Life is full of challenge, yang jelas BUKAN tantangan buat
tawuran seperti yang belakangan ini makin kerap terjadi. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim rasanya
makan sayur tanpa garam jika saya tidak ikut “tawuran” yang diadakan Pakdhe Cholik yaitu Event
Tawuran yang elegan dan bonafite yang sah berdasarkan Undang-undang yang
berlaku di blogspere. Langsung saja pada tema baku yang diberikan: Cara Mencegah dan menanggulangi Tawuran. Dan
sebelumnya, dengan sengaja saya buat batasan untuk cakupan populasi pelaku
tawuran adalah range usia anak-anak [sekolah], sebab kalau orang dewasa baku
hantam itu bukan lagi dalam definisi tawuran [menurut saya], melainkan tindakan
kriminal dan anarkis!
Dari tema yang diberikan, maka saya menerjemahkan dalam dua point utama: Cara Mencegah dan Cara Menanggulangi terjadinya tawuran [dalam ragam formasi dan audience-nya].
Yang
Pertama, Cara Mencegah Tawuran atau
dalam kalimat lain preventive action dalam rangka untuk meminimalkan
trigger terjadinya tawuran atau jika boleh saya isitilahkan terjadinya ‘Hazard’
tawuran. Yang namanya mencegah, berarti harus ditetapan dulu CCP ~ Critical
Control Point-nya sehingga bisa diterapkan program atau kegiatan pragmatis yang
dapat mencegah timbulnya Hazard Tawuran.
Main stream
yang bisa dilakukan sebagai tindakan preventive terjadinya Hazard Tawuran
adalah menumbuhkembangkan sejak dini dalam diri setiap personal [tentunya
semenjak usia kanak-kanak] tentang nilai-nilai: agama, tanggung jawab,
disiplin, toleransi/tepa slira, saling menghargai dan menyayangi terhadap orang
serta hal-hal diluar diri pribadi.
Nilai-nilai tersebut tidak bisa hanya
sekedar dogma/teori yang di berikan pada anak-anak ibarat pembacaan dongeng.
Perlu adanya iklim dan aktifitas/kegiatan yang tepat sasaran sehingga secara
naturally meresapkan nilai-nilai normatif tersebut dalam pola pikir, sudut
pandang dan dinamika hati nurani pada diri anak.
Dan saya
mengklasifikasikan Crtitical Control Point tersebut dalam 3 hal saja [kalau
banyak-banyak, malah saya nanti yang bingung membuat penjelasannya dan bisa
bikin tawuran baru: adu komentar deh. #Abaikan] , yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai ‘sekolah’ pertama dan
memiliki peran dominan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang,
maka dari lingkungan keluargalah harus dimulai proses pembelajaran dan
penanaman nilai-nilai agama, tanggung jawab, disiplin, toleransi/tepa slira,
saling menghargai dan menyayangi. Sebagai ilustrasi sederhana, berikan kegiatan
yang bisa dilakukan dan disukai anak-anak misalnya memelihara ayam.
Masing-masing anak berikan seekor ayam untuk dirawat dan dipelihara. Secara
perlahan, masing-masing anak akan terbawa dalam euforia untuk bertanggung
jawab, disiplin, berkerja sama, bermusyawarah, saling membantu, serta
menumbuhkan rasa kasih sayang yang tulus sebagai out put kegiatan memelihara
ayam tersebut. Tentu saja ini hanya salah satu contoh yang saya adopsi dari
masa kecil saya.
