Lagu Romantis Melangkah di Atas Awan

Berada di udara merasa lebih lama daripada di permukaan bumi, itu yang selalu saya rasakan ketika naik pesawat. Pertama kali naik pesawat (gratisan), saya pikir mungkin euphoria cah ndeso pertama kali naik pesawat serta di perkuat oleh guruan teman-teman “efek orang yang biasa naik bus umum tuh…”. 

Tapi setelah berkesempatan beberapa kali menempuh perjalanan udara saya semakin yakin jika waktu satu jam berada di atas permukaan bumi memang lebih lama daripada di bumi adalah BUKAN semata refleksi perasaan ‘merasa’ walaupun penunjukan jam dan gerak jarum detik di arloji saya tidak mengalami perlambatan. 

Sebelumnya minta ijin dulu (pada sapa ya) karena kali ini menggunakan judul lagu sebagai title postingan, juga maaf review One Amazing Thing hadiah GA dari sang empunya blog man and the moon belum terselesaikan membacanya eeh, lha kok malah bikin postingan ini.

Akhirnya file di memory otak saya ada yang terbuka, tentang pelajaran Fisika mengenai Teori relativitas (jadi ingat juga saat sang Guru Fisika yang sekaligus wali kelas saya sempat memberikan sindiran yang menampar *PLakkk*, beliau bilang: kamu itu ambil jurusan Fisika tapi nilai fisikamu paling jelek dari pelajaran lainnya). 

Salah satu soal Fisika yang masih saya ingat adalah tentang dua orang yang satu di kirim ke luar angkasa dan satunya tetap tinggal di bumi. Yang ditanyakan, setelah 10 tahun di suruh menghitung usia mereka. 

Nah inilah yang kemudian saya gunakan untuk kembali berargumen bahwasanya semakin jauh dari bumi maka waktu akan lebih lambat (point teori relatitivitas yang bisa saya pahami). Tapi saya tidak hendak menulis tentang relativitas waktu, sudah ada expert yang skilled soal tersebut, Mr.Albert Einstein beserta penerusnya. 

Ketika beberapa waktu lalu dalam perjalanan ke Jakarta (lagi), kebetulan bisa mendapatkan tempat duduk di dekat jendela, sehingga saya bisa leluasa menikmati pemandangan di antara awan-awan dan landscape nun jauh di bawah. 

Salah satu view langit yang saya sukai adalah melihat gumpalan-gumpalan awan berwarna putih bersih dan tampak lembut seperti busa sabun. Atau ketika senja menjelang dengan cuaca yang cerah ceria dimana lazuardi akan tampak memukau oleh hiasan gumpalan awan berserat jingga yang dihasilkan dari pancaran spectrum cahaya tampak matahari (dengan frekwensi dan panjang gelombang tertentu) yang dihamburkan oleh lapisan atmosfer. 
Langit Biru-Awan putih-Senandung-lagu-romatis-melangkah-di-atas-awan
Imajinasi waktu kecil, menghayalkan bahwa gumpalan awan jika di sentuh akan lembut seperti kapas atau busa sabun. Menghayalkan suatu ketika bisa berada sangat dekat dengan awan-awan di langit (anak kecil menghayal tingkat tinggi [baca: awan]). Saya hanya ingin menikmati tanpa harus membedakan bentuk awan-awan tersebut mana yang termasuk awan Kumulus, Stratus atau awan sirus

Sementara teman di sebelah saya asyik mendengarkan music dengan head phone yang di sediakan pesawat sambil memejamkan mata (tidurkah?), snack juga sudah ludes, gelas soft drink telah kandas isinya, terlelap juga sudah cukup lama tadi rasanya. Mau membaca buku, lha saya selalu pusing kalau membaca dalam kondisi mobiling. Jadilah saya sok PeDe bergaya mendadak ala fotographer karbitan mencoba mengcapture pemandangan di luar jendela. Saya pikir, kapan-kapan bisa dibuat postingan di blog. Hehehee… 

Ah iya, setiap moment naik pesawat saya juga teringat joke dari seorang teman saat ada yang bilang takut naik pesawat. Teman tersebut bilang ”Kalau takdirnya meninggal sama-sama karena kecelakaan, bukankah masih lebih baik naik pesawat, bisa meninggalkan warisan banyak karena asuransinya besar jika kecelakaan….” 

