Prolog: Niat awal postingan ini dalam rangka menyemarakkan perhelatan GiveAway Cah Kesesi AyuTea. Tapi setelah menyimak dengan lebih seksama dalam tempo yang secukupnya tentang isi T&Cnya, ternyata ada point yang menyebutkan: diutamakan kisah sendiri.
Meski demikian, karena niat sudah diikrarkan maka tidak bisa saya tarik lagi sehingga tetap saya posting [Alhamdulillah jika ditoleransi untuk masuk kriteria GA #Mauuunya!] . Dan Bismillahirrahmaanirrahiim here is my story [based on true story] yang saya narasikan dalam bentuk cerpen. Hope you’ll enjoy this entry.
♠♥♠♥♠♥
Pesawat telpon di meja kerjaku berdering kembali padahal baru satu menit aku meletakkan gagang telpon tersebut, “Iya Lia, ada apa lagi ?” tanyaku tanpa basa-basi pada sekretarisku.
“ Maaf Pak, ada yang ingin bertemu dengan Pak Damar. Bisa saya persilahkan masuk sekarang atau…”
“ Siapa
lagi? Bukannya sudah tidak ada appointment?”
“ Seorang
bapak, tapi tidak mau menyebutkan namanya..” kudengar nada agak ragu di
seberang telpon yang aku pegang.
Sok misterius banget, mau bertemu denganku tapi tidak
mau menyebutkan identitasnya. Tapi demi mengingat didikan etika kedua orang
tuaku, maka aku bilang pada Lia untuk mempersilahkan tamu itu masuk ke ruang
kerjaku.
“ Assalamu’alaikum…” seorang lelaki seumuran bapak
tapi sedikit lebih tinggi memasuki ruanganku. Kulitnya sawo matang, rambut agak
bergelombang. Garis wajahnya mengingatkanku pada seseorang tapi aku tidak
ingat sama sekali kapan dan di mana pernah melihatnya.
“ Wa’alaikum salam,” kuterima uluran tangannya,”silahkan
duduk Pak..”
“ Maaf jika kedatangan saya mengganggu Nak Damar..”
“ Kalau boleh saya tahu bapak ini siapa dan ada keperluan
apa ingin ketemu saya?” tanyaku to the point.
Lelaki itu tidak langsung menjawab, kulihat seberkas
gundah menghiasi wajahnya yang mulai terpahati keriput di beberapa bagian.
“ Sangat wajar jika Nak Damar tidak mengenaliku, sama
halnya aku juga tidak akan tahu bagaimana rupa Damar kecil yang telah
kutinggalkan 24 tahun silam…”
“ Maksud Bapak…?” perasaan aneh, gugup dan bingung
serta merta membadai di dadaku. Apakah dia….?
“ Iya aku ayahmu…” satu kalimat yang cukup membuat
bumi terasa berhenti berputar. Aku terdiam dalam keterpanaan tiada terkira,
terkejut dan ingin tidak mempercayai ucapannya. Tapi ingatanku yang langsung
mendarat pada selembar foto yang pernah ditunjukkan Embah saat aku SMA adalah
pembenaran yang tak bisa ku tolak.
Bippp...bippp...suara handphone
menghentikan lamunanku tentang pertemuan kemarin sore dengan lelaki yang menyebut dirinya ayahku. Kulihat layar dan tampak nama Prastama muncul
dilayar. Aku tak berminat mengangkatnya karena
adikku itu pasti akan mencerca dengan banyak pertanyaan kenapa dan untuk apa
aku tiba-tiba mau pulang ke Surabaya lagi padahal belum ada seminggu berada di
Jakarta. Sebagai
gantinya kukirimkan pesan singkat agar besok menjemputku di Juanda.
♠♥♠♥♠♥
“ Bapak mana, Buk?” tanyaku
begitu masuk rumah dan mencium tangan ibu.
“ Kamu ini
ada apa? Tiba-tiba pulang lagi dan langsung nanyain bapakmu “ protes ibu sambil
mengacak rambutku, kebiasaan ibu jika gemas padaku. “ cuci kaki dan minum teh
dulu. Jam segini bapakmu ya bersama taxinya, apa lupa kalau pekerjaan bapakmu
itu sopir taxi?”
“ Lha bapak sih ngeyel, suruh berhenti jadi sopir tidak mau. Sekarang aku sudah kerja
dan Andi sudah lulus kuliah. Hanya tinggal Prastama yang harus dibiayai, aku sanggup bayari
kuliahnya”.
“ Kamu ini
datang-datang bicara ngalor-ngidul gak jelas begitu? Ada apa sih, Mar? Apa kamu
malu punya bapak jadi sopir
taxi? ”
“ Astagfirullah, kok jadi salah paham
begini ? Ibuk tahu jika Damar sangat menghargai dan kagum dengan bapak kan ?”
aku berusaha meredamkan perasaan ibu, merangkul pundaknya dan mencium keningnya
dengan lembut. “ Bagi Damar, bapak adalah ayah terhebat di dunia, jadi tidak ada
alasan buat Damar untuk malu dengan pekerjaannya sebagai sopir “.
