Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Harmoni Kebersamaan untuk sinergis. Menghargai perbedaan diri karena ia justru menambah pengetahuan dan pengertian tentang realitas mengasah kematangan emosi. Hidup secara alamiah sangatlah saling tergantung, berusaha mengerti terlebih dahulu akan mewujudkan sinergis yang mutualisme.

Prolog: I found this entry dari hasil clean up email, dengan satu maksud sederhana saja ketika terbersit untuk menaruhnya di blog “ biar tidak freeze jadi penghuni outbox email”. Terima kasih bagi yang berkenan membacanya
Everyone is created equal but definitely different
Bahkan ketika sudah ikrar pernikahan untuk merangkai tasbih cinta, tetap merupakan 2 makhluk yang berbeda. Bukan saja dalam cara berkomunikasi, melainkan juga dalam cara berpikir, merasa, memahami, bereaksi, menanggapi, mencintai, membutuhkan dan memberi penghargaan. Hubungan dan kebersamaan dua orang yang serba berbeda akan tetap kondusif dan sinergis, maka dibutuhkan pemahaman terhadap karateristik masing-masing personal sehingga meningkatkan integritas, kepercayaan, tanggung jawab pribadi, kerja sama yang makin erat dan cinta yang lebih besar. 

Dengan memahami bahwa teman kita sama berbedanya dengan diri kita sendiri, maka kita akan bisa mensinergiskan perbedaan-perbedaan tersebut dan menjadikannya sebagai elemen untuk saling melengkapi kekurangan/keterbatasan yang ada pada diri masing-masing, dan bukannya sibuk untuk mengoreksi/melawan/bahkan mencoba mengubahnya.

TANPA kesadaran bahwa kita memang berbeda, secara keliru kita akan menganggap bahwa apabila pasangan kita mencintai kita, dia akan bereaksi dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu sebagaimana reaksi dan tingkah laku kita apabila mencintainya.

TANPA kesadaran yang jelas tentang perbedaan-perbedaan yang ada, kita takkan mau memahami dan saling menghargai. Kita menjadi penuntut, mudah menghakimi dan tidak sabaran. 

Melalui pemahaman akan perbedaan-perbedaan lawan jenis, kita dapat lebih berhasil Untuk memberi dan menerima cinta yang ada dalam hati kita. Dengan meneguhkan dan menerima perbedaan-perbedaan, maka pemecahan-pemecahan kreatif dapat ditemukan sehingga mendapatkan apa yang menjadi goal kita. Dan yang lebih penting kita dapat mempelajari bagamana mencintai dan mendukung orang yang kita cintai dengan cara yang lebih bijaksana. 

Cinta itu ajaib, dan dapat berlangsung lama kalau kita memahami dan menerima perbedaan-perbedaan karakter masing-masing.

Menghargai perbedaan diri karena ia justru menambah pengetahuan dan pengertian tentang realitas mengasah kematangan emosi. Hidup secara alamiah sangatlah saling tergantung, berusaha mengerti terlebih dahulu akan mewujudkan sinergis yang mutualisme: Harmoni Kebersamaan untuk sinergis

Setiap pribadi adalah individu-individu yang unik dan khas yang memiliki ciri dan karakerisitiknya masing-masing. Mencintai seseorang berarti sudah mengukur batas kemampuan diri sendiri untuk bisa menerima/memahami apa dan bagaimana dia sebagaimana adanya, sehingga segala perbedaan yang ada menjadi kekayaan bersama untuk saling menambah, mendukung dan saling menutupi kekurangan. 

Dua orang yang menjadi satu dan bersama mengepakkan sayap-sayap cinta adalah suatu proses penyempurnaan, melengkapi dan enrichment kualitas diri melalui kekhasan dan keunikan masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan bersama.



Notes:
  • Tulisan ini saya buat beberapa tahun silam saat sharing dengan seorang teman (by email) yang sedang gundah dengan pernikahannya (tepatnya akan pasangannya). 
  • Tulisan ini bisa dikatakan sebentuk uraian teori yang saya peroleh dari hasil 'baca' membaca beberapa dinamika kehidupan pernikahan yang terlihat saja, karena saya sendiri belum menikah dan bukan bermaksud untuk menggurui atau memberikan konsultasi, melainkan sebatas opini (seadanya) yang masih sebagai outsider dan “penonton” dunia pernikahan. 
  • Nah daripada tersimpan dalam outbox email, jadi saya posting di Blog (at least) buat wacana saya pribadi (yang heran juga waktu membacanya lagi, kok saat itu saya menulis sok bijaksana gini ya?) 




102
Share
Berada di udara merasa lebih lama daripada di permukaan bumi, itu yang selalu saya rasakan ketika naik pesawat. Pertama kali naik pesawat (gratisan), saya pikir mungkin euphoria cah ndeso pertama kali naik pesawat serta di perkuat oleh guruan teman-teman “efek orang yang biasa naik bus umum tuh…”. 

Tapi setelah berkesempatan beberapa kali menempuh perjalanan udara saya semakin yakin jika waktu satu jam berada di atas permukaan bumi memang lebih lama daripada di bumi adalah BUKAN semata refleksi perasaan ‘merasa’ walaupun penunjukan jam dan gerak jarum detik di arloji saya tidak mengalami perlambatan. 

Sebelumnya minta ijin dulu (pada sapa ya) karena kali ini menggunakan judul lagu sebagai title postingan, juga maaf review One Amazing Thing hadiah GA dari sang empunya blog man and the moon belum terselesaikan membacanya eeh, lha kok malah bikin postingan ini.

Akhirnya file di memory otak saya ada yang terbuka, tentang pelajaran Fisika mengenai Teori relativitas (jadi ingat juga saat sang Guru Fisika yang sekaligus wali kelas saya sempat memberikan sindiran yang menampar *PLakkk*, beliau bilang: kamu itu ambil jurusan Fisika tapi nilai fisikamu paling jelek dari pelajaran lainnya). 