Di rumah kami dulu, ada ayam, kambing dan
sapi [pernah juga ada yang menitipkan kerbau] yang sebagian besar tanggung
jawab pemeliharaannya dilakukan oleh anak-anaknya orang tua kami
[termasuk saya dunk], serta order bekerja di sawah untuk membantu orang
tua tentunya. Pekerjaan rutin [selain mengurusi diri sendiri] yang kami lakukan
sehari-hari di luar jam sekolah tersebut memberikan penguatan karakter baik
pada diri kami sehingga secara otomatis memiliki komitment untuk menajadi
anak yang baik dan tidak bikin masalah saat berinteraksi di luar rumah. Kalau
hal-hal yang namanya kenakalan anak-anak....ya tetaplah masih kami lakukan,
tapi kami punya alert sensor untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan dan
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan CCP kedua yang memiliki
peran significant bagi pembentukan kepribadian anak dengan integritas sikap
yang solid. Dan tentunya hal ini membutuhkan media/kegiatan yang bisa menjadi
sarana efektif untuk memberikan ‘intervensi’ pada pola pikir, tingkah laku dan sikap/attitude anak. Kurikulum pendidikan agama, moral, ilmu sosial [bermasyarakat] dan yang
sejenisnya memang suplemen teori yang dibutuhkan sebagai dasar hukum bagi anak
untuk memilih dan memilah mana yang benar dan salah. Tapi perlu diingat bahwa
penyampaian teori hanya bisa diserap secara optimal dalam 10-15 menit,
selebihnya akan dianggap siaran berita yang tidak membekaskan kesan apa-apa.
Jadi sangat penting adanya kegiatan EKSKUL atau UK [unit kegiatan] yang
memiliki unsur-unsur team work, leadership, kompetitif dan solidaritas.
Beberapa jenis kegiatan yang bisa saya
sebutkan dan menurut saya recomended untuk dijadikan hot list ekskul/UK adalah:
Pramuka, PMR, Pecinta Alam dan Penalaran. Dimana dalam kegiatan-kegiatan tersebut
bisa dimasukkan materi-materi tentang agama, moral dan ilmu sosial yang dikemas
sedemikian rupa disesuaikan dengan jenis kegiatan EKSKUL/UK-nya. Oia, OSIS juga
ding...dan masih banyak lagi rupa-rupa kegiatan yang bisa dijadikan wadah
penyaluran gairah masa remaja sehingga siswa tidak sempat kepikiran dengan
tawuran dan lebih hebat lagi tidak mempan dengan segala macam provokasi untuk
tawuran!
3. Lingkungan sosial [masyarakat sekitar]
Senada dan equal dengan lingkungan sekolah,
maka peran serta lingkungan sosial masyarakat juga memberikan kontribusi aktif
terhadap ‘kesehatan’ pergaulan anak-anak. Merupakan bentuk yang responsif jika
di setiap lini atau unit masayarakat dihidupkan organisasi kepemudaan semacam
karang taruna [apalagi ya comtoh lainnya?], sehingga akan terjadi interaksi
antar anak-anak yang nota bene berasal dari sekolah-sekolah yang heterogen
sehingga tercipta suasana kebersamaan yang guyub sehingga secara halus bisa
mencaikan rasa superior bagi yang sekolahnya favorite dan meningkatkan rasa percaya
diri buat yang bersekolah kurang favorite. Dengan demikian gap dan kesenjangan
sosial biasa dieliminasi dan memudarkan friksi-friksi pertikaian yang mungkin
terjadi.
Yang Kedua,
Cara Menanggulangi Tawuran berarti
konteksnya tawuran sedang terjadi atau muncul Hazard Tawuran, maka hal-hal yang
harus dilakukan adalah:
1.
Hentikan Tawuran. Ya iyalah, kalau terjadi tawuran ya
HARUS segera dihentikan agar tidak ada korban berjatuhan. Pihak keamanan,
Hansip, Kamra, Satpol, Satpam, Satgas....semuanya harus status siaga setiap
saat karena jobdes utama mereka kan how to handle stabilitas sosial. Logikanya
tawuran itu sebelumnya kan sudah merebakkan isu jika kelompok A dan B akan
duel. Seperti Nyala api yang berkobar, sebelumnya pasti ada asap kan? Jadi
harusnya tindakan penanggulangan tawuran ini bisa dilakukan secara cepat
seperti kinerja tim gegana yang menjinakkan bom yang tidak pernah menganggap
sepele info yang diterimanya jika ada yang hendak melakukan pengeboman. Nah,
jika peristiwa tawurannya masih tahap-tahap awal dan segenap Tim penjinak
tawuran cepat tanggap, kan bisa relatif lebih mudah diredakan. Misalnya saja di
puterin lagu iwak peyek atau Bang Thoyib....kan bisa tuh jadi
pengalih perhatian sehingga tidak jadi tawuran.
