Bersama QRIS, Tren Transaksi Digital Makin Praktis Dan Hits di Masa Pandemi COVID-19. Saya melihat pemandangan yang luar biasa 143 UMKM peserta pameran perdana di masa pandemi, Bulan Desember lalu. Bismillahirrahmaanirrahiim, selain protocol kesehatan yang ketat, semua peserta pameran sudah menggunakan QRIS sebagai pembayaran non tunai, seolah menegaskan bagaimana QRIS ini seolah berkah yang dihadirkan sebelum terjadi wabah pandemi, bagi UMKM dan semua elemen masyarakat.
“ Daebak semua peserta pameran ini sudah menggunakan QRIS ya Bun ?”, ucap anak saya, Ifa secara spontan begitu memasuki area pameran di salah satu mall di Yogya, awal Desember lalu.“ Iya lho ini bukan HOAX, UMKM Sleman saat ini sudah memiliki QRIS untuk pembayaran non tunai “. demikian ujar salah seorang panitia yang berada tak jauh dari tempat kami menebar pandangan ke segenap stan-stan UMKM yang berjajar rapi.“ Meski Pandemi kegiatan perekonomian harus tetap berjalan, selain menerapkan protocol kesehatan, semua peserta pameran menyediakan plakat QRIS, kode QR dari Bank Indonesia agar transaksi lebih aman ““ Sejak Pandemi terjadi terasa sekali dampaknya, nyaris stop produksi Mbak. Alhamdulillah ada pameran ini, ada QRIS juga yang memudahkan saya menjual produk-produk tanpa takut ketularan virus corona lagi “ demikian pengakuan Bu Farida, salah satu peserta pameran yang saya temui, UMKM yang memproduksi sambel pecel dan aneka bumbu masak.
Sektor UMKM memang penting untuk di support agar kembali bergerak dan beroperasi meski harus berjarak. Secara persentase, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 99,9% dari total unit usaha di Indonesia. Dengan data ini, dapat disimpulkan jika UMKM memiliki peran besar dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
Sebagai gambaran sederhana, UMKM yang ada di Kabupaten Sleman berjumlah 42 ribu, yang merupakan bagian dari 262 ribu UMKM yang ada di wilayah Yogkarta. Sedangkan jumlah UMKM total di Indonesia (data kementerian Koperasi dan UMKM per 2018) adalah 62 juta lebih. Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya terhadap pereknomian jika efek pandemi ini tidak segera tersolusikan.
Blessing in Disguise, QRIS meningkatkan Omset UMKM di saat Pandemi melalui Transaksi Digital
Ketika kondisi pandemi yang membuat segala aktifitas harus berjarak, ketika pusat perbelanjaan dan pasar-pasar harus tutup karena pandemi COVID-19, sistem transaksi digital hadir menjadi solusi yang solutif. Bisa saya katakana jika QRIS adalah salah satu blessing in disguise terjadinya pandemi ini.
Kementerian Komunikasi dan Informatika per Juli 2019 telah mencatat sebanyak 9,6 juta atau 17,1 persen dari total 56 juta UMKM di Indonesia yang berjualan secara online. Karenanya, wajar jika dalam masa pandemi ini, meski pendapatan masyarakat menurun, pertumbuhan e-commerce tinggi meninggalkan sektor-sektor lain yang harus menutup dan menghentikan usahanya.
Seperti ungkapan salah satu pedagang di Pasar Godean Sleman yang sudah dikenalkan dengan cara pembayaran non tunai QRIS di lapaknya, “ rapopo pasare sepi, sing penting daganganku laris ( tidak apa-apa pasar sepi yang penting barang dagangan saya laku) karena dikasih senjata KERIS ini “, ujarnya sambil tertawa dan menyodorkan plakat yang berisikan kode QRIS, saya pun langsung paham maksudnya.
Berkat QRIS, UKM lokal, pedagang kaki lima dan pedagang di pasar-pasar tradisional, pengrajin, pedagang angkringan, penjual bakso, mie ayam, dan semua sektor usaha ekonomi produktif dari skala mikro hingga menengah bisa eksis dan meningkatkan jangkauan pemasarannya bahkan hingga skala nasional.
Fakta tersebut sejalan dengan hasil penilitian Jonathan End, Digital & Growth Consultant ditemukan fakta potensi bisnis online, dimana 64 % atau 175,4 juta penduduk Indonesia menggunakan internet dengan lama penggunaan rata-rata 7 jam 59 menit/hari. Dan 59 % atau 160 juta penduduk Indonesia menggunakan media sosial dengan durasi rata-rata 3,5/hari.
