Nyadran? Makanan apa ya? Ataukah nama daerah? Jadi sangat mungkin banyak orang yang kurang familar dengan istilah ‘Nyadran’. Iyap, Nyadran atau di daerah-daerah lain lebih umum dikenal dengan istilah ‘bersih desa’ atau ‘petik laut’ untuk masyarakat pesisir. Di desa saya lebih dikenal dengan sebutan ‘Nyadran’. Saat masih di rumah pun dulu hanya sekedar saja melihatnya, apalagi sejak lulus SMA, tidak setiap tahun saya menikmati euforia suasana Nyadran. Terakhir kali mudik yang sengaja bertepatan dengan Nyadran adalah 2010. Dan tahun ini, karena jadwalnya yang berdekatan dengan Idhul Fitri, saat libur lebaran usai saya sudah pamit sama Ibu dan Bapak jika gak bisa mudik saat Nyadran.
Dan Bismillahirrahmaanirrahiim ternyata diluar dugaan, hari Kamis kemarin saya harus ke Surabaya. Ahaahaaa, pucuk di cinta ulam tiba. Saya pun mengajukan negosiasi dengan boss, jika harus berangkat ke Surabaya maka saya ijin hari Jumat-nya untuk sekalian mudik. Bukan hanya mumpung di Surabaya yang tinggal 2-3 Jam sudah nyampek di rumah..ada alasan lain yang menguatkan: nengok keadaan Bapak. Alhamdulillah negosiasi saya di terima dengan sukses.
Untuk rangkaian pagelaran Wayang Golek pada setiap kali Nyadran, sebenarnya saya tidak pernah mengikuti pertunjukann Wayang golek secara full, hanya sekedar datang dan melihatnya sebentar saja untuk pantes-pantesan masak ada wayng golek kok gak lihat sama sekali. Bukan tidak tertarik dengan wayang golek, tapi lebih pada rasa gak nyaman saja di antara bejubel orang-orang. Untuk pertunjukkan Nyadran tahun ini, kebetulan ada adik sepupu si Devi [yang saya ajak mbolang ke Gunung Pegat] excited banget untuk ‘menikmati’ euforia Nyadran. Kalau sendirian rasanya bakal aneh bin ajaib soale. Maka saya pun menyanggupinya dan sengaja untuk menonton di skuel terakhir pertunjukkan. Kata Devi, biar sekali-kali ada experienced menikmati secara khusyuk tontonan wayang golek di kampung sendiri. Side purpose-nya, pastinya ambil dokumentasinya dunk...
Tiap saya cerita sama teman-teman jika di desa saya ada tradisi pagelaran wayang golek dalam rangka Nyadran, banyak yang heran kenapa wayang golek? Bukannya wayang kulit? Untuk pertanyaan ini saya hanya bisa jawab: “ Lha leluhurnya doeloe gunain wayang golek, kan jadi hilang mata rantai historisnya jika diganti dengan pertunjukkan wayang kulit?” #aseli jawaban sekenanya.
Dari Cerita turun temurun yang saya dapatkan, Nyadran dengan pertunjukkan wayang golek mulai diadakan oleh sang pioneer yang bubat alas membuka area desa. Konon kisahnya, beliau menggunakan wayang golek untuk mengumpulkan warga untuk melakukan syiar agama Islam. Sang piooner tersebut dikenal dengan nama Mbah Buyut Sarengat. Pertunjukkan wayang golek pun akhirnya berlangsung hingga sekarang dan digelar di dekat lokasi makam beliau. Ritual seputar Nyadran gak banyak, yaitu pertunjukkan wayang golek dua hari satu malam dan dihari terakhir orang-orang membawa makanan yang dikumpulkan kemudian dibagi-bagikan pada siapa saja yang berkenan yang dikenal dengan Istilah ‘berkatan’. Dan umumnya, saat Nyadran para ibu akan bikin masakan yang banyak untuk di hantarkan pada semua sanak saudaranya [kerabat yang masih dekat], tentunya yang lokasi tinggal masih bisa di jangkau dari desa kami. Juga ada kue yang identik dengan momentum Nyadran yaitu: tape ketan, kucur [cucur] dn onde-onde [Devi yang mengingatkan ini]
Dari waktu ke waktu, seperti itulah ritual Nyadran yang diadakan di desa saya. Dan setahu saya dari dulu hingga sekarang, Ibu saya termasuk penduduk yang tidak ikut membawa berkatan ke lokasi Nyadran. Cukup mengadakan kondangan di rumah dengan tetangga yang biasanya jadi grup kondangan. Hal lain yang dulu menyertai pertunjukkan Wayang Golek adalah hadirnya para penjudi dadakan dari berbagai desa. Dan seiring ‘perbaikan’ pemahaman tentang agama dan pengetahuan lainnya, maka acara Nyadran pun mengalami beberapa perbaikan. Beberapa tahun belakangan ini, format Nyadran direformasi dengan pendefinisian “Ulang tahun desa” atau bersih desa.
