Membaca Buku
yang berjudul “Ah,
TUHAN sayang padaku kok...” yang berisi
berisi kisah-kisah ringan yang terjadi sehari-hari di sekitar kita, tentang
soal Tuhan, ultah, patah hati, egoism, figure ibu yang menakjubkan, ketamakan,
hingga fenomena theng crenthel ~ pakaian minimalis yang semakin menjadi
pemandangan lumrah
dimana-mana. Remah-remah kehidupan yang dituliskan oleh Edi Mulyono dengan
cara yang gokil, ndagel, dan nakal…dan saya
suka dengan quote ini: This river I forgive you, but
the next river I kill you ! No may more out water eye ! Safe walk…!!! . Isi
buku ini sebenarnya kumpulan dari notes yang dibuat oleh sang penulis (yang
juga direktur penerbit Diva Press) dalam akun FBnya.
Selain quote di atas,
adalagi satu bab yang memikat karena uraian-nya yang Makjleb menyindir saya
banget, yaitu pada Bab yang judulnya sekaligus dipilih sebagai judul buku ““Ah, TUHAN sayang padaku kok...” Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim ini
adalah resume dari bab tersebut, sekiranya bisa jadi wacana/renungan
bagi saya khususnya dan yang berkenan singgah di sini.
============================================================
“ Sungguh, Tuhan begitu
sayang padaku, padamu. Tuhan selalu memberikan yang terbaik buatku, buatmu,
namun aku dan kamu lebih sering memberikan alasan pada Tuhan untuk menghadirkan
hal yang kurang baik....”
Memberikan alasan pada
Tuhan? Kalimat yang sederhana namun jika direnungkan sungguh dalam banget
maknanya, demikian menyentak, membentak, menampar, begitu telak: SEKAKMAT!
Telah begitu dasyat nan luar
biasa segala yang disuguhkan Tuhan dalam kehidupan ini, dari yang logis sampai
yang nggak masuk akal. Dari yang diatas kertas bisa digapai hingga sama sekali
tak terlintas dalam miliaran sel otak.
Tuhan begitu sayang padaku, cinta padaku, memberiku bahkan segala apa yang nggak sempat kuminta kepada-NYA, menghadiahku segala yang bahkan aku nggak akan pernah menggunakannya. Tapi apa hal gerangan yang telah keberikan pada Tuhan? Apa hal-hal prinsipil secara hamba yang telah kulakukan untuk membalas segala kebaikan Tuhan, anugerah-anugerahNYA selama ini? Nggak ada!
Tapi nggak, bahkan aku kian lancang
padaNYA. Aku makin rajin memberi-NYA alasan dan nyatanya Tuhan masih saja
menganugerahiku berbagai nikmat yang tanpa henti. Benarkah Tuhan mencintaiku?
Menyayangiku? Hingga DIA nggak tega menyakitiku? Entahlah...
Yang pasti kutahu sungguh
teramat sering aku menganggapNYA sebagai Dzat yang amat sangat mencintaiku.
Cinta yang menghadirkan energi untuk mengerti, memaafkan dan memperhatikan.
Lantaran filosofi cinta macam inilah maka Tuhan kuposisikan sebagai Dzat yang
niscaya sudi mengerti, memaafkan dan memperhatikanku. Sehingga dimataku,
kendati aku sering mengecewakan-NYA dengan melanggar laranganNYa,
mengabaikanNYA dengan tidak istiqomah atas perintah-NYA dan mengecilkanNYA
dengan sering tidak mengingat keberadaanNYA dalam hidupku, niscaya Tuhan akan
tetap mengerti, memaafkan dan memperhatikanku.
Aku seringkali begitu pede
lantaran merasa melakukan kebaikan yang disukaiNYA dengan meng-klaim bahwa amal
baikku akan menghantarku memperoleh RidhloNYA dengan disediakan bagiku sebuah
istana megah di surgaNYA! Ah pede banget aku, kendati dalam hati kadang
terlintas juga” Benarkah amal baikku itu diterima? Kalaupun diterima, apa iya
amal baikku itu mampu mengimbangi amal-amal burukku selama ini?” Padahal Tuhan sama sekali
nggak butuh aku menyembah, mengabdi atau beribadah padaNYA. Bahkan, tanpa
adanya aku pun di dunia ini, Tuhan tetap sebagai Tuhan tanpa terkurangi setitik
pun kualitas keTuhanan-NYA. Lalu apa landasanku pede meng-klaim Tuhan sayang
banget padaku hingga apapun yang aku lakukan, Tuhan akan tetap negrtiin aku,
maafin dan merhatiin aku? Aku tak menemukan jawabannya.
Apa sih pentingnya aku ini bagi Tuhan kok mau-maunya Tuhan berbuat begitu sayang padaku? Dan apa juga dampak negatifnya bagi Tuhan jika DIA nggak merhatiin aku, mengabaikan aku? Nggak ngaruh blass!Ah, aku ini manusia biasa kok, banget malah!Secara rasio, aku tahu bahwa keberadaanku dan semua tindakanku sama sekali nggak ngaruh terhadap eksistensi Tuhan dengan segala keagunganNYA.
Merenungi kembali kalimat “....lebih sering memberikan
alasan pada Tuhan untuk menghadirkan tindakan kurang baik....” adalah sikap manusia
dalam menyikapi perintah dan larangan Tuhan dalam kehidupan ini akan memberikan
dampak positif/negatif akan ditentukan leh sikap masing-masing atas perintah
dan laranganNYA. Sekalipun Tuhan memang begitu sayang padaku, padamu atau padanya, jangan
suka menciptakan alasan pada pada Tuhan untuk memberikan hal buruk pada
kehidupan kita.
Ah, aku tahu betapa dalamnya makna kalimat di atas, betapa baiknya itu
unutk dijadikan prinsip hidup, tapi kenapa ya kok masih saja terkungkung dalam
ke-pede-an bahwa Tuhan begitu sayang padaku sehingga dosa-dosa akans elalu
diampuni, dimaafkan dan dimaklumi? Sehingga aku pun masih sama seperti
hari-hari kemarin: rajin melanggarNYA, masih istiqomah menyepelekanNYA dan suka
jago melupanNYA?!!
============================================================
Kebenaran dalam pandanganku,
Mengandung satu kesalahan dalam pandangan orang lain.
Dan kebenaran dalam pandangan orang lain,
Mengandung satu kesalahan dalam pandanganku. (Imam syafi’ie)