By the way, any way and bus way, kalau joke tersebut saya terjermahkan dalam sisi yang lain maka: semakin tinggi kita terbang, maka setinggi itu pula hendaknya kita persiapkan diri jika mengalami jatuh/gagal. Ketinggian yang ingin dan hendak kita capai, maka resiko jatuhnya akan linear dengan tingkat keberhasilan yang bisa kita dapatkan pada titik tinggi tujuan tersebut. Maka jangan pernah terbang tinggi jika takut jatuh. Tapi tetap lebih baik berani untuk terbang dan siap menghadapi resiko jatuh (gagal), karena itulah dinamika kehidupan yang menantang, bukankah tantangan adalah wajah lain dari kesempatan?. 

Yuk menyimak syair lagu “ melangkah di atas awan” saja dulu….. 
( By Ronnie Sianturi - Melangkah di atas awan)

bagaikan melangkah di awan
semua hanya angan-angan
tak mudah meraih bahagia
bila arah saling berbeda

bagaikan rembulan dan mentari
tak mungkin seiring sejalan
simfoni ini sebuah elegi
dua irama di satu jalanan 

disini ku bernyanyi sedih
nuansa biru cinta kasih
ku singkap tirai kelam malam
ku nanti sinar fajar pagi

laguku kan mengalun sendu
menjadi bingkai dua hati
melambai angan yang melayang
ku jelang esok kan kujelang 

But, please don't ask me why I love this song till this present. Sejak awal dengar/mengenal lagu ini, saya pun auto sukak parah pokoknya. Karena romansa romantis, atau just because easy listening? Maybe both of them....

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

91 comments:

  1. sebenarnya postingannya bertema apa sih mbak kinan??aku masih ga ngerti lho...campur2 gitu deh,

    ReplyDelete
  2. @Atma muthmainna: BIngung ya? Saya jg bingung, awalnya ya karena 'merasa' kalau naik pesawat itu terasa lebih lama dengan durasi waktu yg sama ketika menjejak di bumi. karena berasa lama, snack jg dah hbs, soft drink dah kandas, mau tdr udah gak bisa, Akhirnya motret2 awan diluar jendela. Nah di jadiin postingan sambil flash back (maksa.com) hal-hal yg bisa di hubung-hubungkan gitu deh...

    ReplyDelete
  3. Tapi kalo saya kok beda yah, kalau naik pesawat rasanya waktu itu berjalan lebih cepat dr biasanya. heeehhe *IMO

    ReplyDelete
  4. tak kirain KLa..ternyata Ronnie Sianturi toh? hehe

    ReplyDelete
  5. awan sllu meneduhkan yah? apalgi klo nimbus. wkwkwkkwkwkkk... secara, mmg awan mendung jdi pasti meneduhkan. hihihi..

    tp sya masih setia sma cirrus, paling cantik pas sunset, apalgi di tepi laut.

    #lah, cirrus kan tongkrongan paling asyiknya mmg di laut.

    ReplyDelete
  6. Wahhh aku nggak pernah puas nikmati pemandangan dari atas pesawat apalagi moto2 awan kayak mbak Kinan ...soalnya selalu bawa anak2 yg pada "nggak bisa diem".... :( btw nilai fisikaku jg jelek mbak#sama dong!

