Siapa Typical Indonesian Itu?

Prolog: Tulisan ini merupakan Re-Type dari sedikit klipping [koran] yang saya miliki dari masa lampau. Saya sebut lampau karena ‘usia’nya hampir 14 tahun dan so surprise saya menemukannya kini. Sebab, yang saya ingat ‘hanya’ pernah mengguntingnya tapi lupa apakah masih saya simpan ataukah ikut musnah bersama beberapa koleksi surat/postcard/klipping yang tahun kemarin dengan berat hati saya abu-kan [karena dimakan rayap]. Secara random, kadang saya suka menyimpan hasil guntingan koran semata-mata karena tertarik dengan tema artikelnya [tidak aware dengan penulisnya] yang menurut saya bersifat ever lasting  dan potongan koran yang ingin saya Re-Type isinya ini, entah doeloe dapat korannya darimana dan yang jelas saat itu tentu bukan dari membeli koran karena hal itu merupakan kebutuhan tersier yang tak mungkin saya lakukan!.  Bismillahirrahmaanirrahiim  artikel yang diberi judul “Siapa Typical Indonesian Itu?” jika boleh saya analogkan dengan peribahasa: ojo nggebyah uyah  atau yang lebih sering kita dengar: jangan menggeneralisir masalah/stigma/justifikasi etc. Dan inilah tulisan [artikel] yang dirilis terkait dengan [dan tidak berselang lama dari] peristiwa kerusuhan Mei 1998.

Saat kerusuhan massa pada Mei lalu, yang kontroversinya mengenai kekasaran massa terhadap penduduk Indonesia keturunan Cina., saya tengah melanjutkan kuliah di AS. Berbeda dengan para mahasiswa yang turun ke jalan, demo dan unjuk rasa – saya merasa jadi pengecut karena diam saja dan tidak melakukan apa-apa – saya justru pergi kuliah.
Suatu saat, ketika istirahat duduk ngopi di kafetaria, tiba-tiba ada mahasiswa yang saya tahu namanya Johnny. Dia asal Hongkong dan duduk di meja saya, ikut nimbrung. Dia bertanya, “Kamu orang Indonesia, apakah kamu keturunan Cina?” Saya Jawab tidak. Saya anak pribumi. Dia bertanya lagi, “Kamu benci orang Cina?.”
Sedikit tertegun, saya jawab dengan hesitasi, “ Tentu tidak...”
Indonesian dance
Beberapa wkatu kemudian situasi menarik kembali memancing pikiran saya. Situasinya mirip pengalaman sebelumnya. Ngopi di kafetaria. Bedanya, kali ini saya berlima dengan pelajar Indonesia lain. Seperti murid-murid di Indonesia, kami berlima melestarikan budaya nongkrong dan ngobrol di sekolah. Lalu, tiba-tiba seorang teman - dia asal Jepang – bergabung. Kanako, nama murid asal Jepang itu, datang dan menyapa saya. Saya lalu mengenalkan semua “anak” yang sedang ngopi di kafetaria itu. Mulai dari roomates [teman setempat tinggal saya] Y, R, dan H, lalu teman dekat saya, J. Setelah perkenalan itu, Kanako mengajukan dua pertanyaan. Pertanyaan pertama retorikal, “ Semuanya orang Indnesia?” yang tanpa perlu dijawab dia sudah mengerti. Pertanyaan kedua secara kontras adalah salah satu pertanyaan paling hebat yang pernah saya dengar, “Kamu semua kelihatan beda-beda. Yang mana di antara kalian yang typical Indonesian [tampang umumnya orang Indonesia]?”
  
Apa itu typical Indonesian?
Saya bisa mengerti, kenapa Kanako bertanya demikian. Di Jepang, hanya ada satu macam orang [suku?], orang Jepang, yang namanya variasi sedikit. Berbeda dengan Jepang, orang Indonesia bermacam-macam. Bayangkan, di anatara kami berlima saja tidak ada satu pun yang persis. Saya campuran Jawa dengan Kalimantan [Banjar] asal Surabaya. Y keturunan Cina asal Yogya, H keturunan Cina tapi dari Surabaya, R campuran Jawa dengan Manado asal Jakarta. Sementara itu, J asal Jakarta namun campuran Sunda dengan bule Amerika [saya menolak menggunakan kata Indo karena saya tidak setuju dengan  penggunaan kata itu]. Dari tampang saja, kami berlima terlihat sekali perbedaannya. Tetapi, setelah saya perhatiakn lebih dekat lagi, cara berbicara kita juga sangat berbeda-beda.
Indonesian music
Saya misalnya, terus terang, tidak bisa berbahasa Jawa ataupun Banjar. Logat saya pun lebih miring ke logat Jakartaan. Y itu berbicara Jawa halus dengan orang tuanya di Yogya sehingga dia berlogat halus, meskipun dia keturunan Cina. H logatnya sangat Suroboyoan. R itu berbicara dengan logat Jakarta yang kental. Sedangkan J, meskipun tampang bule, mungkin lebih fasih berbahasa Sunda daripada Inggris [dia besar di Indonesia]. Ini belum dihitung perbedaan agama diantara kita...

Lalu, yang mana di antara kami berlima itu yang lebih pantas dibilang typical Indonesian? Kami berlima saling memandang satu sama lain. Dan tampaknya, saya lebih dekat ke jawaban pertanyaan tersebut, meskipun saya sendiri tidak begitu setuju. Menurut stereotype saya, typical Indonesian itu mestinya adalah orang keturunan Jawa asli yang kulitnya sedikit lebih gelap. Bagaimana tidak, pemerintahan kita didominasi orang Jawa, suku terbesar itu suku Jawa [ini asumsi, yang mungkin saja saya salah]. Lalu, populasi Indonesia sebagian besar di Jawa dan bahasa tradisional yang paling banyak digunakan itu mungkin bahasa Jawa. Jangan lupakan pula agama Islam sebagai agama mayoritas.

