Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klompen]. Long wiken meski akrab dengan tripnya yang super duper crowded, menggoda kesabaran dan menguras tenaga, tetap merupakan moment yang selalu awesome pokoknya deh. Bismilllahirrahmaanirrahiim mudik liburan Idhul Adha kemarin memang saya planning berbeda dari biasanya dengan harapan bisa sampai rumah lebih cepat. Sudah sejak lama diprovokasi oleh Nurul yang aseli wong Jember untuk sesekali mencoba rute mudik by train, sebagai second choice karena selama ini [trip berangkat mudik biasanya start sepulang kerja +16.00 wiB] naik Bis butuh waktu sekira 4-5 jam hanya untuk Banyuwangi-Jember.
The Main Reason is: agar ada alasan yang eligible untuk berangkat lebih awal. Kalau naik bis kan setiap saat ada tuh bis yang jalan, sedangkan jadwal Kereta Api sudah tertentu. KA Probowangi yang beroperasi siang hari [kelas ekonomi] untuk jurusan Banyuwangi-Probolinggo dan saya sengaja ambil rute hanya sampai Jember, tepatnya Stasiun Rambipuji dengan harga tiket Rp. 10.500,- dengan alasan kalau sampai stasiun jember akan meneruskan perjalanan via Bis dengan maksud agar bisa langsung ganti bis di BUngurasih. Maklumlah kalau naik KA langsung Banyuwangi -Surabaya kan turunnya di staisun wonokromo, sehingga masih butuh naik ojek lagi untuk menuju terminal Purabaya, kan saya masih harus naik bis jurusan ke Semarang agar bisa turun di Babat.
The Main Reason is: agar ada alasan yang eligible untuk berangkat lebih awal. Kalau naik bis kan setiap saat ada tuh bis yang jalan, sedangkan jadwal Kereta Api sudah tertentu. KA Probowangi yang beroperasi siang hari [kelas ekonomi] untuk jurusan Banyuwangi-Probolinggo dan saya sengaja ambil rute hanya sampai Jember, tepatnya Stasiun Rambipuji dengan harga tiket Rp. 10.500,- dengan alasan kalau sampai stasiun jember akan meneruskan perjalanan via Bis dengan maksud agar bisa langsung ganti bis di BUngurasih. Maklumlah kalau naik KA langsung Banyuwangi -Surabaya kan turunnya di staisun wonokromo, sehingga masih butuh naik ojek lagi untuk menuju terminal Purabaya, kan saya masih harus naik bis jurusan ke Semarang agar bisa turun di Babat.
Oia, sudah pada tahu apa belum kenapa nama kereta apinya Probowangi? Ternyata nama kereta ini diambilkan dari jarak tempuhnya hanya Probolinggo s/d Banyuwangi, yang disingkat jadi PROBOWANGI.Naik KA memang bukan hal baru lagi, begitupun naik KA kelas ekonomi sudah pernah saya lakoni untuk Surabaya-Jakarta. Tapi untuk rute Banyuwangi-Jember, ini merupakan pengalaman pertama saya, apalagi siang hari dengan cuaca yang extrem panass seruuu bro! Kamis jam 12.30 saya dan Nurul berangkat dari kantor #ssttt..ngabur separuh hari kerja dan KA berangkat jam 12.49 WIB ~ Waktu Indonesia wilayah Banyuwangi. Kalau soal seat sih gak ada masalah, kan tiketnya harus sesuai ID card sehingga gak ada kasus penumpang gak dapat tempat duduk lagi. Yang jadi masalah, hawa panasnya yang tak mampu diusir meski AC ON terus, maksudnya AC ~ Angin cendelo lho? Pedagang asongan juga hilir mudik dan di tiap stasiun selalu ada penumpang yang naik dan turun. Plus pastinya entah berapa kian kali berhenti karena ‘mengalah’ pada KA lain yang melintas.
“ Horee, sudah sampai Kalibaru...”
“ Please deh, lha ini kan baru sampai stasiun Rogojampi...” samber Nurul gemes karena saya mulai ‘cerewet’ menghitung stasiun pemberhentian.
“ Kurang berapa stasiun lagi ini..?” tanya usil saya selanjutnya
“ Kayaknya sih kurang 10 tuh..”
“ Serius kurang sepuluh stasiun? Lha iki wes jam telu, lhak iso-iso sampai Rambipuji Maghrib nek ngunu?”