“ Iya ibuk
heran tiba-tiba kamu pulang lagi dan baru satu menit masuk rumah sudah bicara
yang membingungkan seperti orang kesambet
gitu “.
Ya Allah,
aku tak sanggup mengatakan pada ibuk kenapa aku mendadak pulang lagi.
Menceritakan pertemuanku dengan lelaki yang sudah menelantarkannya tanpa jejak
demi menikah dengan wanita selingkuhannya, bahkan
untuk memperjelas status pernikahannya ibuk harus bersusah payah sendiri
mengurus surat cerai tanpa kehadiran lelaki itu. Jiwa besarnya mungkin sudah memaafkan lelaki tersebut, tapi aku yang tidak tega untuk melihat Ibu harus berperang kembali dengan desir luka karena aku membangkitkan lagi gores kelamluka masa lalunya.
Aku memandang pigura yang menggantung di tembok, foto kami sekeluarga saat
acara wisudaku beberapa tahun lalu. Ada bapak, ibu dan kedua adikku, sungguh
potret keluarga utuh yang harmonis. Dan kenyataanya keharmonisan itu tak hanya
tampak di foto. Dengan bekerja sebagai sopir taxi dan dibantu ibu yang
melayani pesanan kue, mereka membesarkan kami bertiga dalam kesederhanaan di
tengah kerasnya kehidupan kota Surabaya dan mampu mengantarkan kami sampai
jenjang kuliah.
Bapak menikah dengan Ibu yang janda beranak satu yaitu diriku.
Sebenarnya saat itu bapak kerja di sebuah perusahaan tapi karena mengalami
kebangkrutan akhirnya bapak kena PHK sehingga harus mencari pekerjaan lain dan jadi sopir taxi
sampai sekarang. Aku hanya mengenal Bapak sebagai ayahku, karena yang aku tahu
dari cerita sekilas, ayah kandungku sudah meninggalkan ibu sejak aku belum
genap berumur setahun. Dan kenyataan itu tidak pernah menggangu karena sikap
serta kasih sayang yang dicurahkan bapak tidak ada yang berbeda kepada kami
bertiga. Lingkungan sekitarpun bukan tipical tokoh-tokoh dalam cerita sinetron
yang usil terhadap bentuk hubungan anak dan ayah/ibu yang tidak sedarah.
“ Kamu
kenapa? Kok dari tadi mandangi foto itu? “.
Aku
menoleh dan tersenyum pada ibu “ Coba lihat di foto itu, bapak kelihatan
kelihatan keren kan Buk? Hehehe…”
“ Dari
tadi bapakmu terus yang kamu omongin, Mar “ selidik ibu dengan instink ingin
tahunya.
“ Ibuk
bisa saja “, elakku sekenanya “ Damar mau istirahat dulu Buk..”
♠♥♠♥♠♥
Semilir
angin sore yang meniup perlahan, menawarkan kesegaran tersendiri dengan aroma
basah sisa hujan beberapa jam lalu. Duduk pada salah satu sudut tribun di
Stadion Tambaksari, melayangkan pandangan ke tengah lapangan. Tampak beberapa
anak sedang asyik main bola dengan keriangannya yang tanpa beban. Pemandangan
yang menerbangkan ingatan pada masa kanak-kanakku.
Tak terasa sudah delapan belas tahun berlalu saat bapak setiap hari minggu
mengajakku main bola di lapangan ini. Bersama kedua anak kandungnya dan aku
yang lahir dari benih laki-laki lain tapi bapak menyayangiku dengan demikian
tulusnya sehingga aku tak pernah merasakan jika dia bukan ayah kandungku.
Bapak yang mengajariku naik sepeda, menemaniku main bola dan membuatkan
aku layang-layang. Bapak yang panik saat aku diserempet sepeda motor, bapak
yang meredamkan amarah Ibu waktu tahu aku coba-coba merokok. Terlalu banyak
kenangan dan tak bisa aku sebutkan satu persatu betapa bapak sudah menempatkan
dirinya sebagai sosok ayah yang luar biasa bagiku. Dan yang
membuatku aku lebih bangga lagi, semarah apapun bapak tidak pernah sampai
menurunkan tangan pada kami.
“ Menangis
itu normal Mar, tapi jadi laki-laki cengeng itu yang salah besar..” nasehatnya
ketika aku jatuh saat belajar naik sepeda.
“ Kenapa
cengeng itu salah, Pak?” tanyaku kala itu.
“ Karena
cengeng itu artinya kamu lemah, kamu tidak hebat…” dengan bahasanya bapak
mencoba memberi penjelasan yang bisa diterima oleh nalar kanak-kanakku.