    ReplyDelete
  7. aku suka nggak bisa diam kalau lg ada di pesawat terutama apalagi kalau bisa motret pemandangan di bawah, pasti tak potret, punya banyak koleksi foto foto pemandangan dr pesawat

    ReplyDelete
  8. inyong ngga bisa komen nih soalnya lum pernah naik pesawat paling naik pohon tapi ngga sampai keawan

    ReplyDelete
  9. @Syam Matahari:Iya sih, kalau hanya sebentar dan kecepatannya masih jauh dr kecepatan cahaya maka 'berasa' lamanya juga akan bersifat relative untuk masing-masing orang. Karena perbedaan waktu/umur terutama akan terjaid pd level partikel elementer yang mampu bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya

    ReplyDelete
  10. @hilsya: Setahu saya KLa belum pernah recycle lagu 'melangkah di atas awan' atau saya yg belum pernah dengar KLa menyanyikan lagu tersebut ya? hehehe

    ReplyDelete
  11. @Accilong:Cirus yg berbentuk seperti kapas tipis terdiri dari kristal2 es. saat sunset tentu akan amazing oleh pendaran spektrum warna merah cahaya matahari...Semoga lain kali bisa 'bertemu' dengan cirrus...

    ReplyDelete
  12. @Lidya - Mama Pascal: Tentang awan, relativitas waktu, lagu melangkah di atas awan....harap maklum,beginilah kalau bikin tulisan lagi kena gerhana bulan. *LHOH* makin nglantur deh

    ReplyDelete
  13. @Nufus: Tentunya demikian Mbak kalau sama si kecil, menikmati perjalanan dengan keceriaan anak-anak..
    kebetulan saya kemana-mana masih bawa diri sendiri jadi ya gitu deh...

    ReplyDelete
  14. @Ely Meyer: Wah, pasti menarik dan fantastik tuh koleksi fotonya. KOleksi saya belum banyak, maklum masih jarang long trip by plan...

    ReplyDelete
  15. @Cerita Tugu: jadi ingat masa kecil kalau naik pohon Pak, tp pohon tertinggi yg pernah saya panjat baru pohon mangga tuuh...

    ReplyDelete
  16. naik pesawat itu rasanya sama kayak naik pohon jambu gk mbak?? hahahaha :P

    ReplyDelete
  17. Paling unik memang berkendara lewat udara,
    Pernah pengalaman pergi ke bali dari jakarta jam setengah empat sampai bandara ngurah rai masih sama menunjukan jam setengah empat juga waktu bagian sana.
    Kalo ngeliat jam di hape sih sudah jam limaan lewat dikit.
    Allah memang hebat menciptakan kebesaran dalam keunikan yang sulit ditiru oleh mahluknya.

    ReplyDelete
  18. Menurutku kok terasa suwi ya kalo numpak pesawat. Mana kuping mak penggg~

    ReplyDelete
  19. ”Kalau takdirnya meninggal sama-sama karena kecelakaan, bukankah masih lebih baik naik pesawat, bisa meninggalkan warisan banyak karena asuransinya besar jika kecelakaan….” <-- bagian ini aku paling suka, dan juga mbak, kalo pake pesawat pas matinya gak menderita, pesawat meledak kita langsung mati, coba kapal, sengsara dulu baru mati hahaha

    ReplyDelete
  20. Saat pulang dari Lombok kemarin sebenarnya aku bisa melihat senja dari dalam pesawat.. sayang sekali gak sempat aku foto. Nyesel banget deh, padahal saat itu pemandangan senjanya sedang sangat cantik. :)

    ReplyDelete
  21. @dhenok habibie: Naik pohon jambu ya? Kalau naik pohon jambu sampai pada dahan yang kecil dan angin berhembus, wouuuw...takut sekaligus seru deh...

    ReplyDelete
  22. @Untje van Wiebs: Kalau kuping mak pennggg... itu akibat beda tekanan antara telinga luar dengan telinga tengah, yg timbul karena tekanan udara di dalam pesawat berubah disaat take off dan landing. Bila saluran yang menghubungkan rongga telinga dengan tenggorokan tersumbat, sehingga tekanan ditelinga tidak bisa menyeimbangkan diri. Nah itulah salah satu manfaatnya ada maskapai yg ngasih permen, snack, krn dengan sering menelan atau menghisap permen bisa menjaga saluran yg menghubungkan rongga telinga dan tenggorokan tetap terbuka. *teorinya sih gitu*

    ReplyDelete
  23. @Herry: Iya, tentunya Jakarta dan Bali terdapat perbedaan waktu 1jam, karena adanya pembagian wilayah berdasarkan tiga garis bujur di Indonesia sehingga terdapat 3 pembagian waktu

    ReplyDelete
  24. @BasithKA: Yg penting meninggal dalam keadaan khusnul khotimah ya..amiin

    ReplyDelete
  25. @catatan kecilku: MOment yg langka bisa 'ketemu' cerahnya senja saat di pesawat karena seringnya cuaca berawan ya MBak. Semoga lain waktu bisa mengabadikan indahnya langit senja

    ReplyDelete
  26. mba.... kalo aku kok rasanya kebalik ya... justru naik pesawat terasa lebih cepat tuh....
    makanya aku selalu milih naik pesawat kalo on mission (jika penerbangan available sih), walau pesawat kecil sekalipun, dengan resiko rentan jatuh, tapi tetap aja milih naik pesawat biar cepat sampe, hehe...

    Mungkin karena ga pernah terfikir untuk ngerasain bener ga sih naik pswt itu lbh lama durasinya...

    Ntar kalo di flight aku akan coba perhatikan deh, itu juga kalo ga langsung tertidur, hahaha. Aku tuh mba, hanya 15 menit maksimal bertahan, lht ini lht itu, setelah itu tidur deh... tau2 udah sampe. hihi...

    ReplyDelete
  27. setengah bingung, tapi yang saya tangkap pengalamannya unik.. :)

    ReplyDelete
  28. @alaika abdullah: Kalau saya jg maunya tiap ada mission (bukan impossible) ya by plan Mbak. Tp kalau masih dalam propinsi, pilihannya ya lewat darat.

    Ada juga teman jk naik pesawat, begitu take off dah pulas dan br bangun saat mau landing. Kalau saya juga tidur, Tapi maksimal 30an menit dah kebangun dan rasanya dah lama banget tidur. Makanya saya jadi mengingat-ingat lagi tentang teori ralitivitas dan mencari hubungannya..*kurangkerjaan ya?*

    ReplyDelete
  29. Aku di kotanya mbak. Kalau Saradan itu masuk wilayah kabupaten.

    ReplyDelete
  30. relativitas eyang einstein pun nyangkut terbahas disini, sungguh menarik jadinya :-)
    meskipun jauh sebelum twin paradox eyang einstein mengguncang dunia, sebenarnya hal ini sudah tersirat dan tersurat secara jelas oleh apa yang dialami Rasulullah SAW saat melakukan perjalanan Isra Mi'raj, yang kemudian pada masa kini dikenal sebagai dilatasi waktu antar galaxy, dan kemudian menyebabkan munculnya temuan adanya perbedaan pergerakan waktu antara saat menjejakkan kaki dipermukaan bumi dengan saat berada di atas awan jauh dari permukaan bumi :-)
    namun sayang-nya begitu banyak-nya pertanda yang diwariskan Rasulullah kepada umat-nya dalam AL QUR'AN, namun hal itu terkadang tidak tersentuh sama sekali, karena lebih banyak pemahaman pengetahuan dari NON AL QUR'AN yang lebih disukai, meskipun pada suatu titik, terbuktilah bahwa apa yang menjadi temuan pada masa kini, sebenar-nya telah dibahas dalam AL QUR'AN..maka melayanglah rasa-nya jiwa layaknya berada di atas awan penuh takjub dan syukur saat mengetahui kebenaran ISLAM, subhanallah :-)
    mohon maaf kalau koment-nya kepanjangan dan penuh lagak sok fasih tentang eyang einstein, mohon maaf lagi sekiranya koment-nya tidak nyambung dengan postingan....salam :-)

    ReplyDelete
  31. @BlogS of Hariyanto: wouuw, so complete. NIce,always welcome for the add this writting. Seru kalau di lanjutkan ttg TRK...sesuatu yg terlihat imajiner tp sebenarnya riil, apalagi Al Qur'an sdh menjelaskannya..