2. Investigasi: cari
sumber/the main cause terjadinya tawuran. Ketika
tawuran sudah bisa diblokade, diatasi dan dihentikan, bukan berarti masalah
tawuran already solved. Sangat perlu untuk dicari sumber dan penyebab
terjadinya tawuran tersebut. Hazard tawuran meledak pastinya karena terjadi
deviasi dan ketidaksesuaian terhadap salah satu dari ketiga CCP [keluarga,
sekolah dan masyarakat]. Jadi sangat penting untuk ditemukan sumber percikan
[api] tawuran tersebut agar bisa dilakukan corective action secara substansial.
Contoh sederhananya, ketika kita melihat lalat menclok pada makanan.
Langkah pertama yang kita lakukan tentu mengusir si lalat pemberani itu.
Kemudian dicari penyebab kenapa lalat bisa sampai PeDe nyamperin
makanan...ternyata tuh makanan gak ada penutupnya, maka perlu diletakkan
kembali penutupnya. Dan ini belum selesai, karena kondisi normalnya makanan
tersebut ditaruh bersama penutup. Jadi perlu dicari kenapa tuh penutup bisa
mengalami relokasi? Gak mungkin kan penutup makanan pindah sendiri?
3. Problem
solving/follow up terhadap hasil investigasi. Melanjutkan point “
mencari sumber tawuran’ di atas, maksud saya adalah The main reason
terjadinya Hazard tawuran HARUS ditemukan sehingga bisa dirumuskan serangkaian
action untuk menghentikan sumber terjadinya tawuran. Karena jika tidak
diselesaikan sampai ke akar masalah, maka jangan heran jika akan ada
“warisan” dendam dari generasi ke generasi yang dianggap sebagai sikap
patriotisme/loyalitas yang membabi buta terhadap leluhur [senior]
sebelumnya. Seperti peristiwa tawuran yang belum lama ini terjadi antara dua
SMAN di Jakarta yang katanya terkenal musuhan sejak lama. Pertanyaan saya, wong
semua pihak sudah tahu jika dua institusi sekolah tersebut bermusuhan, kenapa
tidak dibuatkan MOU semisal bikin saja program pertukaran pelajar diantara
kedua SMAN tersebut secara kontinu. Sehingga masing-masing pihak akan pikir
ulang jika hendak tawuran lagi karena sebagian teman-temannya sedang berada di ‘kandang’ lawan kan?
Dan problem
solving lainnya adalah terhadap pelaku yang terlibat tawuran. Saya pribadi
kurang sependapat jika mereka dikenakan sanksi hukum pidana mengingat mereka
masih dalam usia anak-anak sekolah. Pemberian hukuman pidana bisa jadi bukan
membuat efek jera, tapi justru akan membuat ‘luka’ baru yaitu : justice
sosial. Maka dari itu, saya lebih suka jika pelaku tawuran secara bersama-sama
diberikan sanksi pengabdian sosial seperti di panti asuhan, panti werdatama,
Rumah sakit atau bila memungkinkan dikirim ke daerah tertinggal untuk kurun
waktu tertentu. Ya pastinya tetap dengan pengawasan langsung yang ketat serta
monitoring yang comprehensive.
Wah, kok
panjang kali lebar nian tulisan ini yaa... Agar tidak semakin berkepanjangan
maka demikian dulu opini sederhana saya tentang Bagaimana Mencegah dan
Menanggulangi Tawuran. Meski tak ada ide yang fresh from the oven dalam tulisan
saya ini, minimal semoga bisa melengkapi wacana kita semua bahwa tawuran harus dan
sangat bisa dicegah sejak dini....