Salah satu soal Fisika yang masih saya ingat adalah tentang dua orang yang satu di kirim ke luar angkasa dan satunya tetap tinggal di bumi. Yang ditanyakan, setelah 10 tahun di suruh menghitung usia mereka. 

Nah inilah yang kemudian saya gunakan untuk kembali berargumen bahwasanya semakin jauh dari bumi maka waktu akan lebih lambat (point teori relatitivitas yang bisa saya pahami). Tapi saya tidak hendak menulis tentang relativitas waktu, sudah ada expert yang skilled soal tersebut, Mr.Albert Einstein beserta penerusnya. 

Ketika beberapa waktu lalu dalam perjalanan ke Jakarta (lagi), kebetulan bisa mendapatkan tempat duduk di dekat jendela, sehingga saya bisa leluasa menikmati pemandangan di antara awan-awan dan landscape nun jauh di bawah. 

Salah satu view langit yang saya sukai adalah melihat gumpalan-gumpalan awan berwarna putih bersih dan tampak lembut seperti busa sabun. Atau ketika senja menjelang dengan cuaca yang cerah ceria dimana lazuardi akan tampak memukau oleh hiasan gumpalan awan berserat jingga yang dihasilkan dari pancaran spectrum cahaya tampak matahari (dengan frekwensi dan panjang gelombang tertentu) yang dihamburkan oleh lapisan atmosfer. 
Langit Biru-Awan putih-Senandung-lagu-romatis-melangkah-di-atas-awan
Imajinasi waktu kecil, menghayalkan bahwa gumpalan awan jika di sentuh akan lembut seperti kapas atau busa sabun. Menghayalkan suatu ketika bisa berada sangat dekat dengan awan-awan di langit (anak kecil menghayal tingkat tinggi [baca: awan]). Saya hanya ingin menikmati tanpa harus membedakan bentuk awan-awan tersebut mana yang termasuk awan Kumulus, Stratus atau awan sirus. 

Sementara teman di sebelah saya asyik mendengarkan music dengan head phone yang di sediakan pesawat sambil memejamkan mata (tidurkah?), snack juga sudah ludes, gelas soft drink telah kandas isinya, terlelap juga sudah cukup lama tadi rasanya. Mau membaca buku, lha saya selalu pusing kalau membaca dalam kondisi mobiling. Jadilah saya sok PeDe bergaya mendadak ala fotographer karbitan mencoba mengcapture pemandangan di luar jendela. Saya pikir, kapan-kapan bisa dibuat postingan di blog. Hehehee… 

Ah iya, setiap moment naik pesawat saya juga teringat joke dari seorang teman saat ada yang bilang takut naik pesawat. Teman tersebut bilang ”Kalau takdirnya meninggal sama-sama karena kecelakaan, bukankah masih lebih baik naik pesawat, bisa meninggalkan warisan banyak karena asuransinya besar jika kecelakaan….” 

By the way, any way and bus way, kalau joke tersebut saya terjermahkan dalam sisi yang lain maka: semakin tinggi kita terbang, maka setinggi itu pula hendaknya kita persiapkan diri jika mengalami jatuh/gagal. Ketinggian yang ingin dan hendak kita capai, maka resiko jatuhnya akan linear dengan tingkat keberhasilan yang bisa kita dapatkan pada titik tinggi tujuan tersebut. Maka jangan pernah terbang tinggi jika takut jatuh. Tapi tetap lebih baik berani untuk terbang dan siap menghadapi resiko jatuh (gagal), karena itulah dinamika kehidupan yang menantang, bukankah tantangan adalah wajah lain dari kesempatan?. 

Yuk menyimak syair lagu “ melangkah di atas awan” saja dulu….. 
( By Ronnie Sianturi - Melangkah di atas awan)

bagaikan melangkah di awan
semua hanya angan-angan
tak mudah meraih bahagia
bila arah saling berbeda

bagaikan rembulan dan mentari
tak mungkin seiring sejalan
simfoni ini sebuah elegi
dua irama di satu jalanan 

disini ku bernyanyi sedih
nuansa biru cinta kasih
ku singkap tirai kelam malam
ku nanti sinar fajar pagi

laguku kan mengalun sendu
menjadi bingkai dua hati
melambai angan yang melayang
ku jelang esok kan kujelang 

But, please don't ask me why I love this song till this present. Sejak awal dengar/mengenal lagu ini, saya pun auto sukak parah pokoknya. Karena romansa romantis, atau just because easy listening? Maybe both of them....
91
Share
Prolog: dari acara bersih-bersih tumpukan map dan file, saya temukan beberapa kertas yang isinya tulisan tangan saya beberapa tahun lalu. Setelah memilih dan memilah, maka saya jadikan postingan ini (salah satunya).

Bismillahirrahmaanirrahiim, seumur hidup pun saya tak akan mampu mengumpulkan kata-kata yang precisely untuk menerjemahkan dan mendefinisikan lima huruf “CINTA” yang dengannya bisa membuat orang tertawa bahagia, bersemangat, menangis atau bahkan terpuruk jatuh bangun (tragisnya jika terpuruk sehingga ‘tak mau’ bangkit lagi, mengenggam erat cerita cinta yang sudah tak ada di genggaman sedemikain penting dan berharganya sehingga tak bisa melihat lagi masih banyak hal yang jauh lebih berharga bisa di raih).