    ReplyDelete
  32. @Urang kampung: Silahkan singgah kaapan saja, dengan senang hati diterima. I'll visit back sooner

    ReplyDelete
  33. masyaAllah =D
    aku suka sekali awan putihhh

    foto-fotonya cakeeeepppp ^^

    ReplyDelete
  34. hadir kembali setelah sekian lama menghilang nih dari habitatnya,,. :)

    ReplyDelete
  35. @Belajar Photoshop: kalau durasinya singkat, berasa lamanya masih significant dengan istilah relative utk masing-masing org ...

    ReplyDelete
  36. @Nurmayanti Zain: Foto amatiran tuh Mbak, harap maklum ya hasilnya gituu dehh..

    ReplyDelete
  37. @al kahfi: Selamat datang kembali di dunia ini *LHOH*...wkwkwkwkkk

    ReplyDelete
  38. Kok aku jadi ingat lagunya kafein yang melangkah ke atas awan,hehe
    kembali beraktivitas di hari yang fitri (senin) hehe

    ReplyDelete
  39. campur"~
    lebih baik berani untuk terbang dan siap menghadapi resiko jatuh (gagal), karena itulah dinamika kehidupan yang menantang,
    nice mb' :-D

    ReplyDelete
  40. kalo naik pesawat,,biasanya saya cm liat2 keluar pas mau terbang abis itu tidur sampai pesawat mendarat kembali...
    :P

    ReplyDelete
  41. saya malah blum pernah naik pesawat gan2..jadinya blum bisa ngerasain..besok law udah pernah naik...tak buat postingan juga...terimakasih

    http://4kopisusu.blogspot.com

    ReplyDelete
  42. Awan yang bergumpal mengingatkan pada gulungan kapas ya Mbak... jadi ingat lagu saat masih kanak2 dulu

    #kulihat awan seputih kapas....

    ReplyDelete
  43. apalagi yang kurang,. kalau kau punya matahari dan udara, palagi yang kurang kalau kau punya awan dan hujan....

    lagunya cinta clarita... ehhehe...

    pengennya si -merunut pd teori relativitas- sebelum tgl 24 besok terbang ke Mars, pulang2 jadi balik ke umur 25, bisa gak ya... wkwkkw

    ReplyDelete
  44. @Agus Setya Fakhruddin:Wah, malah saya lum pernah dengar lagunya kafein yg 'melangkah ke atas awan' ya? Oke, met aktifitas too...

    ReplyDelete
  45. @jiah al jafara: asline itu menyemangati diri sendiri banget..wkwkwkwkkk

    ReplyDelete
  46. perumpamaan yg tepat. benar ketika kita berada di ketinggian pasti ada resiko jatuh. jadi bila kita berhasil maka ada kemungkinan kita jatuh mungkin karena sombong atau...memang sudah saatnya jatuh. kan roda berputar. tetapi tetep aja harus berani melangkah di atas awan toh meskipun resikonya jatuh. hehehe

    ReplyDelete
  47. @zone: Wah, asyik nian tuh...saya bisa tertidur biasanya di kisaran separo perjalanan saja..

