Berada di udara merasa lebih lama daripada di permukaan bumi, itu yang selalu saya rasakan ketika naik pesawat. Pertama kali naik pesawat (gratisan), saya pikir mungkin euphoria cah ndeso pertama kali naik pesawat serta di perkuat oleh guruan teman-teman “efek orang yang biasa naik bus umum tuh…”.
Tapi setelah berkesempatan beberapa kali menempuh perjalanan udara saya semakin yakin jika waktu satu jam berada di atas permukaan bumi memang lebih lama daripada di bumi adalah BUKAN semata refleksi perasaan ‘merasa’ walaupun penunjukan jam dan gerak jarum detik di arloji saya tidak mengalami perlambatan.
Sebelumnya minta ijin dulu (pada sapa ya) karena kali ini menggunakan judul lagu sebagai title postingan, juga maaf review One Amazing Thing hadiah GA dari sang empunya blog man and the moon belum terselesaikan membacanya eeh, lha kok malah bikin postingan ini.
Akhirnya file di memory otak saya ada yang terbuka, tentang pelajaran Fisika mengenai Teori relativitas (jadi ingat juga saat sang Guru Fisika yang sekaligus wali kelas saya sempat memberikan sindiran yang menampar *PLakkk*, beliau bilang: kamu itu ambil jurusan Fisika tapi nilai fisikamu paling jelek dari pelajaran lainnya).
Salah satu soal Fisika yang masih saya ingat adalah tentang dua orang yang satu di kirim ke luar angkasa dan satunya tetap tinggal di bumi. Yang ditanyakan, setelah 10 tahun di suruh menghitung usia mereka.
Nah inilah yang kemudian saya gunakan untuk kembali berargumen bahwasanya semakin jauh dari bumi maka waktu akan lebih lambat (point teori relatitivitas yang bisa saya pahami). Tapi saya tidak hendak menulis tentang relativitas waktu, sudah ada expert yang skilled soal tersebut, Mr.Albert Einstein beserta penerusnya.
Ketika beberapa waktu lalu dalam perjalanan ke Jakarta (lagi), kebetulan bisa mendapatkan tempat duduk di dekat jendela, sehingga saya bisa leluasa menikmati pemandangan di antara awan-awan dan landscape nun jauh di bawah.
Salah satu view langit yang saya sukai adalah melihat gumpalan-gumpalan awan berwarna putih bersih dan tampak lembut seperti busa sabun. Atau ketika senja menjelang dengan cuaca yang cerah ceria dimana lazuardi akan tampak memukau oleh hiasan gumpalan awan berserat jingga yang dihasilkan dari pancaran spectrum cahaya tampak matahari (dengan frekwensi dan panjang gelombang tertentu) yang dihamburkan oleh lapisan atmosfer.
Imajinasi waktu kecil, menghayalkan bahwa gumpalan awan jika di sentuh akan lembut seperti kapas atau busa sabun. Menghayalkan suatu ketika bisa berada sangat dekat dengan awan-awan di langit (anak kecil menghayal tingkat tinggi [baca: awan]). Saya hanya ingin menikmati tanpa harus membedakan bentuk awan-awan tersebut mana yang termasuk awan Kumulus, Stratus atau awan sirus.
Sementara teman di sebelah saya asyik mendengarkan music dengan head phone yang di sediakan pesawat sambil memejamkan mata (tidurkah?), snack juga sudah ludes, gelas soft drink telah kandas isinya, terlelap juga sudah cukup lama tadi rasanya. Mau membaca buku, lha saya selalu pusing kalau membaca dalam kondisi mobiling. Jadilah saya sok PeDe bergaya mendadak ala fotographer karbitan mencoba mengcapture pemandangan di luar jendela. Saya pikir, kapan-kapan bisa dibuat postingan di blog. Hehehee…
Ah iya, setiap moment naik pesawat saya juga teringat joke dari seorang teman saat ada yang bilang takut naik pesawat. Teman tersebut bilang ”Kalau takdirnya meninggal sama-sama karena kecelakaan, bukankah masih lebih baik naik pesawat, bisa meninggalkan warisan banyak karena asuransinya besar jika kecelakaan….”