Ada seseorang yang bertanya pada saya, “Kok aneh bersih desa diadakan di Bulan Syawal? Bukannya dimana-mana tradisi bersih desa diadakan pada Bulan Muharam?”
Tempo doeloe Nyadran diadakan hari Jumat pahing pada bulan Haji/Dzulhijjah. Dan karena bulan-bulan hijriah dari waktu ke waktu berganti musim dan cuacanya, kemudian dimufakati jika jadwal Nyadran di formulasikan sebagai ulang tahun desa dan ditetapkan hari Jumat Pahing pada Bukan Agustus dan untuk tahun ini merupakan peringatan yang ke 130 tahun haul desa saya. Jadwal ini pun sifatnya masih flexible, seperti tahun 2011 karena Agustus full Ramadhan akhirnya Nyadran pun diselenggarakan pada Bulan September. Acaranya pun di desain mulai Kamis Malam dengan pengajian, Jumat siang ba’da Jumatan pertunjukkan wayang Golek pun mulai di gelar sampai shubuh dan masih berlanjut sabtu siang hingga jam 3an sore. Orang-orang yang berjudi pun entah bagaimana juga sudah hilang, Alhamdulillah.....
Lokasi Makam Mbah Sarengat bersebelahan dengan lapangan desa yang dulunya merupakan area pemakaman. Kata Bapak, pemakaman tersebut sudah non aktif [tidak terpakai sejak Bapak masih anak-anak yaitu masa Jepang] dan kemudian di alih fungsikan jadi lapangan pada tahun 1960an. Lokasi Makam Mbah Sarengat juga mengalami beberapa perubahan. Sekira 15 tahun lalau mulai dirintis berdirinya musholla kecil yang kemudian secara bertahap dan swadana warga desa diperbesar hingga sekarang diperluas fungsinya menjadi Mesjid [kedua] di desa saya.
Dan kembali ke acara Nyadran, sekitar jam 1 siang saya tiba di lokasi pertunjukan nonton wayang dan langsung take action fotografer profesioanal amatir, mumpung penonton belum kian memadat. Kami pun langsung mulai jepret sana-sini. Awal-awalnya banyak yang melihat kagum aneh pada saya dan Devi, mungkin dikiranya wartawan gadungan dari mana kali ya? Dan tak berselang lama, ternyata beberapa orang pun mulai ikutan mengambil foto dengan kamera Hpnya, jadi kami tidak lagi jadi sorotan utama banyak penonton deh. Saya sempat melihat juga ada tukang ambil foto profesional [dilihat dari kameranya yang high quality] dan sayangnya saya tak sempat menyapanya sekedar untuk bertanya untuk reportase ap` dokumentasi yang dia lakukan.
Dari banyak pengunjung, how amazing tak banyak yang mengenali saya...bahkan ketika saya sengaja menyapa beberapa orang yang saya kenal pun rata-rata bilang pangling! Gubrakkkk. Dan dari sekilas percakapan yang sempat saya lakukan, malah banyak yang menyangka jika aksi poto memoto yang kami lakukan merupakan bagian reportase sungguhan. Ada seorang bapak yang bertanya akan di muat dimana? Kemudian beberapa orang pun memberikan kami tempat yang lebih dekat dengan posisi Wayang golek dan dalangnya agar bisa lebih leluasa mengambil gambar. Benar-benar berasa jadi penonton istimewa deh!
Bahkan saat saya motret di lokasi tumpukan berkatan, kebetulan ada tetangga dekat rumah yang jadi panitianya. Saya minta ijin untuk mengambil beberapa foto, termasuk moto lokasi makam. Dan ada seorang bapak yang berdiri tak jauh dari tetangga saya tadi menyapa dan menawari untuk bawa berkatan” Sampean nek gelem nggowo wae berkatan, bagi-bagikan karo koncone kuliah ~ kamu kalau mau bawa saja berkatan untuk dibagi-bagikan sama teman-teman kuliahnya“. Bisa ditebak, Devi pun tertawa mendengarnya.