Yang aku tahu, segala sesuatu memang membutuhkan proses, fight dan waktu. Segala sesuatu ada masanya sendiri-sendiri, entah akan terjadi dengan cepat atau lambat karena sesungguhnya tak akan ada yang bisa menyegerakan apa-apa yang ditentukanNYA untuk datang kemudian, demikian juga tak ada yang bisa menghentikan segala sesuatu yang dikehendakiNYA untuk datang dan terjadi lebih cepat. Hak kita, wilayah kita, jangkauan kita: planning, fighting, praying then acceptance with brave heart.

Terlebih untuk membuat keputusan agar pilihan kita jatuh pada orang yang tepat, sehingga sepanjang usia berhias harmoni yang indah. 
Menunggu memang membutuhkan banyak hal, namun melakukan ikhtiar memerlukan jauh lebih banyak lagi Iman, Keberanian, pengorbanan dan pengharapan serta kebesaran hati “karena CINTA adalah kata kerja”. Cinta – perasaannya - merupakan buah (hasil) dari cinta -kata kerjanya- yang harus diperjuangkan dan dijaga agar bersemi dan bertumbuh mekar sampai maut memisahkan. 
Mendapatkan orang yang kita Inginkan (baca: cintai) tentunya akan membuat hidup lebih hidup. Akan tetapi mendapatkan teman hidup yang di sukaiNYA merupakan kebahagiaan hidup dunia akherat "Bahagia tidak berarti selalu berisi cerita yang penuh warna tawa suka dan serba kecukupan materi/fasilitas, bahagia adalah kemampuan kita untuk 'menikmati' apa yang kita terima, adanya motivasi untuk fight for better tomorrow, bahagia tidak selalu berisi tentang rangkaian keindahan-----> definisi ini menurut saya (subyektif)." 

Jadi, 
Tetap lebih penting untuk menemukan sang dia belahan hati yang disukaiNYA, tidak masalah prosesnya akan cepat/lambat karena cinta adalah kata kerja, nilai-nilai yang di ekspresikan melalui perbuatan penuh kasih sayang dan saling keberterimaan (any aspect). Dengan demikian, cinta sejati, seyogyanya adalah cinta yang bertumbuh dalam mahligai pernikahan yang seiring langkah sang waktu dalam kebersamaan untuk meraih kebahagiaan yang hakiki. 

Disadari atau tidak, 
DIA dengan segala keajaibanNYA dan dengan hikmatNYA selalu memberikan yang terbaik yang kita butuhkan (bukan yang kita inginkan !)


Atas saran dan dukungan teman-teman blogger, maka saya beranikan diri untuk mengikutsertakan postingan ini dalam
“5thAnniversary Giveaway: Ce.I.eN.Te.A” yang diselenggarakan oleh Zoothera

 
Sekaligus teriring ucapan turut berbahagia serta selamat atas wedding anniversary ke-5 buat Mbak Zoothera beserta suami (keluarga): Semoga selalu bersama dalam pernikahan yang diberkahi oleh ALLAH SWT dan berbahagia selamanya….amiin.

Note: dari sebuah tulisan di selembar kertas yang entah kapan aku menulisnya. 


157
Share

Seperti Lilin dan Pohon Kelapa. Saat musim hujan, untuk sebagian daerah tentu identik dengan listrik mati. Entah karena ada maintenance akibat ada kerusakan atau untuk preventive terhadap pohon tumbang. Yang jelas kalau hujan turun adalah identik dengan pemadaman listrik. 

Meresapi suasana saat listrik mati, mengamati lampu yang berbahan minyak tanah (yang sekarang keberadaan minyak tanah sudah menjadi barang langka), menerbangkan kembali angan pada kenangan masa kecil saat belum ada program listrik desa. 
Bismillahirrahmaanirrahiim saat setiap menjelang sore, maka penerangan di rumah hanya mengandalkan lampu dengan bahan bakar minyak tanah. Tak ada TV, radio juga jarang yang punya karena termasuk barang-barang mewah bagi sebagian besar warga desa. Sedangkan berangkat mengaji ke surau (model bangunannya seperti rumah panggung, jadi ada tangga untuk naik) tak lupa harus menyiapkan obor dari bambu dengan minyak tanahnya. 

Manakala pulang dari mengaji, hampir selalu ramai membaca bermacam hafalan doa pendek dari Juz Amma (bukan untuk menambah hafalan) karena rasa takut melewati tanah/pekarangan kosong yang rimbun serta beberapa lokasi yang padat rumpun bambunya. Bacaan hafalan akan makin kencang jika kami mencium bau harum khas singkong yang direbus (mitos diantara kami kala itu adalah makhluk halus sedang merebus singkong, bahkan sampai sekarang aroma singkong rebus itu seseali masih saya jumpai di rute-rute jalan yang ‘sangar’). Jika rasa takutnya semakin kuat, maka jurus terakhir yang diambil adalah langkah seribu: Lariiii….. 

Secuil kisah masa kecil yang selalu membuat saya tersenyum jika mengingatnya, seperti saat listrik mati yang saya alami. Menyalakan lilin dan mengamatinya seksama bagaimana benda yang terbuat dari campuran hydrogen dan carbon (yang lebih dikenal sebagai parafin) meleleh dengan tenangnya bagai permukaan air yang dalam. Sesekali apinya meliuk-liuk manakala hembusan angin lembut menyapanya penuh kasih mesra. 
Belajar-Ikhlas-dari-Lilin

Kadang saya membayangkan bisa melihat dengan mata telanjang saat lilin mengalami proses pembakaran yang dimulai dengan bagian lilin yang meleleh kemudian oleh sifat kapilaritas lilin yang cair tersebut akan naik melalui sumbu sehingga hydrogen bertemu oksigen yang menghasilkan air (uap) dan carbonnya bersenyawa dengan oksigen membentuk karbondioksida (gas), untuk kemudian komponen tersebut menghasilkan cahaya yang berpendar (dengan efek romantis kalau lagi candle light dinner tentunya). 

