Mengurai salah satu kisah masa sekolah untuk ikutan berbagi cerita tentang sepatu. Kisah sepatuku sayang yang memorable meskipun bukan tentang sepatu merk populer. Setelah saya ingat-ingat dan memvalidasi hasil ingatan tersebut dengan bertanya pada salah satu kakak, alhasil memang kelas 3 SD saya baru bisa memiliki sepatu untuk sekolah.
Bismillahirrahmaanirrahiim, saat sebelum memiliki sepatu untuk sekolah tentu bisa ditebak jika saya ke sekolah dengan ‘nyeker’ alias tanpa alas kaki. Saya masih ingat sepatu pertama saya tersebut warnanya putih berbahan plastik dengan ada strip warna merah dan biru di sebelah tali sepatunya. Aturan tidak tertulis di rumah untuk sepatu sama dengan baju seragam, yaitu: sekali beli harus bisa sampai lulus sekolah. Syukur-syukur jika bisa bertahan untuk masuk sekolah berikutnya.
Kalau soal ukuran sepatu bisa dipastikan akan kebesaran bagi ukuran kaki saya. Cara menyiasatinya agar ‘pas’ dengan besarnya kaki yaitu menambahkan gumpalan kertas di bagian ujung sepatu. Agar bisa awet sampai lulus SD, maka kalau pulang sekolah sepatu tersebut biasanya saya tenteng [kalau berangkat ke sekolah sepatu terpakai dengan manis]. Dan jika sedang musim hujan, akan memberi alasan yang kuat untuk tidak bersepatu ke sekolah dan itu merupakan pemandangan yang sudah biasa bagi guru terhadap saya.
Saat masuk SMP dan SMA berlaku peraturan menggunakan sepatu warna hitam tiap hari sehingga tidak bisa mencari-cari alasan untuk menenteng sepatu lagi [seperti sewaktu masih SD] dalam rangka memperpanjang masa pakai sepatu. Sebenarnya kalau hari Jumat-sabtu aturan menggunakan sepatu agak longgar [jarang ada inspeksi dari guru] sehingga bagi teman-teman yang tak ada masalah untuk membeli sepatu bisa trial pakai sepatu warna lain [tidak hitam].
Jadi cara terbaik yang bisa saya lakukan agar sepatu tersebut bisa bertahan sampai lulus sekolah [selain pertimbangan waktu beli dengan kriteria sepatu yang: lentur, tahan lama dan harganya terbeli/murah] adalah dengan menjahitnya jika sudah muncul ‘mulut’nya [baca:berlubang].
Tentu saja urusan menjahit/sol sepatu juga tidak dibawa ke tukang sol sepatu. Saya harus menjahitnya sendiri dan Alhamdulillah kebetulan untuk urusan menjahit [pakai tangan] saya dan semua saudara bisa melakukannya. Untuk awalnya saya sering melihat dari kakak saya yang nyambi menerima order sol sepatu.
Secara prinsip, menjahit sepatu memang hampir sama dengan menjahit baju hanya berbeda pada alatnya [jarumnya lebih besar dan benangnya menggunakan senar]. Dengan cara demikian akhirnya bisa mencukupkan 1 pasang sepatu untuk satu masa sekolah.
Kisah sepatu ku sayang masih berlanjut ketika kuliah dan ini yang sampai sekarang masih membuat saya terheran-heran [sambil tersenyum] sendiri jika mengenangnya. Karena situasi [finansial] yang kurang mendukung, maka sepatu kuliah yang saya gunakan dengan membeli sepatu second. Saya masih ingat betul kala itu, diantar oleh kakak ipar untuk membeli di PKL yang ramai berjualan di sekitar Stadion Tambaksari setiap malam. Setelah beberapa kali memilih, saya pun mantap memilih sepasang sepatu warna hitam berbahan [seperti] kulit yang harganya delapan ribu Rupiah.