Nah, jika saya sebagai konsumen dan pengguna dompet digital, keuntungan bertransaksi menggunakan cara non tunai dengan adanya QRIS, antara lain:
- Lebih praktis tentunya karena cukup melakukan pembayaran melalui aplikasi dompet digital yang sudah terpasang di gawai. Cukup tersedia kuota paket data, jaringan internet lancer dan tentunya tersedia saldo yang cukup di wallet digital kita.
- Aman dan lebih nyaman karena kita tidak perlu membawa uang tunai dengan resiko ancaman kriminal dimana-mana. Segi keamanan lainnya, pembayaran non tunai tersebut sudah dilengkapi software/system untuk melindungi konsumen dari aksi kejahatan cyber.
- Pembayaran bisa lebih cepat dalam hitungan menit, bahkan bisa hanya beberapa detik dengan beberapa klik-klak dari gawai yang miliki. Mau bayar sekolah, pajak, tagiahn listrik, belanja bulanan/harian dan transaksi lainnya tidak perlu ribet bayar cash ke bank atau transfer melalui ATM.
- Lebih simple untuk mengelola dan memonitor cash flow keuangan kita. Dengan metode pembayaran dan transaksi secara non tunai, maka semua rekam jejak transaksi sudah tercatat oleh system dan bisa dicheck swaktu-waktu.
- Bisa lebih hemat karena metode pembayaran non tunai ini sering banget ada diskonan dan promo yang menggiurkan, yang memungkinkan kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah daripada saat kita membayar secara tunai. That’s why tentunya bikin emak semakin disayang bapak karena bisa lebih berhemat saat belanja.
Iyesss, pergeseran aktifitas digital semakin luas dan dipercepat semenjak terjadinya Pandemi Covid-19. Sekarang ini apa sih yang tidak bisa dilakukan dengan transaksi secara digital? Termasuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mau beli makanan siap saji, beli sayur segaran, belanja ikan dan daging, dan semua logistic dapur, semuanya bisa saya lakukan secara digital. Hingga untuk urusan donasi, bayar zakat, hingga urusan periksa medis pun sudah bisa praktis menggunakan digital kok.
QRIS, QR Code Indonesian Standard Pemersatu Pembayaran Digital Yang Paling Praktis
Terjadinya pandemi tak melulu soal usaha yang rugi, namun ada juga peluang usaha yang cukup memiliki potensi, banyak sector platform penjualan berbasis digital bermunculan untuk mendongkrak transaksi penjualan dan gerak perekonomian.
Untuk skala regional Kabupaten Sleman yang memiliki sekitar 42 ribu pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Dengan ribuan jenis produk yang dihasilkan. Seperti makanan/minuman, fesyen, handycraft, furnitur, batik, dan banyak lagi. Berbagai inovasi dan pemanfaatan teknologi terus dikembangkan untuk menyiasati kondisi pandemi corona yang terjadi mulai tri wulan pertama 2020. Pembatasan social berskala berskala besar (PSBB) alhasil promosi dan pemasaran produk umkm beralih secara virtual atau online.
- Inovasi kreatif berbasis transaksi secara digital juga membumi hingga ke pedagang pasar di daerah Sleman, beberapa diantaranya:IG @lopis.id Berbagai kebutuhan sehari-hari bisa pesan melalui, pembeli bisa memilih pasar yang terdekat untuk order barang belanjaan dan barang diantar hari itu juga.
- Aplikasi CARIAKU berbasis android yang dapat diunduh di playstore atau mengakses laman cariaku.slemankab.go.id, bagi siapa saja yang kangen dengan Yogya dan yang ingin mencari langsung produk Sleman tanpa datang ke lokasi usaha pelaku Industri Kecil menengah (IKM) Sleman.
- YUK TUKONI, marketplace yang khusus membantu pemasaran UMKM kuliner (makanan dan minuman), yang dipasarkan menggunakan platform medsos Instagram dan Whatsapp.
Data menunjukkan UMKM yang terdigitalisasi, maka penjualannya naik. Kemudian, jangkauannya sudah tidak terbatas sehingga memberikan kesempatan kepada 67 juta UMKM di Indonesia, Bukankah, setiap permasalahan yang terjadi sudah disertakan dengan paket solusinya? Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
QRIS yang digagas sebagai alat pembayaran non tunai, yang bisa menerima pembayaran dari semua jenis dompet digital dan hanya dengan memajang kode QRIS, pedagang sudah bisa On Going tanpa harus menyediakan peralatan pendukung yang njlimet.
