5 Alasan Ini Kenapa Produk Pangan UMKM Sleman Patut Diunggulkan. Daerah Sleman yang memiliki letak geografis pada ketinggian 105 s/d 500 mdpl, dengan iklim agak basah sehingga memiliki potensi sumber daya alam besar untuk pengembangan industri makanan dan minuman. Industri pengolahan pangan juga sangat prospektif di Kabupaten Sleman khususnya dan di DI Yogyakarta pada umumnya sebagai salah satu destinasi kota pariwisata favorit di Indonesia.
Bismillahirrahmaanirrahiim, Pelaku UMKM di Sleman pun berkembang pesat, dengan beragam jenis produk olahan pangan yang mayoritas menggunakan bahan lokal memiliki daya saing yang tinggi karena diolah secara kreatif dan memanfaatkan inovasi teknologi tepat guna. Seiring dengan dengan era industry 4.0, rata-rata produk pangan dari UMKM Sleman siap bersaing di pasar global melalui media digital.
5 alasan ini kenapa produk pangan produksi UMKM Sleman bisa bersaing di pasaran dan siap menyambut tren industry 4.0:
Pertama, Produk pangan Sleman Unik dan Khas Sleman
Tak dipungkiri jika di Sleman saat ini terdapat banyak produk olahan pangan yang memiliki ciri khas Sleman. Bisa dikatakan, belum ke Yogyakarta kalau belum ke Sleman dan membawa oleh-oleh dari Sleman.
Terkait dengan keunikan produk olah pangan yang khas Sleman, daerah yang terkenal sebagai produsen salak pondoh, telah memantik munculnya diversifikasi olahan makanan dan minuman berbasis buah salak.
Diversifikasi vertikal terhadap buah salak yang sudah dilakukan dalam industri pengolahan salak antara lain kripik salak dengan metode vacum frying, wajik salak, jenang, suwar-suwir, egg roll salak, stick salak, keripik salak, geplak salak, dodol salak, dan aneka minuman sari salak.
Lereng Merapi yang berhawa sejuk, memiliki potensi untuk budidaya berbagai jenis jamur, antara lain jamur kuping, jamur tiram putih dan beberapa jenis jamur untuk obat-obatan. Berbagai produk olahan pangan berbahan jamur seperti jamur crispy, sirup, teh, dan produk olahan jamur lainnya menjadi bagian produk UMKM yang khas Sleman.
Selain potensi produk makanan berbahan salak pondoh dan jamur, masih banyak variasi produk UMKM Sleman yang bisa diunggulkan antara lain aneka keripik belut, gudeg kaleng, jadah tempe, bakpia, brownies ubi ungu, produk coklat, minuman kuliner yang cukup fenomenal SARPARELLA. Dan masih banyak lagi produk UMKM Sleman yang bisa diunggulkan dari sektor industri olahan pangan.
Kedua, HARGA Produk Pangan UMKM Terjangkau
Dengan potensi sumber bahan baku alam yang dominan berasal dari daerah Sleman, dan didukung SDM tenaga kerja yang cukup banyak juga, dua hal ini menjadi kontribusi terhadap harga jual produk UMKM Sleman yang terjangkau.
Siapa yang sih yang tidak tergoda untuk membeli sesuatu saat mengetahui harganya bersahabat (urah), barangnya berkualitas? Sebagai contoh salah satu produk UKM pangan lokal Sleman yang hits, Bakpia kering yang bisa tahan hingga 6 bulan, merk Phia Deva yang khas Jogja dengan aneka rasa, untuk 1 kotak isi 18 dibandrol kisaran 35K. Contoh lainnya cookies chip kering, produk yang menggunakan bahan kakao dengan merk Joka Mini dijual dengan harga mulai harga 18 k saja.
Masih pensaran dengan harga produk UKMSleman lainnya, cuss saja di berbagai aplikasi online yang didesain untuk memfaslitasi pemasaran secara digital bagi UMKM Sleman , aplikasi android seperti: CARIAKU, Kendi Sembada, slemanmart.com atau by searching di google, bertaburan kok informasi detail mengenai produk pangan milik UMKM Sleman.
