Sebenarnya sih gak ada hubungannya antara si Copet dan Mr. Ojek. Ini adalah kisah dan pengalaman yang saya alami saat mudik long week end beberapa waktu lalu. Saya pernah mengalami kecopetan HP dua kali, kemudian yang lebih shock adalah ‘berpindahnya’ dompet lengkap dengan isinya yang bikin lumayan ribet urusan birokrasinya waktu renew*‘isi’ dompet tersebut. Karena itulah setiap kali long trip saya prepare sebaik mungkin agar tidak mengalami lagi yang namanya ‘dikerjain’ si misterius pencopet. Maklum ide ‘kreatif’ sang pencopet sekarang adalah membaur sebagai penumpang juga. Jadi saya atur dompet, HP, dll di taruh di posisi yang ter’aman, hanya ngeluarin uang secukupnya untuk ongkos sampai tujuan. Jadi bisa di tebak selama dalam perjalanan dan itu nyaris saya maka HP akan jauh dari pantauan sehingga incoming call/sms di jamin terabaikan dengan sukses.
Nah, yang saya alami dalam perjalanan mudik kali ini Nyaris kecopetan (lagi). Karena long trip dan malam hari, maka beberapa saat setelah bis melaju, saya pun tidur. Ketika saya terjaga, ternyata di sebelah kanan saya ada seorang penumpang. Saya lihat-lihat, masih banyak kursi yang kosong tapi kenapa tuh orang ambil posisi di sebelah saya ya? Itulah pikiran ‘aneh’ yang spontan di otak saya. Biasanya kalau saya tahu ada penumpang menempati posisi kursi di sebelah saya sedangkan masih ada kursi kosong lainnya maka saya akan pilih pindah tempat. Tapi yang kemarin itu karena rasa kantuk dan malas pindahin bawaan, maka saya no action dengan berbaik sangka dia juga penumpang bis seperti yang lainnya.
Dan saat saya terjaga berikutnya, saya dengar koin jatuh sampai dua kali yang membuat saya aware that something already happened. Saya langsung check tas kecil yang saya pegang, wouuw…ternyata sudah ada jejak siletan di tiga tempat berbeda: 2 siletan di bagian bawah dan 1 siletan di samping. Saya agak panic juga karena kebetulan HP yang biasanya saya ‘aman’kan, kemarin itu saya taruh dalam tas cangklong tersebut buat mendengarkan winamp. Dalam tas kecil itu biasanya saya isi mukena, 1buku tipis
Kalau dalam rute Banyuwangi – Surabaya saya nyaris kecopetan, maka dalam rute Surabaya – Rumah terjadi peristiwa yang bikin ketawa sekaligus bersimpatik terhadap salah satu pak ojek. Sampai di Bungurasih, saya langsung menuju bis jurusan Semarang. Penumpang lumayan ramai karena long week end. Begitu turun di Babat, seperti biasa saya langsung berkata “ojek” ketika para jasa angkutan (becak dan ojek) yang mangkal di sekitar Jembatan Baru mencari penumpang yang baru turun dari bis. Maka sang koordiantor ojek pun memanggil seorang Bapak yang gilirannya untuk membawa penumpang. Setahu saya, di tempat pangkalan angkutan umum memang ada peraturan tidak tertulis untuk bergantian mengangkut penumpang. Jadi tidak ada ketimpangan social..eh pendapatan. Mereka guyub dan punya solidaritas yang cukup solid. Dan begitulah suasana di tempat ojek di tempat halte bis tempat saya turun.
Singkat cerita, si Bapak ojek pun bersiap untuk melaju dan saya sudah akan naik tapi teryata dari arah Surabaya terlihat bis hendak menepi menurunkan penumpang. Maka saya buru-buru membatalkan diri naik boncengan motor pak Ojek. Saya minggir dan demikian juga saya kira pak ojek tersebut mengambil posisi menepi agak di depan. Tapi ternyata di luar dugaan saya, Pak ojek tersebut langsung tancap gas. Saya hendak mengejar tapi di larang oleh para tukang ojek lainnya. Kalau di film ada judul “pacar ketinggalan kereta, Maka jadilah saya “penumpang ditinggal ojek”. Orang-orang yang ada di tempat itu pun jadi tertawa, kok bisa-bisanya si Bapak tadi langsung tancap gas padahal penumpangnya belum naik? Dan ternyata kelakuan ‘ganjil’ si Bapak tersebut sudah pernah dia lakukan juga sebelumnya.
Sepanjang perjalanan ke rumah, saya coba mengamati dan berharap si Bapak tadi segera menyadari jika dia tidak membawa penumpang. KAsihan banget kalau dia sampai keterusan di desa saya, menempuh jarak hampir 10 KM dengan menerjang dinginnya udara sehabis hujan di tengah malam. Tapi sampai saya tiba di rumah, saya tak melihat bersimpangan dengan Bapak tadi. Dan saya tanya si Pak Ojek yang mengantar saya, dia pun tidak melihat berpapasan dengan bapak ojek yang tancap gas tadi. Dalam hati saya berharap semoga saja pandangan kami yang terbatas oleh gelapnya malamlah yang tidak melihat jika Bapak ojek tadi sudah berbalik arah lagi.
Tak ayal, beberapa saudara yang kebetulan juga mudik pada ketawa waktu dengar cerita saya ditinggalin Pak Ojek. “ Wah, bisa-bisa saat Pak ojek nyadar penumpangnya gak ada jadi ngirain kamu hantu loh? “ heheheee…
Anywhere and anytime, always prepare for safety, Be careful and prays… all after I do believe ALLAH SWT selalu punya scenario terbaikNYA dan teuteup masih lebih baik ketinggalan tukang ojek daripada ketinggalan pesawat deh…hehehe….