Bahkan andaikan pedagang adalah generasi yang tidak terbiasa menggunakan gadget ataupun HP smartphone, seperti simbah-simbah yang berjualan di pasar-pasar tradisional, mereka tetap bisa eksis berjualan dengan menggunakan QRIS.
Dengan memiliki akun QRIS dan melakukan penjualan secara online, baik mandiri maupun bergabung dalam marketplace, dan dengan memadukan sistem penjualan secara online dan offline, UMKM dan pedagang PKL maupun di pasar tradisonal akan dapat menjangkau lebih banyak konsumen karena dengan meng-online-kan usahanya menjadi "pintu" bertemunya konsumen tanpa harus menunggu bertemu secara langsung, yang tentunya bisa lebih cepat, praktis dan hemat waktu.
Belanja secara online menjadi kelaziman baru, bisa dikatakan situasi pandemi ini menjadi katalisator (pemercepat) bagi segenap lapisan masyarakat untuk menyesuaikan diri, untuk kemudian terbiasa dan akrab bertransaksi secara digital. Ketika berbagai aktifitas sehari-hari harus digerakkan dari rumah, belanja online dan berbagai transaksi digital yang sudah mulai happening sejak sebelum wabah covid-19, maka transaksi secara digital merupakan salah satu enligtening, salah satu pilar kokoh kebangkitan ekonomi kreatif.
Sharing Digital Transaction Is Caring
Antusias menggunakan transaksi secara digital, seyogyanya dipahami tak hanya sebatas transaksi untuk belanja atau system pembayaran non tunai. Ada yang tak kalah penting untuk di spundingkan bahwa transaksi digital juga penting untuk menyebarkan informasi dan berbagi pengalaman positif yang kita alami saat melakukan transaksi digital.
The Power of emak-Emak, satu emak yang teredukasi akan kemudahan dan kenyamana bertransaksi Digital, akan menjadi multiplier effect yang sangat luas. Dalam lingkup keluarga, bisa mempengaruhi suami dan anak-anaknya, orang tuanya dan mertuanya, saudara kandungnya, saudara ipar, kelompok pengajian, grup arisan, komunitas hobi. Dan satu orang yang terinfluence, bisa kebayang dong berapa banyak kelompok masyarakat yang akan terpapar oleh candu untuk bertransaksi digital tersebut.
Semisal kita beli produk UMKM yang berkualitas tapi harganya sangat terjangkau, bagaimana layanan pemilik usaha, tangible, handal, dapat dipercaya, barangnya bagus, harganya murah, dll.
Kita bisa menyebarkan hal-hal baik tersebut dengan harapan keberadaan produk-produk lokal tersebut dikenal secara lebih luas, dan menarik minat pembeli lebih banyak. Toh transaksinya bisa dilakukan secara online, dari berbagai penjuru daerah hingga luar negeri.
Kita semua memiliki kesempatan dan capability untuk melakukan sounding tersebut, baik melalui update status WA, akun sosmed (FB, IG, twitter, LinkedIn, dll) atau bikin konten singkat, padat dan jelas melalui channel youtube serta blog.
Jika belum bisa memborong produk-produk lokal, setidaknya kita bisa mengambil peran untuk mendigitalkan berbagai informasi terkait produk-produk lokal yang ada di sekitar kita. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Kita hanya PERLU MEMULAINYA sekarang, dengan memberdayakan akun-akun sosmed, kita sudah mengambil peran penting dalam meningkatkan jumlah transaksi digital, teruatama di masa-masa pandemi yang mengharuskan kita menjaga jarak.
Tak hanya generasi milenial yang punya resources sebagai agen perubahan, emak-emak juga sangat mungkin menjadi agen perubahan dengan jangkauan influence yang tak kalah luasnya dengan generasi milenial kok. Tidak percaya, coba saja deh….
Reference:
- https://bisnis.tempo.co/read/1331198/riset-belanja-online-meningkat-pesat-di-tengah-pandemi-covid-19
- https://www.youtube.com/watch?v=YdqDvaN8Bnc&t
- https://www.bi.go.id/QRIS/default.aspx
#QRStandarTransaksiDigital #feskabi2020
#gairahkanekonomi #pakaiQRIS #majukanekonominasional