Rasa antusias membuat kami memutuskan untuk melihat pertunjukkan wayang sampai usai. Iya..saya ingin mengambil gambar wayang ‘primadona’nya, yaitu wayang golek perempuan yang paling cantik dari semua wayang golek yang ada. Wayang golek yang jadi primadona ini hanya dikeluarkan saat pertunjukkan usai yaitu saat dini dini hari dan penutupan. Sejam berlalu dan saya masih tidak paham jalan cerita wayang goleknya. Saat tanya pada seorang bapak yang di dekat kami, katanya judulnya “ Wahyu gelung emas pitung kelung” Asli saya asing dengan judul wayang tersebut. Namun akhirnya saya bisa menangkap cerita yang dipentaskan, yaitu tentang kisah cinta segitiga Sri Tanjung yang bersuamikan Patih Sidopekso tapi juga dicintai oleh Prabu Sulahkromo. Kisah cinta segitiga yang berakhir dengan kematian Sri Tanjung karena di fitnah oleh Prabu Sulahkromo yang merupakan cikal bakal terjadinya kota Banyuwangi!
Penantian kami pun mendapatkan hasil sepadan karena kami mendapatkan lokasi duduk yang strategis dan bahkan saat usai, sang dalang mengijinkan saya untuk mengambil wayang golek promadonanya secara langsung. Setelah mendapatkan gambar-gambar wayang golek, kami pun beralih memotret alat-alat musik yang digunakan: mulai dari kendang, gender, sarongan, gong dan entah apalagi namanya. Sayangnya saya tak sempat berfoto dengan sang Dalang Junior [anak sang dalang yang rupanya sudah mulai di ajak show, seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku SMP kelas 1]. Untuk ukuran anak SMP, kemampuanya men-dalang sungguh sangat mengagumkan dan saya salut, dia dengan yakin memilih cita-citanya untuk menjadi Dalang profesional seperti Ki Anom Suroto katanya.
Saat acara Nyadran selesai, saya sengaja menyapa orang yang sedang merapikan alat-alat sound system. Dan sekali lagi saya dibuat terpana karena dia juga tidak mengenali saya. Saat saya bilang adiknya Cak To, baru dia nyambung “O...sampean Ribut tho? Maaf Mbak, pangling aku...” hurrayyyy...ternyata banyak yang pangling sama saya.
Lepas dari kontroversi tentang tradisi Nyadran, bersih desa, petik laut atau apapun namanya dan tak ada maksud untuk berdebat atau adu argument. Dalam opini saya, Nyadran atau acara bersih desa dengan pagelaran Wayang Golek dua hari satu malam mempunyai sisi positif: melestarikan salah satu kesenian tradisional dan merupakan ‘tool’ silaturahim karena adanya moment Nyadran merupakan alasan bagi sebagian penduduk desa yang di rantau untuk pulang kampun/mudik [selain hari lebaran]. Biasanya sanak kerabat yang tinggalnya di desa lain juga berdatangan untuk ikut melekan lihat wayang golek tersebut. Dan bagi warga desa yang merantau yang tidak bisa mudik saat lebaran, biasanya memang mengambil momentum Nyadran untuk jadwal mudiknya sebagai pengganti mudik lebaran. Bahkan bagi yang memungkinkan untuk sering mudik, Nyadran pun salah satu magnet yang dibuat alasan untuk mudik... So, dalam pandangan saya pribadi, Tradisi Nyadran di desa saya sudah jauh lebih baik penyelenggaraannya, juga pendefinisiannya serta memberikan kontribusi bagi kerukunan warga.
Bagaimana dengan tradisi di daerah Anda? Adakah Tradisi serupa dengan Nyadran yang tiap tahun digelar di desa saya?
# Foto-foto yang sebelumnya sudah tayang di postingan ini gone by the time (back up file di laptop juga belum ketemu untuk re-upload image yang hilang di postingan ini)
di desa dimana saya tinggal istilahnya agak berbeda, "ngirim dowa" hehehe
ReplyDeletetermasuk menyajikan makananan yang disebut apem seperti yang fotonya dipasang di blog mu ini
Kok Apem? Itu kan kue cucur Mas..
Deletewogh aku kira apem, hehehe
Deletemenjaga budaya bangsa. untuk jaman sekarang, mungkin sudah sangat susah untuk men cari pagelaran budaya seperti ini.