Artikel
ini diikutkan pada kontes Unggulan Indonesia bersatu:
yang
diselenggarakan Oleh Taman Blogger
Wah mantap ulasannya mbak..menang nih menang, makan-makan yak :D
ReplyDeleteIya keren keren. Semoga menang ya mba. Jangan lupa zakatnya 2,5 persen
Delete@ Mas seagate: Ulasannya msh teori banget tuh mas...prakteknya teori itu di hal yg lain [bukan pd case tawuran]
Delete@ KAng Asep: Kang Asep merendah neh, tulisan Kan Asep juga layak menang tuh
sukses untuk kontesnya mbak :)
ReplyDeleteMa kasih BU Guru...#merah merona neh ada kehasiran BU guru
DeleteMantabs banget nih ulasannya. Sepakat dengan mas Seagate. Two thumbs up for you Rie...
ReplyDeleteBener banget, setuju banget dengan solusi dan uraian yang telah engkau jabarkan sist! wow... keren.
Sukses yaaaaa....:)
aku belum sempat ikutan, hiks..hiks...
Wah Mbak AL belum ada ide? Kayknya strategi neh...at the last hour...muncul deh ulasan Mbak AL yg makJleb dan melejit deh ninggalin aku...#saingan berat neh
Deletenice share mba...:)
ReplyDeletemoga menang kontesnya...aamiin
Yg penting ikut kontesnya ..yukk ikutan juga yaa
Deleteselamat atas kemenangan http://www.ririekhayan.com, dalam kontes ini. Sebagai peringkat pertama .
DeleteCongratulation mbak. Keep spirit always :)
salam.
Mbak Rie... Tulisannya bagus banget... Bahasanya juga seger... Kayak minum es buah rasanya... Qiqiqi...lebay dikit...
ReplyDeleteSemoga Sukses ya ngontesnya mbak....
Hahahaa...tumben Mbak Niken lebay? Apalgi pas bacanya saat hujan ya MBak atau sambil minum jus sirsat...slurrpppp..maknyess
Deletemenurut saya pemerintah memegang kunci buat selesaikan ini. selama mendikbudnya cuma kayak begini,nggak akan selesai masalah tawuran.pendekatan turun langsung ala jokowi perlu dilakukan, sekolah yang siswanya tawuran perlu dikasih sanksi.
ReplyDeletejuga kurikulum, selama pendidikan orientasinya normatif dan teori saja, ya lihat saja sekarang begini. pendidikan pancasila masih relevan sekarang, gerakan seperti penataran P4 pun masih diperlukan, menurut saya.
Pemerintah memang memegang peranan penting, tapi sampai kapan peran tersebut di pentaskan..kita tdk bisa terus menunggu kan Pak. Do what we can do..saya lbh suka ini. Kalau setiap unit terkecil masyarakat [keluarga] semakin banyak yg cocern terhadap personality anaknya masing, dan didukung oleh sekolah dan masyarakat yg cooperative dan kondusif utk menghindarkan aneka friksi antar remaja, maka hal ini akan menjadikan iklim yang menuju minimalisasi tawuran.
DeleteKalau ttg pendidikan normatif [agama, moral, disiplin dll], saya juga sepakat jika hal itu tdk bisa hanya disampaian secara teori di depan kelas. Dibutuhkan desain program yg interaktif dengan muatan-muatan normatif tersebut. Di sinilah peran EKSKUL/UK bisa dioptimalkan peran dan fungsinya untuk meng'injeksikan nilai-nilai personalit dan penguatan karakter yg baik pd siswa/mahasiswa..
Semanagt buat kontesnya =D
ReplyDeleteKeren.. :!: :)
Hehehheee..Alhamdulillah saya keren ya? #narsis!
DeleteWeww.. bahasanya tinggi banget :)
ReplyDeleteContoh lain organisasi kepemudaan ntu selain karang taruna bisa remaja mesjid juga ya kan :)
Very good lah mbak, and semoga berhasil yaa :)
Weww...masak sih bahasanya tinggi..#maluuu
DeleteVery good, iya ya Remas...#pikun deh
semoga menang ya kontesnya
ReplyDeleteyg menang pastinya yg paling membumi tulisannya ya MBak.
