Ini
tentang sebuah peristiwa ‘sesaat’ tapi cukup membuat ‘shocking theraphy’ bagi
saya. Peristiwa yang secara tidak sengaja pernah saya jumpai di suatu ketika [di negeri atas angin dan jaman antah
berantah]. Kala itu, ketika untuk sekian tahun saya tidak pernah mendengar
kata “tempeleng” diucapkan langsung atau sengaja ditujukan pada diri saya,
kalau toh saya pernah mendengarnya juga secara tak terhindarkan telinga saya
mendengarnya saat ada orang bertengkar
pada doeloe kala.
Ketika saya mendengar kalimat yang diselipi kata “tempeleng” di jaman antah berantah itu, saya berasumsi telinga ini salah dengar...saya meyakinkan diri bahwa kalimat tersebut tidak serius. Iyah, saya beranggapan kalimat “ Nanti kamu tak Tempeleng!” aselinya sekedar bercanda terlebih itu diucapkan oleh seorang ayah pada putri kecilnya yang berusia sekira 4 tahun.
Bismillahirrahmaanirrahiim, ketika saya melihatnya langsung, serta-merta ada ketakutan, ngeri, juga sedikit
gemetar menghinggapi diri saya karena ternyata si Ayah tersebut tidak sedang
bercanda! Saya mengira dan berharap ‘little
accident’ itu hanya sesaat saja.
Tapi ternyata masih berkelanjutan..nyata
sekali saya melihat ekspresi sang Ayah yang penuh amarah dan menakutkan
sehingga si anak spontan menangis. Dan melihat si anak menangis, bukannya
amarahnya reda tapi justru diperjelas dengan beberapa kalimat lagi hingga sang
Mama langsung menggendong putri kecilnya serta berusaha meredakan letupan emosi
suaminya. Dan saya pun tak berani berlama-lama jadi penonton tak diundang,
dengan agak tergesa-gesa pun saya segera berlalu dari some where no where
tersebut, tidak berani memamerkan senyum untuk menyapa atau sekedar membunyikan
klakson pada kucing yang sedang melintas.
Kejadian
di negeri antah berantah tersebut, bukan hanya sukses membuat saya merasa tidak
enak/serba salah telah terikutkan melihatnya, deeply saya merasa takut dan ngeri, ehmmmagak gemetar juga sey, maklum meski saya
sering kena omelan ortu atau bentakan senior saat jaman Bakti Kampus [OSPEK] tapi tidak pernah sampai terselipkan kata ‘tempeleng’
yang dilafalkan demikian sangat fasihnya!
Banyak
pertanyaan dan rasa tak percaya jika saya mendengar kata “tempeleng” [after so
long time ago] dan terlebih ditujukan pada sesosok makhluk mungil yang lucu dan
imut-imut. Saya juga tidak sanggup membayangkan jika saya adalah si Obyek yang
menerima kata ‘sakti’ tersebut.
saya juga gemas membaca ini Mbak. kebiasaan di lingkungan si ayah tu pasti yang kebawa di lingkungan keluarganya. harusnya bisa ucapkan goodbye untuk semua dunia serapah sampahnya sebelum berumah tangga yang beresensi mulia. sungguh parah dan sangat disayangkan sebuah ketidaksiapan mental itu. kecaman dan sekaligus doa agar segera berubah dari saya, if any.
ReplyDeleteSaya kurang tahu spt apa lingkungan keluarganya Pak, tp apapun dan bagaimanapun...[ini penalaran logis saya yg blm pengalaman jd ortu], mestinya semarah apapun ortu pd anak harusnya msh ada sisi kasih sayangnya shg msh bisa keep control their speech/action. Apalagi si anak masih kecil...rasanya kok gak tega jk marahin anak kecil dengan demikian berangngnya.
Delete#mgk begitulah jk org sedang dikuasai emosi dan hawa amarah ya?
Makasih mbak, baca tulisan ini saya jadi inget krucil saya di rumah. Saya ndak abis pikir ada orang tua yang bisa berkata kasar kepada anaknya, apabila kata-kata kasar sering di dengarkan setiap hari, tentu saja akan berpengaruh langsung terhadap watak si anak di masa yang akan datang. semoga kejadian itu cukup sekali saja dialami si anak.
DeleteDon't try this at home ya mbak hehe
Kalau try this at terminal...boleh gak Mas?
Deletehehehee
ini pembicaraan bagi para mereka yang sudah memiliki anak. ehm... jadi seru dan dapat pengalaman baru.