ReplyDeleteIya di desa saya, br ada pertunjukan wayang golek ya pas Nyadran ini, biayanya lumayan juga soale
Deletehore kue cucuuurr,
ReplyDeletedemi kue itu, saya mau kalo Sampeyan ajak ikut nyadran ke situ, hehe
wartawan mana nih bisa lincah sampe megangi wayang dan ngamati keris dalang sampe detil begitu. hehe
Hahahaha..kan kue cucur mudah pak bikinnya, beneran mau ikut lht Nyadran demi kue cucur neh?
DeleteKerisnya menarik sih pak, jd di poto sekalian
Aku takut kesurupan pas lagi lihat dalangnya. Badewe kue cucurnya mau dong sisterrr
ReplyDeleteKayaknya pada suka kue cucur yaaaa. Eh, masak sih dalang kesurupan? BUkannya itu permainan barongsai atau jaranan yg ada sekuel org kesurupan?
Deletesama mbak rie di sidoarjo juga ada gitu, nanti hasil buminya di larung ketengah lautan gitu, eeh tapi gag pake walang golek cuma wayang biasa jeh :D
ReplyDeleteIya, aku prnh lihat beberapa kali acara petik LAut di mUncar. Yang rame pasar malamnya. Pernah sekali ikutan ke laut, aslinya ya sekedar pengen merasakan naik perahu nelayan sih..
Deletewalah desa saja ada ulang tahunnya, tradisinya hrus dipertahankan tuh...
ReplyDeleteYA semoga tradisi nanggap wayang goleknya bisa lestari ya
Deletewah... jadi inget kucur... mauuuuu... >__<
ReplyDeletehemm.. nyadran ya, tetangga desaku juga ada yang melakukan hal itu, huft -__- tapi ane gak ikut2 dah.. khawatir syirik dan bid'ah menurutku.
Ya saya juga tahun Nyadran itu nanggap wayang golek, trs ada wrga yg ngumpulin berkatan kemudian dibagi-2kan. Saya sendiri gak pernah ikutan bawa berkatan sih
DeleteWah baru tahu ada istilah Nyadran ..
ReplyDeleteKebudayaan Jawa bukan?
Mbak, mbak dapet Award lhoo.
Check my page yah ... Trim's ^ ^
TENTUNYA tradisi Jawa, kan saya orang Jawa timur..
DeleteMa kasih awardnya yaa..segera dipajang di Tab Award
daerah saya ada dunk..
ReplyDeletekemarin lusa tepatnya.. sayang banget ngga bisa mengabadikan.. :D
Selalu nanggap wayang... :D
wah...kita satu akar tradisi neh kayaknya. Kemarin kebetulan ada adik sepupu yg ngajakin jd confodent deh buat ambil gambar-gambarnya
DeleteWayang Primadonanya sama yang Wanita Cantik berkerudung merah, kok mirip yaaa hehehe ^_^V
ReplyDeleteAlhamdulillah tradisi nyadran seperti yang diadakan oleh Desa Mbak Ririe masih terjaga, soalnya sudah banyak tradisi yang mulai tergerus oleh perkembangan jaman modern..kalau di tempat saya yang ada hanya pertik laut, dan yang di hadirkan bukan wayang, malah dangdut hehehe, saya pun gak pernh melihat secra langsung acara tersebut
ReplyDeleteNyadran masih terpelihara tentunya karena Warganya masih ingin ada moment yg bisa jadi ajang kebersamaan, ya gpp meski harus urunan utk bisa nanggap wayang golek setahun sekali
Deleteacara ini tuh rame bangt didaerah saya ,, dipesisir lau...
ReplyDeleteasik dan Hapy ^_^ ...
Iya, sekedar enjoy the time sekaligus menikmati salah satu produk kesenian tradisional kita sendiri. KAn langka ada moment pagelaran kesenian tradisional getu
Deletewah, dah lebih dari 5 tahun ane gak ikut nyadran lagi
ReplyDeleteDalam setiap budaya terdapat pembelajaran yang tersirat dengan makna yang sebenarnya. Semoga hal ini dapat dilestarikan di dalam kehidupan masyarakat kita.
ReplyDeleteSukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
Semoga semakin banyak kesenian tradisional kita yang bisa lestari seirin irama modernitas
DeleteDi Lombok aja adem ayem gak ada kek gituan.
ReplyDeleteHahahhaa...LOmbok yg ramai di senggigi ya sob? Atau Rinjani?