Dalam temaram pendar cahaya lilin, sekaligus terlintas sebaris kalimat yang pernah di ucapkan adik saya. Kalimat yang saya ingat dengan sangat baik, meski waktu adik saya mengucapkan kalimat tersebut sepertinya hanya asal ngomong. “ Kenapa orang suka bilang: jadilah seperti lilin yang rela membakar dirinya demi menerangi ruangan. Kenapa jarang yang mengatakan: tirulah pohon kelapa yang tetap bisa tumbuh berkembang tapi tetap bisa memberikan manfaat dari akar hingga daunnya” 

Ungkapan “ingin menjadi seperti lilin” sebenarnya bukan hal baru bagi kita semua. Sebuah frase kalimat yang menggambarkan makna ketulusan dan rasa ikhlas tanpa pamrih hingga tak perduli akan kebahagiaan diri sendiri. Idealnya tentu kita akan lebih memilih menjadi seperti pohon kelapa, yang bisa tebar manfaat bagi sekitarnya tanpa kehilangan kesempatan untuk menjalani dan menikmati hidup dan kehidupannya. 
Menjadi seperti lilin atau pohon kelapa, dalam konteks tertentu memang bisa merupakan bentuk pilihan dimana kita masih punya ruang dan kesempatan untuk menentukan pilihan sikap. 
Akan tetapi dalam banyak konteks dan unpredictable conditional, seringkali keadaan membuat kita harus menempatkan diri seperti lilin. Banyak kisah heroik merupakan pengejawantahan filosofi pilihan hidup menjadi lilin, dalam banyak perwujudan (hubungan emosional) dan ikatan kasih sayang, orang tak lagi berpikir akan dirinya, karena kebahagiaannya adalah ketika bisa membuat orang yang disayanginya hidup bahagia. 

Yang jamak terjadi dan seringkali luput dari perhatian kita bagaimana aktualitas sikap dan segala tindakan yang dilakukan oleh para orang tua adalah refleksi lilin yang menyala menerangi ruangan. At the view of my point, menjadi seperti lilin atau mendapatkan kesempatan menjalani scenario hidup seperti pohon kelapa, semoga adalah jalan yang akan membawa kita pada keseimbangan hubungan vertical dan horizontal.
*

*Sebuah renungan sederhana saat Listrik mati*
78
Share
Kali pertama baca postingan di Mbak Yunda Hamasah, kemudian nyambung ke Mbak Lyliana Thia tentang Gurindam Muharam, langsung jumping lintas waktu ke jaman culun SMP tapi sedikit saja yang masih teringat yaitu kalau Gurindam itu mirip-mirip puisi. Dengan semangat dan demi persahabatan, maka dengan kebelumbisaan bikin gurindam jadilah simsalabim abracadabra Gurindam ala Ririe (semoga masih bisa disebut Gurindam meski hanyab nyrempet sedikiiittt ~ asli bukan gurindam, puisi juga kagak neh jadinya). Here is my Gurindam:

Ini 33hal dalam Gurindam Muharam 
Membuat saya sejenak bermuhasabah
Jika gurindam ini tidak lebih mirip puisi
Betapa karena saya berhasrat ingin berpartisipasi

Jika kulihat menetes air airmatamu
Kurasa selaksa sembilu di hatiku
Jika menjadi lilin bisa mengurai senyummu
Akan kubiarkan meleleh hingga pixel terakhir tubuhku

Jika belum bisa kupenuhi harapan
Maafkan masih membuatmu gundah
Sudah kulakukan apa yang bisa
Maafkan Bu, jika masih begini kenyataannya
(Sekalian, selamat menyambut hari IBU)

Sebelas kisah terbaru about me, family and friends
  1. Alhamdulillah sekitar pertengahan Nopember kemarin kami ber-9 saudara bias mudik bareng (tapi beberapa cucu gak bias ikutan mudik) setelah sekian tahun selalu selilih jadwal pulkampnya.
  2. Kejutan yang mengharukan ketika anak-anak dari almarhum teman SMA dating siturahim ke rumah waktu idhul fitri kemarin…betapa rasa di hati menerima kehadiran mereka yang penuh semangat dating dari Jogyakarta untuk menyambung tali ukhuwah dengan saya (salah satu teman ibunya)
  3. Kali kedua saya kena tilang: lampu depan lupa nyalain plus mbonceng teman gak pakai helm (biasa bareng pulang kerja karena searah ke terminal yang jaraknya sekitar 500 meter gitu deh)
  4. Beberapa minggu belakangan ini banyak begadang sampai menjelang shubuh (bukan karena insomnia tapi bad sector in my mind)
  5. Finally bisa bikin 11 entry (walau point of view ala kadarnya) di BUlan Nopember. Belajar bikin target postingan biar lebih disiplin dalam belajar menulis
  6. (2hari lalu) bertemu senior kuliah (beda jurusan) secara incidental sewaktu doing my job, meski sewaktu kuliah gak saling kenal namun suasana langsung melting dan friendly (hamper selalu demikian jika ketemu orang-orang yang punya kesamaan: sekolah atau daerah, langsung SKSD ~ sok kenal sok akrab~ gak ada jaim lagi…hehehee
  7. Sedang penasaran dengan novel Galaksi Kinanthi (karena kesamaan ‘kinanthi’ sebagai nama pena/ID cyber saya selama ini), telatt banget yuuaaa baru sekarang penasarannya.
  8. Lagi hobi sarapan dengan menu sereal (cepat,praktis dan gak pakai ribet)
  9. Sekitar 3bulan lalu salah satu adiknya Ibu meninggal karena sakit jantung
  10. Ternyata setelah cuti, berat badan saya justru bisa turun 2Kg, hebat kan?
  11. Ada 2 teman kerja yang moving sehingga dapat teman kerja baru 2 orang juga.
family-is-the-best-gift

