Meringkas cerita perjalanan [sok mBolang] beberapa waktu, tepatnya long week end 22-24 Maret
2012 lalu. Lumayan lama untuk mulai menuliskan jadi entry postingan.
Teman-teman yang barengan mbolang
sudah beberapa kali tanya kapan mau bikin ‘reportase’nya? Dengan gaya sok
inosence saya berdalih karena foto-fotonya [dari 4 kamera belum dari camera HP] belum terkumpul.
Padahal aslinya saya yang memang masih blank
untuk
membuat tulisan semacam ‘reportase’ perjalanan #Pengakuan# kalau foto kan
tidak mungkin sebanyak [sekitar] 6GB saya upload semua? Dan karena finally foto-foto yang saya
maksudkan sudah terkumpul semua maka Bismilllahirrahmaanirrahiim, saya coba deh menuliskan cerita
‘petualangan’ selama 2hari jelajah wilayah Banyuwangi bagian selatan dan harap maklum jika uraiannya cenderung naratif banget.
Adapun
rincian [RENCANA awal] tujuan perjalanan kami akan dilakukan selama 2 hari 1
malam dengan tujuan menginap di Sukamade. Pemberangkatan dijadwalkan pada hari
Jumat pukul 5 pagi hari dari Banyuwangi (untuk mengantisipasi turunnya hujan
karena jalur menuju Sukamade rawan hujan yang bisa menyebabkan sungai meluap
sehingga tidak bisa menyeberang) dan sampai kembali di Banyuwangi pada Sabtu
sore dengan rute sebagai berikut:
- Pantai Rajegwesi
- Teluk Hijau
- Sukamade --> menginap (camp atau penginapan)
- Pulau Merah (tergantung situasi dan kondisi)
- TN Alas Purwo--> sadengan (savannah)
- Pancur--> pantai plengkung (sewa mobil lokal)
- Trianggulasri
- Kawasan konservasi hutan mangrove Bedul.
Teluk Ijo |
Pantai Rajegwesi |
Karena pertimbangan medan dan rutenya yang off road, maka teman kantor yang paham mapping wilayah Banyuwangi menyarankan untuk menggunakan [sewa] Land Rover. Hasil negosiasi dicapai kesepakatan harga rental 1 Land Rover 1,6 juta untuk trip 2 hari. Ternyata yang berangkat 2 Land Rover, kata sang pemilik [ikut dalam tour de Banyuwangi sehingga tim dari rental 4 orang] sekalian nge’track rute karena belum pernah terima order untuk rute wilayah selatan Banyuwangi sekaligus prepare jika ‘something happen’ selama perjalanan mengingat jalur ke arah Pantai Sukamade dan Alas Purwo berbeda 180 derajat dengan arah Kawah Ijen. Sekedar info, untuk rute Ijen harga sewa 1 Land Rovernya 500ribu guys!
Start
perjalananpun akhirnya baru dimulai jam 6 pagi itu pun satu teman masih on the
way dari Surabaya [travel yang ditumpangi sempat mengalami macet sehingga
kesiangan masuk Banyuwangi] sehingga disepakati untuk menunggu di jalur
keberangkatan yaitu sekitar Jajag agar
tidak terlalu lama menunggu lagi. Dan demi untuk menghemat waktu maka
sarapan pun kami lakukan dengan kondisi mobil berjalan dan tentu saja jadi
perhatian orang-orang yang melintas di sepanjang perjalanan karena kondisi mobil
model open air sehingga selain bisa
menikmati pemandangan sepanjang perjalanan secara langsung juga secara langsung
dilihat oleh orang lain yang kami temui sepanjang perjalanan.
Then the journey is starting...bertemu dan bersama orang-orang yang baru dikenal, ternyata banyak sekali hal yang bikin saya/kami saling kaget untuk kemudian tertawa. Salah satunya saat melihat teman yang baru naik dari Jajag karena baru saja tiba sehingga belum mandi, sikat gigi, dsb. Dan dengan santainya dia me’removal sisa-sisa taburan make up di wajahnya dan gosok gigi. Kemudian menggunakan deodorant, nyemprot parfum dan disempurnakan dengan ganti baju ketika singgah di SPBU.
Bagi saya dan yang lainnya sempat bengong melihat betapa confident tuh dia make over [meski standart] dalam situasi demikian. “ Udah kebiasaan sih, kakak-kakakku cowok dan sukanya cepet-cepetan kalau bepergian kemana-mana. Kalau gak siap model begini, bisa-bisa tampilanku amburadul gak terlihat cute deh, hehehe..” demikian penjelasannya dan tetap saja membuat kami terpana. Sepanjang perjalananpun tak henti dari riuhnya becanda dan saling ledek karena sebagian dari rombongan memang teman SMA dan sebagian sudah saling kenal sebelumnya.
Rute-Rute yang mengundang Histeria |
Bagi saya dan yang lainnya sempat bengong melihat betapa confident tuh dia make over [meski standart] dalam situasi demikian. “ Udah kebiasaan sih, kakak-kakakku cowok dan sukanya cepet-cepetan kalau bepergian kemana-mana. Kalau gak siap model begini, bisa-bisa tampilanku amburadul gak terlihat cute deh, hehehe..” demikian penjelasannya dan tetap saja membuat kami terpana. Sepanjang perjalananpun tak henti dari riuhnya becanda dan saling ledek karena sebagian dari rombongan memang teman SMA dan sebagian sudah saling kenal sebelumnya.
