September Ceria, lagu yang fenomenal hingga sekarang dan bisa disebut juga ever green song. Asyiknya sih tiap bulan ceria, tiap minggu seru, tiap hari berseri, no matter dollar naik daun karena kita kan beli ini-itu pakai mata uang Rupiah.
Nah Bismillahirrahmaanirrahiim karena saya ikut galau setelah mendengar curhat Azka saat sepulang sekolah bercerita beberapa hal yang mencantumkan TAG kata GALAU.
“ Bund, tahu gak gimana agar anak kecil bisa pinter?”
“ Ya rajin belajar dong. BUKU SEKOLAHnya dibaca dan dipelajari tak hanya menunggu ada PR atau kalau mau ujian saja “
“ Bukan itu Bundaaaaa… maksudku di kasih makanan apa biar jadi pinter?”
“ Di kasih Ikan salmon ?” sebenarnya saya masih gak mudeng arah pertanyaan Azka, sengaja menjawab Ikan Salmon selain karena jenis ikan tersebut memiliki kandungan Omega yang tinggi, juga demi mengintervensi (seperti biasa) mind set Azka agar tertarik untuk makan ikan (hasil budidaya maupun tangkapan laut).
“ Kok Bunda tahu?”
“ Ya tahu dong. Memangnya kenapa? Azka mau makan ikan salmon ya?”
Bukannya bilang: Yes, I do tapi Azka malah menceritakan kembali cerita yang disampaikan oleh guru kelasnya di sekolah.
“ Tadi itu guru kelasku cerita kalau anaknya yang berumur dua tahun sudah pinter banget Bund. Katanya sering di kasih ikan salmon…” dan sederet cerita selanjutnya mengenai anak tersebut. “ Terus..guruku tadi juga galau, karena kan ada temanku pas ulangan tadi jawabannya galau..”
Virus galau pun menulari saya “ Gurumu galau karena jawaban temanmu galau? Piye kui…? Apa jawabann temanmu itu diisi tulisan G-A-L-A-U getu ta?”
“ Gini lho…tadi pas ulangan IPA mencongak itu, ada temanku yang nulis dua jawaban untuk satu soal. Harusnya kan satu jawaban. Makanya guruku tadi galau dan bilang kalau jawab pertanyaan itu gak boleh galau “
“ Memang gurumu tadi bilang kalau jadi galau karena temanmu menjawab soal dengan dua versi jawaban ya?”
“ Ya Enggak sih, tapi kan galau itu namanya?”
“ Azka tahu artinya GALAU itu apa ?”
“ Hehehehee…memang galau itu apa Bund? “
“ Galau itu resah…bingung…gamang…gak jelas mau ngapain. Ya semacam kalau Ayah membangunkan Azka. Sudah di bangunin mulai adzan Shubuh, tapi masih ntar-ntar terus jawabanya Azka. Jadilah Ayah galau cari ide apa lagi agar Azka segera bangun dan tidak kesiangan Sholat Subuhnya “
“ Berarti aku juga galau sekarang, kalau ada seleksi CCA lagi gak mau ikut. Karena ikut seleksi CCA yang kemarin hasilnya jelek banget, bikin shock saja..”
“ Itu bukan Galau, tapi muthung…ngambek. Tidak lolos seleksi CCA kan gak apa-apa, setidaknya Azka sudah berani mencoba.”
“ Tapi kan aku malu Bund?”
“ Kenapa malu? Kan bisa jadi pengalaman kalau nanti ada seleksi CCA lagi, kudu belajarnya lebih serius, tidak sekedar yang penting ikut-ikutan seperrti kemarin “
“ Bund..bund…beli sayur dalam kotak itu lho ?” tiba-tiba perhatian Azka beralih pada ke TV yang sedang menayangkan sebuah iklan produk sayur dalam kemasan.
Sebenarnya sedari awal saya tahu iklan tersebut sudah sukses membuat saya GALAU: kalau (suatu ketika) Azka melihat tayangan iklan tersebut kan bisa mendapat semacam pembenaran jika anak-anak tidak suka makan sayur itu sah-sah saja, toh pilih sayur dalam kemasan itu saja. Apalagi, dalam tayangan iklan tersebut diperlihatkan bagaimana ekspresi anak-anak yang tampak freaky memegang sayuran dan jijik untuk menyantapnya.