Meskipun lahir dari keluarga beragama Islam dan dibesarkan di Jawa, saya ini berkulit lebih terang [terima kasih kepada ibu saya yang asal Kalimantan]. Karena itu, sering saya dipanggil sinyo di Indonesia. Saya juga tidak bisa berbahasa Jawa [waktu di SD, di kelas saya pernah di tanya apa itu isi lombok, saya jawab “pedes”]
****
Lantas, kenapa kedua cerita tadi membuat saya berpikir dalam? Memikirkan lagi latar belakang pemikiran saya mengenai kerusuhan Indonesia yang berbau rasial terhadap keturunan Cina. Dari media massa yang saya ikuti di AS, hampir semuanya menuding orang pribumi Indonesia sebagai pembenci keturunan Cina. Hal ini menyebbakan saya sangat sedih. Jika orang bertanya, saya paling hanya menyangkal. Saya katakan, kerusuhan terhadap WNI keturunan Cina hasil dari kebencian sosial, bukan rasial, mengingat sebagian besar kekayaan Indonesia itu dipegang oleh orang keturunan Cina. Saya sadar, jawaban saya itu tidak sepenuhnya benar. Saya ingin pernyataan itu benar, tetapi kenyataannya mungkin berbeda. Kenapa bangsa kita [yang pribuminya] dicoreng sebagai bangsa rasialis? Jika benar bangsa kita ini rasialis, kasarnya bangsa kita ini sama dengan cerita-cerita kuno mengenai kebencian orang putih terhadap orang hitam di Amerika: mayoritas membenci minoritas, apakah memang benar bangsa kita ini rasialis?
Two Indonesian: beda kostum, hehehe....
Saya bangga sebagai orang Indonesia, bangga karena bangsa yang beragam-ragam penduduknya itu bisa menjadi satu bangsa : Bangsa Indonesia. Tetapi, kenyataan seperti itu telah mengerosikan sebagian dari kebanggaan saya. Saya tidak ingin menjadi bagian dari bangsa yang rasialis. Inginkah Anda? Saya lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti dari Johny yang asal Hongkong tadi. Saya lelah menjadi orang pribumi di luar negeri yang dicap pembenci Cina. Memang, saya tidak suka beberapa orang keturunan Cina. Tetapi, yang tidak saya sukai itu karakternya, bukan rasnya. Saya juga tidak menyukai beberapa pribumi di Indonesia, seperti para polisi yang menerima suap. Tetapi, itu juga karena kelakuannnya. Memang ada beberapa orang keturunan Cina yang kelakuannya less desirable [kurang disukai] oleh para pribumi, tetapi pisahkan mereka dari masyarakat Cina secara umum. Jangan disamaratakan!

Mungkin media massa di AS itu bohong – seperti klaim teman saya yang tinggal di Indonesia. Tetapi, mungkin juga mereka benar bahwa orang pribumi [pribumi yang mana? Nah, Lho?] itu menyerang keturunan Cina dengan alasan yang berbau rasialis. Sebelum kerusuhan Mei lalu, Johny juga pernah berbicara dengan saya dan teman saya yang lain, yakni F yang keturunan Cina asal Surabaya.
Johny kepada F bertanya, “ Kamu orang Indonesia keturunan Cina, bisa berbahasa Cina?”.
F menjawab dengan bahasa Inggris yang berlogat Suroboyoan amat kental, “ Ya, saya keturunan Cina. Tetapi, saya tak bisa berbahasa Cina.”
“Kenapa?” tanya Johny.
“Karena saya orang Indonesia, jadi ya berbahasa Indonesia.”
Saya kagum sekali kepada F. Seandainya dia bukan keturunan Cina, seharusnya dia bilang sebagai orang Indonesia yang lebih asli, sebagai pribumi. Dia mengaku orang Indonesia, sementara banyak diantara kita yang pribumi memanggil diri kita orang Jawa, orang Medan, orang Madura, atau orang suku lain. Dia juga lebih Indonesia daripada saya, yang masih kurang setuju saat ditunjuk sebagai typical Indonesian.
Karena kerusuhan-kerusuhan berbau rasialis akhir-akhir ini, saya sering memikirkan F. Apa yang dia pikirkan sekarang? Saya sendiri malu bertanya padanya... Tolong, jangan sampai kita dicap rasialis. Jangan hancurkan hati orang-orang seperti F.


Notes : Surat terbuka dari Amerika yang ditulis oleh Azrul Ananda [nama yang sudah tidak asing di dunia jurnalistik saat ini] ketika masih jadi mahasiwa di AS, diterbitkan di Jawa Pos, 26 September 1998. 

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

164 comments:

  1. artikel yang bagus sekali... kalau dulu kuliah di luar, typical indonesia adalah kalau ngomong banyak huruf r nya jadi sering di hina ble bler bler gitu sama bule...

    jadi ada kok typicalnya... tentunya satu lagi murah senyum..

    itu lah hebatnya indonesia... dan bhineka tunggal ika... semoga itu tidak hanya jadi slogan saja...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau saya sendiri menganggap [asumsi yg bisa saja bersifat subyektif] dan tidak ada maksud rasis: Typically Indonesia ya semua orang asli Indonesia [apapun sukunya].

      Nah Kalu orang Indonesia adalah semua orang/warga negara yang ber ID penduduk Indonesia [termasuk yang keturunan ataupun anak hasil pernikahan campuran dengan bule/dr negara lain]

      Delete
  2. tak masalah berasal dari ras ataupun suku apa, yang terpenting perilaku nya sesuai aturan ya mbak.

    saya kadang juga nggak suka jika ada sebagian orang yang mengganggap bahwa suku tertentu lebih baik dari yang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, lebih melihat pada attitude, behavior..
      Kalu soal suku/ras..itu hal yg berada di luar jangkauan kita karena kita TIDAK bisa rekues akan lahir dari suku/keluarga yang mana...