Sebelas Resolusi (harapan) untuk tahun 1433 H 
  1. Memasuki fase baru kehidupan (resolusi yang masih jadi top request beberapa tahun ini): being merried and live as a couple to complete each other à Sekaligus memenuhi greatest desire of my parents.
  2. Bisa moving dari habitat saat ini: new place for new euphoria and more challenging
  3. Bersemangat lagi menulis dengan menetap target (biar lebih patuh), syukur kalau bisa bikin novel/buku even just deserve to read by myself *yang penting happy writing*
  4. Reuni dengan teman sekelas waktu SMP dan SMA
  5. Lebih intens dalam dunia blogging (denagn space waktu yang tersedia), impian sejak lama untuk bisa ber’blogging ria serta lebih konsentrasi (belakangan ini sering mengaami disleksia: antara isi kepala dan action yang saya saya lakukan terjadi bias comformity)
  6. Ke kawah ijen (palnningnya bulan depan, semoga tidak ada perubahan dan bisa terlaksana)
  7. Menambah koleksi buku (sekaligus membacanya biar gak hanya rajin beli untuk di tumpuk)
  8. Melakukan perjalanan ke luar negeri, Alhamdulillah jika berkesempatan Umroh (maklum passport sudah 2tahun masih polos)
  9. BIsa berbuat lebih banyak dan lebih baik untuk orang-orang di sekitar dan dimanapun saya berada
  10. “Melek” rute jalan (penyakit yang belum sembuh: betapa susahnya mengingat rute jalan suatu lokasi)
  11.  After all: Semoga bisa berproses dalam hidup menjadi pribadi yang lebih baik (dalam ilmu, islam, iman dan humanity)
Sebelas Hal yang Tak ingin di ulangi dan atau berkesan di tahun 1433 H
  1. membuat orang tua kuatir/sedih (jika belum bisa membuat mereka bahagia)
  2. Bangun kesiangan (tidur setelah sholat shubuh) sehingga memecahkan rekor terlambat dating kerja
  3. Lupa menaruh kunci motor sehingga bikin stress kalau berangkat kemana-mana
  4. Kehilangan dompet (komplit dengan isinya) dan HP (puyeng.com untuk dapatin new release SIM/KTP/STNK dll). Please No more losing…Amiin
  5. Jutek pada pengamen di bis antar kota (Lha pada nyebelin sikapnya yang suka maksa kalau minta uang)
  6.  Hp ketinggalan di rumah/gak bawa charger
  7. Lupa matiin lampu (listrik) saat berangkat kerja
  8. Menunda-nunda sholat dan males makan
  9. Tidak bawa jas hujan (jadi menikamtinya indahnya siraman hujan)
  10. Stag kalau bikin tulisan (terus dibiarin, gak dilanjutin deh)
  11. Yang berkesan: Mendapatkan kembali spirit dan motivasi untuk menulis (salah satunya dari teman-teman sekolah yang bertanya kenapa saya tidak menulis lagi seperti tempoe doeloe?)
Jadi harap maklum dan semoga bisa diterima postingan ini saya ikutkan dalam acara Muharam Plus 33 yang di selenggarakan oleh Mbak Yunda Hamasah dan Mbak Lyliana Thia

Note: 
Sekalian ucapan terima kasih untuk MAs Kahfi untuk hadiah GAnya yang dikirimkan oleh Mbak Fanny, hari ini sudah terima dengan penuh suka cita. Revewnya menyusul (semoga segera bisa dibaca hingga khatam)
  1.  
45
Share

Internet Membuat Bisa Gaya Dan Lebih Maju. Perkembangan teknologi IT yang demikian pesat membawa kita pada era digital, idealnya memang diharapkan masyarakat bisa menjadi pengguna yang bijak. Menutup diri dari perkembangan teknologi (apalagi internet) justru akan menjauhkan kita dari dinamika peradaban sehingga kita menjadi sosok yang tidak up to date. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, semarak social networking sebagai salah satu bagian sayap dunia internet yang menghipnotis ratusan juta (atau milyaran?) penghuni planet bumi ini dalam dunia digital. Facebook, twitter, blogger, Friendster, Messenger etc, sudah menjadi kebutuhan untuk menjalin komunikasi dengan keluarga, teman dan partner bisnis, bahkan juga untuk mendukung pekerjaan.

Internet telah banyak mengubah life style dan bergerak bebas tak ada batasan ruang dan waktu, dimana dampaknya sangat heterogen. Segala sesuatu tentu memiliki dua sisi yang berbeda, tinggal bagaimana kita memilih sisi mana yg hendak kita explore dan optimalkan. 
Memperdebatkan dan mempermasalahkan sisi negative internet tidak akan menghentikan kecepatan perkembangan teknologi sebagai hasil kreatifitas akal dan tuntutan kebutuhan manusia seiring perkembangan jaman. 
Saya lebih setuju jika internet di posisikan sebagai salah satu sarana informasi yang XLangkah lebih maju untuk mengakses kebutuhan informasi, berkomunikasi dan berinteraksi secara tanpa batasan ruang dan waktu. Dengan potensi internet yang memiliki kelebihan tingkat kecepatan dan penggunaan yang besifat flexible, maka sangat membuka kesempatan bagi kita untuk men’download’ point plus yang terdapat dalam media cyber ini sehingga XLalu gaya XLangkah lebih maju

Saya lebih suka menganggap internet dalam konteks Membuatku XLalu gaya XLangkah lebih maju dalam cakupan penerjemahan dan segmentasi aspek yang comprehensive, yaitu dalam rangka peningkatan kualitas dan capability diri untuk eksistensi di era global ini secara lebih progress. 

