azka dadakan ikut, so come on saja. Tinggal masukin botol minuman dan cemilan secukupnya dan suruh Azka nyangklong tasnya sendiri, biar sewaktu-waktu mau minum lebih fexible.
Tentunya, keikutsertaan Azka termasuk tidak terdaftar karena seminggu sebelumnya saat saya mendaftarkan Lathifah ( Blogger asli Banjarbaru dan saat ini stay di Bantul), kata Pak Budi (petugas Dispbudpar) bilang jika tiketnya sudah penghabisan. Dibandingkan tahun lalu, pendaftaran tahun ini naik 5 ribu yaitu biaya pendaftaran sebesar Rp. 30.000,- per peserta memperoleh kaos, makan siang dan minum, asuransi serta kupon undian doorprize untuk memperebutkan hadiah utama 2 (dua) sepeda motor Suzuki. Oiaa, kupon tersebut harus dimintakan stempel pada setiap pos-pos yang dilewati: Mulai Start – Post Empat.
So, we just ready to the Journey !
Berangkat dari rumah jam 06.30 WIB, berhenti sejenak di Pasar Gentan nunggu Mbak Lathifah yang naik minibus jurusan Kaliurang. Biar samaan, karena tiket pendaftaran+kaos pesertanya saya bawa dan kami belum pernah ketemu off air. Saling sapa di Blog juga belum pernah, tapi chit-chat via WA. Daripada meeting point di garis start kemudian celingak-celinguk saling nyariin penampakan masing-masing, sekalian saja bebarengan berangkat karena jalur bisnya kan searah.
Ehmmm….semakin mendekati central Kaliurang, mulai banyak melintasi tempat-tempat penjualan makanan yang khas Kaliurang dan yang terkenal Jadah Tempe punyanya Mbah Carik yang tersohor itu. Hawa segar pegunungan pun mulai menyapa mesra melengkapi panorama lereng Merapi yang mulai menampakkan diri dengan pesona kegagahannya.
Jarum arloji saya menunjuk angka 07.30 saat tiba di Tlogo Putri, Voiilaaa….we’re late already! Hehehe…shock juga, sedikit sih. Salah kami sendiri kepedean berasumsi kalau jelajah wisata bakalan molor seperti tahun lalu. Bergegaslah kami menuju ke panitia, minta stempel pertama dulu dan mulai meniti rute jelajah wisata, bersama beberapa peserta lain yang senasib.
|
Yeeeayyy, Berhasil menyusul rombongan peserta! |
Sempat kuatir juga kalau terlalu jauh ketinggalan, makanya kami pun menambah speed langkah kami agar bisa menyusul rombongan di depan. Step by Step, akhirnya kami berhasil mendekati ekor peserta yang berada di depan. Gimana gak bisa mneyusul, lha wong begitu mendekati pos pertama, terjadi penumpukan peserta yang minta stempel dan banyak yang seseruan mulai selfi-wefi. Demi menjaga agar tidak menjadi peserta penghujung yang mencapai garis finish, kami pun menyelusup di antara padatnya peserta di pos pertama.
Dalam Ekspedisi Lereng Merapi: Kaliurang – Kalikuning ini sebenarnya dibagi empat pos. Tapi secara topografi, tingkat kesulitan dalam menjelajah medan bisa dibagi dalam tiga etape:
Pertama: Start – Pos Pertama
Dengan start dari zona Tlogoputri, perjalanan relatif lebih mudah karena medannya dominan landai dan cukup lebar. Kami bisa sesekali berlari-lari kecil demi mengejar ketertinggalan dari peserta lainnya. Lebar jalan sepanjang rute hutan Pronojowo masih memungkinkan kami berbarengan. Deru nafas juga masih normal dan belum keringatan hingga mendekati pos pertama.