      Delete
  3. wah kliping berusia 14 tahun masih tersimpan dengan baik.
    Seringkali faktor penyebab semua ini adalah kecemburuan sosial, sehingga antara satu dengan lainnya berusaha mencari jati diri keegoisan tanpa memandang dimana dia hidup bersama. Padahal manusia diciptakan bersuku dan berngsa agar saling mengenal dan bersilaturrahim

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe..iya neh Pak Ies, sejak SD saya suka menyimpan guntingan koran yg saya anggap menarik. DAn kebetulan tulisan Ananda [yg kala itu saya sama sekali gak kenal siapa dia] menurut saya sangat menarik utk saya arsipkan.

      Saya juga lebih setuju, bahwa kerusuhan Mei kala itu di picu oleh kecemburuan sosial dan kemungkinan adanya provokasi yang akhirnya meledak jd anarkis yang sgt menodai citra kemanusiaan di negeri ini.

      Delete
  4. saya orang Indonesia, bangga sebagai orang Indonesia
    walau Ayah asli dari Jepang, ibu dari Jawa
    tapi saya dilahirkan di Indonesia, tepatnya di Surabaya
    maka logat saya, selera makanan saya sbg org Surabaya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheheeiiii, Mas BUdi punya nenek moyang Jepang? wah, tahu gitu kemarin pas kopdar saya minta ajari bahasa jepang dengan aksen suroboyoan lho?

      Delete
  5. Klo inget kerusuhan bulan mei dulu ngerii banget, sampe sekarang kagak ngerti kenape harus ada perbedaan ras, suku, dan semacamnye.. padahal pan ALLAH swt udeh bilang yg ngebedain cuman amal kite..

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahh..iya, mbak Nay kan tinggalnya di Jakarta ya? Tentu sangat mencekam berada tak jauh dari tempat kerusuhan ya. Semoga tidak akan terulang lagi tragedi kemanusiaan tersebut ataupun dalam bentuk lainnya.

      Delete
  6. bhahaha jadi inget zaman-zaman smp suka di suruh bikin klipping juga ka.. ya memang ngga adil kalau alasan tidak menyukainya karena fisik dsb.. kalau sifat jelek its okelah =)

    di beberapa daerah memang masih kental sekali persukuan dan membeda-bedakan ras itu ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. whahahaa...iya, jaman sekolah dulu kadang di aksih PR bikin kliping.

      Iya benget, GAK rasional dan tidak adil jk ketidaksukaan terhadap seseorang didasarkan pada kriteria fisik.

      Delete
  7. Indonesia berbeda-beda suku, ras dan bahasa daerah tetep ajah mereka itu Indonesia :D

    eeh itu artikel jaman adek ku baru lahir deh mbak rie sampek udah SMP sekarang lama bener, xixixixi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoiii..Bhinneka Tunggal Ika adalah kekayaan bangsa Indonesia.

      Ehheeh..artikelnya seumuran adiknya mbak NIar ya:)

      Delete
  8. wow? azrul ananda? sekolah di AS? pantesan dia hebat...

    oh ya, aku kurang setuju kalo indonesia itu diwakili oleh jawa. Dimana-mana Indonesia itu ya kesatuan dari sumatra, jawa, papua, kalimantan, nusa tenggara, dan pulau-pulau lainnya dengan beragam sukunya. Duluuuuuuuuuu banget pemerintah pernah ditentang gara-gara pemerintahan sebagian besar dihuni oleh kaum jawa. Makanya saat itu diplihlah hatta sebagai wapres yang mewakili dari pulau jawa, biar terasa lebih merakyat...

    di sekolahku, lumayan banyak kok temen-temen keturunan cina dan beda agama, tapi kita rukun-rukun aja...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wouuww, lebih hebat lagi bapaknya lho? Kan si bapaknya Azrul ananda gak sekolah di AS saja bisa hebat banget kayak sekarang?

      Jawa memang tdk mewakili Indonesia..seperti halnya Bali meskipun [dulu] lebih dikenal daripada Indonesia.

      Bicara konteks Indonesia ya tentunya semua suku yg menghiasai sepanjang katulistiwa itulah Indonesia. Mungkin karena demografi yg lebih banyak Jawa..sehingga kadang-kadang spontan muncul presumtif ttg typically Jawa sebagai orang Indonesia [tanpa ada tujuan utk rasis tentunya]

      Delete
  9. permisi... blogger dari pedalaman hutan kalimantan ikut nyimak dulu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh..hebat neh meski di pedalaman rimba kalimantan bisa lancar berselancar..

      Delete
  10. nasionalisme kita iduji oleh tantangan dari dalam diri kita
    :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sipp, basically semua ujian tantangan terberatnya adalah diri kita sendiri..

      Delete
  11. hanya segelintir orang yang berbicara nasionalisme..
    dari bawah lagi..

    halo orang - orang yang ada di atas..?
    bisakah kita sebagai orang yang berada di bawah untuk mejewer telinga orang - orang yang berkuasa untuk sekedar memberikan cerama tentang nasionalisme.. ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menjewer telinga orantg-orang yang berkuasa ya? hehehe...nitip salam ya ..

      Delete
  12. saya klo ditanya pertanyaan sama, entah kenapa kepala saya ingatnya sma artis senior christine hakim sma dian sastro, apalgi pas di film pasir berbisik. entah kenapa, feelnya indonesia banget.


    mei 1998 mmg mimpi buruk terbesar keturunan china di indonesia. siapa yg bisa lupa, luka mental dan materi yg sebegitu hebat? diperkosa di tempat terbuka, diperlakukan seperti anjing. naudzubillah... saya yg wktu itu msh smp, yg hanya tau info dari tipi ato koran, sudah miris, ngeri bin takut bukan main, apalgi mereka para china yg jelas2 jdi incaran massa. tiba2 merasa faham kenapa merry riana (mimpi sejuta dolar) memilih melanjutkan sekolah di singapura.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau tante Christine hakim...memang artis dengan integritas nasionalisme yang bisa dijadikan contoh.