Bahwa dengan karakeristik internet sebagai sumber informasi yang menjangkau seluruh dunia dengan beragam informasi yang bisa di akses secara cepat, mudah dan murah adalah sangat potensial untuk menjadi ‘literature’ meraih kesuksesan dengan akselerasi yang XLangkah lebih maju. 

5 hal ini bisa dioptimalkan dengan internet agar lebih maju dan memantapkan aktualisasi diri karena: 
  • Kemudahan untuk mengakses berbagai dukungan informasi dengan lebih cepat dan sesuai kebutuhan terkait dengan pekerjaan yang seringkali butuh data dan informasi dalam waktu yang relative singkat. Dan melalui Internet, saya belajar banyak hal (positive dan edukatif) sehingga bisa saya sebut internet sebagai "sekolah dan perpustakaan" terbesar di dunia.
  • Meningkatkan 'nilai' Social Networking lebih dinamis tanpa kendala ruang dan waktu serta tanpa mengganggu aktifitas utama. Silaturahim dengan teman-teman lama yang sebelumnya lost contact pun kembali sambung menyambung setelah membuminya fasilitas internet.
  • Hobby menulis yang dulu sempat stag dan vacuum cukup lama, sekarang mulai bisa di salurkan kembali melalui blogging dan menemukan teman-teman baru dari segala penjuru tanah air/manca negara yang asyik dan cool untuk berkorespondensi meskipun secara cyber dengan berbagai background sehingga bisa saling transfer ilmu dan pengalaman yang bisa mengkayakan diri. 
  • Tersedianya space waktu untuk expand pada hal-hal lain (daripada berjam-jam antri membayar taguhan listrik, air, telpon, asuransi dll yang sekarang bisa dilakukan lewat internet).
  • Sebagai media refreshing saat stress atau untuk memanfaatkan space waktu luang dengan melakukan browsing berbagai hal yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan seperti kesehatan, traveling, kuliner, music, film dll dalam hitungan detik bisa di peroleh. 
Jadi menurut saya kalau era sekarang tidak ada internet bisa membuat mati gaya. Maka, daripada kita menghabiskan waktu dan energy memperdebatkan sisi negative internet atau bahkan mengambil sikap antipati terhadap perkembangan dunia IT, hanya akan wasting time. 

Toh faktanya, perkembangan teknologi muncul karena tuntutan kebutuhan hidup manusia itu sendiri? Toh masih ada pilihan sisi baik dari internet yang bisa kita ambil manfaatnya secara maksimal demi menuju derajat hidup yang lebih baik. 

Bahwasanya internet sehat dengan segala daya magisnya, semua itu pada intinya kembali pada diri kita sendiri akan meng’klik’ pada pilihan XLalu gaya XLangkah lebih maju atau sebaliknya?


Tulisan ini diikutsertakan dalam :
#XLangkahLebihMajuBlog Writing Competition

57
Share

Penerimaan terhadap ODHA  untuk hidup sehat  dan bisa terus berkarya. Realitas bahwa HIV/AIDS penyakit yang fatal dimana penderita biasanya ‘merasa’ hidup sehat dan dari performance juga looking so healthy. Namun yang sebenarnya merupakan carrier virus yang asimtomatik dan bisa menularkan HIV pada orang lain dan sampai sekarang belum ada obatnya.

Peningkatan jumlah penyitas HIV/AID menyebabkan keresahan psikososial yang complicated dimana dampaknya menjadi lebih complicated pada ODHA ( Orang dengan HIV/AIDS) oleh karena stigma dan justifikasi serta diskriminasi oleh lingkungan social.

Bismillahirrahmaanirrahiim, meningkatnya penderita HIV/AIDS tentu merupakan keprihatinan tersendiri dan membutuhkan langkah simultan secara riil untuk menekan angka pertumbuhannya. Perhatian dan berbagai langkah yang ditempuh untuk menekan angka penderita HIV/AIDS (termasuk langkah-langkah preventive), seyogyanya juga equal dengan perhatian terhadap penderita HIV/AIDS karena tidak hanya jumlah mereka yang relative banyak (saat ini), akan tetapi range usia mereka dominan masih produktif. 
ODHA, mereka tidak hanya merupakan bagian dari kita, tapi mereka juga tetap seperti manusia lainnya yang ingin dan punya hak serta kebutuhan untuk bersosialisasi dan diterima eksistensi karya,kreatifitas dan kinerjanya sebagai bagian dari social masyarakat. Being ODHA is not ending of life yet !
Image: Credit

Terlepas dari perdebatan dan justifikasi sebab dan asal-asul terinfeksinya virus mematikan tersebut, setiap ODHA tetap punya hak untuk melanjutkan hidupnya dengan optimal sesuai capability dan skillnya masing-masing. Untuk menciptakan kondisi kondusive tersebut, maka yang perlu di re-engineering, antara lain:

Pertama: Mereduksi stigma negatif dan phobia masyarakat terhadap ODHA. 

Untuk mereduksi stigma negatif dan phobia terhadap ODHA agar tidak menganggap mereka sebagai alien yaitu dengan distribusi informasi yang representative serta komunikatif mengenai cara-cara penularan HIV/AIDS sehingga masyarakat lebih terbuka pemahamannya agar bisa welcome terhadap ODHA. Masih minimnya informasi tentang cara penularan HIV/AIDS membuat lingkungan di sekitar penderita HIV/AIDS menganggap mereka enemies. 

Padahal reaksi penolakan dari lingkungan sekitar (terdekat) akan menjadi sumber stress terbesar. Seperti yang kita tahu stress merupakan respon terhadap stressor (sumber stress) yang mengandung 2 komponen yaitu: psikologis (perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan tertekan) dan fisiologis (rangsangan fisik yang meningkat untuk melakukan tindakan apatis/desperate action). 