Deleteweh lengkap mbak rie, eeh itu mainan gasing kah?
ReplyDeletesptnya sey iya, main gasing tuh..#potonya 'nyyuri' koleksinya kakak ipar soale
DeleteTerima kasih atas partisipasi sahabat.
ReplyDeleteSalam hangat dari Surabaya
Terima kasih juga sdh di eprup pendaftarannya ya Dhe..
DeleteSalam sejuk dari sini
Saya sangat setuju sekali dengan parameter keluarga yang ditempatkan di posisi pertama. Ya Keluarga adalah basicnya menurut pendapat saya. Jika pendidikan etika, moral, dan agam berlangsung dengan baik dari rumah, keluarnya juga diharapkan juga demikian. Semoga menang ya. Sukses selalu :)))
ReplyDeleteDan pendidikan agama, moral, etika akan efektif jika disampaikan secara interaktif [bukan dogmatis]
Deletemantep Ri...
ReplyDeletekeren nulisnya *hwahaha..jadi mayyu akuh*
* Hwahaha...saya juga mayyu mbak, lha tulisan saya kan masih abal-abal..
Deletebetul carikan masalah utamanya sumbernya apa sih..? wah mantap tulisannya panjang dan contohnya kongkret... sip
ReplyDeleteKalau sdh terjadi tawuran, menurut saya mmg harus di tuntaskan sampai sumber masalh yg membuat mereka tawuran, kalau tdk tuntas dampaknya ya akan jadi bom waktu...yg akan meledak sewaktu-wktu
DeleteLengkap & mantap nih mb.. sukses ya mb rie ngontesnya :)
ReplyDeleteAmiin, sukses juga kita sama- sama bisa ikutan 'tawurannya' yg diadakan Pakdhe ya Mbak
Deletewah ternyata Ikut Kontes. pantasan aza lengkap banget ulasannya.
ReplyDeleteKalo saya sukanya yang simple2 aza yaitu dg cara perhitungan ekonomi untung dan rugi. pemahaman untung dan rugi ini perlu diterapkan bagi siapa saja. hitung berapa untungnya dari tawuran dan berapa ruginya. yg jelas setiap orang pasti tak ingin rugi. hehehhee..nyleneh.com
Kalau pake itungan untung -rugi susah diresapi kalau gak ada uangnya beneran lho? Jd berasa kayak main monopoli tuh..hehhee
Deletemenyimak cerita yang memikat nih.sekalian blowalking.
ReplyDeleteokeee..........
Deletemoga ngontesnya sukses mbak
ReplyDeleteAmiin, smeoga tawurannya semakin menurun dan tak ada tawuran lagi di masa-masa mendatang:)
Deletesetuju mbak, ngeri bgt tawuran itu :(
ReplyDeletesemangat ya mb:)
semangatttt....hari pahlawan
DeleteAwal untuk mencegah tawuran adalah adalah lingkungan keluarga yang baik dan juga tentunya landasan agama yang baik dan kuat ditanamkan semenjak anak-anak masih kecil
ReplyDeleteAgama dan keluarga, adalah dua hal yg tak terpisahkan sebagai pembentukan karakter dan kepribadian anak yg baik
Deletesaya gak pernah tawuran lohh... boleh bangga gak? :D
ReplyDeletesaya jg gk pernh tawuran lohh...boleh bangga dunk
Deleteadaya tawuran itu karena munculnya perkumpulan
ReplyDeletedan tentunya perkumpulan yg kurang baik kan
DeleteKonteks tindakan kriminal/anarkis tsb menurut pemahaman personal saya saja Kok PAk Ies. Saya ngambilnya dari kata dasar "tawur ~ Ngawur". Kalau org sdh dewasa mestinya ya gak melakukan tindakan yg ngawur lagi kan?
ReplyDelete#wowowowowoo...di kasih sarimbit neh sama pak Ies:)
semoga tawuran ngga terjadi lagi
ReplyDeleteAmiin..
Deletetawuran lagi tawuran lagi yaa..... hehhee
ReplyDeletesemoga gak ada lg tawurannnya....