DeleteBelum punya anka juga gak dilarang kok kalau mau ikutan
Deletememang sebagai orang tua harus bisa menjaga omongan... kira kira mikir lah sebelum ngomong... anak anak bisa meniru dan berprasangka buruk atas setiap ucapain kita...
ReplyDeleteIya Sob, memory [anak] akan merecord hal-2 yg memberikan kesan mendalam [baik atau buruk].
Deletetega benar sang ayah,
ReplyDeletemau dikemanakan masa depan sang anak, bila sekecil itu sudah dihadiahi dengan kata-kata keras dan kasar ...
semoga saja kejadian tersebut hanya sekali itu ya Bang dan si anak sudah bisa melupakannya..
DeleteHedeehh ...Bapaknya sakit jiwa tuh Mbak..Jd emosi sy bacanya...Gak ingat kali ya kalau suatu saat dia bakal tua...
ReplyDeleteMiris ya Mbak, jika kita amati betapa masih banyak tipe Ayah yg seprti ini terhadap anaknya.
DeleteMudah-mudahan saya ga sampai melakukan hal seperti itu Mbak Rie.
ReplyDeleteMiris hati juga kalau melihatnya langsung.
Amiin, semoga kita kelak bisa jadi orang tua yg bijaksana dan bisa mengendalikan emosi ya:)
DeleteKalau tempeleng memang konotasinya negatif sekali sahabat
ReplyDeleteiya pastinya konotasinya negatif dan bikin ngeper jika diucapkan dengan penuh nada amarah
Deletewau tempeleng...
ReplyDeletebapaknya aja yg harus ditempeleng...
Hayyo siapa yg berani menempeleng bapaknya?
Delete# aku gak berani!
mudah-mudahan aq gak jadi ayah macam itu....:)
ReplyDeletekasar banget ya,masa sama anaknya sendiri mau nempeleng
Amiin, semoga jadi ayah yg bijaksana..penyabar dan sayang keluarga selalu :)
Deletemungkin kalimat ini yg jadi biang keladinya tawuran!. metode kata2 yg kurang baik dengan tujuan memberikan efek jera sebenarnya malah bikin efek lain yang berbahaya.
ReplyDelete'Tempeleng' jika di-nada-kan serius dan ditujukan anak SMA..sptnya bisa jd penyulut tawuran juga tuh.
DeleteIni mode militer lagi on mbak, barang siapa indisipliner maka di "gojlog" habis,
ReplyDeleteMOde militer yang kurang tepat waktu dan obyeknya ya
Deletekata ini juga prnh buat mimi trauma ngeliat orang berkumis say, krn pernah liat org yg kumisnya lebat menempeleng istri dan bayinya di depan mimi...
ReplyDeleteWhaaa..sampai beneran di tempeleng itu ya Mi? sadiis banget yaa...saya pasti shock kalau melihat adegan spt itu
Deletetapi jaman sekarang masih ada kok mbak kata tempeleng itu, teman saya terkadang mengucapkan itu saat bercanda dengan temannya..
ReplyDeletekalau becanda sih uke-uke saja bro
Deleteyaa allah masak masih kecil gitu di tempeleng toh mbak :(
ReplyDeleteSemoga ketempelengan gag terjadi lagi yoo mbak #sakit
kan ada sang mama yg langsung menyelamatkan putri kecilnya..#selamat deh
Deletetadi aku salah baca judul mbak, aku mikir apa arti tempeleng, oooh ternyata yang itu ya
ReplyDeletehehhehe...ada arti tempeleng lainnya apa Mbak?
DeleteTempelengg... itu kekerasan pasti... sama halnya dengan jotosss
ReplyDeleteiyap...jotos, biasa dipakai kalau tawuran tuh
Deletewah masih mending tu kata2 tempeleng....? klo jaman sekarang banyak perkataan yang lebih rusak lagi..dan tentunya g layak untuk ditujukan kepada anak-anak yang masih imut-imut kayak saya wkwkwkwkw..
ReplyDeletemungkin emosi boleh setinggi langit,tp jaga kata2 untuk se kecil..nice post
wow...maish imut-2 ya? #penasaran
Deletedi daerah dimana saya tinggal, kata "tempeleng" relatif jarang terdengar, tetapi mungkin ada kata lain yang setara dengan kata tempeleng yang digunakan orang sehari hari :)
ReplyDeleteApakah jenis kata lain yang equal dengan kata tempeleng itu? hehehe
DeleteKalau mendengar kata itu lagi diajeng bilang saja " Beraninya sama anak kecil wheak..wheak..wheak..", dijamin orang itu akan ngakak.
ReplyDeleteJangan main tangan atau berkasar tutur kata kepada anak2 yaaa
Salam sayang selalu.