Deletedi makassar juga ada tradisi semacam ini, cuman namanya bedanya, saya setuju,,bahwa ritual bersih desa ini untuk mempertahankan salah satu warisan budaya Indonesia yang pernah ada, karena pada perkembangannya ritualnya tidak seperti saman dulu lagi-kan, karena sudah ada masjid :)
ReplyDeletebtw-nama kakaknya Yanto, sama dong dengan nama saya, tapi kok adiknya dipanggil Ribut...apa dulu memang suka ribut ya :)
Pendefisinian dan pelaksanaan Nyadran di desa saya memang banyak mengalami perbaikan. Hal-hal yg tdk jls maksud dan tujuannya sedikit demi sedikit dihilangkan, di ganti dengan pengajian salah satunya.
DeleteOia, namnya ada kemiripan ya? Wah, kita sodaraan neh..
kalau disini kue cucurnya lebih coklat lagi warnanya mbak
ReplyDeleteYg saya poto itu kue cucur original pakai gula pasir, kalau pakai gula merah ada juga. Trs ada juga yg pakai pewarna shg wrna cucurnya beragam kayak pelangi deh
Deletesaya belum pernah melihat acara seperti itu sebelumnya... nyandran saja baru denger sekaragn nih....
ReplyDeletejadi mau tahu nih... izin catat dulu ya mba....
Weeee...jangan dicatat, nanti kriting lho nyatetnya. Di copy saja sob...hehehe
Deletetradisi bangsa indonesia memang macam..
ReplyDeleteoh.. iya ini
kunjungan perdana..
moga2 ja betah maen2 dimari
Iya, tradisi di Indonesia mmg banyak, beragam pula kesenian tradisionalnya.
DeleteTeerima kasih kunjungannya ya sob:)
Ooo..jadi kalo mo ngamvbil imagenya mesti izin dulu ya ama dalangnya!
ReplyDeleteHoho...ya demi sopan santun sob, gak enak sj main jepret-jepret sementara ada yg bisa dimintai ijin kan?
DeleteBanyak amat wayang goleknya sebanyak tokoh pada wayang kulit aja. Tradisinya sih nggak apa-apa, cuma biasanya banyak orang yang akan terjerumus kedalam kemusyrikan dengan mengharapkan sesuatu itu lho yang bahaya.
ReplyDeleteYa semoga sj orang-orang semakin bisa meluruskan hati dan niatnya ya. Wayang goleknya ada 1peti, itu yg dipasang kayaknya sekitar sepertiganya sj
DeletePada bae mbak, ndik tempatku jenengane yo Nyadran pisan!, ... cuman kalo ndik tempatku hiburane bkn hanya wayang, tapi juga ada Tayuban, atau istilah lain Gambyong.
ReplyDeleteKKalau tayuban atau gambyong itu jaman saya kuecill msh sering tapi diadain oleh penduduk yg pny hajat mantu ato nyunatin anaknya. Klo utk Nyadran ya wayang golek plus tari Remo
DeleteSaleum,
ReplyDeleteSepertinya tulisan dimakam itu menggunakan bahasa sansekerta, hehehe... salah ya mbak?
Saleum juga,
DeleteKalau setahu saya sih bukan sansekerta, tapi bahasa Jawa yg ditulis dgn huruf Ha Na Ca Ra Ka..sdh lupa gunain huruf jawa tsb
ohh... salah ternyata, sama sekali aku gak tau artinya mbak.
DeleteItu foto2nya menyatu banget ya, apa karena aku jarang lihat wayang ya, boro2 tradisi Nyadran, nggak ada disini dan belum pernah lihat langsung, hiksss
ReplyDeleteSemur-umur,saya lht wayang ya pas Nyadran atau di TV Mbak. Tapi belum prnh sampai tuntas dr awal cerita hingga endingnya.
DeleteKalau foto-fotonya, modal nekad dan PeDE over dosis Mbak. Yg penting dpt angel yg pas...sok gak tahu kalau banyak yg ngliatin pokoknya
waaaahh siapa tau jadi reporter sungguhan mbak.. eeh emang udah jadi reporter buat blog mu kan yah ? hahahaha
ReplyDeleteHahahaha..iyah, repoter buat di blog sendiri...bebas publihnya tentu
Deletepake basa jawa kan..?
ReplyDeletebaru denger kalo di jawa timur ada wayang golek
trus cerita sritanjung tuh masuk pakem ramayana mahabarata gak sih
aku taunya sritanjung tuh kereta jogja banyuwangi sih...
Banayak teman-temanku yg bilang getu Mas, pada gak nyangka jk di desaku pny tradisi nanggap wayang golek.