      Tragedi Mei '98 membawa kengerian di mana-mana, di luar Jakarta saja sangat mencekam. Apalgi di Jakrtanya...saya gak bisa membayangkan jika saat berada atau tinggal di Jakarta.

      Delete
  13. Betul sekali apa yang dituliskan itu mbak. Yang dibenci sebenarnya kelakuannya dan bukan rasnya :)

    98 mbak Ririe sudah kuliah ya mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. SEbenarnya yg tidak disukai memang kelakuannya, perbuatannya...tapi kadang pandangann umum sering menggeneralisir masalah..

      Delete
  14. saya orang indonesia asli mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Whahahaa...TOS, saya juga slai Indonesia dan belum pernah ke Luar negeri Mbak...#gaknanyak!

      Delete
  15. Postingannya sangat bagus sekali ya mbak ...
    kalau saya membaca semua apa yang disampikan dalam blog ini ada juga sedikit sedih, Mungkin ini yang namanya takdir..
    ya kita berharap saja semoga semuanya akan aman dan tidak akan ada lagi yang namanya sifat dan perlakuan yang Rasialis antara pribumi dan non pribumi..
    terima kasih ya mbak....

    ReplyDelete
    Replies
    1. mari mulai dari diri kita sendiri untuk lebih bisa menilai dan melihat orang lain secara lebih rasional...lebih obyektif yang tdk haya di dasarkan pada variable visible.

      Delete
  16. Sejak kuliah selalu pumya teman dekat chinese - Indonesians, semuanya orang baik membuatku tidak punya alasan untuk memusuhi dan membenci mereka. Tidak ingin menilai buku dari sampulnya hanya karena kulitnya lebih terang dan matanya lebih sipit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat saya SD- SMA..teman-teman saya masih cukup homogen Mbak. Tp ketika kuliah, baru saya memiliki teman-teman dengan latar yg heterogen dan so far...semuanya friendly, tak ada yg bersikap nge-bully atau diskriminatif.

      Delete
  17. Kalau bicara typical Indonesia, ane nggak bisa jawab. Soalnya orang Indonesia terdiri dari banyak suku dan bahasa. Jadi biarkan orang luar yang menilai, typical orang Indonesia itu seperti apa. Kalau dipaksakan menjawab, malah akan timbul rasialis kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tp klo bicara typically..umumnya memang yg di ambil populasi terbesar dr suatu wilayah. Dan jika ada orang asing yg bertanya, maka setiap orang asli Indonesia sangat bisa utk menjadi typically INdonesia..Kan kalau ada yg bertanya, tentu etikanya kita memberikan jawaban kan...as well we can answer it

      Delete
  18. kadang setereotipe kesukuan muncul jika identitas kesukuan kita diinjak2 oleh orang lain yang kebetulan beda suku. Sama seperti menyerang orang atau kelompok atas nama agama.
    Orang akan terpanggil untuk memberontak jika identitasnya diinjak2 orang lain.
    Atau bisa juga dilihat konteks tempatnya, jika kita berada diluar negeri saya akan katakan, saya orang indonesia, tapi jika saya berada di Jawa Timur saya akan katakan, Saya orang Surabaya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yups...kalau kita berada dlm Propinsi maka saat ada yg bertanya 'orang mana' tentu akan kita jawab dr Kabupaten ini. Jika di luar propinsi tentunya jawaban yg related adalah propinsi dr mana kita tinggal...dst. Dan menurut sya memberikan jawaban sesuai konteks di mana saat kita mendapat pertanyaan spt itu bukan merupakan penonjolan kedaerahan..

      Delete
  19. Replies
    1. Yg sedikit lebih tua dari koran tersebut juga ada lho Mbak..hehehe

      Delete
  20. susah memang kalo membahas soal rasis, mba ...
    kadang kita merasa tidak begitu tapi tanpa disadari kadang melakukannya juga, menilai hanya berdasar fisikalnya saja ...
    makanya saya pribadi selalu berusaha tidak merasa sebagai orang dari suku tertentu misalnya. dan termasuk sebal dengan isian biodata yang kadang menanyakan suku hehehe

    btw, mba ririe meng-g+-kan salah satu postingan saya ya? wah, thank you so much, mba ... i'm flattering :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau ttg "merasa tidak begitu tapi tanpa disadari kadang melakukannya juga" tentu kita bisa 'membaca' mana yg dilakuan karena tanpa sengaja atau dengan kesengajaan kan Mbak.

      Sebenarnya saya juga gak negrti kenapa dlm isian biodata ada option ttg suku?

      Ttg G+...as ussual kok Mbak, jika saya suka dgn suatu artikel ya ta klik G+..so, I'm flattering too karena Mbak Risa merhatiin tuh..hehehe

      Delete
  21. wah si F berjiwa besar ya, bangga menjadi bangsa indonesia. salut... tapi ini kan kliping ya, heheh. jadi ingat masalalu, aku juga pernah punya.. tapi entah kemana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mampir lagi sekedar melihat lihat iklan yang muncul. heheh,

      Delete
    2. BBelum smpt jd kliping..baru koleksi guntingan dr artikel di koran saja..

      Btw, so tengkyuu ya di tengokin si Innity'nya..

      Delete
    3. wah klo saya sampe punya klipingnya, jamandulu kan ga ada internet, jadi smua di kumpulin di draft ya berbentuk kliping, tapi entah kemana sekarang, ud ilang. heheh, sayang ya

      Delete
    4. Wah sayang banget tuh jika klipingnya raib dengan sukses. Kalau punya saya di santap rayap, masih belum terjilid...sediih banget rasanya. Apalagi jk inget ada artikel-artikelnya yg menariikkk bangetss..termasuk di dalamnya adalah dokumentasi cerpen saya waktu SMA yg di muat di koran...

      Delete
    5. cerpen di muat di koran, wah bakalan jadi kengangan tak terlupakan tu.. dulu emang ga ada ol ya, jadi kelas koran atau majah ud seneng banget dah. tapi saya belum sempet sampe ke koran, ud di tolak dulu. heheh, jadinya ga bisa dah.