By the way, any way and bus way, kalau joke tersebut saya terjermahkan dalam sisi yang lain maka: semakin tinggi kita terbang, maka setinggi itu pula hendaknya kita persiapkan diri jika mengalami jatuh/gagal. Ketinggian yang ingin dan hendak kita capai, maka resiko jatuhnya akan linear dengan tingkat keberhasilan yang bisa kita dapatkan pada titik tinggi tujuan tersebut. Maka jangan pernah terbang tinggi jika takut jatuh. Tapi tetap lebih baik berani untuk terbang dan siap menghadapi resiko jatuh (gagal), karena itulah dinamika kehidupan yang menantang, bukankah tantangan adalah wajah lain dari kesempatan?.
Yuk menyimak syair lagu “ melangkah di atas awan” saja dulu…..
( By Ronnie Sianturi - Melangkah di atas awan)
bagaikan melangkah di awansemua hanya angan-angantak mudah meraih bahagiabila arah saling berbedabagaikan rembulan dan mentaritak mungkin seiring sejalansimfoni ini sebuah elegidua irama di satu jalanandisini ku bernyanyi sedihnuansa biru cinta kasihku singkap tirai kelam malamku nanti sinar fajar pagilaguku kan mengalun sendumenjadi bingkai dua hatimelambai angan yang melayangku jelang esok kan kujelang
But, please don't ask me why I love this song till this present. Sejak awal dengar/mengenal lagu ini, saya pun auto sukak parah pokoknya. Karena romansa romantis, atau just because easy listening? Maybe both of them....
sebenarnya postingannya bertema apa sih mbak kinan??aku masih ga ngerti lho...campur2 gitu deh,
ReplyDelete@Atma muthmainna: BIngung ya? Saya jg bingung, awalnya ya karena 'merasa' kalau naik pesawat itu terasa lebih lama dengan durasi waktu yg sama ketika menjejak di bumi. karena berasa lama, snack jg dah hbs, soft drink dah kandas, mau tdr udah gak bisa, Akhirnya motret2 awan diluar jendela. Nah di jadiin postingan sambil flash back (maksa.com) hal-hal yg bisa di hubung-hubungkan gitu deh...
ReplyDeleteTapi kalo saya kok beda yah, kalau naik pesawat rasanya waktu itu berjalan lebih cepat dr biasanya. heeehhe *IMO
ReplyDeletetak kirain KLa..ternyata Ronnie Sianturi toh? hehe
ReplyDeleteawan sllu meneduhkan yah? apalgi klo nimbus. wkwkwkkwkwkkk... secara, mmg awan mendung jdi pasti meneduhkan. hihihi..
ReplyDeletetp sya masih setia sma cirrus, paling cantik pas sunset, apalgi di tepi laut.
#lah, cirrus kan tongkrongan paling asyiknya mmg di laut.
tentang apa ya ini :-D
ReplyDeleteWahhh aku nggak pernah puas nikmati pemandangan dari atas pesawat apalagi moto2 awan kayak mbak Kinan ...soalnya selalu bawa anak2 yg pada "nggak bisa diem".... :( btw nilai fisikaku jg jelek mbak#sama dong!
ReplyDeleteaku suka nggak bisa diam kalau lg ada di pesawat terutama apalagi kalau bisa motret pemandangan di bawah, pasti tak potret, punya banyak koleksi foto foto pemandangan dr pesawat
ReplyDeleteinyong ngga bisa komen nih soalnya lum pernah naik pesawat paling naik pohon tapi ngga sampai keawan
ReplyDelete@Syam Matahari:Iya sih, kalau hanya sebentar dan kecepatannya masih jauh dr kecepatan cahaya maka 'berasa' lamanya juga akan bersifat relative untuk masing-masing orang. Karena perbedaan waktu/umur terutama akan terjaid pd level partikel elementer yang mampu bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya
ReplyDelete@hilsya: Setahu saya KLa belum pernah recycle lagu 'melangkah di atas awan' atau saya yg belum pernah dengar KLa menyanyikan lagu tersebut ya? hehehe
ReplyDelete@Accilong:Cirus yg berbentuk seperti kapas tipis terdiri dari kristal2 es. saat sunset tentu akan amazing oleh pendaran spektrum warna merah cahaya matahari...Semoga lain kali bisa 'bertemu' dengan cirrus...
ReplyDelete@Lidya - Mama Pascal: Tentang awan, relativitas waktu, lagu melangkah di atas awan....harap maklum,beginilah kalau bikin tulisan lagi kena gerhana bulan. *LHOH* makin nglantur deh
ReplyDelete@Nufus: Tentunya demikian Mbak kalau sama si kecil, menikmati perjalanan dengan keceriaan anak-anak..