Deletehehe.... ternyata tidak semua tawuran itu negatif ya mbak contohnya ini tawuran tulisan dalam kontesnya PakDe Kholik
ReplyDeleteiya neh pak, tawurannya makin rameee
DeleteIkut Kuliah Singkatnya Bu Dosen Ririe Khayan...
ReplyDeleteKalau generasi muda pada ngeblog, saya pikir nggak akan sempat lagi tawuran...
Whaaa....malyuuu, ada Pak Guru, buru2 duduk manis ahh.
DeleteIya Pak, kalau pada hobi nge-blog kan bisa lbh keren tawuran dengan postingan ya
wah tawuran lagi..saya lagi malas bahas tawuran..? org yang ikut tawuran itu tandanya org yang g punya otak..!!
ReplyDeleteudah ah saya mau bahas admin nya aja hehehe...?
saya setuju ma comantar di atas,kuliah singkat..? kata-kata profesional,di bumbui dengan kata2 yang "angel-angel.sampek aku g ngerti" hehehe maklum sob,saya bukan org terpelajar..? tp saya dukung kalo sobat mau jadi penulis...? berbakat tuch....
ya, maap kalau diksinya masih acak kadut ya? kdg msh bingung nyari alternatif kata yg lbh umum. Jd ya gettu deh, asal ngrasa dpt kata yg pas ditulis..hehhee
Delete#Kalau mendukung, brarti nanti kalau saya punya buku diborong dunk
Moga menang ya mbak.
ReplyDeleteamiinnnn
DeleteTiga lingkungan ini, yakni lingkungan keluarga, sekolah, dan sosial, sungguh memang perlu diperhatikan ya, Mbak.
ReplyDeleteSemoga ngintesnya sukses ya, Mbak.
Secara garis besar, menurut saya ya ada 3 komponen itu yg perlu di maintain titik kritisnya
DeleteSudaj ada solusi yg mantap dari mbak Rhirie..
ReplyDeleteharusnya tawuran makin mereda ..
kalau masih ada tawuran itu namanya kebangetan.
sukses !!
iya ya...hari gini masih suka tauwran, gak gaul blas..
Deletewueh, mantep gitu mb'...
ReplyDeleteuntuk aq udah lulus SMA ^^
Alhamdulillah gk pernah terlibat tawuran yaa
Deleteartikel yang keren gan, unik dan blognya juga bagus
ReplyDeletehemmm...ma kasiihh:)
Deleteyg paling penting menurut aku AGAMA,karena masyarakat kita sekarang memiliki Agama tp belum tentu mengerti tujuan dari apa diajarkan agama :)
ReplyDeleteNilai Agama yg ditanamkan dari unit trekecil masyarakat: keluarga. Dan nilai-nilai agamapun tak bisa hanya secara teori diberikannya:)
Deletehem.... ini benar benar pandangan dan dari sudut pandang kaum intelek, lengkap betul pembahasan dan mencari akar permasalahnya. Persis sperti peneliti yang sedang mencari akar permasalahan. dan aku setuju betul kalau keluarga di jadikan pondasi pertama, karena dari sanalah di bangun pertahanan yang kuat.
ReplyDeleteSEbenarnya karena kebetulan saja kerangka tulisannya muncul kayak begini, jd masih jauuuuuh kayaknya dr kualifikasinya org intelek...