Lingkungan atau komunitas di sekitar ODHA yang bersikap ‘alergi’ jelas akan membuat ODHA resah,  tidak bahagia, tidak nyaman dan depresi yang pada akhirnya akan menjadikan ODHA ‘mati’ semangat hidupnya padahal sebenarnya dia masih punya potensi untuk berkarya secara maksimal. 

Kedua: Integritas di kalangan internal ODHA sendiri perlu di fasilitasi.

Integiritas dan sikap positif orang-orang terdekat menjadi lingkungan yang comprehensive/kondusif dalam meningkatkan semangat hidup ODHA. Jadi keberadaan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) punya peran yang sangat penting untuk memberikan dukungan emosional karena adanya suasana yang nyaman dan terjaganya kerahasiaan anggota agar mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk bersosialisai, mengemukakan pendapat secara terbuka untuk didengarkan dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian keberadaan KDS bisa mengakomodasi anggotanya:
  • Agar tidak merasa di asingkan dan sendiri dalam menghadapi setiap masalahnya.
  • Bisa bertemu orang-orang lain sehingga mendapatkan teman
  • Mempunyai rasa percaya diri dalam rangka proses aktualisasi diri
  • Mendapatkan akses informasi dan distribusi material yang diperlukan oleh para penderita HIV/AIDS. 
Kebersamaan mereka akan menjadi media untuk mendapatkan kenyamanan, rasa aman dan saling tukar informasi secara lebih open mind. 

Walaupun mereka berasal dari background yang berbeda-beda, namun persamaan nasib yaitu mengidap HIV/AIDS membuat mereka bisa solid dan lebih bersemangat. Selain itu, kebersamaan mereka dalam KDS bisa meningkatkan pemberdayaan kompetensi mereka secara lebih terarah. Mengingat nilai lebih KDS adalah berangggotakan para ODHA itu sendiri sehingga bisa menumbuhkan rasa saling percaya, saling memberikan dukungan/motivasi, mampu berinteraksi secara lebih komunikatif. 

Dengan adanya Kelompok Dukungan Sebaya yang solid maka kenisbian bahwa ODHA bisa mandiri dan berdaya guna bisa di minimalisir. Karena mereka memiliki tingkat empati yang lebih tinggi (memahami secara langsung kondisi masing-masing karena sama-sama mengidap HIV/AIDS), bersikap lebih sabar serta rasa solidaritas yang idak diragukan lagi. 

Kesimpulan: Penerimaan (acceptance) dari lingkungan terdekat (keluarga dan sekitarnya) adalah stimulator sekaligus katalisator bagi ODHA untuk mempunyai keyakinan dan semangat/motivasi melanjutkan hidupnya secara maksimal dalam mengekspresikan segenap kemampuan dan potensi dirinya sebagai orang yang produktif.


Postingan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog tentang Remaja dan HIV/AIDS


Link Artikel Yang di muat di VIVAnews : http://ureport.vivanews.com/news/read/268480-penerimaan-sangat-penting-terhadap-odha












37
Share

Kenapa (seperti) Bunglon? Postingan ini adalah sebagai ‘oleh-oleh’ saat saya mengambil cuti beberapa waktu lalu, selain being present for my best friend wedding. Sebagian besar day off saya memang stay @home bersama keluarga yang super besar maklum 9 saudara yang 7 orang sudah menikah dan beranak pinak, hehehee…

Moment bisa berkumpul lengkap adalah hal langka semenjak di antara kami sudah ada yang ‘keluar’ dari rumah guna mencari sesuap nasi dan sebakul berlian (yang belum dapat-dapat sampai sekarang). Meskipun moment lebaran, belum tentu kami bisa berkumpul di rumah at the same day, as usual others do yaitu berbagi tujuan mudik juga dengan mertua. 

Bahkan untuk kakak yang mertuanya luar Jawa mudik lebaran gantian, kalau tahun ini mudik ke mertua maka jatah mudik ke kampung halaman sendiri di delay jadi Idhul Adha, demikian pula sebaliknya untuk tahun berikutnya. Tapi seribet dan seruwet apapun prosesi mudik, tetap sesuatu yang amazing moment….Ini foto 3 keponakan yang termuda (sengaja hanya ditampilkan 3 wajah balita yang lujtu-lutju biar gak pindah jadi album keluarga postingan ini).

Nah, behalf on 11-11-11 kemarin (tepatnya tanggal 16-11-11) ada salah satu Pak Lik (paman: adik dari Ibu) yang punya hajat menikahkan putri bungsunya maka kami sebagai para keponakan yang baik mengalokasikan waktu untuk bisa datang. Karena saya mengambil jatah cuti sehingga sayalah yang pertama check ini @wonderful “hotel” our home sweet home, sekaligus being the last do check out. 

Enaknya ya punya waktu menikmati suasana di rumah lebih lama dari yang lain, karena setiap berada kembali di rumah semua kenangan ketika kami masih jadi anak-anak serasa ‘hidup’ kembali, feel never live apart from home. Dan yang jelas karena kali terakhir yang check out tentunya dapat jobdesc tak tertulis clean up rumah yang berantakan bak kapal pecah setelah semuanya balik ke jalan hidupnya masing – masing.  
pohon hijau; tanaman; reboisasi
Tanaman model tumpang sari di pekarangan rumah

Rentang waktu last check out, iseng-iseng saya motret sekitar rumah yang Alhamdulillah masih hijau seperti ketika masa kecil dulu (tentunya dengan tanaman yang tidak sama). Dan ini merupakan pemahaman system tumpangsari ala Ayah saya (kalau saya ingat-ingat lagi, sebenarnya ayah saya juga kebanyakan petani lainnya sudah menerapkan sistem tumpang sari meski tak paham teorinya). Untuk musim kemarau (tidak tanam padi), biasanya di antara tanaman utama (jagung/tembakau yang sering di tanam di musim kemarau) di tanamai bayam, tomat, cabe, terong, singkong, dsb.