Voiiillaaaa….kemacetan arus peserta pun tampak padat di dekat pos pertama yang antri nunggu stempel. Banyak peserta yang sesion penantian tersebut untuk haha-hihi poto ria dengan berbagai gaya, ekspresi dan sudut pengambilan gambar.
|
Peserta Bejubel menjelang Pos Pertama |
Etape Kedua: Pos Kedua – Pos Ketiga
Kalau perjalanan dari Start hingga pos pertama cenderung jalan santai plus wisata pandangan mata, maka tidak demikian halnya untuk rute menuju pos kedua dan ketiga. Tantangan jelajah wisata mulai terasa menguji nyali dan stamina ketika menapaki rute Gandok=>Ledok Lutung Lor =>Watu Kemloso => Kalikuning .
|
Salah satu rute berpasir dan curam |
Jalurnya banyak yang sempit, hanya cukup dilalui oleh satu orang, model alur yang menanjak dan menurun dengan kemiringan antara 30 – 45 derajad. Pada beberapa spot yang curam, dengan difasilitasi seutas tali dan atau ada tim guard yang membantu peserta melewati titik yang dianggap berbahaya. Pada rute-rute yang sangar (menurut saya) tersebut, terlebih ada pula yang berpasir sudah nyaris membuat saya keprosot karena kewalahan ngerem. Untung saya gak jadi pakai sepatu gunung dan mengikuti saran Devi untuk menggunakan
SEPATU KETS.
" Mending pakai running shoes saja Mbak, jaga-jaga kalau medannya dramatis buat orang-orang kayak kita yang tahunya out door hanya tandur di sawah”. She’s completely right.
Jadilah saya lebih fokus gimana bisa aman-selamat melewati rute “tajam” dan harus ikhlas tidak bisa mengabadikan spot-spot yang memacu aliran adrenalin tersebut.
|
Area Watu Kemloso (another view) |
|
Blok Gandok |
Dalam perjalanan dari pos kedua menuju pos ketiga, Devi dan Azka mulai melaju meninggalkan kami berdua. Saya paksain mengimbangi irama langkah mereka, tapi wes ngos-ngosan level kritis dan kondisi Mbak Lathifah juga tak mungkin dipaksain untuk mengejar mereka. Sesekali kami melambat, dan ada kalanya berhenti beberapa menit untuk menata tarikan nafas dan minum beberapa teguk air mineral.
|
Devi & Azka (Pict By Devi) |
Surprise Happening, di jalur menuruni sebuah sungai yang permukaannya berlapiskan bebatuan seperti hamparan tikar yang luas, ada yang memanggil nama guweh! Ahaaa….si
embak Phie akhirnya show up juga.
|
Kopdar Watu Kemloso: Phie, Lathifah, Ririe |
|
Watu Kemloso (another view) |
Sebenarnya sedari sebelum daftar saya sudah tahu jika dia ikutan juga sama beberapa temannya. Kami memang tak sempat untuk ketemuan, ehh…Mbak Phie ternyata bisa menemukan saya di antara sekian banyak orang yang asyik narsis ria di Watu Kemloso, demikian akhirnya saya tahu nama tempat tersebut. Sesuai namanya, Watu ~ batu dan Kemloso ~ tikar yaitu sepanjang permukaan sungai (pas lagi kering) yang dihampari lapisan batu.
Jika di deskripsikan versi imajinasi saya, sepertinya saat terjadi lahar panas yang mengalir lewat sungai dan oleh karena pengaruh penurunan suhu sehingga lahar panas mengalami pembekuan di sepanjang daerah aliran sungai tersebut. Ini skenario terjadinya WATU KEMLOSO versi saya lho?