ReplyDeletekebetulan saya kemana-mana masih bawa diri sendiri jadi ya gitu deh...
@Ely Meyer: Wah, pasti menarik dan fantastik tuh koleksi fotonya. KOleksi saya belum banyak, maklum masih jarang long trip by plan...
ReplyDelete@Cerita Tugu: jadi ingat masa kecil kalau naik pohon Pak, tp pohon tertinggi yg pernah saya panjat baru pohon mangga tuuh...
ReplyDeletenaik pesawat itu rasanya sama kayak naik pohon jambu gk mbak?? hahahaha :P
ReplyDeletePaling unik memang berkendara lewat udara,
ReplyDeletePernah pengalaman pergi ke bali dari jakarta jam setengah empat sampai bandara ngurah rai masih sama menunjukan jam setengah empat juga waktu bagian sana.
Kalo ngeliat jam di hape sih sudah jam limaan lewat dikit.
Allah memang hebat menciptakan kebesaran dalam keunikan yang sulit ditiru oleh mahluknya.
Menurutku kok terasa suwi ya kalo numpak pesawat. Mana kuping mak penggg~
ReplyDelete”Kalau takdirnya meninggal sama-sama karena kecelakaan, bukankah masih lebih baik naik pesawat, bisa meninggalkan warisan banyak karena asuransinya besar jika kecelakaan….” <-- bagian ini aku paling suka, dan juga mbak, kalo pake pesawat pas matinya gak menderita, pesawat meledak kita langsung mati, coba kapal, sengsara dulu baru mati hahaha
ReplyDeleteSaat pulang dari Lombok kemarin sebenarnya aku bisa melihat senja dari dalam pesawat.. sayang sekali gak sempat aku foto. Nyesel banget deh, padahal saat itu pemandangan senjanya sedang sangat cantik. :)
ReplyDelete@dhenok habibie: Naik pohon jambu ya? Kalau naik pohon jambu sampai pada dahan yang kecil dan angin berhembus, wouuuw...takut sekaligus seru deh...
ReplyDelete@Untje van Wiebs: Kalau kuping mak pennggg... itu akibat beda tekanan antara telinga luar dengan telinga tengah, yg timbul karena tekanan udara di dalam pesawat berubah disaat take off dan landing. Bila saluran yang menghubungkan rongga telinga dengan tenggorokan tersumbat, sehingga tekanan ditelinga tidak bisa menyeimbangkan diri. Nah itulah salah satu manfaatnya ada maskapai yg ngasih permen, snack, krn dengan sering menelan atau menghisap permen bisa menjaga saluran yg menghubungkan rongga telinga dan tenggorokan tetap terbuka. *teorinya sih gitu*
ReplyDelete@Herry: Iya, tentunya Jakarta dan Bali terdapat perbedaan waktu 1jam, karena adanya pembagian wilayah berdasarkan tiga garis bujur di Indonesia sehingga terdapat 3 pembagian waktu
ReplyDelete@BasithKA: Yg penting meninggal dalam keadaan khusnul khotimah ya..amiin
ReplyDelete@catatan kecilku: MOment yg langka bisa 'ketemu' cerahnya senja saat di pesawat karena seringnya cuaca berawan ya MBak. Semoga lain waktu bisa mengabadikan indahnya langit senja
ReplyDeletemba.... kalo aku kok rasanya kebalik ya... justru naik pesawat terasa lebih cepat tuh....
ReplyDeletemakanya aku selalu milih naik pesawat kalo on mission (jika penerbangan available sih), walau pesawat kecil sekalipun, dengan resiko rentan jatuh, tapi tetap aja milih naik pesawat biar cepat sampe, hehe...
Mungkin karena ga pernah terfikir untuk ngerasain bener ga sih naik pswt itu lbh lama durasinya...
Ntar kalo di flight aku akan coba perhatikan deh, itu juga kalo ga langsung tertidur, hahaha. Aku tuh mba, hanya 15 menit maksimal bertahan, lht ini lht itu, setelah itu tidur deh... tau2 udah sampe. hihi...
setengah bingung, tapi yang saya tangkap pengalamannya unik.. :)
ReplyDelete@alaika abdullah: Kalau saya jg maunya tiap ada mission (bukan impossible) ya by plan Mbak. Tp kalau masih dalam propinsi, pilihannya ya lewat darat.