    ReplyDelete
  48. @Yunda Hamasah:hehehe...sebenarnya mau ta umpain seperti megang salju tp gimana pegang salju dalam mimpi saja lum pernah tuh Mbak....hahahaa

    ReplyDelete
  49. @Nurulnulur: bisa kalau mampu mendesign pesawat yg memiliki kecepatan minimal sama dengan kecepatan cahaya. Tp ya gak bisa mundurin usia gitu deh...pinjam mesin waktunya doraemon saja kalau mau kembali lebih muda ya...wkwkwkwkkk. Piss

    ReplyDelete
  50. @Sang Cerpenis bercerita: Iya Mbak, meski kita bisa meraih di ketinggian kita 'terbang' bukan berarti kita sudah safe dari resiko 'jatuh'. There is another face about "failed"

    ReplyDelete
  51. sya belum pernah ngerasain naik pesawat mb....takut !
    kyk apa ya rasanya berada diatas awan...?

    ReplyDelete
  52. @bensdoing: mirip2 kok dengan naik kereta api....hehehe

    ReplyDelete
  53. Wah, naik pesawat serunya waktu mendarat dgn mau terbang kak... :D

    ReplyDelete
  54. @Seserpih Kentara: Yg gak seru kalau jdwlnya di delay berjam-jam kan? xixixiii..

    ReplyDelete
  55. Seumur-umur saya baru sekali naek pesawat. Dan boro-boro mau poto pemandangan... Saya duduk ga deket jendela, padahal pertama kali naek pesawat pengen nikmatin pemandangan. Dan setiap saya menengok ke arah jendela, orang yang di sebelah saya (yang duduk deket jendela) jadi merasa risih. Hadoooh...

    Kapaan ya naek pesawat lagi *mengkhayal dimulai...

    ReplyDelete
  56. You're lucky Rie. Aku belum pernah kebagian di dekat jendela. Sekali kebagian, itu pun diminta pindah. Dan bodohnya aku mau saja. Selalu gak enakan. T_T

    Kata-kata temennya bagus. Yang tentang asuransi. Hihihihi. Tapi kata terakhirnya Ririe lebih bagus. "semakin tinggi kita terbang, maka setinggi itu pula hendaknya kita persiapkan diri jika mengalami jatuh/gagal."

    Like that.

    ReplyDelete
  57. @Zico Alviandri: Waktu boarding request sj minta dekat jendela, kalau lucky bisa kok di kasih. Kalau saya suka lupa request karena waktu boarding mepet2 waktunya jd nguber cepat selesai tuh proses boarding...lumayan kalau sampai ketinggalan flight, nambah ongkosnya dr dompet sendiri deh..hiks:(

    ReplyDelete
  58. @namarappuccino: Wah baik hati nian, kapan2 kalau bareng ta minta tuker tempatnya ya *harus boleh*

    Aslinya aku jg gak selalu dpt duduk di dekat jendela (lupa request wktu boarding).
    Aslinya lagi, ttg asuransi itu 'ledekan' utk one of my boss (di sby) wktu bilang takut terbang dgn alasan anak-anaknya masih kecil *dasar staff kurang ajar kan?*

    Btw, I like that quote too....it's remaining for myself

    ReplyDelete
  59. PERTAMA MAMPIR ...
    salam kenal nice posting :)

    ReplyDelete
  60. oww., lbih enak terbang de daripada berjalan diatas awan., ntar jatoh haha.,

    ReplyDelete
  61. Menyukai ini.

    bagaikan melangkah di awan
    semua hanya angan-angan
    tak mudah meraih bahagia
    bila arah saling berbeda

    ReplyDelete
  62. @arr rian:hemmm...dari awal sampai akhir lagu tersebut..I like it

    ReplyDelete
  63. pengalaman yg seru, sy msh ngeri kalo naik pesawat mbak hehe

    ReplyDelete
  64. melangkah diatas awan kalau saya mengkapnya,tentang sebuah harapan atau impian yang tidak mungkin dicapai bagai melangkah diatas awan tapi akan terwujud jika kita mengenal semua unsur diawan tsb