Okelah, nanti saya bilangi kalau kebetulan ketemu kejadian kayak di atas, akan saya bilang: "Beraninya sama anak kecil..coba kalau beneran sama Pakdhe Cholik deh...." hehehee
Deletewkwkwk kata tersebut kalau didaerah saya sudah umum, dan sering terdengar.
ReplyDeletewow...#speechless
DeleteTulisan ini seperti "menempeleng" wajah saya. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas artikel ini. Begitu dalam artinya buat saya yang masih belajar menjadi ayah yang baik. Saya pun kadang suka kelewat meletup emosinya terhadap anak dan saya coba untuk menenangkan diri dengan membasuh muka dengan air wudhu.
ReplyDeleteMarah ibarat api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Dan saya coba berkali kali jika marah kepada anak akan saya usahakan untuk lebih menahan diri baik dalam pengucapan kalimat kuantitatif seperti itu. Terima Kasih saya sudah diingatkan
Waaa..maap, gak ada maskud untuk 'menempeleng' siapapun kok Kang Asep.
DeleteMemang ketika sedang marah/emosi, sebaiknya kita bisa self control, ya semisal ubah posisi kita saat sedang marah. Dari berdiri kemudian duduk atau pindah ke tempat lain. Labih baik lagi mengambil air wudhlu sperti ya Kang Asep lakukan itu
tidak salah ya mbak kalau disekolah bayak terjadi tawuran ternyata karena sejak kecil sudah mendapat pelajaran kekerasan dirumah tangganya
ReplyDeletePeran keluarga mmg dominan dalam pembentukan kepribadian anak ya pak
Deleteaduh sedih sy bacanya mbak
ReplyDeleteIya Mbak, sanagt memprihatinkan:(
Deleteada apa denganmuu... ???
ReplyDeleteAda apa yaaaa
Deletetiada yang lebih berharga pemberian orang tua kepada anaknya kecuali budi pekerti yang baik
ReplyDeletemantabs, sepakat sob:)
DeleteKadang emosi tidak terbendung sampai lupa akan akibat spikologis pada anak.
ReplyDeleteHarus ingat-ingat neh kalau sedang emosi ya..
Deletesemoga saya kalo sudah jadi bapak, tidak mengatakan kata kata yg seperti itu, aminnn
ReplyDeleteterima kasih mbak sudah diingatkan
turut mendokan semoga kelak menjadi ayah yg bijaksana:)
DeleteDuh ngeri mba...
ReplyDeleteMudah mudahan, sebagai Ibu aku selalu diingatkan untuk bisa bersikap sabar sama anak anak ku...
Amiin, semoga Mbak erry jd Ibu yg sellau penyabar yaaa...
Deleteya Allah mb, kasihan banget anaknya. takutnya kalau kepribadian si anak itu bisa berubah kayak penakut, minder, gara2 sikap kasar org tuanya (ayahnya).
ReplyDeleteSelalu berharap semoga kejadian tersebut tak berulang lagi Mbak..
DeleteSemoga hanya kejadian sekali saja Mbak, saya yakin si Ayah juga menyesal telah berkata2 kasar pada putri kecilnya...#semoga
Deletengebaca katanya saja terasa kasar apalagi nge dengarnya...
ReplyDeleteApalgi saya yg langsung melihat dan mendengar ya..#aseli ngeri abnget
Deletekata-kata yang tidak patut untuk didengar jangankan anak kecil saya aja takut mba.hi...hi...
ReplyDeleteBener banget, kata-kata yg tidak seharusnya diucapkan pada anak-anak
DeleteEmang anaknya salah apa, Mbak? koq sampe segitunya yak? ^^a
ReplyDeleteNah ini dia, saya gak tahu salahnya si anak apa..lha kan saya penonton 'tak undang' alias kebetulan melihat adegan tersebut. Yg jelas anaknya masih kecil..belum genap 4 tahun usianya. Dan sekilas-2 yg saya tahu, anaknya lucu dan bukan tipe anak hiperaktif kok
Deletesebagai orang tua, apa yg kita lakukan juga omongkan selalu dijaga
ReplyDeletebiar tidak ditiru dengan anak nantinya,..:)
Anak berkecenderungan berkata dan bersikap what their parents say and do...
DeleteYa ampun, kok sampai segitunya tuh Bapak. Tindakannya itu lebih kekanak-kanakan dari pada bocah mungil itu sendiri.
ReplyDeleteHe-eh, perkataannya nunjukin kekanak-kanakan ya..
Deletewah kata itu malah aku pake waktu pedekate ngajak kenalan cewek
ReplyDeletembak mbak, tau gak pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak tempeleng...