      Delete
  22. salut dokumentnya rapi, melihat cerita kerusuhan dulu saya setuju bahwa itu masalah kecemburuan sosial, kok orang pendatang lebih kaya dari pribumi, sebenarnya wajar, merka lebih ulet dan rajin.

    harusnya kita lebih berpikir bagaimana bisa bersaing secara sehat..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehee...kebetulan saja dulu pernah koleksi artikel-artikel yg saya anggapa menarik, mengingat kala itu beli koran itu 'mahal' jd pas nemu tulisan yg menarik di simpan deh.

      Iyap, semoga kita bisa bersaing secara sehat ya ..

      Delete
  23. kunjungan perdana kak
    bagus postingnya

    salam kenal n sekalian izin follow ya
    follow back jika berkenan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas kunjungannya..Folbacknya sdh sukses ya sist:)

      Delete
  24. Aku sependapat denganmu Rie... bahwa bangsa Indonesia asli adalah bangsa yang terdiri dari beragam suku dan budaya, yang tak dapat dipisahkan melainkan merupakan satu kesatuan. Makanya disebut timbul semboyan Bhinneka Tunggal Ika... walau berbeda-beda tapi tetap satu jua...

    Dari itu, mungkin mulai dari sekarang, jawaban pertama untuk menjawab pertanyaan 'kamu orang mana?' adalah 'saya orang Indonesia', baru ketika ditanya, asli dari daerah/provinsi mana?' baru dijawab berdasarkan asal daerah/provinsinya.... Langkah ini mungkin akan jauh lebih baik ya Rie...?

    Secara tidak langsung, kita semakin menumbuhkan rasa bangga berkebangsaan Indonesia terlebih dahulu, baru kemudian tetap mengingat asal daerah kita.... aku yakin, dengan pemahaman ini, maka konflik akibat merasa 'diri/suku kita lebih hebat' dapat ditekan/dikikis....

    Btw, awet juga tuh klippingan ya? 14 tahun? Ayo di laminating or dibingkai biar makin awet, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. KOnteks menjawab saat kita mendapat pertanyaan asal muasal, memang tergantung keberadaan kita di mana pada saat tersebut. Dan sama sekali [menrutku] tidak termasuk rasialisme..Jd sepakat banget dgn pendapat Mbak AL.

      Btw juga, guntingan korannya jg masih bagus warnanya [belum berubah jd kuning lho]. Di laminating trs di hadiahkan pada sang penulisnya, kira-2 di terima gak ya...hehehe

      Delete
  25. "terus terang, tidak bisa berbahasa Jawa ataupun Banjar. Logat saya pun lebih miring ke logat Jakartaan"

    ih waw gitu mbak ... hehehe ,, kok yo ada-ada saja... aku masih penasaran mbak apakah ada ya orang indonesia yang bisa berbahasa bermacam suku di indonesia .. mulai dari pulau w sampai ujung etan .....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, sama dunk...aku jg penasaran apa ada yg bisa menggunakan semua bahasa daerah yang ada di INdonesia. LHa aku yg lahir dna besar di Jawa tapi bahasa Jawanya belepotan lhoh..

      Delete
  26. Mbak ririe..
    hmm.

    kalau menurut q sih sekarang sama aja , CIna, jawa, sunda, trus ke ambon ambonan, papua. podo wae.
    kalau dulu sih emang gitu, pada "Cino di obong".
    hehehe.

    Sempet ngrasain masa masa "penjarahan" besar besaran. Seingat q dulu aq dapet garem brapa kotak gitu, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yups...berbeda-beda tetap satu jua INdonesia.

      Whah, maksudnya sempat dapat garam dapur ya? Kok bisa? Apa ada yg tercecer gitu di dekat rumahnya?

      Delete
    2. hadewh, tak kirain dah tau lo dah berubah :p..
      hmmmm

      maksudnya dapet garem pas penjarahan dulu.
      ahihihihi.
      ada yang bawa tipi, radio, PS, Sega, Nintendo. Lucu juga kalo inget.
      wkwkwkwk

      Delete
    3. weiii...orang-orang pada ngeri jk mengingat masa-masa itu, diirmu malah ingat yg lucunya ya...

      Iya tuh, pas mampir sebelumnya 'bingung' nyari up date postingannya.

      Delete
  27. Sama mbak ririe, aku juga suka banget ngumpulin artikel yang bagus2 dari koran ato majalah :)
    Indonesia itu kaya, heterogen banget dan karena itulah Indonesia menjadi sangat unik menurutku, and Im proud of being Indonesian heheheh

    ReplyDelete
  28. orang Ind tipikalnya yaa.. gitu deh, gak terlalu putih, gak tinggi2 banget, gak2 mancung2 banget tapi ramah dan pedulian, doyan makan yang pedes hehe, tapi sekarang karena udah banyak blasteran plus kosmetik jadi yaa mancung2, tinggi2 & putih2 :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karakteristik fisik yah? Hihi...

      Delete
    2. @ NF: whahahaha...tipically asia tuh secara fisiknya.

      @ Syam: Jk typically seringnya related dengan ciri-ciri fisik tuh kayaknya

      Delete
  29. Nah..., kliping kayak gini tentu sangat bermanfaat ya, Mbak. Hmmm..., saya asli Indonesia, sedih jika masih ada yang mengatakan suku ini lebih baik daripada yang lain. Sebab, kita sama-sama menghuni bumi pertiwi ini. Maka, mari hidup bersama dengan damai saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sipp, mari hidup bersama dalam perbedaan yang saling mengkayakan demi kemaslahatan bersama pula..

      Delete
  30. Foto beda kostum itu lho nggak kuat lirikannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Whahahha...lirikan matanya menarik becak ya Mbak..