Ketiga, Desain kemasan yang menarik (atractive), unik dan eye catching
Tidak bisa dipungkiri bahwa kemasan suatu produk memegang peran pertama untuk merarik minat pembeli. Desain kemasan yang unik dan kekinian memungkinkan calon pembeli falling in love at the first sight, jatuh cinta pada pandangan pertama, menimbulkan rasa penasaran dan bergegas untuk membeli.
Selain desain kemasan yang menarik, informative, dan ergonomis, UMKM Sleman juga memahami bagaimana menggunakan memilih bahan kemasan yang memenuhi aspek sanitasi dan syarat-syarat kesehatan dengan tetap memperhitungkan kewajaran harga sehingga harga jual tetap terjangkau.
Secara umum bisa dikatakan bahwa dari segi kemasan, produk UMKM Sleman memiliki desain yang menarik dan memberikan citra positif, yang memikat atensi pembeli serta mengikat kepedulian (keinginan) untuk membeli lagi.
Alasan keempat, Adanya Logo HALAL MUI sebagai Jaminan Keamanan Produk Pangan
Kesadaran UMKM Sleman yang sudah mencantumkan logo HALAL MUI merupakan nilai tambah yang sangat strategis. Keberadaan logo Halal dari MUI yang tercantum pada kemasan produk pangan UMKM Sleman menjadi poin penting yang meyakinkan pembeli untuk membeli dan semakin mantap untuk membeli lagi di kemudian hari. Seperti kita ketahui bahwa logo HALAL merupakan bukti legal Sistem Jaminan Halal (SJH) yang membuktikan KOMITMEN KEAMANAN pangan.
Hal ini tentu menjadi daya tarik marketing tersendiri mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Termasuk bagi semua lapisan masyarakat karena dengan masifnya informasi secara digital, orang semakin banyak yang teredukasi dan menyadari pentingnya memilih produk yang aman dan sehat. Dimana cara paling mudah untuk mengenalinya adalah dengan melihat logo Halal MUI yang tercantum pada kemasan pangan.
Seperti kita ketahui, untuk mendapatkan bisa mencantumkan logo Halal harus memiliki sertifikat SJH yang proses assesmentnya mulai dari bahan yang digunakan, hingga produk jadi dan semua fasilitas selama proses produksi mulai dari hulu hingga ke hilir hingga cara penyimpanan, semuanya harus memenuhi persyaratan halal.
Adanya logo Halal pada kemasan produk pangan adalah bentuk pertanggungjawaban UMKM (pelaku usaha) akan keamanan makanan/minuman mulai dari bahan baku, proses produksi, pengemasan, penyimpanan, distribusi hingga siap diperjualbelikan dan sampai ditangan konsumen.
Dengan memiliki sertifikat halal, produk akan memiliki banyak keunggulan kompetitif. Sertifikat halal dapat jaminan bahwa produk tertentu telah dikaji secara menyeluruh tidak adanya kontaminasi bahan non halal dan najis sehingga sesuai dengan hukum syariah Islam. Karenanya, terpampangnya logo dan sertifikat halal secara legal mampu meyakinkan muslim khususnya dan semua konsumen/pembeli untuk mengonsumsi produk tersebut.
Yang kelima, Pentingnya KEBENARAN Ukuran produk
Berhasil memenuhi kebutuhan pelanggan adalah suatu hal yang kita dambakan, agar pelanggan tetap loyal dengan produk-produk yang kita hasilkan.
Seperti pernyataan Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si pada acara Webinar Semangat Satriya Menuju Kabupaten Sleman Tertib Ukur Dengan Optimalisasi Metrologi Legal. “ Kebenaran ukuran suatu produk memiliki nilai sangat penting, mampu menimbulkan efek pengganda (multiplier effect) yang dapat mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi lainnya. “
Orang tidak akan complain ketika membeli barang yang isinya lebih banyak dari ukuran (berat bersih) yang dicantumkan dalam kemasan. Kebenaran ukuran adalah salah satu pilar kepercayaan konsumen/ pembeli. Jika kuantitas produk yang dibeli kurang atau dibawah nilai ukuran yang dicantumkan pada kemasan bisa berakibat sangat fatal. Pembeli enggan untuk membeli lagi, bahkan sangat mungkin merusak segmen pasar di antara produk sejenis.