Alasan saya tentu saja memilih sepatu yang kuat (baca: awet) dan bisa digunakan untuk all moment: kuliah dan acara kampus lainnya [non akademis] dan istilah 'merk' merupakan bahasa dari planet luar angkasa yang tak ada dalam kamus saya tentang kriteria sepatu yang baik. Dan memang sepatu tersebut bisa bertahan jadi alas kaki yang setia sampai saya lulus kuliah dengan didukung sesekali saya menggunakan sepatu pinjaman dari teman kost [yang kebetulan memiliki sepatu banyak).
Dan saat-saat menjelang akhir dari masa kuliah yaitu ketika tinggal menunggu yudisium dan wisuda, pada suatu siang ketika sedang ngobrol dengan beberapa teman, saya iseng memperhatikan sepatu dengan lebih intens dan saat itulah saya baru menyadari jika sepasang sepatu yang saya gunakan selama ini bukanlah pasangan yang sepasang. Antara sepatu kanan dan kiri ternyata tidak sama, sekilas pandang kelihatan sama: warna hitam, berbahan [seperti] kulit, model bertali, ukuran sama.Tapi modelnya secara keseluruhan sepasang sepatu tersebut hanya tipically terlihat sama.
Untuk memastikan apakah saya tidak salah lihat [silap], saya pun bertanya pada teman di dekat saya.
“ Coba perhatikan sepatuku deh ““ Emang kenapa sepatumu ?” tanyanya masih belum aware dengan tujuan permintaan saya.“ Menurutmu sepatuku itu beneran sepasang atau hanya sekilas saja mirip sepasang sepatu yang berpasangan?”Sejenak teman saya terdiam, untuk kemudian tertawa “ Hebat deh, jadi selama ini kamu gak nyadar jika menggunakan sepatu yang berbeda antara kanan –kira ya, Rie?”.
Apakah saya malu atau minder dengan kenyataan sepatu ku sayang tersebut? Alhamdulillah, ALLAH Ta'ala mempertemukan saya dengan teman-teman yang tidak pernah bersikap ‘bully’ pada orang lain bagaimanapun kondisinya, sehingga saya tetap bisa enjoy dan percaya diri menikmati masa sekolah dan kuliah saya.
“ Sepatu, mungkin terasa biasa bagi sebagian orang, tapi luar biasa bagi sebagian yang lain “
salam kenal..perdana ne..kunjungan baliknya ya??
ReplyDeleteSalam kenal juga, I'll visit back sooner:)
Deletealhamdulillah yah
ReplyDeleteAlhamdulillah juga dunk:)
Deletekalau komen moderasi gini susah juga ya tuk mengetahui apakah pertamax atau tdk,,,btw ini kisah sepatu yg pernah di ceritakan itu ta,,ternyata benar2 di publis,,,demi GA,,hehe
ReplyDeleteSelamat Mas Amri belum commentator pertamax ney? Udah ta lepas moderasinya sekarang mAs.
DeleteIyap, ini cerita yang ta ceitain itu. Ya bukan semata demi GA juga...jika menurutku cerita tak layak untuk di publish tentu ta keep in silent kok.
Ciyeh, mas Kahfi udah tau duluan ni yeee... aku aja baru tau waktu mb ri mo nulis,,, uhuk uhuk,
Delete#kabuuuur
btw, ceritanya really inspiring bu, jadi harus banyak bersyukur, ditunggu soon kickersnya dipake...
Meskipun sepatu yang di pake berbeda..
ReplyDeleteSemoga tetep nyaman dengan yang lain..
Perumpamaan kisah sepatuku sayang yang sangat indah..
Iya neh Mbak, pakai sepatu beda gak nyadar kalau gak sepsang. Tapi kalau nyadar dari awal, jadi harus ngeluarin budget lagi dunk utk beli sepatu...hehehehe
Deletedan saya rasakan keluarbiasaan itu mbak.... sepatunya masih ada ya mbbaaakkk
ReplyDeleteDijamin sepatunya sudah tidak berbekas, sepatu tsb ta tinggal saat 'check out' dari tempat kost.