Dan kalau dinaratifkan semua kebawelan saya dalam mudik By Probowangi ini bisa jadi satu cerpen kayaknya. Di bangku depan kami ada sepasang suami istri yang membawa seorang anak Balita yang lucu sekaligus agresif, lha Ibuk’e saja kewalahan. Mereka juga dalam rangka mudik ke rumah sang suami yang ada di Jember, jadi mereka turun lebih dulu ketimbang saya dan Nurul, dan kemudian digantikan oleh penumpang baru seorang Ibu muda yang anaknya belum genap setahun usianya, dengan didampingi sang adiknya yang lengkap membawa file-file literatur skripsinya dalam satu map yang dikempitnya. Saat saya tanya sih hendak ke Probolinggo.
“ Jurusan apa di ITSnya Mbak?” tanya saya sok akrab saat melihat jaket almamater yang dikenakannya.
“ Saya dari FMIPA Matematika, Lha embaknya juga dari ITS ta?”
“ Iya sih, tapi angkatan luama kuk...”
“ Ah masak, wong kelihatannya masih muda banget getu lho Dhek...” weleh-weleh, manggilnya langsung ganti sebutan ‘dhek’ yang membuat si Nurul spontan nulis di screen Hpnya dan ditunjukin ke saya.
“ Yakin kalau dia lebih tua darimu...?”
“ Hahahaa...ya jangan salahkan daku, wong sudah kubilang kalau aku lebih tua tapi dia kagak percaya kuk.....”
Sebenarnya, perjalanan by train ini melalui jalur pemandangan alam yang sangat menarik yang dimulai dari stasiun Kalibaru hingga Garahan karena melintasi area perkebunan, jurang dan terowongan. Dan untuk bisa menyaksikan pemandangan langka ini secara leluasa dan langsung, silahkan dicoba dengan naik Lori wisata yang setiap hari beroperasi di session “jam kosong” jadwal laju KA. Sekali trip bayar Rp. 500.000 [semoga belum naik lagi tarifnya] dengan minimal penumpang 5 orang dan maksimal 10 orang. Dijamin bakal puas menikmati adventure naik Lori wisata ini lho..#selingan promosi.
Sedikit view di sisian rel kereta api yang bisa ke poto |
Dan ketika sampai di stasiun Garahan, bisa menikmati makan pecel ‘mahal’ yang terkenal dengan nama “pecel Garahan”. Saya sebut mahal karena untuk sepincuk nasi dikasih sayuran yang disiram bumbu pecel dan lauknya dua krupuk petulo [yang sering digunakan untuk lomba makan kerupuk saat Agustusan itu lho] harganya telung ewu ~ tiga ribu. Kalau tidak mau kerepotan ngambil dari jendela yang butuh tangan panjang untuk menjangkau uluran sepincuk nasi tersebut dari tangan sang penjualnya, silahkan belinya dari ambang pintu KA saat berhenti di Garahan karena para penjualnya tidak masuk dalam KA.
Dan tak lama berselang, saya pun mengakhiri perjalanan by probowangi ini di stasiun Rambipuji dan lanjut naik bis. Prediksi saya meleset total, ternyata jalur jalan raya juga mengalami lonjakan lalu lintas sehingga terima nasib deh tiba di terminal Bungurasih hampir jam sebelas malam serta mendapati kenyataan yang fantastic: Penumpang mbludhak! Di Area penurunan penumpang saja pemandangan penumpang berebut naik ke bis yang baru datang langsung bikin saya klepek-klepek “WOW” bagaimana saya bisa berebutan naik bis dengan bawa barang berat begini?
Emergency call ke adik gagal karena radiatornya bocor jadi gak mungkin menjemput saya. Ask another help juga nihil karena kakak yang dari Tangerang baru arrived di LA sekira jam 9 malam! Ide cerdas pun melintas : naik Taxi karena ada sukarelawan keponakan si Andri yang siap mengantar saya pulang sampai LA. Dan taraaa...ongkos naik taxi dari Bungur pun ikutan edan naik berkali lipat. Ya sudahlah, last option di jemput motor dan melaju sampai home sweet home dengan naik sepeda motor.
Demikian reportasesingkat kepanjangan mudik by probowangi dengan bonus: Hari Jumat saya nglembur seharian tiduuurrr.....#kesimpulannya adalah indah dan Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi kan?
Demikian reportase