Sebuah barang menjadi sangat berharga dan istimewa bukan karena harganya yang mahal ataupun desainnya yang indah tapi kisah yang menyertainya.
Dari KBBI, kata “Koleksi” sebagai kata benda memiliki arti :kumpulan (bisa berupa gambar, lukisan, benda-benda bersejarah, dan lain sebagainya ) yang biasanya berhubungan dengan kesukaan, hobi atau minat. Atau yang ada kaitannya dengan studi penelitian. Sedangkan jikaketika kata koleksi diberikan imbuhan ==> mengoleksi (kata kerja) yang memiliki arti mengumpulkan barang atau benda untuk dijadikan koleksi.
Bismillahirrahmaanirrahiim kalau ada barang yang selalu ada dalam tas, maka dengan mengacu pada definisi di atas, berarti ada barang yang biasanya dikoleksi di rumah. Untuk jenis barang yang bisa disebut barang yang dikoleksi di rumah kami, bisa saya sebutkan 2 jenis barang, yaitu
Yang Pertama: Koleksi Buku. Kesukaan mengumpulkan buku ini sebenarnya sudah cukup lama, tepatnya sejak sudah kerja. Awal-awal kerja, saya menargetkan untuk belanja buku one book every month (minimal). Dengan ketentuan jika pada bulan tertentu tidak beli buku karena sesuatu alasan, maka pada bulan berikutnya belanja bukunya ditambahi.
Jenis buku yang paling sering saya beli kategori buku non fiksi. Kesukaan membeli buku ini pada awalnya saya sertai dengan komitmen kalau buku yang sudah terbeli harus sudah dibaca keseluruhan isinya sebelum jadwal belanja buku berikutnya. Tapi, belakangan ini frekuensi membaca mengalami pasang surut sehingga antrain buku-buku yang belum dibaca tambah banyak.
Kalau kata suami “ beli buku itu di baca dong ?”, demikian sindiran inspiatif manakala saya membawa buku baru.
“ ya tapi kan masih mending suka beli buku meski belum dibaca semua, daripada tidak beli buku pun tidak baca buku, iya kan iya kan….?”.
Koleksi yang kedua adalah uang koin (uang logam jaman jadul). Untuk koleksi koin ini sebenarnya belum bisa disebut koleksi sih. Secara kebetulan saja menemukan koin lama dan bertambah lagi jumlahnya saat melakukan kegiatan metrologi “road show” dari pasar tradisional ke pasar tradisional. Disitulah saya memperoleh koin-koin lama tersebut.
Sampai dengan saat ini, saya belum pernah secara sengaja dan serius untuk hunting koin kuno tersebut. Maka dari itu saya menyebutnya jika koleksi koin ini belum bisa dikategorikan kegiatan mengoleksi. Sekedar menggunakan asas kebetulan-kebetulan saja. Bahkan saya belum.pernah secara khusus datang ke suatu tempat yang memperjualbelikan barang-barang antik, juga belum pernah ke pasar klithikan atau online shop demi mendapatkan uang koin tertentu. Ya Semenemukannya saja saya simpan, al hasil ya jenis koinnya belum variatif. Masih dominan uang logam nominal 100 rupiah edisi tahun 1977 dan tahun 1973. Ada sih uang kertas 50 ribu yang bahan plastik itu loh, tapi hanya 1 lembar, itu upun dikasih oleh Una. Tuh kan, gak modal banget kan aksi koleksi mata uang yang saya lakukan?
#Throwback singkat:
Dulu, saat masih masa-masa sekolah SMP – SMA, saya suka koleksi perangko. Itupun masih bersifat musiman, gak sampai yang hard effort untuk mengumpulkannya. Saat kuliah, perangko-perangko tersebut entah dimana dan kemana perginya, sudah lupa tuh (mirip iklan saja).
Kemudian ketika saat happening kartu telepon, itu loh kartu yang bisa digunakan untuk menelepon, kartu yang dikeluarkan oleh Telkom dengan nominal tertentu yang dinayatakan dengan satuan “UNIT” dan hanya bsia digunakan pada box telepon yang desainnya bisa untuk dimasuki kartu tersebut. Setelah telepon, maka kartu telepon tersebut akan ditandai dengan lubang kecil pada bagian skala nominal uang yang terdapat pada kartu tersebut.
Untuk kartu telepon ini, sampai sekarang saya masih menyimpannya tapi ya gak banyak jumlahnya. Karena seperti halnya aksi koleksi perangko, mata uang koin, kartu-kartu telepon tersebut saya peroleh sedapat, yaitu tidak hunting khusus melainkan dikasih teman yang intensitas telepon-teleponanya lebih tinggi.
Demikian soal koleksi-koleksian yang pernah saya lakukan. Selanjutnya Saya pun kepo dengan barang apa sih yang dikoleksi oleh anak-anak dirumah?
"Koleksi tas Bund ?"jawab anak mbarep spontan dengan tertawa.
" Itu koleksi apa harapan punya tas banyak?"
" Kan di rumah banyak tas Bund ?"
" Tas yang mana? Tas punggung itu kan rata-rata dapat dari training, diklat dan sejenisnya. Tas punggung yang sengaja beli sendiri paling cuma 3 doang lhooooh, itupun tas sekolah kan ya ?"
"Bagaimana kalau koleksi jilbab Bund ?" Ini jawaban Aida, adiknya anak mbarep.
"Jilbab yang kita punya itu kita belinya untuk koleksi ya?"
" Ya meski barang koleksi juga bisa dipakai kan Bund ?"
"Well, okelah noted: koleksi jilbab)"
"Selanjutnya apalagi ?"
" Banyak bun, kaos kaki, bros, piring, gelas, sendok....."
" Lanjutkan saja di absen barang-barang di dapur, sampai bumbu dapur sekalian yaa...".
Epilognya, barang koleksi versi saya, selain mengacu pada definisi kata “koleksi” dari KBBI, suatu barang atau benda yang disebut koleksi adalah diperoleh dengan sengaja dan usaha yang serius serta dilakukan dengan suka cita (hobby). Dan barang-barang yang dikoleksi tersebut biasanya mendapat perlakuan lebih baik, dijaga, dirawat, dan disayangi layaknya barang yang special. Misalnya dijaga kebersihannya, ditempatkan pada tempat tertentu yang terjaga, dan beberapa treatment lainnya.
Bagaimana dengan Anda, apa saja barang yang dikoleksi dirumah? Sejak kapan mulai mengoleksi barang-barang tersebut?
#BPN30dayChallenge2018
#Day11 #11BarangYangDikoleksiDiRumah