Deletekalau masih ada sepatunya tentu ta jadiin figure postingan ini. Dulu jg gak pny camera untuk aksi jepret-jepret usil.
Sesuatu :))
ReplyDeleteSesuatu dunk:))
Deletekalau aku dulu sempat merasakan hal tsb,tp itu adalah hal kecil yang tidak akan menjadikan kita manusia yang mempunyai mimpi & harapan yg kecil
ReplyDeleteactually, saya tak pernah merasa minder. Saya merasa enjoy saat menjalaninya kala itu dan merasakan hikmatnya kini ketika mengenangnya.
DeleteXixixi,,, sekolah saat sd lucu juga ya mbak, gak pake sepatu juga gak papa hehe,...
ReplyDeleteWaktu beli sepatu yg gak sama mbak ririe gak perhatiin bener2 ya mbak hehe,,. Tapi lucu juga bisa menemani sampai lulus.
Xixixiii..iya seru dan asyik, pulang sekolah suka meribet lewat pekarangan orang terus pas kalau pas musim mangga sambil nyari mangga yg jatuh.
DeletePas belinya malam, jai tersamar oleh nyala sinar lampu yang ada..
sekecil apapun barang milik kita memang harus kita jaga...
ReplyDeletemengesol sepatu sering saya lakukan juga mba, sepatu jadi awet dan kuat, yah sambil ngirit gitu hehe....
Sampai sekaran kalau sol sepatu masih hanya yg nge'sol orang lain, jadi sepatu baru di-lembiru jika sudah gak bisa di sol lagi...#hematpangkalkaya
DeleteKok hampir sama dengan saya mbak . sekali beli
ReplyDeleteharus bisa buat beberapa tahun kedepan. Waktu sekolah sma dulu saya malah hanya memakai sepatu bekas tetangga saya yg sudah tidak terpakai lagi. Hehe . . ga modal bgt ya :D
Hehehee....iya,saya yakin banyak yang punya kisah tentang septunya yang luar biasa, termasuk menggunakan sepatu dari pemberian orang lain. Kalau versi keluarga saya ada sistem 'warisan', jadi sepatu kakak yg msh bisa dipakai akan digunakan oleh adiknya. Demikian juga baju daln lainnya..
Deletesuatu pengalaman yang memiliki sejarah tersendiri, kenangan itu indah, jika kita teringat sepertinya memang lucu, bagaimana masa kecil dulu, apalagi dengan sepatu yang antik sungguh bikin ketawa kick..kick..kick.....
ReplyDeletepostingan bagus kawan,...terima kasih dan sukses buat anda..
Semua kenangan akan indah dan penuh makna saat kita mengenangnya. Ma kasihh:)
DeleteSaya di SD selama 6 tahun 100% nyeker...
ReplyDeleteBukan karena tak ada sepatu tapi karena semua muridnya pada gak pakai.
Saya pernah pakai saat kelas 1 tapi malah diledekin temen2...
Mereka sengaja menginjak sepatu saya....
aduh mas kasian bangt , jd ter haru ...
DeleteWhahahaha...itu mah saya banget pak, dulu kalau ada teman yang pakai sepatu ta injek lho? Dan kebawa hingga sekarang, jk ada teman yg sepatunya baru iseng-iseng di injek ta nganyari..
Delete@ amethe: hehehe...seru lho?
DeleteKok ini gak diikutkan buat ngeramein promo buku Sepatu Dahlan-nya bung Krisna sih Mbaaaak? :D
ReplyDeleteWhahahaha...postingan ini dalam rangaka launching kisah sepatu Dahlan ISkan mbak. Sudah terdaftar via email:)
Deletembak, ini gk d ikutin giveaway y?
ReplyDeletefufufufufu...ikut GA kok Mbak. di TOCnya memang gak harus dipasang tulisan kayak biasae jika ikutan GA
Deletekalau udah suka dan nyaman emang pengen terus dipake ya walaupun terkadang udah ada sepatu yg lain...
ReplyDeleteaq pun kyk gitu kalau suka ama 1 barang mau baju ato sepatu seriiiing banget aq pake...
whehehehe, mbak ini bukan karena saya suka pada satu sepatu. Tapi karena hanya punya satu sepatu yang harus tahan pakai sampai lulus sekolah.
DeleteKisah sepatu kamu tu, mengingati zaman sekolah Menengah aku dulu..
ReplyDeletehampir sama, aku juga pernah memakai kasut pemberian orang, sepatu itu agak besar lalu aku menyumbat kertas supaya tidak longgar dan lama ku perhatikan rupanya kasut tersebut juga berlainan saiz....
mengingati kisah lampau dapat memberi rasa syukurnya kita sekarang ^_^
salam kenal Ririe :)
Iya neh, banyak orang yang punya kisah unik dan menarik dengan sepatunya..
DeleteMengingatnya kini, membuat kita merasa amazing dan bersyukur banget pernah berada pada masa-masa sperti itu
masa sih masih ngalamin sekolah nyeker..?
ReplyDeletekirain aku doang
haha
TOS...you're not the one. Nanti kita bikin persatuan alumni 'nyeker' saat sekolah piye mas?
Deletegudlak ... ^_^
ReplyDeleteokeyyy, ma kasiihh:)
Deletehahayyy...
ReplyDeletehahayyy...#melambaikan dua tangan
Deletegw perna mm udh ga ada lagi sih ... hihih
ReplyDeletehehehee..pernah apa sob?
DeleteDalemmm...
ReplyDeleteDalemmm...hemmm, sedalem apakah?
Deletehalo mbak :)
ReplyDeletekunjungan perdana nih..
mbaknya curhat ya lewat artikel diatas.. hhihii :p
Haloo juga:0
DeleteTerima kasih atas kunjungannya, sob:)
Iya neh, curhat untuk ikutan GA...Curhat dengan maksud dan tujuan:)
Saya malah salut sama mbak, Tetap bersyukur :)
ReplyDeleteSaya waktu SD-SMA wajib pakai sepatu hitam, dan mereknya dulu TITANIA, pokoknya nggak boleh ada warna lain walaupun hanya sedikit.
Biasanya pada saat apel pagi ada pemeriksaan sepatu dan rok :)
Kadang2 suka bandel juga hehehe
Baru bener2 straght sepatu harus seragam warna hitam ya SMP-SMA, selalu ada yang pengen coba-coba warna lain dan biasanya terjadi hari jumat-sabtu. Pemerikasaan memang sering dilakukan secara random, bahkan sampai panjang kuku tangan. Serunya jika sampai ada sepatu yang di sita oleh guru sehingga harus pulang gak pakai sepatu.
Deletegood luck mbak, kisahsepatu mulai berseliweran nih :) ikutan ga ya
ReplyDeleteBanyak yang ikutan ya Mbak? Saya baru ketemu postingannya Mbak Mugniar dan Una. Yang penting happy GA.
Deletewah.. keren tuh sepatunya. satu kuning satu ijo. :D
ReplyDeleteHahahahah...itu bukan kuning tapi akibat kena back light cahaya lampu [motretnya pas malam], warna aslinya putih kok.
Deletewhehehehe, ilustrasi saja sob. Kalau yg asli sepatunya [yang saya ceritakan] sudah gak ada lagi sepatunya, tinggal kisahnya.
ReplyDeletemba'e...:D sy kalau beli sepatu juga sering sy jahit lagi untuk memperkuat....dan rata-rata awet....
ReplyDeleteYuhuuyyy, sol sepatu adalah style warisan yang patut untuk diturunkan sebagai ungkapan rasa sayang sepatu...whahahahaha
Deletembak rie.....coba ada berapa sepatu yang mbk punya sejak lahir sampai sekrang...?
ReplyDeleteWhahahaha, kalau sepatu yang ada di rumah sekarang bisa mbak ngitungnya. Atau sepatu mulai kelas 3 SD - kuliah, masih ingat saya ngitungnya. Lha setelah bisa beli sepatu sendiri [kerja] s/d sekarang, sudah lupa deh berapa sepatunya,tapi saya yakin belum sampai 30 pasang sepatu kok.
Deletewalau nggak sepasang, tapi sepatunya cantik mbak
ReplyDeleteIya MBak, sepatunya yang gak berpasangan di ilustrasi postingan memang cantik., feminin dan asli yang warna biru tosca itu idenya keponakan saya [Ika]. Kalau saya lebih sering pilih sepatu yang cenderung ke model casual soale
Deletebwahahahaha aku dulu juga sukanya gitu. pake anting yg ga pasangannya. itu keren,,, :D
ReplyDeleteWeiii, kalau anting dari kecil [saya ingat pakai anting] sampai sekarang tetap yang sekarang masih terpasang cantik di telinga saya. Ini anting temurun dari anaknya sepupu ibu saya [ si babapknya saudara sepupu ibu saya]. Ingat saya sebelum masuk SD saya mengenakan anting ini dan bertahan sampai sekarang neh...#setia MODE ON
Deletekisah yang cukup unik mbak, sukses kontesnya ya mbak...
ReplyDeleteSepintas kelihatannya hanya curhatan, tapi bagi saya adalah part of miracle in my life..
DeleteMbak... aku punya kalimat untukmu.
ReplyDelete"Semoga kita menang ya!"
Hahahaha... xD
Mantap Na, mantranya. TApi apapun hasilnya kita kan tetap menang, kan bisa masuk buku daftar pesertanya admin tuh..hehehehe
DeleteNah terus sepatunya masih ada gak mba sampai sekarang ??? keren juga ya, bisa gak sadar gitu, hihihihiy, wah kl saya mah, gak punya sepatu waktu STM tapi tiap hari pake sepatu terus kl sekolah, #gak pinjem, alias leng bet, hahaha :P
ReplyDeleteWah, sayangnya tuh sepatu dah gak ada MAs. Waktu 'check out' dari kost ta tinggal..dan mengingat waktunya jg gak mungkin bertahan sampai sekarang tud si sepatu ajaibnya...
DeleteBtw, leng bet tuh apaan ya?
Coba tahu gitu, pas ketemu kemaren di cek yg sekarang bener2 sepasang atau tidak, jangan2 salah lagi... hehehehe...
ReplyDeleteantara sedih dan ngakak baca postingan ini...
hebaat... salut sama adikku.., tdk smua orang bisa melakukan itu
angkat topi...,
Whahahaha..jadi inget ledekan teman-teman kuliah deh. Setelah lulus dan kemudian kerja, tiap ke Surabaya dan ketemuan sama teman-teman kuliah pasti di ledekin "check and re-check dulu bajumu, Rie". Maklum kala kuliah bajunya sak duwene, gak mikir ttg keserasian warna/motif, jadi ya semacam tabrak lari fashion getu deh. Dan sampai sekarang teman-teman kadang masih suka ngingetin style saya yg kacau balau dulu. Dengan PeDe ya ta jawab:"kan sekarang jutru jd trend setter'nya para hijabers tuh..."#alesan elegan!
Deletewaduhhh.. cantik tapi beda hihihihi...! beda sepatunya gkgkgkgk! hebat juga tuh sepatu ya. manusia itu punya indera, tapi sepatu itu mampu menghalau indera perasa, penglihat dan peraba! gue yakin sepatu ririe kalo dilelang pasti mahal gkgkgkgk!
ReplyDeleteWhahahha, kalau lelang yang jelas mahal tempat sewanya buat lelang deh.
Deleteenak punya teman kyak gitu.. di sini salah dikit di bicarain di belakang..
ReplyDeleteAlhamdulillah saya dipertemukan teman-teman yang asyik-asyik orangnya, gak lihat orang dari atribut sosial dan fisiknya.