Dedauanan hijau yang masih basah oleh sisa
air hujan, beberapa
butirnya jatuh di tubuhku saat angin bertiup perlahan. Kupejamkan
mata, merasakan romantisme suasana di stadion ini sambil mengenang
kembali setiap kenangan masa-masa aku sering bermain di lapangan ini.
“ Damar…”
sapaan suara yang teramat aku kenal, menghentikan laju lamunanku. Perlahan
kubuka kelopak mataku, menoleh ke samping dan kudapati sosok lelaki yang akrab
aku panggil bapak sudah duduk dengan santai. Senyumnya mengembang di antara
kumis tipisnya yang kelihatan habis dicukur.
Kucium
tangannya dengan takzim “ Kok Bapak tahu Damar di sini?”
“ Di sini
kamu dulu suka menghabiskan waktu untuk bermain, dan di sini pula kamu biasa
menyendiri jika ada masalah kan?”
Yah, tentu
saja bapak dengan mudah bisa menemukan aku di sini karena dia sedemikian paham
dan hafal akan semua kebiasaanku.
“ Apa dia
sudah menemuimu, Mar? Dan karena itu kamu tiba-tiba pulang dan mau minta
penjelasan sama Bapak, kenapa memberitahu dia tentang alamatmu di Jakarta?” tanya bapak langsung pada pokok dilema
hati yang aku alami.
“ Damar
bingung, Pak. Antara kecewa, sedih dan ingin marah…andai bisa di hapus, Damar
akan lebih mudah untuk memilih menghapus jejaknya dalam hidup Damar “.
“ Hushh,
jangan ngawur gitu kalau ngomong..”
“ Dan Bapak, kenapa memberitahukan alamat Damar ?”
Bapak
menatapku dalam-dalam, seolah hendak menyelami isi hatiku dan sesaat kemudian
melemparkan pandangannya lurus ke tengah lapangan.
“ Karena
Bapak tahu bagaimana hati seorang ayah untuk anaknya..”
“ Hanya
karena dia kebetulan yang menyebabkan aku lahir? Kemudian pergi tanpa rasa
tanggung jawab sedikitpun, tidak perduli istri dan anaknya masih hidup atau
tidak? Itu yang di sebut hati seorang ayah?”
“ Bapak
mengerti perasaanmu, Mar. Tapi dia tetap ayah kandungmu yang harus kau hormati
“
“ Dan
kalau aku tidak bisa menghormatinya maka aku di sebut anak durhaka ya kan Pak? Kenapa dia
tidak di sebut ayah durhaka ?”
“
Damar..!” pintas bapak dengan intonasi agak tinggi.
“ Maaf,
Damar tidak bermaksud kasar..”
Bapak
menghela nafas panjang dan merangkul
pundakku dengan kasih.
“ Bapak
tahu tidak mudah bagimu untuk menerima kenyataan bahwa kau harus menghormati
dia. Dan asal kau tahu inipun salah satu resiko tidak mudah yang harus Bapak
hadapi ketika memutuskan menikah dengan ibukmu “
“ Maksud Bapak?”
“ Aku yang
membesarkan dan selalu ada buatmu..bagiku kau sudah menjadi anak kandungku.
Tapi kenyataannya ada laki-laki lain yang jelas-jelas adalah ayah kandungmu ?
Dan bapak tidak mungkin meniadakan fakta itu. Sangat tidak mudah buat bapak,
Mar. Dengan menekan rasa cemburu dan ego, bapak meyakinkan ibukmu agar mau
memperkenalkan kamu dengan keluarga ayahmu demi hubungan silaturahim tidak terputus..”
“ Iya,
Damar sama-samar masih ingat. Dulu ibuk sesekali mengajak Damar ke rumah orang
yang menyebutkan dirinya sebagai Eyang. Tapi laki-laki itu tak pernah muncul menemui
Damar di sana Pak...” jawabku dengan nada suara serak. Ada rasa nelangsa saat mengingat betapa ibu sudah berlapang hati menapak tilas keluarga 'mantan' suaminya agar aku mengenal siapa saja keluarga besar ayah kandungku. Dan kenyataannya lelaki tersebut tak pernah menampakkan batang hidungnya meski hanya sesaat. Dan ibu pun akhirnya harus mengikhlaskan jika lelaki itu tak ingin bertemu anak kandungnya. Menginjak SMP, ibu berhenti mengajakku mengunjungi keluarga besar itu karena orang yang membahasakan dirinya dengan sebutan Eyang sudah meninggal.
“ Dan
tidak mudah bagi Bapak saat harus
berbesar hati memberikan alamatmu ketika dia datang menemui bapak, Mar. Tapi
bapak harus realistis, walau bagaimana tidak ada istilah mantan orang tua bagi anaknya kan?”
Aku
terdiam menyimak kalimat demi kalimat yang di ucapkan bapak, berusaha meresapi
dan mengendapkannya dalam hati serta meredam emosiku.