      Delete
  31. Kalau aku antara bangga sama miris mba,soalnya banyak anak muda saat ini yang lebih menyukai budaya dari luar negeri dibanding negera'a sendiri :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fenomena trend setter yg ikut-ikutan budaya luar memang mneyedihkan dan semakin meningkat jumlahnya. Padahal negara luar begitu mengakui jika Indonesia kaya budaya yg adiluhung:)

      Delete
  32. Kalo dibilang Rasialis/ rasialime.., Saya hanya mau bilang jangankan untuk orang bukan asli Indonesia, sedangkan orang Indoensianya sendiri sudah memiliki sifat rasialisme kok terhadap sesama pribumi. Terbukti saling membangga-banggakan ras, suku atau budaya yang dimiliki tanpa berfikir kita itu ya satu satu negeri satu tanah air, tawuran beda sporter(Sepak bola indonesia), dan masih banyak lagi.

    Pertanyaannya apakah iya Indonesia itu Rasialis? Seperti yang sudah mbak sampaikan sifat, karakter, typical dari kita umat manusia pasti beda dan tidak bisa diglobalkan, itulah sosial bukan kusus melainkan umum kalo umum dibilang typical ya bodoh dan jelas salah. Saya setuju seperti yang mbak bilang juga pisahkan mana yang umum dan mana yang khusus.. Mendengar kesan, asumsi ataupun berdasarkan sumber dari warga luar ya cuman turut prihatin, tapi beda cerita kalo yang bilang itu adalah orang-orang kafir yang hobinya memang jelas hanya mengadu domba!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau ttg maraknya kisruh supporter sepak bola sepertinya bukan karena rasialisme, tapi lebih pada emosi penonton yang membabi buta kayaknya.

      Kadang orang luar jika melihat suatu peristiwa di Indonesia, pemberitaannya tdk proporsional. Sedikit saja ada kasus langsung dengan semangat di kaitkan dengan HAM. tp giliran di sana ada kasus semacam pelarangan pemakaian jilbab, di anggap hak prerogratif intern mereka.

      Delete
  33. wehe..
    setuju mbak .. :D
    apapun itu kita semua satu, makanya kita Indonesia
    kalo mau rusuh, rasis .. mending pergi aja dari Indonesia sekalian, daripada jadi pemecah bangsa ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. wehe...

      Kalau pergi dari Indonesia perlu pasport dan visa tuh..

      Delete
  34. Dengan beragam suku bangsa dari Sabang-Merauke, susah menentukan mana tipikal Indonesia ya Mbak. Kita berbeda dari sananya, sepanjang memiliki KTP Indonesia, semestinya itu adalah tipikal Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe...saking beragamnya orang Indonesia, jd org luanr negeri bingung, pengen tau tipically Indonesiannya yg mana

      Delete
  35. Apa mungkin sekarang mbak Rie sedang jadi ahli analogi? Yuk, kita liat!

    Setiap negara tentunya punya tipikal sendiri2. Gak terkecuali indonesia. Dan yg bs ngasih tipikal khas tentu aja orang yg bukan indonesia. Atau orang manca yang tinggal di sini. Analoginya, walopun cuma ngeliat minoritas orang kita yg kayak gitu, orang luar langsung ngecap org kita scara mayor kayak gitu juga.

    Tapi inget! Gak semua dari kita nunjukin tipikal jelek, kok! Tentunya tipikal yg baek itu yg dipandang walopun minor! Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. whahahaha...ahli analogi ya? Apa saja deh, asal yang baik yaaa..

      Kalau ttg orang yang tipically jelek [sifat], dimana-mana tentu ada dan hal itu bukan basis yg bisa di jadikan ukuran utk men'jugde secara mayoritas.

      Delete
  36. Saya setuju dengan pendapatnya.. memang ketidaksukaan terhadap sesuatu atau orang tidak harus dari keturunan karena sifat manusia berbeda2.. dan manusia di berikan akal serta pikiran untuk membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang buruk.. tapi saya tetap bangga pada negara saya sendiri.. indonesia adalah hidup dan matiku..!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, ketidaksukaan pada seseorang mestinya karena kelakuannya bukan karena visible oriented.

      Delete
  37. Membaca surat terbuka Azrul Ananda ini mengingatkan saya pada waktu kerusuhan Mei ini terjadi. Saat itu saya sudah bekerja di sebuah perusahaan farmasi. Masih teringat jelas saat pulang kerja berpapasan dengan para penjarah. Astaghfirulloh! Walaupun saya tidak mendengar di sekitar saya terjadi 'pembantaian' terhadap warga keturunan China, tapi suasananya benar-benar mencekam . Dan satu yang juga tak terlupa adalah beberapa hari setelahnya banyak toko yang ditulisi kata 'pribumi'.

    Apapun suku dan agamanya, sesama Indonesia sudah semestinya kita bersatu, bahu membahu agar negeri tercinta ini maju.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Demi menghindari dari amukan massa yang tidak jelas maksud dan tujuannya berbuat anarkhis, orang-orang juga banyak yg eksodus kelar negeri kala itu.

      Perbedaan utk saling melengkapi demi membangun Indonesia..

      Delete
  38. hhmmm... :)
    aku bangga jadi orang indonesia, walapun kadang kacau .. tp tetap bangga :)

    ReplyDelete
  39. Yah gak bisa dipungkiri sih kalau orang2 Jawa itu typical indonesian.. Apalagi kebanyakan pahlawan dan para pendiri negara ini juga dari jawa...:)

    Dan gak bisa disalahkan juga orang Jepang yang bertanya kayak gitu... Kan fakta di negaranya beda sama di sini.Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebanyakan di negara lain..penduduknya tidak sebanyak di Indonesia keberagamannya, jd sangat wajar jika ada yg ingin tahu tipically INdonesiannya yang kayak gimana. JD sebenarnya itupun bukan pertanyaan rasialis

      Delete
  40. Begitupun dengan orang Amrik itu. Mereka bilang kayak gitu karna ga tau yang sesungguhnya dari negara ini....