Deletemenarik nih cerita sepatu yang kanan kirinya berbeda... yang penting itu percaya diri ya... jadi sepatu apapun bentuknya tertutup semua dengan rasa itu.. nice post...
ReplyDeleteJika percaya diri, bagaimanapun kondisi kita InsyaAllah bisa survive kan sob:)
Deletewah.. masih ngerasaain jaman nya nyeker juga ya mba, ehm. heheh, jadi terharu saya. heheh. tapi mantap mba, emang jadi kenangan. apalagi tu yang sampe salah make, heheh. bikin kenangan banget dah sampe di tulis di sini.
ReplyDeleteBUkan salah pakai, tapi kurang teliti waktu membelinya sehingga antara kanan-kiri bukan padu padannya. Dan memang akhirnya jadi kisah yang menarik bagi saya tentunya..
Deletehahah, salah membeli? ehm, kaya paman saya dong. tapi unik juga dia, beli sepatu eh pas di coba di rumah ternyata kanan semua. hebat, heheheh. pas kembali lagi si penjual ga mau ngaku lagi, jadinya ga bisa di tuker. kasian dah. heheh. tapi jadi pengalaman berarti tu.
Deleteya gettu deh, kurang sabaran/teliti waktu memilih tuh sepatu. Sepintas dah keliatan sama...langsung deh dibungkus.
Deletega papa mba, jadi unik. hehehe. berani make ga? heheh.
Deletehohohohoho...lha sepatu tersebut kan ta pakai sampai lulus kuliah Mas? Aku baru nyadar sewaktu tinggal beberapa waktu sebelum wisuda.
Deletewah mbak hebat ... bisa tahan make sepatu yang berlainan untuk waktu yang cukup lama... :P
ReplyDeleteAlhamdulillah tahunya sudah mau usai kuliah, kalau dari awal tentu harus di betah-betahi tuh pakainya...hehehhe
Deletejadi ingat kisah di sd juga sekolah masih nyeker. pingin dibelikan sepatu tapi si mbokku gak mampu beli. jadi ngumpet di kamar mandi nagis agar gak ketahuan si mbok
ReplyDeleteKlau yg sampai nangis tuh waktu SMP naik kelas dua, harus beli buku dari sekolah. Karena gak ada uang, disuruh pinjam saja. Eh, malah jadi sakit demam tuh...hehehehe. Giliran di cariin uang utk beli buku, saya jadi sembuh. Yg bikin saya menyesal, ternyata tuh buku akhirnya gak terpakai karena tak berselang lama dari saat saya nrima bukunya ganti lagi GBPPnya.
Deleteteman teman yang istimewa :D
ReplyDeletekalau saya sekarang malah masih menggunakan dompet yang di kasih sama keponakan saat saya masih SD dulu. sudah belasan tahun tu dompet masih awet aja. hehe
Kalau dompet juga punya cerita yang agak mirip neh, salah satu keponakan punya dompet gambar mikey mouse warna biru. Karena tertarik akhirnya saya 'rayu' lah sang keponakan agar mau ngasihkan dompetnya ke saya. Cukup lama juga saya gunain dompet tersebut.
Deletewow.... banyak sekali pembelajaran yang dapat dipetik dari kisah hidupmu sist, thanks for share...
ReplyDeleteproud to know and be one of your lovely friends...
see? roda kehidupan memang terus berputar, kegigihan dan keuletan serta tekad bulat meraih keberhasilan, tentu kini membawamu meraih kehidupan yang jauuuh lebih cemerlang kan say? dan pasti udah punya banyak sepatu ini... hehe.
btw, masak ga merhatiin sih waktu belinya itu? apa kakak ipar ga ikut memperhatikan? hehe.
sukses untuk giveawaynya ya Rie..... wishing u a luck! be the winner. :)
Banyak sepatu? Klau lebih dari satu pasang kan termasuk banyak ya Mbak? Selain untuk kerja,kan ada sepatu olah raga..