“ Sisi
manusiawi bapak tidak rela, tiba-tiba dia muncul dan ingin di anggap sebagai
ayah kandungmu. Tapi bapak akan jadi sosok ayah yang gagal mendidikmu jika
bapak sendiri tidak mampu bersikap gentlemen dengan memberikan apa yang menjadi
hak bagi kalian sebagai anak dan ayah..”
Aku
terhenyak, trenyuh dalam palung haru yang terdalam. Sedemikian luar biasanya
jiwa besar bapak. Dia yang sudah bersusah payah berselimut suka dan duka untuk
membesarkan aku yang jelas-jelas bukan darah dagingnya, melimpahiku dengan perhatian
dan kasih sayang. Dan dia berbesar hati meyakinkaku agar bisa menerima
laki-laki yang mengaku sebagai ayah karena sebagian darahnya mengalir dalam
tubuhku.
“ Terima
kasih, bapak adalah ayahku yang terhebat” kupeluk bapak dengan sangat erat.
Jika tidak ingat ini di lapangan, mungkin air mataku sudah menetes perlahan.
“ Jadi
bagaimana..?”
“ Damar
tidak akan mengecewakan bapak “ jawabku dengan suara serak “ Damar akan
berusaha bersikap sportif terhadap ayah kandung Damar tapi Damar tidak bisa
janji kalau hubungan kami akan cepat akrab “
“
Maksudmu, Mar?”
“ Hampir dua
puluh lima tahun sejak kepergiannya meninggalkan Damar, tidak bisa di tebus dengan hitungan hari atau bulan untuk
melahirkan hubungan emosional antara ayah dan anak..”
“ Iya Bapak mengerti, yang penting kamu bisa memaafkan dia saja dulu..”
“ Bapak
sendiri yang suka bilang pada Damar bahwa tidak ada yang instant di dunia ini. Semua butuh proses dan waktu kan ?”
“ Ya
sudah, sekarang ayo kita pulang. Ibukmu sudah masak nasi goreng kesukaanmu
lho?”
Dan kenyataannya hubungan nasab antara orang tua dan anak memang tak akan
terputus mulai masa lalu, sekarang dan nanti, apalagi ada adik perempuan hasil
pernikahan ayahku dengan wanita itu....hubungan bertali darah ini akan terus merentang
selamanya, demikian serangkum bisikan hati yang memberikan energi proaktif dan kucoba
tanamkan dalam mindsetku selain pattern yang tak akan tergeser lagi bahwa Bapak adalah ayahku.
Kami
pun beranjak dari stadion dengan diiringi sayup-sayup suara adzan Maghrib, menggema
memecahkan langit Surabaya. Warna jingga mulai semburat di sisi barat dan angin
senja pun seolah berhenti sejenak untuk menjawab
seruan suara muadzzin yang merdu mengumandangkan panggilan untuk menyeru pada Allah Azza wa Jalla dalam sujud demi sujud yang khusyu.
♠♥♠♥♠♥ End ♠♥♠♥♠♥
Tidak ada yang bisa mengubah dan menghindari masa lalu,
tapi selalu ada pilihan untuk memperbaiki reaksi serta sikap kita sekarang terhadap segala yang telah terjadi demi hari esok yang lebih baik.
"Tulisan
ini diikutsertakan dalam GiveAway Cah Kesesi AyuTea
yang
diselenggarakan oleh Noorma Fitriana M. Zain".
Wezeeeehhhh... mengharukan. @_@
ReplyDeleteSemoga menang ya mbak \:D/
Typo typo, panic, patern. Ada inkonsistensi ibu atau ibuk,sama tadi di awal katanya ditinggalkan 27 tahun kok di bawah 25 tahun...
For dear my editor,
DeleteTerima kasih ya koreksinya.
1. Panic ~ automatic dr MS word neh [nulisnya sudah panik tapi berubah jadi panic dan saat finishing terlewatkan dari pandangan]
2. Patern ~ kurang 1 huruf "t" = maksudku 'Pattern' {segera ta edit lagi]
3. Asli terjadi inkonsistensi..
Terima kasiih, di tunggu saran-kritik selanjutnya yaa....
Oia, yang Asli terjadi inkonsistensi untuk 27 tahun..[sang tokoh ta perform'kan usia 25 tahun]
DeleteDan tentang penulisan Ibuk dan Ibu...untuk versi dialog, sengaja ta gunakan 'ibuk' dengan maksud untuk 'lively' percakapan.
Dan ketika di luar konteks dialog, penulisan ta kembalikan pada format EYD [ beginilah penafsiran penulis cerpen amatir]
hmmm, masngut-manggut, tupang kaki- nyeruput kopi ...
DeleteMana siniii bayaran untuk editorrr...
DeleteYang gak dialog dalam tanda petik juga ada yang Ibuk kok itu, huekekeke... =p
wah hebat di baca dengan teliti... pantas jadi editor nih... ceritanya menyentuh nih...