ReplyDeleteAda juga teman jk naik pesawat, begitu take off dah pulas dan br bangun saat mau landing. Kalau saya juga tidur, Tapi maksimal 30an menit dah kebangun dan rasanya dah lama banget tidur. Makanya saya jadi mengingat-ingat lagi tentang teori ralitivitas dan mencari hubungannya..*kurangkerjaan ya?*
Aku di kotanya mbak. Kalau Saradan itu masuk wilayah kabupaten.
ReplyDeleterelativitas eyang einstein pun nyangkut terbahas disini, sungguh menarik jadinya :-)
ReplyDeletemeskipun jauh sebelum twin paradox eyang einstein mengguncang dunia, sebenarnya hal ini sudah tersirat dan tersurat secara jelas oleh apa yang dialami Rasulullah SAW saat melakukan perjalanan Isra Mi'raj, yang kemudian pada masa kini dikenal sebagai dilatasi waktu antar galaxy, dan kemudian menyebabkan munculnya temuan adanya perbedaan pergerakan waktu antara saat menjejakkan kaki dipermukaan bumi dengan saat berada di atas awan jauh dari permukaan bumi :-)
namun sayang-nya begitu banyak-nya pertanda yang diwariskan Rasulullah kepada umat-nya dalam AL QUR'AN, namun hal itu terkadang tidak tersentuh sama sekali, karena lebih banyak pemahaman pengetahuan dari NON AL QUR'AN yang lebih disukai, meskipun pada suatu titik, terbuktilah bahwa apa yang menjadi temuan pada masa kini, sebenar-nya telah dibahas dalam AL QUR'AN..maka melayanglah rasa-nya jiwa layaknya berada di atas awan penuh takjub dan syukur saat mengetahui kebenaran ISLAM, subhanallah :-)
mohon maaf kalau koment-nya kepanjangan dan penuh lagak sok fasih tentang eyang einstein, mohon maaf lagi sekiranya koment-nya tidak nyambung dengan postingan....salam :-)
singgah dimari....
ReplyDelete@BlogS of Hariyanto: wouuw, so complete. NIce,always welcome for the add this writting. Seru kalau di lanjutkan ttg TRK...sesuatu yg terlihat imajiner tp sebenarnya riil, apalagi Al Qur'an sdh menjelaskannya..
ReplyDelete@Urang kampung: Silahkan singgah kaapan saja, dengan senang hati diterima. I'll visit back sooner
ReplyDeletemasyaAllah =D
ReplyDeleteaku suka sekali awan putihhh
foto-fotonya cakeeeepppp ^^
hadir kembali setelah sekian lama menghilang nih dari habitatnya,,. :)
ReplyDelete@Belajar Photoshop: kalau durasinya singkat, berasa lamanya masih significant dengan istilah relative utk masing-masing org ...
ReplyDelete@Nurmayanti Zain: Foto amatiran tuh Mbak, harap maklum ya hasilnya gituu dehh..
ReplyDelete@al kahfi: Selamat datang kembali di dunia ini *LHOH*...wkwkwkwkkk
ReplyDeleteKok aku jadi ingat lagunya kafein yang melangkah ke atas awan,hehe
ReplyDeletekembali beraktivitas di hari yang fitri (senin) hehe
campur"~
ReplyDeletelebih baik berani untuk terbang dan siap menghadapi resiko jatuh (gagal), karena itulah dinamika kehidupan yang menantang,
nice mb' :-D
kalo naik pesawat,,biasanya saya cm liat2 keluar pas mau terbang abis itu tidur sampai pesawat mendarat kembali...
ReplyDelete:P
saya malah blum pernah naik pesawat gan2..jadinya blum bisa ngerasain..besok law udah pernah naik...tak buat postingan juga...terimakasih
ReplyDeletehttp://4kopisusu.blogspot.com
Awan yang bergumpal mengingatkan pada gulungan kapas ya Mbak... jadi ingat lagu saat masih kanak2 dulu
ReplyDelete#kulihat awan seputih kapas....
apalagi yang kurang,. kalau kau punya matahari dan udara, palagi yang kurang kalau kau punya awan dan hujan....