Deletetawuran yah, biasanya terjadi pada sa'at acara orkes dangdut gitu.,.. :D
ReplyDeletetapi sekarang, alhamdulillah udah jarang berita tawuran gegara liat orkes... :D
kalau ada konser juga rentan terjadi tawuran..sepak bola juga tuh kalau Tim sepak bola favoritnya kalah kan suka tawuran..#aneh banget
Deletedari membaca tulisan ini, banyak manfaat yg bisa di dapat ttg bagaimana meminimelisir kenakalan pada anak remaja... semoga menang deh kontesnya hehee salam
ReplyDeleteMenang atau kalah yang semangat berbagi wacana demi mengurangi tawuran :)
DeleteSenada dengan zasachi, bahasa awalnya terlalu tinggi mbak tetapi masuk pada inti tulisan udah mulai mudah dipahami... :)
ReplyDeleteIyaa, terima kasih sdh di ingatkan. Semoga lain kali bisa milih kalimat yg lebih membumi ya:)
Deletesaya selalu dukung mba,,,
ReplyDeletemantabs saya dkung hidup dan mati koneksi saya,,, on line atau off line,,,
menang,,,
Hahahhaa..Alhamdulillah, makin banyak pendukungnya neh
Deletehukuman memang harus tegas, tp juga jgn bikin luka baru utk mereka ya mbak.. Pokoknya cari hukuman yg memberikan efek jera tp positif gitu kali ya.. :)
ReplyDeleteSaya sey setujunya demikian, kalau masih usia anak-anak diberikana hukuman pidana sgt mngk dia akan mendapat justice baru dr lingkungan sosialnya Mbak
Deletependekatan terhadap anak di linkungan keluarga kunci utamanya.. kunjungan weekend mba..
ReplyDeletesip...sepakat dan kompak kita Mbak:)
Deletesalam kenal, Ririe
ReplyDeleteLuar biasa tulisannya tentang mencegah dan menanggulangi tawuran ini Rie...
kayaknya bakal juara pertama di kontes ini
salam
Amiin, yg penting bisa sharing pendapat demi hal yg lbh baik ya BUnd:)
DeleteJelas, tegas dan lugas...
ReplyDeletefeeling saya bakal menang ini....
Smoga feeling so good ya Mas, selain bisa saling sharing tentu sesuatu banget jk bisa terpilih jd salah satu pemenangnya...it's side gift yg awe some..apalagi di GAnya pakdhe...
Deletelingkungan keluarga memegang peranan penting ya mbak
ReplyDeleteiyap, menurut saya demikian mbak.
DeleteWow, jarang-jarang yang memiliki pemikiran integral seperti ini. Anak adalah cermin bagi kita: keluarga, lingkungan, bahkan sistem pendidikan di negara ini. Wajah buruk jangan cermin dipecah. Semoga menginspirasi banyak orang tua di lingkungan sekitar kita, aamiin.
ReplyDeleteWajah buruk, maka jangan cermin yang dipecah..tapi memperbaiki sisi-sisi yang lain sehingga wajah buruk tsb akan tergantikan oleh point-point plus karakter diri
DeleteWuih... Urainnya Mabk Ririe komplit dan aplikatif :)
ReplyDeleteSemoga berjaya bersama saya. Hehe...
Amiin, semoga bisa tambahan wcana bagi kita semua:)
Deleteini bru kta-kata mutiara. bkn kta-kta bapak heheh.
ReplyDeletebgs mbk aq ska kta2 itu LANJUTKAN heheh..
ada kata-kata mutiaranya ya?
DeleteIde yang menarik sekali..
ReplyDeleteMeski tidak bisa berharap banyak dari penguasa negara ini untuk melakukan tindakan nyata pencegahan dan penanggulan tawuran, namun kita tetap bisa melakukan sendiri, untuk keluarga kita dan masyarakat sekitar kita.. :)
whaa....ada kunjungan tim juri neh. Terima kasih atas penilaiannya pak, menrut saya utk mencegah dan mengurangi tawuran harus dimulai dr kemauan semua elemen masyarakat, dr unit terkecil keluarga, jd tdk perlu menunggu pemerintah yg belum kita tahu sampai kapan akan mendeclare-kan riil action terkait dgn masalah tawuran ini
DeleteSelamat ya mbak jadi Juara 1.
ReplyDeleteSalam kenal dari Blogger Semarang.
Salam kenal jugak, ma kasihh:)
DeleteSelamat atas kemenangan http://www.ririekhayan.com, dalam kontes ini. Sebagai peringkat pertama .
ReplyDeleteCongratulation mbak. Keep spirit always :)
salam.
ma kasih, smoga bisa lbh baik lagi dalam menulis:)
Delete