DeletePas beli udah merhatiin Mbak, tapi dasar diriku emang kadang gak sabaran kalau suruh neliti pas beli barang. Waktu beli juga malam sehigga agak samar juga oleh sinar lampunya para penjual.
Yang penting bisa sharing and I'm glad having this story
Sepertinya aturan dalam keluarga kita sama mbak, 1 sepatu + 1 seragam berlaku sampai lulus sekolah :)
ReplyDeleteSebenarnya bukan aturan sey tapi lebih enak kalau saya menyebutnya bagian dari bentuk penyesuaian diri terhadap keadaan..
Deletejait sepatu sendiri?? hebaatt :)
ReplyDeleteterus sepatu yang berlainan itu koq ga ada potonya? biar kita bisa liat juga dimana perbedaannya hehe
Waduuh Mbak maaf banget, tuh sepatu saya pakai selama kuliah [sampai lulus] dan saya lulus kuliah sudah lama banget. Andaikan kala itu saya bawa dari kost pun, dijamin kondisinya gak bertahan setahun sudah rusak parah.
Deletehalo gan,
ReplyDeletetetap semangat tinggi ya untuk jalani hari ini ! ditunggu kunjungannya :D
halo juga sob, amiin semoga tetap semangat every day!
Deletesepatu nya yang ijo bagus tuh mbak, baru yaa...
ReplyDeletekisahnya bagus deh, sekarang bisa beli sepatu yang halma sampek muter2 TP ndak nemu2 selera mbak rie :D *ups...*
:D* Eh hlho?*
Deletehohohoho...yang sampai capek di ajak sensus di TP neh?
itu tahun berapa ya mbak kok masih nyeker karena sayapun dulu SD nyeker kalau tidak boleh pakai sandal jepit tasnya tas kresek (awal-awal ada tas kresek), baru SMP pakai sepatu karena sekolah dikota kecamatan
ReplyDeleteya masih jaman OrBa Pak..lha sekarang saja masih kita jumpai murid-murid SD sekolah tanpa pakai sepatu lho?
Deletehmm..ada sebahagian orang yang menghabiskan duit untuk meng-koleksi sepatu mahal..dan ada juga yang memburu ke tukang loak..demi mencari sepatu dengan harga murah..apapun itu..sepatu tetaplah sesuatu yang berharga bagi orang yang menghargai sepasang kaki-nya..
ReplyDeleteHemmm...saking banyaknya uang jadi kalau beli sepatu based'nya bukan sebatas fungsi utk alas kaki, namun sudah bergeser pada fashion dan prestis kali ya mas?
DeleteKutipannya menginspirasi kakak.. suka =)
ReplyDeleteHemmm...semoga menginspirasi yaaa:)
DeleteJujur, saya nda betah berlama-lama pakai sepatu. Kalau dikantor, begitu datang diam-diam ganti sendal jepit dan baru pakai sepatu lagi kalau ada perlu keluar kantor. Sepertinya si boss sudah pada maklum dg kebiasaan anak kampung yang satu ini. heheheh...
ReplyDeleteDan sejujurnya juga, demikian pula saya sehari-hari di kantor. Hanya berangkat/pulang dan kalau ada urusan formal keluar kantor baru memakai sepatu. Selebihnya ya sandal jepit MODE ON, semua orang di kantor saya seperti itu. Sepatu hanya untuk berangkat-pulang kerja ataau ada acara di luar kantor..
DeleteWuih jadi ingat masa2 SD dulu, setengah malu-malu'in ketika klas 2&3 hanya pake sepatu yg itu2 aja sampe bagian depan jebol tapi tetep lengket di kakiku, maklum tinggal di udik kondisi ekonomi pas2an, maksudnya pas sepatu jebol ortu nggak juga mampu beli'in ... wkwkwkwk
ReplyDeleteTapi tetap seru dan bisa nejoy kan menjalaninya....life still cheerfull anyway
Deletewaah seru ceritanya mbak, klo saya pernah ga sadar pakai kaos kaki yg berbeda kanan dan kiri, ... salam kenal yaa
ReplyDeletehahahaha...Alhamdulillah saya selalu sadar kalau pakai kaos kaki..
