[Memang] Semestinya Saia Lakukan. Saat membaca postingan Mbak Niken yang sedang menggelar hajat First Give Away dengan tema FROM ZERO TO HERO, aseli plus jujur saya tidak berani tunjuk niat untuk ikutan.
Simply reason: saya merasa masih Zero to Zero, lha hal Heroik apa yang telah saya lakukan? Jangankan untuk orang lain, untuk orang-orang terdekat saya saja [sepertinya] belum ada ‘sesuatu’ yang hebat dan bisa di sebut tindakan seorang Hero! Tapi demi membaca detail kriteria untuk tulisan di event GA ini.
“.....berbagi kisah mengenai Hero dalam diri kita. Bisa menceritakan tentang sosok seseorang, peristiwa yang mengesankan, atau petunjuk yang datang. Yang semuanya mampu membuat kita bangkit dan menyadari bahwa kita punya kekuatan untuk merubah hidup kita ke arah yang lebih baik.....”. maka Bismillahirrahmaanirrahiim saya memberanikan ikut memeriahkannya. Bukan tentang kisah heroik atau hal lain yang luar biasa, melainkan hanya sebuah sikap biasa dan keputusan yang sewajarnya dilakukan oleh seorang kakak/saudara.
Ini tentang moment-moment menjelang pernikahan adik saya. Dalam Agama dan secara logis serta ilmiah memang tidak ada ketentuan jika seorang kakak harus menikah lebih dulu dari adiknya. Namun variabel budaya dan pola pikir lingkungan sekitar [saya] masih terbawa ‘biasanya’ serta hukum wagu jika adik laki-laki mendahului mbakyu-nya menikah. Entah mitos apalagi yang terakit hal itu, saya kurang paham. Yang jelas ketika seorang adik menikah mendahului kakaknya tak jarang menimbulkan friksi, terutama jika adiknya laki-laki dan sang kakak adalah perempuan. It’s happen to me, adik saya sudah mantap dengan calonnya sedangkan saya masih absurd dengan siapa dan kapan akan menikah.
Tak ayal, niat adik untuk meresmikan hubungannya menuju jenjang pernikahan pun menghadapi ganjalan cukup serius karena orang tua saya terutama Ibuk keukeuh menginginkan saya menikah lebih dulu. Dan saya paham banget jika Adik saya tak mungkin berani melangkahkan kaki menuju jenjang pernikahan selama sikap Ibuk masih No excuse untuknya. Kakak-kakak saya lebih bersikap netral, meski awalnya juga mendukung sikap Ibuk. Tapi perlahan sikap para kakak memang meluluh demi menyadari adik saya yang sudah bekerja dan usianya juga menjelang kepala tiga.
Dan bagaimana dengan sikap saya?
Beberapa bulan saya tidak menyatakan sikap apa-apa, saya tidak menentang keinginan adik tapi juga tidak menyatakan sikap setuju. Toh secara eksplisit dia belum mengatakan pada saya tentang niatnya untuk menikah? Deep inside dan sisi manusiawi, saya pengen segera menikah juga..saya ingin menikah lebih dulu dari adik! #sisi superioritas sebagai kakak mendominasi.
Dalam masa beberapa bulan status sikap saya yang quo, saya pun perlahan mengendapkan rasa dan merenungkan semuanya dengan mengesampingkan sisi egoisme diri saya. Saya yakin adik saya pun mengharapkan saya lebih dulu menikah. Saya tahu dan bisa merasakan semua orang mengkhawatirkan saya karena belum jg menikah, juga apresiasi dari orang-orang di desa kami dengan segala sudut pandangnya jika adik menikah lebih dulu.
Every single breath, saya menyadari usia kami bertambah. Lelaki yang dijanjikanNYA sebagai Imam bagi saya masih belum ada penampakan sementara saya tidak bisa ASAL menikah jika Cuma untuk mengganti status kan?. Sedangkan adik sudah ada titik terang calon pendamping hidupnya yang saya tahu seorang gadis yang sholehah, baik hati dan pandai tentu saja. Dan saya pun tidak bisa memastikan dalam kurun waktu setahun mendatang akan menikah? Kecuali SUNNATULLAH, tentu saja.
ANDAI sekalipun adik bisa dan mau menunggu, tapi sampai batas waktu berapa lama? Berharap segera bisa menemukan jodoh saya dan tetap ikhtiar serta berdoa itu pasti, namun saya juga harus mengambil sikap karena adik saya tak akan berani menikah tanpa restu dari Ibuk. Maka saya pun harus menguatkan hati dan membulatkan tekad: meyakinkan ibu agar berkenan memberikan restu buat anak bungsunya untuk segera menikah.
Lahir lebih dulu kan tidak berarti harus menikah lebih dulu tho? Memangnya siapa saya kok egois mengklaim diri mesti menikah dulu karena kebetulan dilahirkan sebagai kakak perempuan baginya? Sementara Sang Pengatur Hiduplah yang punya Kehendak Mutlak selalu memberikan skenario yang terbaik.
Saya juga minta salah satu kakak perempuan kami yang lebih memahami bagaimana cara ‘berdiplomasi’ efektif dengan ibuk untuk meyakinkan beliau bahwa InsyaAllah saya baik-baik saja..bahwa saya akan bisa menerima kenyataan dan semua efek sosial yang mungkin muncul jika adik saya menikah lebih dulu.
Saya berharap dengan pernyataan sikap saya semoga Ibuk bisa legowo merestui rencana pernikahan anak bungsunya tersebut. Orang lain kan sudah kodratnya berkomentar jika melihat sesuatu yang dalam skala ukurnya dirasa kurang pas, toh itu lama-lama juga akan menguap seiring waktu yang berlalu.
Demikian keyakinan saya meski beberapa butir transparan menetas jatuh untuk menyertai pilihan sikap saya tersebut. Saya tahu proses dan kemantapan hati saya untuk memberikan dukungan dan menyetujui agar adik menikah lebih dulu merupakan hal yang sudah sewajarnya saya lakukan, jadi BUKAN sesuatu yang heroik [walau melalui perdebatan hati, emosi, perasaan, akal, logika.....apa lagi ya?] tapi [Memang] Semestinya Saia Lakukan.
Jika saya renungkan lagi, alasan confidential lainnya adalah saya tidak ingin menjadi orang yang paling bersalah karena membuat proses hidup adik saya dan banyak orang lain akan terhenti. [Calon] istri adik saya tentu anak gadis dari orang tua yang punya kecemasan yang sama dengan yang dirasakan orang tua kami. Juga kakak dan adik dari seseorang dan bagian dari anggota masyarakat yang punya punya cara penilaian heterogen seperti lingkungan kita juga.
Dan Alhamdulillah, sekitar setahun kemudian yaitu sekitar 3 tahun lalu adik saya menikah [mungkin dia masih ingin memberi saya jeda waktu siapa tahu jodoh saya segera datang] dan inilah putri mungilnya yang bernama Queen Balqis.
Let's keep spirit up, yukk ah menyanyi dulu ... HERO-nya Mariah Carey:....
There’s a hero if you look inside your heart...
You don’t have to be afraid of what you are...
There’s an answer if you reach into your soul....
And the sorrow that you know will melt away...”
ijinkan Tulisan
ini diikutsertakan pada LovelyLittle Garden's First Give Away
yang diadakan oleh Mbak Niken Kusumowardani