Etape Ketiga: Pos Empat – Garis Finish
Selanjutnya, sudah bisa ditebak kami bertiga pun beriringan menuju pos keempat dan hingga finish di Tlogoputri. Keluar dari Pos keempat, jalurnya setipe dengan rute menuju Pos Pertama. Jalan yang kami lalui lebih bersahabat sehingga bisa lebih santai, lebih leluasa menikmati pemandangan di kawasan Merapi. Suara burung-burung dari dalam hutan yang terdengar ramah seolah mengajak kami bercakap-cakap (berhalusinasi), gemirisik dedaunan bagai suara musik klasik yang mengalun mesra dan juga leluasa nyekrek sana-sini. Hehehehe….Hanya sayangnya, cuaca sedang tidak cerah dan si Merapi pun berselimut awan (atau kabut?).
|
Merapi berselimut Kabut |
Ah iya, keseruan lainnya adalah antusiasme sekelompok remaja dan pemuda yang memunguti sampah-sampah plastik di sepajang rute Ekspedisi Lereng Merapi: Kaliurang – KaliKuning! Ternyata panitia penyelenggara memang memberikan challenge pengumpul sampah terbanyak dalam event jelajah wisata kali ini. Great Idea ! Yang bikin saya simpatik, sekelompok remaja yang kompak ngumpulin sampah plastik tersebut, tidak semata ikutan challenge panitia lho? Wong pas di area finish, mereka tidak menyetorkan perolehan sampah plastiknya kok. Mereka tergabung dalam komunitas yang menamakan
Ikatan Remaja Turgo atau IRT. Seseruan foto-foto sampai pak Polisi pun suka-suka saya poto deh.
|
Go Green: Perduli Lingkungan |
This Journey not Accomplish yet!
Jreeng..jrenng, kami pun tiba di garis finish tapi tak ada bunyi genderang yang ditabuh khusus buat kami sih. Azka dan Devi sudah menunggu dengan duduk santai di dekat wisata air. Mereka sudah sampai finish sekira 30 menit lebih dahulu.
“ Bunda kok lama sih?” sambut Azka cengengesan dengan ekspresi bangga karena bisa lebih dulu menyelesaikan rute jelajah wisata sejauh 8 KM ini. Secara total jarak tempuh, jelajah wisata Merapi 2015 ini memang lebih pendek daripada periode sebelumnya. Namun tingkat kesulitan medan jelajahnya, bagi saya yang langka-langka banget nyambangi gunung, level tantanganya lebih tinggi.
“ Iya loh Mbak, aku tadi sempat was-was kalau Azka gak kuat. “ ujar Devi sambil mengiringi kami mengambil jatah makan siang.
“ Ya kuat dong, Aku kan sudah ikut futsal Mbak Dev,!”
“ Iyaaa deh, untungnya cuaca mendukung. Gak terlalu terik, jadi gak begitu kepanasan.”
|
Yuhuuuu....sampai finish! |
|
Ghaayyaaa dengan MOGE-nya orang tak dikenal |
Sambil menyantap jatah makan siang, kami pun menghabiskan waktu menunggu jemputan dengan (lagi-lagi) moto-moto view sekitar Kaliurang yang bertabur tempat peristirahatan semacam wisma. Tempat-tempat penjualan makanan juga bervariasi dan dijamin bikin betah berlama-lama di kawasan Tlogo putri yang dilengkapi dengan ground taman wisata anak-anak.
Sebenarnya banyak yang ingin saya ubek-ubek lebih dekat, seperti wisma Kaliurang, Goa Jepang, Gardu Pandang. Tapi waktu sudah menuju tengah hari, dan jemputan sudah datang. It’s time to go home and take a rest, terlebih malamnya Devi harus balik ke Surabaya lagi.
Masih banyak spot journey lainnya di sekitaran Kaliurang yang belum saya jejak, maka This Journey not Accomplish yet! Saya masih penasaran untuk menjamah bumi Kinahrejo, menyusuri Kaliadem, petilasan Mbah Marijan. So, who’s dare to Kinahrejo? Let me know, sapa tahu timingnya KLIK sehingga saya bisa bergabung dalam ekspedisi selanjutnya di kawasan lereng Merapi.