Rute Off Road setelah Teluk IJo |
Terlalu singkat sebenarnya
tapi apa boleh buat demi mengingat warning hujan yang bisa saja turun tiba-tiba
yang bisa berakibat fatal bagi perjalanan kami.
Kemudian lanjut menuju Teluk Hijau
yang berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Rajegwesi. Untuk bisa melihat langsung Teluk hijau, kami
harus mengambil rute memutar yaitu menyusuri jalan setapak di dalam hutan
dengan medan yang naik turun serta licin [karena malamnya hujan]. Rute yang lebih singkat adalah menyisir tepian pantai tapi resikonya hantaman ombaknya cukup besar sehingga kami lebih memilih jalur hutan dengan kecepatan langkah kami yang harus super hati-hati agar tidak terpeleset.
Namun sekali lagi kami harus ikhlas melihat teluk
hijau dari kejauhan dan mengambil gambarnya secara zoom karena ternyata rute’nya
tidak sesingkat yang kami perkirakan meski jaraknya tempuhnya +
1 KM. Teman yang berjalan paling depan memutuskan berbalik arah karena bertemu
orang sedang bertapa brata dan merasa tidak ‘sopan’ jika melewatinya. Ditambah lagi
salah satu teman mengalami sesak napas, akhirnya kami memutuskan untuk kembali
ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Ternyata beberapa teman tidak membawa
celana cadangan yang cukup dan pas kebetulan bertemu 2 pedagang baju yang baru
turun dari perkebunan. Sehingga terjadilah transaksi jual beli celana sebelum
melaju menempuh rute yang off road menuju Pantai Sukamade lokasi konservasi
penyu dalam keadaan celana belepotan dan tangan pun tak luput dari hiasan
lumpur yang mulai mengering.
Pose dengan Background Teluk Ijo |
Dalam kondisi demikian, kami yang sudah kelaparan
mulai menyantap perbekalan yang dibawa dan betapa herannya kami saat teman yang
dari Jakarta tetap posisi siaga dan tidak mau makan dengan alasan tangannya
belum di cuci ! Wouuww, betapa santasi dan hygiene tetap dipertahankan olehnya
meski harus menahan lapar dan menelan ludah melihat orang-orang di sekitarnya
lahap menyantap makanan.
Sepanjang perjalanan beberapa kali harus berhenti saat berpapasan dengan mobil karena sempitnya jalan. Sampai di pos pintu masuk lokasi Sukamade, harus lapor plus beli tiket masuk sebesar Rp. 2.500,- per orang. Dari petugas Pos jaga kami mendapat informasi bahwa guess house sudah full booking oleh club Taft dari Surabaya. Dan kami pun harus siap JIKA tidak kebagian kamar untuk menginap dan semalaman tidur ala kadarnya di hall terbuka.
Untuk sampai di Lokasi Pantai Sukamade, ada 4 jalur sungai yang harus
di seberangi. Dan diwanti-wanti jika sewaktu-waktu turun hujan maka semua mobil
harus meninggalkan lokasi sebelum air sungai meluap. Itu artinya kami harus
siap menempuh jarak sekitar 4-5 KM dengan jalan kaki agar bisa menyeberang
dengan menggunakan rakit untuk sampai di lokasi ‘aman’ parkir mobil. Tapi justru disitulah ‘keindahan’nya perjalanan ini: menempuh jalan
berlumpur, sempit, naik turun dan menyeberangi sungai, sungguh pengalaman
pertama bagi kami.
Begitu
bertemu sungai pertama, kami langsung ‘pesta’ main air seperti orang yang sudah
lama tidak melihat air. Mencuci sandal, sepatu, celana yang belepotan. Dan tak
lupa teman kami yang miss Hygiene pun antusias cuci tangan, dibilas dengan tisyu antiseptik dan finishing dengan hand sanitizer baru deh melahap makanan.
Main Air dulu ahhh.... |
Oia, sempat terjadi insident dalam salah satu penyebarangan dimana salah satu navigator [tim pemilik
mobil] naik di bagian belakang mobil untuk membuat keseimbangan agar laju mobil
tidak terbawa arus.
Ternyata saat posisi pegangan tangannya belum kuat tapi pak
sopir sudah tancap gas, akibatnya sang navigator [terpelanting] kecebur sungai
dengan sukses.
Dan kejadian lainnya yang muncul adalah, ternyata
persediaan BBM habis dan para penjual bensin eceran di daerah pantai stocknya
juga dibatasi. Dengan harga yang lebih mahal dan persediaan untuk dijual juga
tidak banyak. Ternyata yang kehabisan BBM tidak hanya mobil kami,
sehingga BBM yang tersedia di lokasi tersebut harus di bagi rata dapat 5
Literan! Alternatifnya si Bos rent car harus siap membayar orang ‘turun’ beli
persediaan BBM untuk perjalanan keluar esoknya [ Signal awal rencana tidak berjalan sesuai jadwal ].
Yeaaayyyy, Heloooo...Sukamade, We're Coming ! |