DeleteSri TAnjung itu legenda daerah Mas, dan katanya kalau wayang golek memang gak pakai pakem dr mahabrata atau ramayana.
Gak hanya KA Bwi-Jogya yg namanya Sri tanjung, ada juga terminal, taman bermain.
soalnya yang aku tahu kan wayang golek sunda. sama seperti wayang kulit yang ambil pakem mahabarata ramayana. penokohannya pun sama cuma beda di bentuk wayangnya doang.
Deletekapan aku bisa ke banyuwangi ya...
asik dengar basa osing..
Saya yg sehari-hari sering di Banyuwangi malah jarang berinteraksi dengan orang yg asli osing, kalau teman-teman lokal Banyuwangi ngobrolnya ya pakai bahasa jawa saja..
Deletekue cucur kan yg rasanya maniisss..itu ya mb rie ?..lama gk makan kue cucur jd lupa rasanya.. #modus spy diksh :D
ReplyDeleteKue cucur memang identik dengan rasa manis, Mbak. Makanya saya pengen kue cucur yg rasanya gurih..kapan mau coba bikin ahhh
Deleteaku suka kue cucur :D
ReplyDeletehehehehe...saya suka kue cucur yang rasanya gurih
DeleteLLHo? Saya baru tahu neh kalau ada nama desa Srengat trs dekat pula dengan gunung pegat. Kalau desa saya bersebelahan kecamatan dengan lokasinya gunung pegat itu Pak Ies.
ReplyDeleteSaya pernah dengar tentang ngalap berkah itu di Jogya pas acara sekatenan. Kalau Nyadran di desa adanya ya berkatan yg dibuat para warga dikumpulin kemudian dibawa sapa saja yang mau..
Acara nyadranya sangat meriah ya... Wah apalagi tukang penabuh gendang cakep begitu...pasti banyak yang kedip2 mata ya.. :)
ReplyDeleteWhehehee..penabuh gendangnya orang nyasar tuh. Klo yg kedip2 mata ya karena kena debu, maklum kan kemarau.
DeleteBerbagi kata kata motivasi mas broo,
ReplyDeleteJangan hiraukan mereka yg berusaha menjatuhkanmu, mereka melakukan itu karena mereka telah berada di bawahmu.
semoga bermanfaat salam kenal dan sukses selalu ya :D
lidah orang cirebon tempat m'bahku tinggal menyebutnya "Nadran"...rame dan wayang kulit/golek pasti ada sebagai hiburannya.
ReplyDeletesalam sehat y
waaa..asyik dunk, pagelaran wayangnya double getuu ya.
Deletecanggih amat jadi pengendang wah luar biasa, ini namanya nguri-uri kabudayan
ReplyDeletePenabuh kendangnya pakai ilmu asal-asalan nabuh duang Pak
Deletedi daerah saya juga ada Nyadran, kadang-kadang ada yang nanggap wayang kulit ...
ReplyDeleteNanggap wayangnya gak harus wayang golek ya..
Deletesy gak tau ttg tradisi itu, krn memang blm pernah ngerasain..
ReplyDeleteternyata byk yg pangling sm wajahnya mbak ya.. :D
Saya juga heran, kenapa bnyk yg pangling padahal saya gak banyak berubah. Sejak masih sekolah juga sdh pakai jilbab...wajah jg gak operasi palstik...#nglantur
DeleteDi daerahku juga ada acara semacam itu Mbak, tapi namaya bukan 'nyadran' tapi 'Nadran'. BTW, kenapa Mbak gak sebutin aja kalo reportase Mbak ini akan dimuat di "Kidung Kinanthi Blog", kali aja dari kampung Mbak ada banyak yang mau baca, pasti mereka seneng banget deh hehe...:D
ReplyDeleteLha yang tanya bapak-bapak, malah bingung nnati klo saya sbeutin blog. GAmpangnya ya sebutin saja FB..meski dijamin si Bapak tersebut gak bisa FBan tapi tahu kayaknya nama FB
DeleteLiat gambar di atas, jadi inget waktu msh SD mbak hhheee...
ReplyDeleteWaktu SDNya pernh liat wayang golek ya
Deletedi tempat saya juga ada nyadran ke sendang mbak (di daerah kudu jombang)
ReplyDeletetradisi yang harus selalu dilakukan sebagai puji syukur kita kepada Tuhan
waaa, iya di tetangga sebelah juga ada yg Nyadran ke sendang tapi gak nanggap wayang golek.