Delete@ Una: Masih ada ya? nah itulah gunanya editor utk betulin yg masih keliru termasuk penuliannya..
Delete@ applausr: Iyapp..Una mbakat jd editor bangedss
Jadi kakeknya mbak riri yg dari bapak ada 2 ya mbak hehe...
ReplyDeleteBagus mbak translate kisah nyatanya menjadi cerpen yg apik :)
Hohohohoho...ini bukan kisah tentang 2 kakek saya. Lha masak eranya kakek saya sudah ada taxi? Masih jaman penjajahan lho kakek saya?
Deletexixixiixixi ... :))
Deleteayahku adalah bapakku ...judulny abaus luvcuu
ReplyDeleteOooo, lucu ya judulnya?
Deletejustru dr judulnya yg unik buat sy penasaran smpe baca smpe abis...cerpen yg sgt bagus dan penuh dgn nilai
Deletehehehe..judulnya sempat terbca 'aneh' ya..
DeleteWaaah perjalanan ceritanya apik tenan ka menyentuh -___-
ReplyDeletemenoba menarasikan sebuah kisah dalam cerita sealian belajar menulis cerpen...thx ya atas apresiasinya
DeleteMengharukan banget...
ReplyDeleteIni tisyuuunya Mas..
Deleteceritanya jadi keren banget di jadiinn cerpen kayak gini ..
ReplyDeletesukses dengan kontesnya ya ..
Amiin, yang penting bisa ikutan menyemarakkan GAnya.
Deletesemoga menang mbak..
ReplyDeletebtw,,foto langitnya bagus ..
:)
Sebenarnya itu foto permukaan laut yang bertemu dengan langin pada garis horizon [pandangan] cakrawala...
Deletepostingannya sangaat keren, saya yakin penulis ini pasti oranga profesional ....hehehe....ya tentu saja cerita ini sungguh menarik, bahkan barusan saya baca ... seolah..olah itu aku...hahaha....
ReplyDeleteini luar biasa, cerita menarik
oke .....terima kasih
wasalam......
Sejujurnya penulisnya masih amatir dalam merangkai tulisan dala format cerpen, Pak.
Deletemasa sehhhh ???? :p
DeleteIya dunk...kalau dah profesioanl mungkin dah rilis novel lho?
DeleteBanyak kisah nyata seperti inni. Ayah kandung yang meninggalkan anaknya dan ayah sambung yang merawat,mendidik dan menjadikan seseorang sukses.
ReplyDeleteSalam hangat dari Galaxi
Dan kenyataan yang jamak terjadi di sekitar kita ketika terjadi 'perpisahan' sepasang suami istri, seakan tanggung jawab anak adalah kewajiban sang Ibu dan si Ayah tak mau tahu.
DeleteSalam hangat untuk Pakdhe dan keluarga di Galaxy
GA nya dikemas unik, sukses ya mba.. btw Ibuk atau Ibu hayooo :D
ReplyDeleteKalau di kampung biasa logatnya medog.
Delete@ NF: Ibuk ~ dalam konteks dialog; Ibu ~ untuk non dialog
Delete@ Djangkaru : Yups, biar konteks dialognya lebih hidup jadi ta bahasakan seperti sehari-hari
ooo gitu, baru tahu :)
Delete@ NF : kasiannn deh lo :p
Deletebapak ya ayahlah... hehe.. :)
ReplyDeleteAyah ya Pak'e lah...[panggilan untuk ayah saya]
DeletePak'e sama Mak'e [pangilanku untuk beliau Kak] hehehe
Deletekalu utk ibu saya manggilnya 'Mbok'e' lho?
Deleteceritanya asik..
ReplyDeletehohohoho...asyiik asyiikk..# Eh!
Deletekunjungan lagi... nyimak dulu ah..
ReplyDeleteTengkyuuuu dah berkunjng lagi, silahkan menyimak dan jangan lupa di minum kopinya ya?
DeleteAnak tetap harus berbakti kepada orang tua , walaupun orang tua tidak seideal yang kita dambakan.
ReplyDeleteMungkin Damar di uji seberapa dia tangguh berbaktinya pada orang tuanya.
Kejelekan/keburukan hanya bisa di lembutkan dengan kebaikan.
YUPS, sebuah pilihan sikap yang tdk mudah manakala sang orang tua pergi tanpa jejak dan kepedulian..
Deletekenapa air mata ku menetes yaa mbak..?
ReplyDeleteketika aku baca tulisan ini :
“ Aku yang membesarkan dan selalu ada buatmu..bagiku kau sudah menjadi anak kandungku. Tapi kenyataannya ada laki-laki lain yang jelas-jelas adalah ayah kandungmu ? Dan bapak tidak mungkin meniadakan fakta itu. Sangat tidak mudah buat bapak, Mar. Dengan menekan rasa cemburu dan ego, bapak meyakinkan ibukmu agar mau memperkenalkan kamu dengan keluarga ayahmu demi hubungan silaturahim agar tidak putus..”
haruuuuuuuuuu :(
kok aku bingung yaa mbak..