    ReplyDelete
  65. Saya juga suka memandang keluar jendela saat berada di pesawat. Awan2 itu seolah2 membuat kita berimajinasi macam-macam. Rasanya hati saya juga ingin bernyanyi, tetapi lagunya bukan melangkah diatas awan, melainkan lagu Negeri di Awan. :D

    ReplyDelete
  66. Hehehe gw juga termasuk orang yang parno kalo naek pesawat Jeng. Apalagi misalnya pesawatnya nabrak awan, trus bergoncang2. Dooohhh!!

    tapi menikmati awan dari pesawat memang satu hal yang luar biasa. Subhanallah! Betapa Besar-Nya Sang Maha yang telah menciptakan keindahan tak terperi seperti ini

    ReplyDelete
  67. Pesawat, ngeri! ... selama perjalanannya blm nyebrang laut nggak dech, ... mending ku pilih Kereta Api yg excutive class misalnya, ... bisa browsing didalamnya dgn layanan hotspot gratis! ...

    ReplyDelete
  68. @r.a.c. cutting sticker: Yang lebih seru kalau bisa menyentuh awan dengan tangan langsung..*nglantur*

    ReplyDelete
  69. @Andy:Hemm, semoga akan terwujud dengan kita mengenal semua unsur diawan tsb...amin.

    ReplyDelete
  70. @kakaakin: Then let's sing a song " Negeri di Awan" by KLa Project...so touching

    ReplyDelete
  71. @Zulfadhli's Familiy: Sebenarnya saya pengen banget pas di udara saat senja mengambang dengan cuaca yg cerah....

    ReplyDelete
  72. @Madhek Blog: Saya mah mana yg memungkinkan saja, KA oke...by bus gak masalah, naik kapal (asal sebentar) enjoy juga kok....

    ReplyDelete
  73. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    terimakasih sudah berbagi wawasannya ketika saudara menaiki pesawat, salam ukhuwah wahai saudaraku.

    ReplyDelete
  74. Kirain lagunya Katon Bagaskara,
    ternyata lagunya Ronnie Sianturi yay...

    ReplyDelete
  75. @Dakwah Syariah: Mungkin lebih tepatnya berbagi rasa takjub saat melihat ciptaanNYA yg selalu serba luar biasa...

    ReplyDelete
  76. Mbak, syukurlah blognya sudah bisa kembali lagi. Hari minggu lalu blogku juga sempat menghilang, tapi setelah recovery Alhamdulillah bisa diakses lagi. Lega banget.. :)

    ReplyDelete
  77. @21inchs: Kalau KLa lagunya 'negeri di awan' kayaknya...

    ReplyDelete
  78. @catatan kecilku: Iya Mbak, kemarin siang minta tlong mas KAhfi karena usaha recovery sendiri gak membawa hasil...*payyahhh*

    ReplyDelete
  79. kalo ngeliat awan dari pesawat itu indah banget ya mbak.. pemandangan yg luar biasa.. dan imajinasipun bisa kemana2 hehehe..

    ReplyDelete
  80. waah setuju.. tambahan kalo dari saya biasanya kalo liat awan itu rasanya bangga juga, bahwa kita sebetulnya bisa lebih tinggi dari presiden, pejabat, atau orang-orang dibawah sana. Literally, maksudnya menyemangati bahwa "kita bisa"

    ReplyDelete
  81. @Lyliana Thia: Imajinasipun jadi melangkah di atas awan tuh Mbak...hehehe

    ReplyDelete
  82. @Gaphe: *TOSS* kita bisa kalau kita mau (no matter it take...)

    ReplyDelete
  83. jadi pengen yang mau naik pesawat, soalnya seumur-umur gak pernah naik pesawat... :(

    ReplyDelete
  84. @Slame Tux: *jadi pengen malu* Lha saya naik pesawatnya juga gratisan ...#Tutupin muka

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.