Deletemau nimbrung cerita soal sepatu boleh ya... saya punya 2 pasang sepatu bulutangkis. satu di kantor, satu di rumah. tapi saya tukar masing-masing pasangannya. saya jadi punya 2 pasang sepatu yang berbeda ka-ki-nya. orang-orang mungkin menganggap saya gila. tapi saya cuek aja.
ReplyDeletebtw, postingannya asyik Mbak. cuek aja lagi. ngapain mikirin orang-orang juga. tetep pake aja yang "selen". Indah pastinya koq.
Whahahaha..kalau case demikian namanya senagaj memilih untuk tampil unik dunk Pak. keren tuh, tampil beda jadinya..
DeleteWaaahhh :-O
ReplyDeleteCerita yg bikin mulut kebuka, cekikikan + senyum terharu :')
weiiiihhh, ati2 loh nanti kalau ada lalat lewat...hehehhe
DeleteAda sedikit kesamaan cerita nih mbak, hihi... saya pun baru bisa punya sepatu sendiri pas kelas 3sd. sebelumnya punya kakak yg dah sobek sana sini. satu sepatu untuk satu jenjang pendidilan. alhasil Sampe skr sy pun gak suka ganti2 sepatu, paling punya satu yg dipake terus sampe koyak baru deh diganti lagi.
ReplyDeletesukses GAnya mbak Rie :)
TOS!
DeleteKlau punya kakak gak bisa diwariskan, lha sudah jebol juga. Kan gak akan ada sepatu baru sebelum sepatu jebol [gak bisa dipakai lagi]. Selain itu, kakak perempuan dengan saya gap usianya jauh, yang tumbuh besar bersama saya ya soudata yg cowok. Jd sebenarnya yg banyak saya tiru ya style kakak cowok ...
Alhasil sampai sekarang pun, saya baru mem'pensiunkan sepatu jika sudah rusak parah juga. RAsanya 'sungkan' jika sepatu masih bisa di pakai kok di istirahatkan..
wah keren
ReplyDeletesangat kreatif sekali mba :)
salam kenal :)
Yang keren saya apa postingannya neh? # huuuuu
DeleteSalam kenal juga sob:)
Waktu SD saya belum pakai sepatu sama sekali..:D
ReplyDeleteKalau aku dulu suka pinjam sepatu jika ada kegiatan pramuka,karena aku pakai sepatu model olah raga,.. ya waktu dulu sepatu masih tergolong mewah.
sejak saya punya sepatu kelas 3 SD - kuliah, model sepatunya ya casual gitu. Waktu SMA mupeng pengen sepatu Kasogi dan keturutannya yang mirip-2 deh sama tuh sepatu impian..
Deleteheeee jadi sepatunya beda sebelah ya :o
ReplyDeleteMasyaAllah,,, untungnya nggak ada genk yang nge-bully yaa mbak rie ^^ mana temen-temen juga nggak ada yang perhatiin. emm :D
Alhamdulillah, teman-teman yang ada di sekitarku gak ada yang suka nge'bully orang lain...they always welcome.
DeleteKenangan yang manis mbak. Saya salut mbak Ririe tak ada rasa malu waktu itu. Masya Allah. Senang mengenalmu mbak :)
ReplyDeleteIya Mbak, mengenangnya kini kadang saya sendiri merasa ajaibnya kala itu saya bisa sedemikian PeDe dan ttp enjoy, hehehe..
DeleteMa kasih Mbak, Saya juga senang mengenal Mbak Niar:)
Jadi teringat waktu kuliah dulu, sepatunya yah itu-itu saja hehehehe
ReplyDeletehehehehe..sama dunk
Delete