Deleteapa mbak lum mendaftarkan ke kotak komentar?
soalnya gak tau kebanyakan komentar jadi bingung and ada yang ke skip sendiri gitu.,.
tapi mbak udah jadi peserta GA ku kok.. makasih yaa :D
So surprise...sudah diterima sebagai peserta, padahal saya belum daftar. terima kasih Mbak, diijinkan masuk daftar peserta, meskipun postingan ini bikin pola dengan sedikit berimprovisasi dr T&Cnya...
DeleteSungguh tokoh Bapak ini sangat bijak, dan menyadari kewajibannya sebagai orang tua, yakni memberikan yang terbaik bagi seorang anak untuk berbakti kepada bapak biologisnya.
ReplyDeleteSebuah cerpen yang memukau, dengan ritma yang mengalir tanpa paksaan!
Salam sahabat....
Semoga ridho Allah senantiasa menyertaimu
Hubungan darah yang tak mungkin terputus sepanjang masa bahan sampai kelak di akherat. Bahkan seburuk apapun....anak tetap harus bisa berjiwa besar menempatkannya sebagai orang tuanya
Deletehmm... sukses mba' GA nya! sukses juga membuat hati saya jadi melankolis :D
ReplyDeleteOh ya? padahal ini bukan cerita melo lho?
Deletewwaahhh.. semoga menang mbakkkk ... kalo dapet hadiah aku juga di kasih yaa.. wkwkwkwk... kalo ceritanya keren mbak. bisa jadi nasehat bisa jadi motivasi ....maju terus mbak.. bdw. gak kebagean spam obat nih mbak???hehehe
ReplyDeleteBoleh..nanti kalau menang ta bagiin tapi harus di ambil ke sini ya?
Deletesemoga menag GAnya mbak, asyik membaca tulisan ini. bagaimanapun si anak berhak tahu siapa orang tua biologis yang sebenarnya perkara menerima tidak menerima, lapang tidak lapang adalah urusan belakang.
ReplyDeleteYups, hubungan darah tak akan putus oleh sebab apapun. Tapi ikatan kasih sayang hanya terbentuk oleh adany kasih -sayang yg diberikan oleh orang tua yg membesarkannya.
Deletekisah nyata mengharukan yang dikemas apik oleh seorang Ririe Khayan.. keren dan menjadi pembelajaran bagi kita semua. Bahwa setiap manusia sebenarnya memiliki sifat pemaaf dan berjiwa besar di dalam dirinya masing-masing. Hanya saja, sejauh mana kita mampu mengoptimalkan jatah maaf yang ada di hati terhadap seseorang yang telah mengecewakan kita dan sejauh apa kemampuan untuk berjiwa besar, menghadapi kenyataan pahit yang pastinya akan dimiliki setiap anak manusia.
ReplyDeletePembelajaran berharga dari sebuah kisah nyata yang dikemas begitu apik dalam sebuah fiksi. Keren Rie, semoga menang yaaa..... good luck sist!
Beruahalah menjadi samudera [bukan gelas], agar bisa memaafkan kesalahan orang lain. Meskipun dengan kata maaf tak mungkin bisa mengembalikan masa-masa yang seharusnya dipenuhi kehadiran peran dan kasih-sayang sang ayah kandung. Dan pada porsinya, kedekatan hubungan emosional [meskipun ada ikatan darah yg demikian kental] tak bisa dengan mudah terbentuk keakrabannya
Deleteterus berkarya...
ReplyDeletemari tukaran link... linknya uda kami ambil...
Amiin, terima kasihhh..
DeleteSukses untuk GA nya. submid info kontes, lomba atau GA Anda di http://info-lomba-kontes-terbaru.blogspot.com
ReplyDeleteterima kasihh, minimal bisa latihan menulis yg lebih baikkk..
DeleteJadi? Jadi? Ini kisah nyata? Kirain cuma ada cerita begini di sinetron...
ReplyDeleteKalau kisah seprti ini, dimana anak tdk mengenal ayahibu kandungnya banyak lho? Hanya saja 'scene'nya gak lebay kayak di sinetron, semuanya berjalan wajar seprti hubungan lainnya. Kalau si anak bikin salah ya tetap dimarahi secukupnya sj.
DeleteIni berdasarkan pengalamannya mbak? Sedih banget sumpah dah... -_-
ReplyDeleteIni kisah nyata dr seseorang yg saya kenal dengan dekat banget...I knew him since he was born
Deleteah ,gak mau komen macem-macem, mau baca aja, terus liat2 komentar orang (masa setan), hihihihi seru ya :D
ReplyDeleteeh, komenku jangan di anggap spam lho :p
Lha tulisan ini bukan comment ya mas...