DeleteDaerah Jombang..dekat berarti ya dgn daerahku
Wah, enak tuh, pulangnya dapet wayang golek . :D . Di daerahku gak ada mbak, tapi aku sering denger tradisi itu.
ReplyDeletehahahha..kalau dpt wayang golek harus mau jd sinden dipertunjukan dulu untuk 100 kali show tuh
Deletewah keren mbak blognya ,,,,
ReplyDeletemanetp jempol 10 deh buat mbak
Pakai jempolnya sapa saja tuh sob?
Deletewaaah kok baru denger yaaaa yang namanya nyadran.. heheh maaksih infonya ya.. :)
ReplyDeleteukeeee.....
Deletedi kampung halaman saya adanya merti desa :D
ReplyDeleteMerti desa ~ bersih desa ya?
DeleteTeringat sewaktu mengikuti nyadran ini ketika masih kecil.
ReplyDeleteSejak jauh dari orang tua karena sekolah tidak pernah lagi menonton Nyadran ini
Jaman SD dulu biasae hadirr ya di acara Nyadran
DeleteWah dapat wayang golek juga ya. Saya pernah dapat hadiah supenir berbentuk penari wanita dari Banyuwangi. Terbungkus dalam bingkai kaca transparan. Sampai sekarang supenir itu tidak saya tempatkan di ruang tamu, tapi cukup di box di gudang saja. Saya agak kurang sreg sama bentuk bentuk patung hiheiheiheie. Kesannya seyem hiheiheiheiiee.
ReplyDeleteGak dapat wayang golek, hny 'curi-cuti' kesempatan poto sama wayang golek primadonanya.
DeleteIya, salah satu souvenir Khas dr Banyuwangi memang patung penari gandrung itu...
Tempat saya juga masih ada tradisi nyadran tapi waktunya 20 hari sebelum ramadhan. biasaya diadakan pesta makan di pemakaman atau kuburan.
ReplyDeleteWaaa...pesta makan di pemakaman? gak ikutan ahh
Deletesudah 6th ga mudik jadi ga bisa menikmati suasana nyadran dikampung.
ReplyDeleteeh tapi disini (Malaysia) ada juga loh acara nyadran itu,tapi itu biasanya dilakukan oleh paguyuban para pekerja dari indonesia yg berada dimalaysia.tapi acaranya ga ada wayang kulit/wayang golek,cuma acara doa bersama biasanya baca tahlil dan yasin bersama trus makan2.
6 tahun gak mudik? hemmmm....gimana rasanya ya? rindu berbuah kangen tingkat dewa kali ya sama kampung halamannya.
Deletehmmmm.
ReplyDeletenggak jauh beda sama di solo.
tapi kayaknya nyadran ntu ziarah artinya..
iya nggak sih? nggag yakin
Iya, kita kan satu leluhur dari Keraton Mataram tho? #plakkkkkk
DeleteAKu malah baru tahu kalau Nyadran ~ Ziarah
kalau didaerahku apa ya ? bingung juga sih soalnya betawi
ReplyDeletetp mungkin acara tradisional yang tidak pernah terlewatkan adalah ngelenong yang sering diadakan dilingkungan sekitar walau peminat'a kini
Iyaa tuh, kalau dengar kata Betawi yg terlintas spontan ya lenongnya
DeleteMakasih Postingannya Mbak Rie, kami jadi dapat inspirasi nih.
ReplyDeleteAcara nya meriah juga ya Mbak Rie.
HAyyoo inspirasi mau jadi dalang apa sinden neh?
Deletewelehhh saya baru ngerti istilah satu itu mbak :) hmm.. jadi kepikiran.. andai saya punya kampung halaman :(
ReplyDeleteLho..kampung halamannya kemana perginya? Meski tinggal di kota, lahir di kota..nah itu dia kampung halamannya kan
Deletehooooooooo keren keren keren keren acaranya...tidak sekalipun sy melihat acara beginian. mau sekali liat wayang golek langsung. di makassar tidak ada beginian mbak hehe
ReplyDeletehayuukkkmain ke LA city, eh ke desa saya maksudnya..bisa deh lht wayang golek [tahun depan sey]
DeleteMampir lagi mbak
ReplyDeleteYayayaaa
Deletewah saya serint dengr istilahnya, tapi baru tau di sni. wah seru ya sepertinya, sayang saya belum pernah ikut. jadi pengent nie.
