Membaca
sebuah kolom dari media cetak nasional yang mengulas pokok bahasan: Pertobatan Kolektif berjudul Ramadhan, softly but
deeply membuat saya ‘tersindir’. Awalnya saya tak begitu aware dengan kolom
yang disajikan secara terjadwal itu, tapi setelah beberapa kali seorang teman bercerita
kalau ulasanya menarik dan membumi dengan bahasanya yang ringan, saya pun jadi
tergoda untuk mengikuti hadirnya kolom tersebut. Bagi yang setiap hari rajin
mengawali hari-harinya dengan membolak-balik halaman koran Jawa Pos, tentu
sudah tak asing lagi dengan nama Kika Dhersy Putri. Dan untuk tema yang diberi
judul: Pertobatan Kolektif berjudul Ramadhan,
saya tertarik untuk mendokumentasikannya dalam versi resume di blog sebagai
pengingat untuk diri saya sendiri. Alhamdulillah jika bisa jadi wacana bagi
yang belum membaca ulasan pada rubrik tersebut dan Bismillahirrahmaanirrahiim
inilah versi
singkatnya dan semoga tidak mengurangi keutuhan makna dari ulasan versi
lengkapnya:
------------------------------------------------------------------
Terlepas bagaimana kesehariannya, pada Ramadhan semua
orang punya alasan yang tepat untuk bertobat dan berusaha jadi lebih baik:
untuk menjaga ibadahnya, lidahnya, matanya, hatinya serta berusaha lebih baik
dari pada hari-hari lainnya atau bulan-bulan sebelumnya. Karena dikerjakan
secara kolektif, semuanya jadi lebih mudah dengan konsepnya: sama rata sama
rasa. Lapar sama lapar, sabar sama sabar, baik sama baik dilakukan secara ‘berjamaah’,
baiknya adalah semua orang jadi saling menjaga atau minimal saling merasa
sungkan untuk tidak melanggar aturan.
Tapi sayangnya, hal tersebut [seringnya] temporer, kadang
[tanpa disadari atau sengaja] menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan
pencitraan sekaligus bulan pamer. Bercitra paling beriman, bertaqwa, paling
beramal. Berbagai usaha berbuat baik tersebut, muncul satu pertanyaan: Apakah
saya ingin jadi baik karena memang ingin atau karena tergoda oleh iming-iming
hadiah dari Allah SWT? Ibarat game, Ramadhan adalah game [berlomba
berbuat baik] dengan peserta terbanyak untuk mengumpulkan poin yang paling
banyak. Sebagai bulan penuh keutamaan, pada Ramadhan memang ditawarkan promo
pahala, poin-poinya dilipatgandakan beratus kali.
Apakah manusia sejatinya memang pamrih dalam bertindak
dan berbuat? Jika dan seandainya sebulan penuh diwajibkan puasa tanpa
iming-iming pahala apakah masih tekun dan menjalaninya dengan sepenuh hati? Bagaimana jika surga dan neraka ternyata tidak
ada, apakah masih akan tetap beribadah dengan ikhlas dan tanpa pamrih? Jika
Ramadhan berlangsung 12 bulan, akankah manusia-manusia menjadi lebih baik?
Akankah kita berperilaku seistimewa pada Ramadhan? Mungkin karena Ramadhan
hanya berlangsung 30 hari, kita berusaha menguat-nguatkan diri untuk mencapai
tingkat tertinggi. Paling tidak, bisa saja terbersit sekilas dalam hati, “
udahlah, nggak papa kan Cuma 30 hari, masakh nggak bisa jaga perilaku ?” Jadi,
seolah-olah selepas bulan ini, kita siap dengen serentetan balas dendam.
Kalau benar manusia berbuat baik karena bulannya, Tidak
karena hatinya, saya sendiri harus mulai mengasihani diri sendiri. Semestinya
sih, Ramadhan bisa jadi bulan training
intensif, bulan latihan. Semua kebaikan dan kemudahannya seharusnya
diaplikasikan pada bulan-bulan lainnya di luar Ramadhan. Tetapi kenapa kita
masih sering “hangat-hangat tahi ayam?” Kita hanya baik pada Ramadhan dan
mungkin beberapa hari sesudahnya. Selanjutnya, sama saja seperti sebelumnya
[yang kurang baik], mengentengkan dosa dan memenangkan nafsu. Kenapa oh kenapa?
Maka senyampang dalam Ramadhan, mari bertekad sepenuh hati jadi orang lebih baik,
berusaha memudahkan diri sendiri dan memfasilitasi agar orang-orang yang kita
sayangi bisa jadi pribadi yang lebih baik. Semoga masih diizinkan jadi lebih
baik tanpa menghakimi dan tanpa menjadi hipokrit.....[Jawa Pos, Rubrik Halau Galau]
------------------------------------------------------------------------------------
Keep
on fire in Ramadhan...semoga suksesnya pencapaian ibadah di bulan Ramadhan akan
menjadi spektrum yang membias dalam keseharian kita selanjutnya...