    Hmmm....jadi inget komentar sotoynya seorang blogger di blogku waktu itu..Dia tinggal di jerman tapi sok2an komennya...Hahhaha...:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, orang luar hanya tahu sedikit tapi merasa punya dasar yg kuat utk menjudge. Kita harus bisa memberikan jawaban dengan tetap stay cool

      Delete
  41. waaaa itu impian dari dulu saya sekolah di AS !! huhuhuhu :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. hohohooo..mantab deh impiannya. SEmoga terwujud ya..

      Delete
  42. secara fitrah manusia menginginkan banyak hal namun kenyataannya sering terbalik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keinginan tentunya banyak dunk..tp tetap realistis harusnya

      Delete
  43. hahaha... hampir saja saya kecele. saya mau komen, ihiii mbak ririe keren kuliah di AS... hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. huhuuu..saya kuliah di AS...bener banget tuh..kuliah Asli di Surabaya kan AS..wkakkaka

      Delete
  44. Saya bingung mau komentar apaan hahay kasih semangat aja ah, semangat terus ya mba

    ReplyDelete
  45. ikut menyimak.. :D masih belum berani komentar.. sepertinya ini sangat serius.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahhaa....kenapa belum berani komentar:)

      Delete
  46. kalau inyong amati mungkin karena iri dalam keberhasilan dibidang ekonomi

    ReplyDelete
  47. Seperti biasa saya selalu cupu dg bahasannya mbak Rie, hihi...

    tapi untuk F sy salute mbak, sy mungkin punya banyak teman yg satu keturunan dengan dia, tapi Indonesianya mereka yah hanya sebatas tempat hidup dan berbahasa. tidak pernah benar-benar menjiwai...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Rie ikutan ini yah >>> http://www.syamatahari.com/2012/06/untuk-kamu-yang-berbahagia.html

      ditunggu loh :D

      Delete
    2. Iya, baginya Indonesia sdh menjadi tanah airnya karena dia lhir dan besar di Indonesia.

      soal lombanya..hemm, let's see..jika ada ide yg sesuai dengan tema InsyaAllah ikutan..

      Delete
  48. Waduh :3 kirain aku yang pake pakaian nari mba :o

    ReplyDelete
  49. :)
    lagi-lagi..
    foto narsis dari mbak Rie-Rie :) :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha....foto narsisnya kan sesuai dgn tema postingan #maksain

      Delete
  50. Wehehehehe. Bayangin orang jepang kayaknya tampangnya lucu soalnya terheran heran sama orang indonesia. Mungkin kalau ketemu madjongke jadi tambha bingung lagi ya. Soalnya madjongke mukanya gak umum di negara manapun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh ya? masak sih gak umum di negara manapun? terus umumnya di dunia gaib ya? piss

      Delete
    2. Ya itu bisa di katakan benar jika di akhirat nanti.

      Delete
  51. kalau tipikal suku monkey gmn ya ??? hehehhe :P
    tipikal Indonesia itu asik, jujur, imut, caem, hmmm, gemesin apalagi cewek nya, hahahaha :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha,,typicall Indonesianya diriku banget dunk kalau kayak gitu...whahahha

      Eh, kalau typical monkey kira-kira kayak mas stumon kali ya...#sengaja

      Delete
  52. ya, inilah Indonesia.. dan Indonesia itu bukan jawa, bukan sunda, banjar, dayak, dll. Indonesia ya Indonesia.. sebuah kesatuan dari semua suku budaya yang berbeda. setiap orang tidak boleh menghilangkan adat atau budaya kesukuan masing2. namun juga tidak seharusnya melupakan identitas diri sebagai satu Bangsa. satu Indonesia. nice post :)

    ReplyDelete
  53. Seharusnya kita bangga dengan bangsa kita sendiri. Jangan malu untuk mengakui bahwa kita orang indonesia tulen.
    Malu juga yah kalau mendengar kata-kata F tdiatas yah

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaa,Jangan malu untuk mengakui bahwa kita orang indonesia tulen.

      Delete
  54. Artikelnya bagus banget, saya bangga menjadi orang indonesia, kondisi saat ini tentu beda dengan yg dulu, sekarang masyarakat kita lebih majemuk, tidak membedakan baik Suku, Agama maupun Ras.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekarang sdh semakin baik pemahaman kita thd perbedaan

      Delete
  55. Indonesia banget nih :)
    fotonya mb rie itu guaya amat =P hihihi
    emm.. cinta indonesia.. emm.. malu aku sama kata-kata F

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehehe..jadi maluu neh, fotonya bergaya..

      Delete
  56. dan menurut saya typical orang indonesia itu semuanya...orang indonesia itu macam-macam, karna suku kita banyak
    dan perbedaan itulah yang menjadikan kita indonesia
    :)

    ReplyDelete
  57. kalau aku lebih merasa sebagai warga dunia ketimbang indonesia loh, aku ga suka manusia dikotak-kotak per bangsa

    ReplyDelete
  58. Orang Indonesia Itu Orang Islam.. :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau itu kan jk pertanyaannya agama yg di peluk sebagian besar org Indonesia sob:)

      Delete
  59. Wah aku cinta Indonesia Rie..
    ACI..

    DAn bangga sebagai warga indonesia,
    dengan kekayaan yang ada, ras dan suku bangsa yang berbeda,namun tetep satu jua..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren deh, ACI = Aku cinta Indonesia...serial TVRI doeloee tuh kayaknya ya Mbak

      Delete
  60. Berkunjung sambil edengar dendang kidung kinanthi..