DeleteAku gk bakal nganggap SPAM comment mas Stumon...biasa kualat nanti...heheheh
wah apik bgt jeng critanya.. ditulis dgn apik pula. Mengharukan.. huhuu..
ReplyDeletesmoga menang ya GAnya.. ^^
yg penting bisa ikut menyemarakkan GAnya dulu Mbak..
DeleteKok ceritanya sama persis sama kehidupanku. Cuma bedanya ibu sudah meninggal.
ReplyDeleteKalau case'nya karena meninggal merupakan takdir, sesuatu yang tak bisa dihindari. TApi kalau orang tua meninggalkan anaknya demi selingkuhannya jelaas merupakan 'luka' tersendiri pbagi keluarga yg ditelantarkan
DeleteSo toucyh Mbak Riri, sukses GA-nya ya :)
ReplyDeleteso tengkyuuuu...
Deletebagus mbak ^^d cerita ngalir dan mengharukan. sukses GAnya mbak
ReplyDeletedi bagian endingnya yg masih terkesan 'tergesa-gesa' kayaknya Mbak..
Deletesukses ya mbak dgn kontesnya
ReplyDeletefufufuuf...terima kasih mbak:)
Deletemengharukan.... saya jadi teringat kampung halaman di lampung sana :(
ReplyDeleteoooo..kampungnya di Lampung ya? sama dunk, saya juga lampung= Lamongan Kampung sey...whahahah
Deletewahh.. gitu yah... sukses sekalian deh buat GA nya mbak :)
ReplyDeleteTerima kasih, sukses juga buatmu ya sob:)
Deletehmm,, ternyata emng bakat ya buat novel,,di tunggu karya2 selanjutnya yg berbentuk narasi,,, :)
ReplyDeletewokkkeeey, nanti kalau aku bikin novel, berarti MAs bakal ngeborong ya...#dasarrrr
Deletemmg klo bakat penulis yah mbak, ide dan bahasanya cemerlang pisan euy. kalimat pamungkas di bgian akhir juga keren betul.
ReplyDeletecongrats buat GAnya, mbak.
Kalimat akhir di pamungkas salah satu kalimat sakti saya jika lg ngobrol ngomongin masa lalu...hehehehe
Deletesubhanallah....walaupun bukan ayah kandung tapi cinta kasihnya bisa melebihi ayah kandungnya sekalipun
ReplyDeletedan Ririe sukses banget membuat cerita ini menjadi sebuah tulisan yang sangat indah
sukses kontesnya ya Riee.....
Iya MBak, bahkan kalu versi aslinya si ayah kandung sampai sekarang belum pernah muncul utk menemui si anak tersebut. Dalam jejak rekam si anak juga tak mengingat apapun ttg sosok ayah kandungnya. Dan saya salut, karena si Anak bisa 'mengabaikan' fakta bhw si ayah kandung tak memeperdulikannya..tak ada dendam maupun marah...dgn singkat kata, no emotional ttg ayah kandngnya.
DeleteWell done, mbak Rie! Tiba2 jadi narator handal! Eksak [ikutan] tiba2 jd Damar bgt! Ada 2 bpk dan 2 ibuk dlm kehidupanku... Tapi sosok bijak dan elegan orang tua akan selalu melekat pada siapapun yg jadi anaknya.,.. Tinggal siapa yg ada di samping kita dan selalu ada buat kita!
ReplyDeleteMoga sukses GA-nya, mbak! ;-)
In this case...si Damar juga punya 2 ibu dan 2 ayah [karena ayah kandungnya meninggalkann demi menikahi si WIL]. dan benar pula siapa sosok orang tua yg sebenarnya adalah siapa yg berada utk si anak dalam suka dan dukanya. Sebatas formalitas hubungan darah...just for him know sebatas kenyataan ttg nasab ayah kandungnya. Secara aktualnya..baginya Bapaknyalah sebagai ayahnya, org yg ada untuknya sejak kecil
Deletesetelah membaca postingan ini saya malah jadi berfikir, jangan-jangan tulisan yang saya ikutkan di kontes Mbak Noorma tidak nyambung dengan persyaratan yang diminta.
ReplyDeleteSemoga sukses ya, Mbak.
Hehehee...santai saja Mas, saya ini sengaja menyimpang dr pakem kayaknya kok. Lha saya ambil cerita orang lin gini...
DeleteSukses juag buat Mas Abi
Waduh mba cerita bapak mba diatas bikin saya teringat ma almarhum bapak saya, bapak kita emang taida duanya didunia dengan memeras keringat dia berusaha ingin membahagiakan anak-anaknya atau keluarganya, hadah jadi bikin nangis dah saya kangen babah, semoga babah ditempatkan ditempat paling indah disisi Allah swt amin
ReplyDeleteTurut mendoakn semoga babahnya diterima di sisiNYA, Amiin:)
DeleteKalo aku jadi jurinya, menang deh Rie :) ekalian aja di kirim ke majalah, siapa tahu dimuat Rie :)
ReplyDeleteasyik-asyiikk...menag neh dr mbak hany, ta tunggu hadiahnya ya Mbak, patung liberty saja cukup kok...#kurang ajar!