ReplyDeletelagunya cinta clarita... ehhehe...
pengennya si -merunut pd teori relativitas- sebelum tgl 24 besok terbang ke Mars, pulang2 jadi balik ke umur 25, bisa gak ya... wkwkkw
@Agus Setya Fakhruddin:Wah, malah saya lum pernah dengar lagunya kafein yg 'melangkah ke atas awan' ya? Oke, met aktifitas too...
ReplyDelete@jiah al jafara: asline itu menyemangati diri sendiri banget..wkwkwkwkkk
ReplyDeleteperumpamaan yg tepat. benar ketika kita berada di ketinggian pasti ada resiko jatuh. jadi bila kita berhasil maka ada kemungkinan kita jatuh mungkin karena sombong atau...memang sudah saatnya jatuh. kan roda berputar. tetapi tetep aja harus berani melangkah di atas awan toh meskipun resikonya jatuh. hehehe
ReplyDelete@zone: Wah, asyik nian tuh...saya bisa tertidur biasanya di kisaran separo perjalanan saja..
ReplyDelete@4kopisusu Online: Sipp, di tunggu cerita serunya ya..
ReplyDelete@Yunda Hamasah:hehehe...sebenarnya mau ta umpain seperti megang salju tp gimana pegang salju dalam mimpi saja lum pernah tuh Mbak....hahahaa
ReplyDelete@Nurulnulur: bisa kalau mampu mendesign pesawat yg memiliki kecepatan minimal sama dengan kecepatan cahaya. Tp ya gak bisa mundurin usia gitu deh...pinjam mesin waktunya doraemon saja kalau mau kembali lebih muda ya...wkwkwkwkkk. Piss
ReplyDelete@Sang Cerpenis bercerita: Iya Mbak, meski kita bisa meraih di ketinggian kita 'terbang' bukan berarti kita sudah safe dari resiko 'jatuh'. There is another face about "failed"
ReplyDeletesya belum pernah ngerasain naik pesawat mb....takut !
ReplyDeletekyk apa ya rasanya berada diatas awan...?
@bensdoing: mirip2 kok dengan naik kereta api....hehehe
ReplyDeleteWah, naik pesawat serunya waktu mendarat dgn mau terbang kak... :D
ReplyDelete@Seserpih Kentara: Yg gak seru kalau jdwlnya di delay berjam-jam kan? xixixiii..
ReplyDeleteSeumur-umur saya baru sekali naek pesawat. Dan boro-boro mau poto pemandangan... Saya duduk ga deket jendela, padahal pertama kali naek pesawat pengen nikmatin pemandangan. Dan setiap saya menengok ke arah jendela, orang yang di sebelah saya (yang duduk deket jendela) jadi merasa risih. Hadoooh...
ReplyDeleteKapaan ya naek pesawat lagi *mengkhayal dimulai...
You're lucky Rie. Aku belum pernah kebagian di dekat jendela. Sekali kebagian, itu pun diminta pindah. Dan bodohnya aku mau saja. Selalu gak enakan. T_T
ReplyDeleteKata-kata temennya bagus. Yang tentang asuransi. Hihihihi. Tapi kata terakhirnya Ririe lebih bagus. "semakin tinggi kita terbang, maka setinggi itu pula hendaknya kita persiapkan diri jika mengalami jatuh/gagal."
Like that.
@Zico Alviandri: Waktu boarding request sj minta dekat jendela, kalau lucky bisa kok di kasih. Kalau saya suka lupa request karena waktu boarding mepet2 waktunya jd nguber cepat selesai tuh proses boarding...lumayan kalau sampai ketinggalan flight, nambah ongkosnya dr dompet sendiri deh..hiks:(
ReplyDelete@namarappuccino: Wah baik hati nian, kapan2 kalau bareng ta minta tuker tempatnya ya *harus boleh*
ReplyDeleteAslinya aku jg gak selalu dpt duduk di dekat jendela (lupa request wktu boarding).
Aslinya lagi, ttg asuransi itu 'ledekan' utk one of my boss (di sby) wktu bilang takut terbang dgn alasan anak-anaknya masih kecil *dasar staff kurang ajar kan?*
Btw, I like that quote too....it's remaining for myself
siiiiippppppppppp
ReplyDeletePERTAMA MAMPIR ...
ReplyDeletesalam kenal nice posting :)
oww., lbih enak terbang de daripada berjalan diatas awan., ntar jatoh haha.,
ReplyDeleteMenyukai ini.
