5 Cara ini Agar Anak-anak Tidak Addict Pada pada Gadget. Di era modern atau digital atau apalah sebutan yang lebih gagah lainnya, fenomena umum dan semakin diminati dimana anak-anak lebih suka menonton TV dan bermain dengan gadget ketimbang bermain out door/fisik. Dan dengan alasanya masing-masing, semakin banyak orang tua yang cenderung memilih gadget sebagai sarana bermain bagi anak-anaknya.
Ikut-ikutan film yang
box office kan biasanya (sengaja) dibuat sekuel lanjutan. Curcolania ini
Bismillahirrahmaanirrahiim merupakan babak lanjutan
Ayo [Tetap] Happy Di Musim Liburan Sekolah, bahwa sebenarnya galau yang lebih serius dihadapi oleh para orang tua di musim liburan sekolah tidak hanya karena tak bisa senada dan seirama libur aktifitas dengan anak-anak sekolah.
Terlebih jika sang buah hati masih kategori anak-anak (untuk hal ini saya ambil batasan anak-anak dalam interval usia 12 tahun ke bawah) dengan variabel-variabel pelengkap antara lain:
- Belum ada kegiatan organisasi atau kegiatan sejenisnya yang sifatnya non formal (diluar kegiatan beorganisasi di sekolah)
- Tak ada tugas sekolah selama liburan berlangsung. Tugas atau PR yang diberikan untuk mengisi rentang liburan memang sifatnya tidak wajib dan tidak semua sekolah/guru memberikan tugas untuk dikerjakan saat liburan.
- Jadwal les libur. Setidaknya, ada beberapa jenis les yang menyesuaikan jadwal les dengan liburan sekolah.
- Apalagi kegiatan ekstra kurikuler juga off , bahlan ada yang sudah vacuum ekskul mulai 2 – 3 minggu sebelum pelaksanaan ujian sekolah. Maksud dan tujuannya memang mulia kok: agar tersedia waktu yang cukup dan fisik yang bugar untuk mempersiapkan diri belajar dalam rangka menghadapi ujian sekolah/UAS. Kenyataannya, tidak semua siswa selaras dengan tujuan tersebut dan bukannya belajar tapi malah asyik bermain dengan ritme yang lebih lama.
Ke-4 point yang saya sebutkan di atas, tidak bermaksud menggeneralisir lhoh? Fenomena di atas hanya sebagian potret yang kebetulan saya lihat pada musim-musim liburan sekolah anak-anak di sekitar tempat tinggal kami.
Hal yang dominan dan merupakan domain dalam dunia anak-anak adalah bermain dan tiada hari tanpa mainan. Dan dunia industri dengan cermat telah lama menempatkan anak sebagai target pasar berbagai barang-barang/ produk manufactur, salah satunya adalah industri mainan. Komunitas anak merupakan pangsa pasar yang cukup besar dan potensial karena memang anak sangat dekat dengan mainan.

Dalam rangka mengikuti perkembangan tekonologi, setiap hari [bahkan bisa jadi dalam hitungan jam?], aneka jenis mainan pun beradaptasi ke dunia digital yang lebih atraktif, lebih memikat, lebih berwarna dan lebih mempesona dengan unsur “challenge” yang membuat anak-anak semakin penasaran untuk bermain dan bermain lagi.
Berbagai aplikasi game online favorit maupun offine di desain sedemikian rupa agar kekinian. Game yang sudah existing pun secara kontinyu di up grade atau di modifikasi dengan model yang lebih baru dan terlihat exactly different. Apapun bentuknya, kehadiran setiap mainan selalu digandrungi oleh anak-anak.
Variabel-variabel di atas (dan masih banyak variable lainnya yang tidak bisa saya sebutkan semuanya) seakan menjadi atom-atom yang memiliki koefisien reaksi kimia yang seimbang sehingga membentuk reaksi fusi yang memperkuat landasan let’s play all the day.
