Makna di Balik Solitaire dan sendiri. Hampir seminggu ini dunia persilatan dan Warung Blogger semarak oleh hajatan game massal Solitaire dan Sendiri yang di selenggarakan secara duet oleh Mbak Imelda Coutrier dan Mbak Nicamperenique. Setiap kali singgah di ‘rumah’ sobat blogger mendapatkan hidangan solitaire.
Jadi semakin penasaran dan mupeng pengen ikut. Dan inilah semangat the last day, karena baru nyadar jika kalau waktu yang di sediakan hanya seminggu. Sewaktu Chat conference dengan Una, Mas Stumon dan Mbak Alaika, obrolan seru soal rencana Kopdar karena Mbak AL lagi di Jakarta. Maka ketika obrolan nyenthil soal GA solitaire, baru deh tahu kalau ternyata DL semakin dekat alias sudah the last day.
Jadi Bismilllahirrahmaanirrahiim menguraikan tentang game yang dulu sering saya mainkan di kala waktu luang dan apalagi saat suntuk plus jutek biar pelampiasan emosi jiwanya tidak menyinggung perasaan orang lain (teman kost). Tentu saja saya main solitaire dengan modal computer pinjam sana-sini. Asal ada computer teman kost yang nganggur dan kebetulan saya juga gak ada kegiatan, maka solitaire adalah teman yang tidak pernah protes meski saya mengulang-ulang game tersebut. Seringnya saya memainkan solitaire saat malam dan bisa sampai dini hari.
Ada keasyikan tersendiri setiap kali memainkan game tersebut, ada rasa penasaran setiap kali sudah menyelesaikan babak permainan tersebut. Keinginan untuk meraih score lebih tinggi dengan waku yang lebih cepat merupakan stimulator yang membuat saya rela tidur sampai lewat tengah malam. Menurut saya, efek positif (baik) dari solitaire yang merupakan game individual mempunyai nilai positif, yaitu untuk melatih kecepatan respon kita dalam mengambil keputusan dan aplikasi (tindakan). Saat mata (saya) melihat random kartu yang muncul di layar monitor saat itu pula harus secepatnya sampai di otak untuk di olah pengambilan keputusan kartu mana yang harus di buka berikutnya dan berikutnya secara agresif tangan pun akan cepat mengklik mouse.
Semua rangkaian tersebut harus terjadi dalam hitungan sepersekian detik agar bisa mendaptkan score yang tinggi dan waktu yang singkat. Selain itu juga merupakan exercise diri untuk menerima tantangan, saya dulu kalau main game solitaire saling berlomba untuk meraih score tertinggi dengan teman-teman. Jadi jika si A bilang meraih score sekian, maka saat saya mendapatkan kesempatan main solitaire saya akan berusaha untuk bisa mencapai score yang lebih tinggi dengan hitungan waktu yang lebih singkat (meski seringnya harus repeat game berulang-ulang tuh) #Dasarrr
Kalau boleh saya tarik satu persamaan yang similar dengan complicatednya soal-soal integral atau differential matematika, dimana secara penggunaan riil baru terpakai jika kita bekerja di bidang riset dan development (science). Bagi kebanyakan orang tentu (menurut saya) intisari dari pelajaran Matematika yang kita peroleh saat sekolah adalah melatih, mengasah dan membiasakan pola pikir serta sikap agar bisa sinergis sekaligus efektif dan integralistik dalam menanggapi segala persolan hidup. Nah kan, jadi nglantur ke Matematika padahal saya sendiri gak pinter-pinter banget pelajaran tersebut. # Lebay eksponensial.
Sebelum semakin jauh ulasan lebay ini, wong bahas solitaire kok mblakrak sampai Matematika.Solitaire yang identik dengan sendiri karena tidak diperlukan tim untuk memainkannya. Dan sebenarnya banyak hal yang juga saya lakukan sendiri, seperti pergi kemana-mana sendiri. Nyuci baju sendiri, beresin/bersih-bersih rumah sendiri, nonton juga sendiri (terutama sejak teman-teman sudah banyak menikah), jalan-jalan ke mall sendiri dll.
Teman-teman heran dan merasa aneh saat tahu saya nonton bioskop sendirian. “ Kalau menunggu ada temannya kan malah gak akan bisa nonton, apalagi sejak banyak teman-teman saya sudah menapak lembar hidup baru wong nyatanya tiap orang kan punya kesibukan masing-masing yang waktunya tidak sama. Ya di nikmati saja meski nonton sendirian kayak orang hilang di bioskop. Kalau sakit, pergi ke dokter juga sendiri dan biasanya kalimat yang saya bilang pada dokter adalah “saya gak mau di suntik, Dok. Jangan di kasih resep antibiotik juga ya” # pasien sok tau neh.
Apakah saya sudah bisa di kategorikan pribadi yang mandiri? Apapun pendapat dan penilaian orang mengenai diri saya, dengan segenap kebesaran hati akan tetap saya hargai. Dan saya pun bolehlah jika menyebut diri bisa cukup mandiri karena sejak kecil kakak-kakak saya sudah membiasakan saya untuk melakukan banyak hal sendiri. Satu contoh kecil saat saya minta diajari mengerjakan PR, kakak saya bilang “ dibaca lagi bukunya, wong belum dipelajari dengan seksama kok sudah minta diajari ngerjain PR” dan ternyata semua jawaban PR dari sekolah memang ada dalam buku. Sejak saat itu saya berusaha selagi bisa mengerjakan sendiri, jangan merepotkan orang lain.
Tapi kalau ada yang menawarkan bantuan tentunya dengan senang hati saya terima lho? . Semisal saya bawa travel bag, terus ada yang mau bantuin bawain ya saya persilahkan (meski saya sebenarnya msih kuat untuk membawanya). Masak saya tega menghalangi orang lain berbuat baik? Hehehe…
Nah untuk pertanyaan “ hal apakah yang tidak enak di lakukan sendiri ?” Menurut saya yang tidak enak dilakukan sendiri antara lain: makan nasi tumpeng sendiri, hayyoo sapa yang suka makan nasi tumpeng sendirian? Menyantap kue tart sendiri juga tidak saya sukai, meski saya belum pernah mengalami mengadakan party ultah, tapi kalau disuruh menyantap kue tart sendiri di jamin saya gak akan mau lho? Lha apa nikmatnya makan kue tart (ultah) sendiri, yang ada sih ngenes dan nelongso.. Satu lagi dan ini yang very confidential, hidup sendirian seumur hidup menurut saya sangat sangat sangat sangat……sangat tidak enak. Sudah sunatullah dan basically jika tiap orang ditakdirkan untuk tidak hidup sendirian kan?
Cukup sekian permainan uraian Solitaire dan Sendiri untuk diikutkan pada perhelatan GIVEAWAY : PRIBADI MANDIRI yang diselenggarakan oleh Mbak Imelda Coutrier dan Mbak Nicamperenique. Semoga saya bisa jadi pribadi mandiri yang tidak egois dan bisa ber’emphaty secara lebih baik dari waktu ke waktu