Proses akad nikah bisa saja akan berlangsung sesaat, tapi semoga menjadi pernikahan yg menjadi altar bagi penyatuan cintamu dan cintanya yang akan tetap tumbuh, saling melengkapi dan memperbaiki dalam bahagia selamanya, Selamat menempuh hidup baru, Barakallahu lakum wa baraka alaikum’ (mudah-mudahan Allah memberi kalian keberkahan dan melimpahkan atas kalian keberkahan, serta tentunya Semoga menjadi keluarga sakinah hingga jannah. Aamiin
Bismillahirrahmaanirrahiim, sepenggal doa dan harapan terbaik yang bisa saya berikan untuk seorang sahabat yang hari ini, 15 Desember 2019 ( 17 Rabi’ul Akhir 1441 H) dipersatukan dengan belahan jiwanya, si pemilik tulang rusuk yang selama ini dinantikan. Alhamdulillah, turut bahagia dengan sangat buat pernikahan Mas Alif (a.k.a Mas Stumon) dan Mbak Solichah. Happy wedding day ya, untuk pasangan baru yang kini memiliki dua mimpi yang saling memenuhi, harapan yang saling melengkapi, dua hati untuk saling menyayangi dan dua jiwa dalam satu tujuan.
Sejujurnya, saat Mas Stumon (tiba-tiba menggegerkan WAG kami ber-4: saya, Una, Mbak Alaika dan Mas Stumon dengan sebuah image undangan) saya benar-benar merasa surpraise. Iya kan, Mas Stumon ini termasuk sosok yang belum kepikiran akan dan mau menikah kapan. Bisa dibilang, target menikah atau rencana menikah belum ada dalam wish listnya. “ Bukan tidak ingin menikah lhoh ya…”, demikian kurag lebih afirmasinya.
Sekilas flash back mengenai jalinan persabahatan kami berempat bisa dibilang sudah cukup lama, yang berawal dari saling jejak komentar di blog, kemudian berlanjut saling chit-chat via Yahoo Messenger (kala itu).
One fine day, kopdar pertama kami adalah ber-4 di Bulan Juli 2012 di Plasa Senayan, dengan Una dan Mbak Alaika. Jalinan persabahatan yang berawal dari media digital dan berlanjut denagn membentuk grup di WA begitu hadir aplikasi komunikasi mobile tersebut. Mini grup WA ini juga WAG pertama yang saya miliki untuk komunikasi yang berbasis pertemanan dari media digital blogger. Pasang dan surut intensitas komunikasi memang tak bisa dihindari oleh dinamika kehidupan kami masing-masing. Tapi, InsyaAllah silaturahim kami semoga bisa terjaga dan terawat.
One fine day, kopdar pertama kami adalah ber-4 di Bulan Juli 2012 di Plasa Senayan, dengan Una dan Mbak Alaika. Jalinan persabahatan yang berawal dari media digital dan berlanjut denagn membentuk grup di WA begitu hadir aplikasi komunikasi mobile tersebut. Mini grup WA ini juga WAG pertama yang saya miliki untuk komunikasi yang berbasis pertemanan dari media digital blogger. Pasang dan surut intensitas komunikasi memang tak bisa dihindari oleh dinamika kehidupan kami masing-masing. Tapi, InsyaAllah silaturahim kami semoga bisa terjaga dan terawat.
Kembali pada moment bahagianya Mas Stumon, postingan ini sebagai ungkapan betapa saya ikut bahagia untuk the greatest Moment Mas Stumon ini. Kado istimewa dalam bentuk postingan di blog ini juga menjadi pilihan kado yang dibuat oleh mbak Alaika.
once again pernikahan ini adalah bukti otentik bahwa hukum kodrati mengenai jodoh tak kan kemana, semua akan dipertemukan dengan pasangannya dengan cara-cara yang istimewa dan tak jarang pertemuan tersebut terjadi secara tak terduga untuk Merangkai Tasbih Cinta.
“ Ceritain sedikit tentang moment bahagiamu dong? Kapan kenalan? Siapa yg tertarik utk serius duluan…” serbuan pertanyaan amaze yang saya ajukan ke Mas Stumon, secara saya kepo sih.
“ Momen terbaik sih pas dapet kesempatan umroh, itu gak ada lawan dah, nah pulang umroh itu kaya nyari² peer mau ngerjain apa lagi, nah ketemu kan ada kerjaan yang kudu di rampungin yaitu nikah, nah mulai deh tuh lihat-lihat kontak teman di HP, nah ternyata ada 1 nih temen perempuan yang nyambung, selain satu almamater dulunya terus hobi juga sama. Nah singkatnya beraniin diri kirim chat ke dia ngajakin nikah, eh dia nya mau ternyata, gitu sih ceritanya” demikian jawab Mas Stumon, singkat tapi sangat menjelaskan.
“ Keajaiban jodoh, yang tadinya gak kepikiran mau nikah, ujug-ujug mantap mau nikah dan dipertemukan dengan seseorang yang punya level keseriusan yang sama ya mas…” komentar saya sok bijak tapi sejujurnya based on my true experience.
Saya pribadi lebih memilih untuk berprasangka bahwa ketika seseorang yang secara usia, status sosial dan atribut lainnya dianggap “semestinya” sudah menikah, alasanya hanya satu: belum dipertemukan dengan jodohnya. Karena ketika seseorang sudah bertemu dengan jodohnya, tak akan ada alasan a,i,e,o lagi. Semesta akan mendukung dan membuat semuanya mengalir dan berproses ke jenjang pernikahan kok, I believe it a lot.
“ Iya, aneh juga sih, tetiba punya kemantapan untuk nikah, ya mungkin karena gak nyangka bisa umroh padahal duit aja gak punya, jadi semakin yakin kalau Allah pasti ngasih apa yang kita butuhkan, tinggal kitanya aja mau gak ikhtiar dengan sungguh-sungguh. Jadi habis umroh tuh kayak semacem dapat energi kecanduan buat nyari ibadah yang lebih gede, akhirnya chat dia nayain "mau ibadah bareng gak?"
Wawancara singkat dengan Mas Stumon, yang ditutup dengan cara dia “nembak” Mbak Solichah yang sangat sweet kan?
Jadi,
“ Semoga menikmati chapter baru kehidupan buat Mas Alif dan Mbak Solichah, semoga kekuatan cinta akan senantiasa bertumbuh dan bermekaran dengan bunga-bunga kasih sayang serta semoga lekas dikaruniai buah hati.”