ReplyDeletebagaikan melangkah di awan
semua hanya angan-angan
tak mudah meraih bahagia
bila arah saling berbeda
@Lyass JacksFeath: Oke, siipp lahhh
ReplyDelete@reri saputro:tengkyuu, salam kenal juga
ReplyDelete@djawa:yukk terbang yang tinggi...
ReplyDelete@arr rian:hemmm...dari awal sampai akhir lagu tersebut..I like it
ReplyDeletepengalaman yg seru, sy msh ngeri kalo naik pesawat mbak hehe
ReplyDeletemelangkah diatas awan kalau saya mengkapnya,tentang sebuah harapan atau impian yang tidak mungkin dicapai bagai melangkah diatas awan tapi akan terwujud jika kita mengenal semua unsur diawan tsb
ReplyDeleteSaya juga suka memandang keluar jendela saat berada di pesawat. Awan2 itu seolah2 membuat kita berimajinasi macam-macam. Rasanya hati saya juga ingin bernyanyi, tetapi lagunya bukan melangkah diatas awan, melainkan lagu Negeri di Awan. :D
ReplyDeleteHehehe gw juga termasuk orang yang parno kalo naek pesawat Jeng. Apalagi misalnya pesawatnya nabrak awan, trus bergoncang2. Dooohhh!!
ReplyDeletetapi menikmati awan dari pesawat memang satu hal yang luar biasa. Subhanallah! Betapa Besar-Nya Sang Maha yang telah menciptakan keindahan tak terperi seperti ini
Pesawat, ngeri! ... selama perjalanannya blm nyebrang laut nggak dech, ... mending ku pilih Kereta Api yg excutive class misalnya, ... bisa browsing didalamnya dgn layanan hotspot gratis! ...
ReplyDelete@r.a.c. cutting sticker: Yang lebih seru kalau bisa menyentuh awan dengan tangan langsung..*nglantur*
ReplyDelete@Andy:Hemm, semoga akan terwujud dengan kita mengenal semua unsur diawan tsb...amin.
ReplyDelete@kakaakin: Then let's sing a song " Negeri di Awan" by KLa Project...so touching
ReplyDelete@Zulfadhli's Familiy: Sebenarnya saya pengen banget pas di udara saat senja mengambang dengan cuaca yg cerah....
ReplyDelete@Madhek Blog: Saya mah mana yg memungkinkan saja, KA oke...by bus gak masalah, naik kapal (asal sebentar) enjoy juga kok....
ReplyDeleteAssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
ReplyDeleteterimakasih sudah berbagi wawasannya ketika saudara menaiki pesawat, salam ukhuwah wahai saudaraku.
Kirain lagunya Katon Bagaskara,
ReplyDeleteternyata lagunya Ronnie Sianturi yay...
@Dakwah Syariah: Mungkin lebih tepatnya berbagi rasa takjub saat melihat ciptaanNYA yg selalu serba luar biasa...
ReplyDeleteMbak, syukurlah blognya sudah bisa kembali lagi. Hari minggu lalu blogku juga sempat menghilang, tapi setelah recovery Alhamdulillah bisa diakses lagi. Lega banget.. :)
ReplyDelete@21inchs: Kalau KLa lagunya 'negeri di awan' kayaknya...
ReplyDelete@catatan kecilku: Iya Mbak, kemarin siang minta tlong mas KAhfi karena usaha recovery sendiri gak membawa hasil...*payyahhh*
ReplyDeletekalo ngeliat awan dari pesawat itu indah banget ya mbak.. pemandangan yg luar biasa.. dan imajinasipun bisa kemana2 hehehe..
ReplyDeletewaah setuju.. tambahan kalo dari saya biasanya kalo liat awan itu rasanya bangga juga, bahwa kita sebetulnya bisa lebih tinggi dari presiden, pejabat, atau orang-orang dibawah sana. Literally, maksudnya menyemangati bahwa "kita bisa"
ReplyDelete@Lyliana Thia: Imajinasipun jadi melangkah di atas awan tuh Mbak...hehehe
ReplyDelete@Gaphe: *TOSS* kita bisa kalau kita mau (no matter it take...)
ReplyDeletejadi pengen yang mau naik pesawat, soalnya seumur-umur gak pernah naik pesawat... :(
ReplyDelete@Slame Tux: *jadi pengen malu* Lha saya naik pesawatnya juga gratisan ...#Tutupin muka
ReplyDelete