#digampar duluan dah...
Sungguh cara yang sesat dan salah jurusan.
DeleteNanti kalo ngajakin kenalan Ade Ray pake cara itu juga ya Mas!
monggo atuh Mas-Mas kalau mau saling kenalan dengan gaya saling tempeleng, aku ta cari peluitnya dulu yaaa...awas jangan dimulai dulu ya tempelengannya sebelum wasitnya datang
DeleteTolong siapkan Ambulance & booking ICU yang ada TV-nya.
Deleteyeee, di sipain dulu dunk sblm acara tuker tempelengannya dimulai
DeleteTempeleng?! MasyaAllah.. saya sendiri belum pernah mengalami ditempeleng oleh siapapun. Tapi saya pernah loh melihat adik ditempelng Abah, waktu itu saya sedih. Tapi, saya tahu, Abah menempeleng tidak sekuat dayanya serta tidak tepat sasaran. Kata Abah, anak laki-laki sebandel adik saya memang perlu dikerasi. Dengan syarat, tidak memukul di bagian wajah, itu kata beliau petunjuk Rasulullah SAW. Nice share, Jenk.. thanks banget. Salam sahabat.. God bless you
ReplyDeleteWhaaaa, kalau ditampar beneran kan kasiihan. Mending di kasih sanksi yg bebrbentuk kegiatan pendisiplinan saja deh. hehehee
DeleteIya ya Pak Ies, hari gini kok masih saja mendidik anak dengan kalimat2 yg kasar. Padhal klo dengn lemah lembut kan lbh adhemm
ReplyDeleteKalo aku yg jadi mama si anak, udah aku hajar duluan tuh si bapak, pake tali pinggang sekalian ngelibasnya tuh Rie.... #edisi emosi tingkt dewa.... hehe
ReplyDeleteDi M*d*n, aku sering banget mendengar kata itu bhkan lebih parah dari itu Rie... tapi melihat perkataan itu diwujudkan sih blm pernah.
Bagaimanapun, jelas, merapalkan kata2 seburuk itu bukanlah hal yang recommended, tapi harus dikecam.
Kalau aku yg jadi si Mama tsb..kayaknya bakal shock juga deh Mbak. #cemen ya?
DeleteAlhamdulillah, aku juga belum pernah lihat adegan kekerasan getu Mbak. Semoga deh gak pernah lht.
Weh... aku sih kalo ama temen temen suka becandaan "tak tempeleng kamu"...
ReplyDeleteTapi nek kalo orang tua ngomong ama anaknya gitu,
piye ya... saake anaknya... OSPEK dini...
Nanti klo kopdar lagi, pakai kata kunci-nya " tak tempeleng kamu' yaaaa...hahahha
Deleteemoh ah ditempeleng
ReplyDeletesaya jugak emoh di tempeleng Mbak:)
Deletedulu waktu kecil aku sering denger kata itu. Alhamdulillah aku sndri blm pernah 'dikatai' itu. Dengernya aja udah miris, apalg klo itu ditujukan utk anak2.. hiks.. tega bgt..
ReplyDeletebanget Mbak, ndengerin saja sdh bikin ngeper. PAlagi jk kita yg dituju oleh kalimat tersbeut
Deletenempeleng anak kecil.. bapaknya ngga macho aahh..
ReplyDeletehahhahaaa..getu ya Mbak?
Deleteehm mungkin maksudnya bagus dengan memberikan ancaman agar si anak tidak mengulanginya lagi. tapi, bener juga si harusnya bisa di atur dan sopan dalam mengucapkan, apa ga ada kata kata lain? ehm... apa karena saya belum jadi ayah jadinya ga tau ya, ya semoga saja saya tidak seperti itu.
ReplyDeleteDuluu, waktu kecil aku prnh sekali dibentak oleh Bapak dan takut banget padahal Bapakku tdk pernah menjatuhkan tangan sama anak-anaknya.
DeleteIni mungkin someway somehow ...
ReplyDeletesama dengan keprihatinan saya terhadap ... orang yang ringan mulut berkata ... (maaf) ... Tolol dan Goblok di tulisan saya yang ini ...
http://theordinarytrainer.wordpress.com/2012/10/08/ringan-mulut/
Sudah selayaknya kita senantiasa menjaga omongan kita ... kepada siapapun ...
salam saya Rie
kata bang haji rhoma--->sungguh terlalu
ReplyDelete"tempeleng " 1 kata yang sangat tidak pantas, diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya.
Jadi inget pak yoyok.
ReplyDeletetak tempeleng sisan pow...
tae' pak.