    ReplyDelete
  61. makan mie sama nasi juga indonesia banget mbaaak
    ah jadi laper deh :{

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahhaa..betul betul banget, Orang indonesia kan belum makan jika belum makan nasi ya

      Delete
  62. aku sih ngerasa jadi warga dunia yang tinggal di indonesia aja.
    nggak terlalu mikirin tipikal asli atau campuran dsb.

    kurang ngerti juga soalnya

    hehehe

    ReplyDelete
  63. Saya sangat setuju dengan Mba Ririe, jika kita tidak suka dengan seseorang itu bukan karena ras-nya tetapi karena kelakuannya. Saya punya beberapa teman keturunan Cina, dan saya sangat nyaman kok berteman dengan mereka walau kami berbeda ras dan agama, karena justru dengan perbedaan itu kita bisa saling 'berbagi' pengetahuan satu sama lain. Itu sih hanya pendapat saya saja berdasar pengalaman.

    Saya merasa sangat terwakili dengan artikel anda ini , karena selama ini saya belum mampu mencurahkan maksud pikiran saya tentang hal ini dengan 'bahasa' yang tepat, dan anda telah melakukannya.

    Terima Kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berterima kasihnya sama sang penulis aslinya : Azrul Ananda, karena saya hanya re-type tlisan dia. Tapi saya seneng juga jika posting ini bisa mewakili uneg-uneg dirimu ya

      Delete
  64. disini juga banyak keturunan china yang ga mau disebut china
    sudah merasa jadi bagian dari indonesia raya kali
    apa karena ga bisa ngomong cina ya..?
    hehe pisss

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe..iya kali ya? HAnya kebetulan lahir sebagai keturunan Cina tapi semua atributnya sdh Indonesia

      Delete
  65. apapun sukunya rasnya..yg penting hatinya dan karakternya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apapun sukunya...Indonesia adalah dari Sabang - Merauke

      Delete
  66. guwwwwwwee anak INdonesiaaaaaa.. hahaha :D *emangadayangnanya?*

    ReplyDelete
  67. bangga anak Indonesia,, tunjukan. .

    ReplyDelete
  68. indonesi tanah airku../

    zzmangat....

    ReplyDelete
    Replies
    1. sip sipp...semangat indonesi tanah airku..

      Delete
  69. wow...amazing post..
    i'm proud to be indonesian..indonesia yg bersahaja,ramah dan beretika

    tak ada perbedaan warna kulit, suku ataupun agama..karena dgn keberagaman itu kita punya slogan "tetap satu jua"
    mudah2an tdk lekang oleh waktu untuk tetap berintegrasi dalam NKRI,..merdeka!!!

    ReplyDelete
  70. oke deh sob..I'll visit back:)

    ReplyDelete
  71. Karena perbedaan, hidup ini menjadi lebih hidup. dan nggak mbosenin

    ReplyDelete
    Replies
    1. ibarat pelangi yang indah karena merupakan hasil perbedaan banyak warna kan?

      Delete
  72. mbak riri buruaaannn update artikell .. hheuu hheuu ..... oia mbak kok aku lihat jarang OL di YM??

    Wahhh. initynya sudah bisa di pasang tuhh .. kerennnnn .... ngiler aku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heu heuu...iya, kebetulan masih belum bisa menjejak dumay dengan jenak neh.

      Alhamdulillah, innity dah di ACC dan set up..

      Delete
  73. Kita sebenarnya tidak rasialis kok. Jika ada kebencian sebenarnya karena iri satu sama lain tapi bukan rasialis.

    Kami dari serdadu juga tak pernah membeda-bedakan siapa dan siapa. Jika ada perkelahian misalnya juga bukan alasan rasialis tetapi hanya solidaritas sempit belaka.

    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju Dhe, kita tidak rasialis. Indonesia bangsa yg punya toleransi sangat tinggi dan selalu ber-tepaslira pada siapa pun.

      Wah kalau prajurit berkelahi, biasanya di sel ya dhe?

      Delete
  74. Saya termasuk typcal Indonesia, sawo matang, bukan awet muda tetapi menarik lebih lama dan sedep dipandang ha ha ha ha ha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. whahahaa...percaya deh Pakdhe menarik lebih lama, apalgi bagi budhe tuh..

      Delete
  75. Sebenarnya Masyarakat Indonesia itu lebih bisa toleransi, mungkin karena perang global budaya yang kadang mengkikis peradaban lokal itu.
    Dikampungku bisa akur - akur saja entah itu dari agama atau ras mana jika ada hajatan semua datang untuk gorong royong.
    Uniknya lagi jika ada hajatan tahlilan , agama lain juga datang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya dan sampai sekarang, Indonesia masih termasuk negara yang aling toleran di dunia kok. Coba saja tengok negara-negara barat, bagaimana nuansa toleransinya? MAsih tendesius pada kepentingan tertentu kan?

      Delete
  76. Saya sendiri setuju jika typical Indonesian bukan bersifat rasis, karena apapun suku agama ras, jika WNI itulah warga Indonesia. Seperti di tempat saya sekarang, dari berbagai ras, agama keturunan atau penduduk asli saling hidup berdampingan membaur tanpa ada sekat yang memisahkan......

    Untuk mbak Ririe, selamat ber akhir pekan.....

    ReplyDelete
  77. Meski beda-beda 'casing',orang kita punya satu kesamaan sifat dasar= Tamak!...bahkan melebihi kaum kapitalis sendiri. Orang barat masih taat hukum dan menghormati hak orang lain. Orang kita suka mengambil hak saudara sendiri, hak orang miskin, hak masyarakat dan hak negara. Ketika masih belum apa-apa, berjuang tekun dan menangis di depan Allah. Setelah kekuasaan, pangkat, jabatan, popularitas, jadi pengusaha besar diraih...mulai muncul ketamakannya. Meski tak semuanya seperti itu, namun pada umumnya begitu. Untuk merubah watak kita yang udah 'mendunia', ya dimulai dari diri kita sendiri dan saling mengingatkan. Karena ini sudah parah dan memalukan. Setelah semua bidang pembangunan di korup...giliran pengadaan Al-qur'an pun diembat juga!...(ckckck....sambil geleng-geleng kepala lho ini). hehehe...dan si Olga pun udah kasih contoh bagi kita semua, popularitas yang tidak lagi didasari peningkatan keimanan akan mudah tergelincir.

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.