DeleteUdah banyak yang bilang ini mengharukan ya? Huh.
ReplyDeleteSemoga tdk hanya megharukan..tapi memberikan wacana bagaimana kita bisa mensikapai masa lalu dengan labih baik
Deletekoq cerita si damar ini hampir mirip banget dengan cerita kehidupan temen gue namanya Tatho, cuman tatho ini bapak ibu yg ngebesarin dia adalah ortu tirinya, ortu kandung & sodaranya ada sih!! btw, good luck semoga menang kontesnya mbak!
ReplyDeletebanyak kisah yg seperti ini...[oint yg ingin saya sampaikan adalah betapaun crowded masa lalu..kita msh bs mensikapinya dgn bijaksana
Deletehmm.. lagi lagi... sys ketinggalan jauh trus nih ma komentarnya di Blog Mba Ririe.. :D kagak pernah masuk 10/20 besar.. :D
ReplyDeletesantai saja sob, komentaror berapaun saya tetap seneng kok, jd happy blogging yaaa
DeleteMau komen apa kesini ya bingung Kak, benar² bingung hehehe
ReplyDeleteCerita yang Kak Ririe tulis ini banyak terjadi dikehidupan masyrakat kita, terkadang banyak yang tersimpan rapi tapi pas gede semuanya terbuka begitu saja seperti sudah diatur olehNya
Kalau soal di atur OlehNYA..itu pasti. It's closed variable, tak ada hal yg diluar kehendakNYA.
Deletejadi pengen mewek nih mbak saat baca cerita ini....luar biasa bijaknya ya si bapak ini, meskipun sudah membesarkan damar bertahun-tahun namun beliau masih mau menunjukkan ke damar siapa ayah kandungnya.
ReplyDeletetapi kalo saya jadi damar, saya pasti akan lebih merasa nyaman bila bersama ayah tiri saja mbak.
Bagi 'Damar' ayahnya ya si bapak sambungnya. Karena ketika si bapak menewari 'Damar' utk ketemu dgn ayah kandungnya, dia hanya bilang: Bapakku ya bapak..
DeleteBaginya ayah kandungnya hanya sebagai perantara ia lahir ke dunia, dia menghormatinya hanya sebatas itu..
Hikss...terharuuu :|
ReplyDeleteGA nye uapik mba yu.. kayaknye mba yang bakal memang ^^
# sodorin tisyuuu
DeleteYg penting lagi bisa berpartisipasi...hehehehe
tarik napas dulu...aaaah...
ReplyDeleteaduh mba, nulisnya opo gak capek?puanjang bgt.. :D
tp endingnya nyenengin,
meski awalnya cukup haru, gak pake bersambung kan? waduh ngbayangin gmn kalo bersambung? nulisnya capek gak mba? itu byk kata yg slh ketik atw emang sengaja?
semoga menang deh...
penasaran, aku mau maen ke yg empunya GA ah...
#jangan lama-lama klo tarik napas
DeleteNulisnya apa gak capek? Lha tiap bikin postingan kan juga nulis, sperti blogger lainnya termasuk dirimu juga nulis kan kalau posting di blog?
Selama ada ide ya nulis deh mengalir...kalau capek ya isttirahat deh
gencar yaaa masih ikutan GA kak..
ReplyDeletesemoga menang hihhi..
suka susah mengambil pelajaran dari masa lalu, terkadang masih terkena masalah yang mirip, walaupun tak sama...
Ikut GA jika memang punya 'materi'nya utk ikutan..selain utk menyemarakkan dan latihan menulis secara tematik..
DeleteSelalu ada pelajaran yg bisa dipetik dr masa lalu utk di kehidupan sekarang dan esok yg lebih baik
terus posting artikelnya,..it's interesting...salam kenal mbk.
ReplyDeletekali ini postingan saya bukan ttg artikel, tapi naratif sebuah kisah lho?
DeleteSemoga menang dengan kontes give awaynya...
ReplyDeletePeran seorang ayah memang sangat berarti bagi sang anak, karena kita bisa benyak belajar dari sosok ayah dan juga sosok seorang ibu.
Amiin terima kasihh:)
Deleteada yaa mbak ayah kayak gtu , kyak di sinetron2 yaa....
ReplyDeletesukses kontes nya mbak rie :D
So many life story like this...tapi reaksinya tentu TIDAK lebay kayak di sinetron. Kalau ada salah pada anak dimarahi ya iya tapi secukupnya saja
DeleteBerbagai kisah nyata bisa dinarasikan untuk menjadi pembelajaran bagi yang lain
ReplyDeleteWhahahhaa...seneng deh sering hadir di sini. Happy blogging ya..
ReplyDeletebagus sekali mb....ceritanya
ReplyDeletesampe "mbrebes" je...xixii