Yes, it’s not big wrong karena bermain identik dengan dunia anak. mainan seolah memiliki daya magic tersendiri dimata anak-anak. Sepanjang hari anak bisa melupakan hal lain saat bermain dengan mainannya, apalagi di saat musim liburan sekolah dengan critical point di atas, maka musim liburan menghadirkan kekuatiran yang tak kalah bikin galaunya bagi para orang tua semacam kami yang di rumah tak ada ART.
Kebetulan pula musim liburannya Ifa dan Aida lebih lambat seminggu dari libur sekolahnya Azka. Wajar dong jika kami wondering saat kami tak ada di rumah Azka akan asyik dengan aplikasi produk-produk digital.
Kekuatiran harus di follow up dengan strategi pragmatis yang efektif, efisien dan tidak menimbulkan impresi yang otoriter pada anak-anak.
Berangkat dari teori tersebut, kami belajar mempraktekkannya sebaik yang kami bisa lakukan, tidak hanya sebagai jurus menghadapi musim liburan sekolah tapi sebenarnya untuk langkah preventif . Berikut beberapa kegiatan Agar Anak-anak Tidak Addict Pada pada gadget dan berbagai turunan media digital (TV, HP, game online dsb) :
Mengajak Anak Berinteraksi dengan beraktivitas fisik di luar ruangan
Dengan mengajak anak-anak beraktivitas di luar ruangan seperti bermain badminton, mancing ikan, olah raga bersepeda, mencuci sepeda favorit bersama, mengenalkan aneka permainan non digital seperti layang-layang, kelereng, petak umpet dan aktifitas out door lainnya secara praktis akan membiasakan anak-anak untuk tidak sepanjang waktu membawa dan atau intim dengan gadget. Anak-anak juga akan memiliki pemahaman dan ketertarikan bahwa bermain yang asyik juga bisa dilakukan diluar gadget.
Hasilnya, tiap pulang kerja kami tanya ngapain saja seharian, akan meluncurlah sederet cerita aktifitas apa saja yang dia lakukan dan dominasinya adalah: badminton, sepedaan rame-rame, main air, main COC, nonton Bhalveer (Azka sudah tidak begitu tertarik main PS, hanya sesekali main PS ada lawan main yang dianggapnya punya skill main Psnya setara).
*Noted: Azka tipe anak yang suka bercerita, jadi satu pertanyaan akan memberikan semua informasi yang kami butuhkan*
Menjalin hubungan baik dengan tetangga
Banyak manfaat baik dan produktif yang bisa kita peroleh dengan menjalin hubungan baik dengan tetangga, terlebih tetangga yang punya anak-anak berusia sebaya. Alhamdulillah, kebetulan kami tinggal tidak di komplek perumahan dan tetangga pun memiliki beberapa tipe profesi. Ada tetangga depan rumah (suami istri) yang berprofesi sebagai guru dan bukan urban.
Jadi, musim liburan sekolah sudah tersedia volunter yang “ngaruh-ngaruhi” Azka untuk bermain secara variatif (tidak melulu hanya aplikasi digital) selama kami berada di luar rumah (bekerja). Ada juga yang berprofesi kerja di sawah, saat tak ada kegiatan di lahan pertanian sesekali suka mengajak azka dan teman-temannya untuk bermain bareng dengan cucu beliau.
Membekali pemahaman Bagaimana Bahaya Gadget terhadap kesehatan
Membekali pemahaman Bagaimana Bahaya Gadget terhadap kesehatanSecara berkala (saat anak lagi good mood) perlu disampaikan mengenai bahaya terhadap kesehatan bila terlalu lama menggunakan gadget. Juga perlu disampaikan (memang harus berulang-ulang) bagaimana sebaiknya agar tetap aman saat menggunakan gadget, yakni setiap 15 – 20 menit memindahkan pandangan mata dari screen gadget atau mainan digital lainnya.