Semburat kegalauan saya:
Kenapa kemasan iklanya tidak dibuat yang mendukung gerakan suka makan sayur bagi anak-anak sih?
Seperti iklan produk susu, yang menyampaikan jika susu formula adalah alternatif dan tetap menegaskan jika ASI merupakan susu terbaik untuk bayi, terutama di masa ekslusif: usia 6 bulan pertama.
Semburat kegalauan saya:
Kenapa kemasan iklanya tidak dibuat yang mendukung gerakan suka makan sayur bagi anak-anak sih?
Seperti iklan produk susu, yang menyampaikan jika susu formula adalah alternatif dan tetap menegaskan jika ASI merupakan susu terbaik untuk bayi, terutama di masa ekslusif: usia 6 bulan pertama.
Postingan curcol Dialog (Emak) Galau ini pun ditutup dengan kegalauan sang Emak oleh tayangan iklan produk sayuran dalam kemasan (olahan pabrik) yang tentunya mengandung salah satu/sebagian food additive: Bahan pengawet, Colour agent, Pemanis, Perasa. Saya pribadi ingin menitipkan harapan pada semua pihak yang terlibat kepentingan di dalam industri olahan pangan :
Semoga jenis iklan apapun, baik yang tayang di media elektronik dan media massa lainnya, apalagi yang menggunakan bintang iklan dan segmentasi anak-anak TETAP PERDULI untuk mengedapankan content yang edukatif/proporsional/logis atau apapun istilahnya karena tayangan media memiliki efek yang multiviral bagi pembentukan mindset anak-anak.
ha ha ha gurunya kasihan ya jadi galau....
ReplyDeleteIyaah, padahal sang Guru yg diceritain Azka itu Bapak Guru. Hehehe
Deletebener mbak, saya selama ini juga mikir kok malah bikin produk sayur olahan dalam kapsul..hmm
ReplyDeleteHayukkk bikin postingan senada, semoga bisa diperduliin oleh pihak yg bikin iklannya.
Deletesemoga kita jadi orang tua yang baik dan mencerahkan anak yaa... ^^
ReplyDeletebtw ASI tetap yang terbaik..hidup ASI *ciprat2 war xD
ASI will be the best ever after ya Mbak
DeleteIya ya, mba Rie. Harusnya pakai sayuran yang segar aja, jadi ga dalam kemasan. Kasian anak2 kalo makan yang instan.
ReplyDeleteSecara jangka panjang, karena kita juga yang membutuhkan anak-anak (generasi) yg sehat jasmani dan rohani ya mbak
DeleteAku kok ngga tahu iklan apa, ya. Kudet bener. Jadi galau aku. . . :D
ReplyDeleteAku juga tahunya kebetulan, maklum jarang liat tipi. Shock juga, kok iklannya terkesan nyuruh anak-anak gak doyan makan sayuran tuh
Deletengerti mbak Rie galau aku malah melu galau
ReplyDeleteHahaha..galau rame-rame neh
DeleteIbu2 juga maunya praktis sih. Nglihatnya yang penting sayuran & buah, tidak berpikir lebih lanjut tentang bahan tambahan dan cara mengolahnya.
ReplyDeleteTak jarang, demi azaz praktisme, jad kelupaan resiko yang tersimpan di dalamnya ya Mbak
Deletelebih sehat sayur asli ya mbak
ReplyDeleteyups Mbak, sepakat bangetttt
DeleteBetul mbak Ririe seharusnya ada iklan yang bikin anak-anak mau makan sayur dengan sukarela tanpa dipaksa-paksa... :)
ReplyDeleteIndustri kadang (tak jarang) "lupa" memperdulikan kepentingan anak-anak, menganggapnya market yg di prospek dgn mudah
Deletesemoga kita menjadi orang tua yang baik dan bisa membingbing anaknya dengan pintar hehe
ReplyDeleteAamiin:)
Deletekarena itulah ya makanya kita perlu mendampingi anak kita saat menonton televisi ya agar tidak mudah terkena promosi iklan semacam itu
ReplyDelete