Artinya, pencantuman nilai ukuran (isi) produk yang tepat, akurat dan sesuai dengan kuantitas produk yang dikemas, sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan pelanggan terhadap produk yang dijual.
Pencantuman nilai kuantitas yang tepat dari segi tatacara penulisan, sesuai dengan isi produk (cair, solid, atau bijian) dan pastinya dari segi kebenaran berat bersih (netto)
MEMPERDAYA UKURAN, akan MENGHILANGKAN KEPERCAYAAN. Kebenaran ukuran adalah salah satu pilar kepercayaan konsumen/pelanggan.
Menyadari pentingnya kebenaran ukuran sebagai perlindungan konsumen sekaligus pilar kepercayaan pelanggan, UMKM Sleman secara rutin menerakan alat ukur, takar, timbangan dan perlengkapanya (UTTP) yang digunakan untuk menentukan isi produk ke UPTD Pelayanan Metrologi Legal Sleman. Dengan menggunakan alat UTTP yang ditera ulang secara rutin (ajeg), sesuai jenis UTTP yang wajib tera ulang, merupakan salah satu langkah startegis untuk memberikan jaminan ketepatan isi/volume produk yang diperdagangkan.
Sebagai contoh masa tera ulang UTTP yang wajib dilakukan minimal satu tahun sekalai antara lain: timbangan meja, timbangan elektronik, neraca, timbangan badan, dacin logam (timbangan posyandu), timbangan sentisimal. Aturan tera ulang disbeut minimal, karena jika UTTP tersebut mengalami kerusakan dan dilakukan perbaikan dan atau ada penggantian spare part, maka wajib tera ulang (meskipun masa tera ulang belum berakhir/belum ada satu tahun). Tiap jenis UTTP memiliki aturan masa tera ulang yang berbeda tentunya.
Produk UMKM Sleman memiliki ukuran yang tepat, sehingga pembeli merapat dan penjualan pun berkali lipat karena semakin banyak pembeli yang loyal dan menjadi prime mover pembeli baru lainnya.
Tentunya 5 Alasan Ini Kenapa Produk Pangan UMKM Sleman Patut Diunggulkan yang saya sebutkan di atas merupakan bagian faktor-faktor yang mempengaruhi Produk Pangan UMKM Sleman Patut Diunggulkan. Saya yakin, masih banyak faktor-faktor lainnya, seperti manajemen yang memadai, promosi produk, perencanaan produksi dan lain sebagainya. Tiap-tiap faktor yang mendukung keunggulan suatu jenis produk adalah faktor yang saling terkait dan saling melengkapi, tidak bisa dikatakan salah satu faktor lebih menentukan atau paling dominan perannya.
Sekaligus saya buka rahasia tentang tulisan ini, sebenarnya konsep tulisan ini dalam rangka untuk publikasi (positive vibe) tentang UMKM Sleman di kumparan dengan judul 4 Alasan Produk Pangan IKM Sleman Patut Diunggulkan.
Tidak ada salahnya kan ya jika saya publish di blog pribadi, itung-itung ini versi draft awal ala blogger (yang alurnya melebar/tidak sistematis.), terlihat dong bedanya di platform media digital tersebut, tulisan jadi lebih simple, rapi dan sistematis. Alasan saya lainnya, dengan mempublish draft di blog ini semoga bisa menjadi bagian support system untuk sounding positif bagi UMKM Sleman khususnya, UMKM di seluruh Indonesia umumnya.
Semoga UMKM bisa segera menyesuaikan dengan kebiasaan baru di masa pandemi, bisa bertahan dan bergerak lagi dengan berbagai adaptasi baru, salah satunya mengoptimalkan pemasaran produk secara digital dan menggunakan alat pembayaran non tunai atau cashless dengan QRIS untuk transaksi yang lebih aman dan mempertahankan Sustainable Growth di masa pandemi, sekaligus pembiasaan untuk menghadapi era industri 4.0 dan 5.0.