ReplyDeleteYa tahun depan main saja ke LA di bulan Agustus jumat pahing, bisa tuh lihat pagelaran wayang golek sampai puas
DeleteMbak Ririe tuh asli mana to?
ReplyDeleteAku sih sering dengar kata "nyadran" tapi gak ngerti apa maksudnya.
Sepertinya ritual nyadarnnya seru juga ya..? Ada wayang goleknya juga.
Tuh berkatan kok banyak banget ya mbak...? Isinya apa aja ya?
Huaaa..kita kan tetanggaan lho Mbak? Saya LAmongan Mbak...yg seru liht wayangnya dan rame-ramenya orang menurut saya.
DeleteBerkatan itu isinya kayak utk kenduren itu Mbak, nasi, lauk, kulup, perkedel, mie, kue-kue...kira-kira itu yg ada dalam berkatan
waha kirain wayang golek dari jawa barat aja (sunda), sempit sekali ya pengetahuan saya. .______.
ReplyDeleteKlo berdasarkan daerah, banyak banget daerah yg memiliki kesenian wayang lho..
DeleteAsik asik cieee manglingi...
ReplyDeleteSama kayak Fiscus, tadinya aku kira nek wayang golek tuh dari Sunda aja... kayak cepot cepot itu...
Aku sering denger istilah Nyadran tapi og nangkepnya ini ya mbak... ke kuburan sebelum puasa itu lho. Itu nyadran bukan sih ya x_X
Desa tlanak,kedungpring,lamongan.
ReplyDeleteWah,kebetulan malam ini saya juga sedang menyaksikannya.
Karena saya masih belum faham tentang kisah Mbah Buyut Ki Sarengat,langsung saja saya buka mbah google dan menemukan coretan mbaknya ini.
Saya juga tadi dengar beberapa kali warga desa Tlanak ini menyebut nama "Cak To".
Acaranya meriah sekali,banyak warga Tlanak maupun masyarakat umum dari luar desa Tlanak yang datang menyaksikan acara demi acara.
Saya sendiri berasal dari jauh,yaitu desa Sungegeneng,kec. Sekaran. Saya disini sejak dari kemarin tgl 24 agustus,dan kebetulan sekali juga ada karnaval agustusan HUT RI ke-72 dan HUT Desa Tlanak ke-135.
#yang jadi sorotan saya adalah,waeganya ramah tama sekali dan juga perempuan gadisnya cantik2... 😆😆😆😆
Sayangnya, Nyadran tahun ini saya tidak bisa pulang karena bersamaan dengan acara kantor, sekaligus juga awal September ada kakak yang punya hajat di Surabaya. Makanya, acara Nyadran di Sekip. Padahal selalu pengen hadir di setiap acara Nyadran.
DeleteOIa, kalau Cak To yang disebut-sebut itu orang yang sama, berarti aku adalah adiknya. *jadi merasa terkenal saja neh*.
OOoooo jauhnya itu dari desa Sungegeneng,kec. Sekaran. Kalau demikian, kita masih se-Kabupaten. Hanya saya saja tinggal saya sekarang di Yogya.
Silahkan datang lagi di Nyadran Tahun, Noted saja: JUm'at Pahing di Bulan Agustus. Acara Nyadrannya selalu meriah dari tahun ke tahun kok.
Insha Allah tahun depan hadir lagi.
DeleteSebenarnya kemarin pingin datang pas hari terakhirnya,ada pengajian KH. Abdul Ghofur dari ponpes drajat. Tapi sayange kok gak bisa,karena harus balik ke surabaya.
Mantap mbak..barusan saya ngajari sepeda motor untuk anak..ech ketemu makam ini..kok tertarik mau nanya..makam siapa sich ini..kok begitu mulia..ech ternyata sesepuh orang alim yg ada di desa tlanak..kata saudaraku tiap bersih desa wajib wayang..kalau di ganti yang lain akan berabe lach..akan ada kejadian aneh..misal angin ribut.hukan besar atau apalah...sip lach yg penting tradisi silaturokhim wajib di jaga ..merunut dari tradisi wayang golek..mungkin dulu gurunya simbah ini berasal dari sunan kudus .yg berdakwah/mengajak .menuju kebaikan dengan cara kearifan/wisdoom/budaya/tradisi lokal yg amat baik..ya semoga cara ini bisa di tiru oleh para ustadun dan ustadatun dalam berdakwah untuk menuju kebaikan..sip lanjutkan dulur..blog nya..salam dari desa sebelah..wassalamu"allaikum
ReplyDelete