Tanaman kelapa yang jadi perdebatan kecil bagi Ayah dan Ibu saya. Ibu Protes dengan point karena lokasi tanamnya dekat rumah (jadi kalau sudah besar maka akar serabut dan buahnya akan berimbas pada rumah). Sedangkan Ayah saya pada prinsipnya menanam pohon itu gak masalah jika kelak tidak bisa menikmati buahnya, toh tetap bisa di nikmati anak-cucu…..nah Lhoh, gimana tuh? Salah satu keunikan orang tua saya, sebentar beradu argument (debat) dan tak berapa lama kemudian sudah ngobrol akur lagi.

Ketika motret buah sirsak (nangka Belanda), saya di kagetkan oleh binatang yang melompat (sepertinya dia juga kaget kena lighting camera), untungnya binatang tersebut tidak melompat kearah saya, bisa histeris total kalau sampai kejadian seperti itu. Beberapa waktu setelah reda dari rasa kaget, saya coba mengamati binatang tersebut yang masih berhenti pada sebuah dahan…olalalalaaa ternyata BUNGLON. Tapi sayang saya missed mengambil gambarnya (mungkin si bunglon nyadar bakal di masukin blog fotonya…xixixiiiii).


Kopdar dengan bunglon tersebut membuat saya teringat akan pelajaran biologi tentang sub bab adaptasi di mana bunglon memiliki kemampuan untuk mengubah warna kulitnya menyesuaikan dengan lingkungan dimana dia berada sebagai ‘weapon to survive’ mengaburkan diri dari incaran pemangsanya. Yang jadi pikiran saya, terus kenapa kalau di pelajaran Bahasa Indonesia jadi ada istilah “seperti bunglon” untuk mengibaratkan sikap seseorang yang tidak teguh pendirian (pada prinsip yang baik dan benar) alias plin plan atau save position dalam konteks yang negative? Padahal bunglon sendiri mengubah warnanya bukan untuk tujuan ‘licik/jahat’ dan itu pun sudah default/Sunatullah.
Lha kalau manusia kan di beri keleluasaan untuk memilih seperti kalimat bijak yang sering saya baca : Life is about how to make right choice.
Bunglon hanya salah satu binatang yang jadi label ‘kurang baik’ untuk memberi istilah pada sikap kurang simpatik manusia. Masih banyak nama binatang yang lain yang sering kita dengar digunakan untuk mempresentasikan seseorang yang sedang “khilaf”, misalnya: Tupai/bajing+an, Kadal, buaya (darat), ular, kambing (hitam), kucing (garong)…hehehe jadi mengabsen isi kebun binatang neh jadinya ya…

Btw, ini lanjutan dari rasa penasaran saya setelah ‘ketemu’ dengan sang bunglon (yang tidak mau di foto), jalan – jalan di mbah gugel hingga singgah di Harun Yahya dan membawa sebagian isinya sebagai berikut :

Buku-buku teks zoologi menjelaskan bahwa lidah balistik bunglon diperkuat oleh seutas otot pemercepat (akselerator). Otot ini memanjang ketika menekan ke bawah pada tulang lidah, yang berupa tulang rawan kaku di tengah lidah, yang membungkusnya. 

Akan tetapi, dalam sebuah penelitian yang telah disetujui untuk diterbitkan oleh majalah ilmiah Proceedings of the Royal Society of London (Series B), dua ahli morfologi yang memelajari kebiasaan makan bunglon menemukan unsur-unsur lain yang terkait dengan gerakan cepat lidah binatang ini. 

Kedua peneliti Belanda ini, Jurriaan de Groot dari Universitas Leiden, dan Johan van Leeuwen dari Universitas Wageningen, mengambil film-film sinar X berkecepatan tinggi, yakni 500 bingkai per detik, dalam rangka menyelidiki bagaimana lidah bunglon bekerja ketika menangkap mangsa. Film-film ini menunjukkan bahwa ujung lidah bunglon mengalami percepatan 50 g (g = konstanta gravitasi). Percepatan ini lima kali lebih besar daripada yang dapat dicapai oleh sebuah jet tempur “

Untuk edisi lengkapnya silahkan mampir ke rumah Pak Harun Yahya, selamat menikmati oleh-oleh dari cuti saya. Maaf bagi yang kurang berkenan dengan tulisan ini, tiada maksud untuk SARA ataupun menyinggung siapapun, suerr…







34
Share
Waktu berlalu bagai untaian benang menghilang dalam anyaman kain.

Hari-hari yang lewat tercetak dalam lembaran-lembaran album kehidupan.

Menatap lekat permukaan air sungai, memandangi butiran hujan yang memercik…

Melamun…

Untuk membangkitkan apa-apa yang tak bisa di sentuh oleh kenyataan

Melepaskan pikiran terstimulasi dalam simpul-simpul simulakrum

Mengurai rasa kehilangan seperti ruang yang kehilangan cahaya



Adalah tawa dan tangis yang bercumbu mesra

Bukankah itu suatu warna biru mengharu?

Angan-angan bukan bunga hidup, melainkan hiasan mimpi

Duka itu sebenarnya ada dimana-mana

Dan sunyi itu ada disini

Di palung hati yang terdalam



Sementara antara ada dan tiada

Dalam penat mencari

Ketika ketulusan bisa menjadi teramat konyol

Biar kunikmati setiap intensitas luka kehidupan

Dengan tawa yang masih tersisa

Dan aku berdiri hari ini dan esok karena ada hari kemarin

Bahwa dalam kepingan rasa sakit , sel-sel bahagia akan bertunas dan bertumbuh





'1 Muharam 1433 H'


Note: Judulnya 'instant' karena sudah siap posting masih belum dapat judul yang klik
42
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon