Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Prolog : sebenarnya sudah cukup lama ingin membuat postingan yang terinspirasi dari artikel di website VOA Indonesia pada tanggal 11 Maret 2012, tentang “ 44 Negara Hadiri Konferensi Pangan di Vietnam ” konferensi yang diadakan untuk membahas masalah-masalah kebijakan dan peraturan, termasuk keadaan pangan dan pertanian di kawasan Asia-Pasifik, dan prakarsa untuk memetakan keamanan pangan dan tindakan perbaikan gizi serta meninjau ulang laporan mengenai cara-cara untuk mempercepat kemajuan menuju sasaran pengurangan separuh tingkat kelaparan di Asia-Pasifik sebelum tahun 2015. Sejalan dengan hal tersebut, bahwa pangan adalah hak azasi manusia yang didasarkan atas 4 (empat) hal berikut:
Pangan Padi. Ilustrasi dari http://www.spi.or.id/?p=2550
Pangan Padi. Ilustrasi dari http://www.spi.or.id/?p=2550
  1. Universal Declaration of Human Right (1948) dan The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (1966) yang menyebutkan bahwa “everyone should have an adequate standard of living, including adequate food, cloothing, and housing and that the fundamental right to freedom from hunger and malnutrition”.
  2. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996 yang ditanda tangani oleh 112 kepala negara atau penjabat tinggi dari 186 negara peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu di antara penandatangannya. Isinya adalah pemberian tekanan pada human right to adequate food (hak atas pemenuhan kebutuhan pangan secara cukup), dan perlunya aksi bersama antar negara untuk mengurangi kelaparan.
  3. Millenium Development Goals (MDGs) menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara termasuk Indonesia menyepakati menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuhnya.
  4. Hari Pangan Sedunia tahun 2007 menekankan pentingnya pemenuhan Hak Atas Pangan. 
Berdasarkan artikel tersebut dan melihat fenomena alih fungsi lahan pertanian yang marak terjadi dimana-mana, sehingga saya tertarik untuk mereviewnya terkait dengan potensi ketahanan pangan Indonesia khususnya dan secara global pada umumnya dengan mengambil  point of view dampak pertambahan penduduk terhadap stabilitas produksi pangan. Maka Bismillahirrahmaanirrahiim  jika membahas tentang tingkat kelaparan dan gizi buruk, tentu tak bisa lepas dari angka pertumbuhan penduduk dan akibatnya pada stock produksi pangan [dunia]. Laju pertumbuhan penduduk memberikan dampak secara langsung yaitu meningkatnya  (demand) konsumsi bahan pangan dan dampak tidak langsung yakni bertambahnya kebutuhan pemukiman yang otomatis akan mengubah lahan pertanian untuk dijadikan tempat tinggal. Secara lebih sederhana, sebab dan akibat tersebut seperti multiple efect yang tak terpisahkan. Pertambahan penduduk membutuhkan papan dan pangan, sedang produksi pangan juga sangat tergantung oleh lahan yang saat ini juga mengalami penyempitan karena alih fungsi untuk pemukiman. Krisis pangan sekarang dan di masa mendatang bukan hanya masalah kronis negara-negara miskin, tetapi juga akan jadi masalah serius bagi negara-negara maju dari semua belahan benua. Tanda-tanda dunia mengalami kekurangan pangan terlihat dari ketidakseimbangan jumlah penduduk dunia dengan produksi pangan global dimana asumsi jumlah penduduk dunia bisa mencapai 9 miliar pada tahun 2045. Kondisi demografi ini membutuhkan produksi pangan dunia yang harusnya naik 70 persen dari produksi saat ini.

Akan tetapi, target produksi pangan yang sedemikian besar terkendala oleh faktor bencana alam, fluktuasi iklim yang semakin tidak menentu, krisis energi, krisis ekonomi dan krisis politik ( yang berdampak pada mahalnya harga pupuk dan obat) serta pola penanaman yang menggunakan bahan-bahan kimia mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan tanah dalam jangka panjang yang semua itu merupakan penghalang significant terhadap peningkatan produksi pangan. Kondisi tersebut masih ditambah lagi dengan menyempitnya lahan pertanian  karena pergerakan alih fungsi untuk pemukiman (sebagai konsekuensi lain dari pertumbuhan jumlah penduduk juga) yang juga merupakan penyebab yang cukup kritis untuk dicermati. Laju penurunan lahan pertanian di Indonesia  setiap tahunnya mencapai sekitar 2,8 juta hektar/tahun dan tingkat alih fungsi lahan pun terus meningkat setiap tahunnya sekitar 110.000 hektar/tahun (Data Kementerian Pertanian, 2011).

Pertanian, secara khusus dalam komoditi padi merupakan sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dunia. Bersama Filipina dan Malaysia, Indonesia disiapkan menjadi lumbung pangan di ASEAN yang diharapkan bisa bersama-sama mendukung Jepang, China, dan Korea Selatan untuk menjadi solusi dari masalah [krisis] pangan dunia. Untuk mencapai target menjadi food basket tersebut, tentu dibutuhkan pengembangan teknologi yang support terhadap produksi pertanian, anggaran yang memadai, dan peran aktif semua elemen masyarakat, terutama terkait dengan berkurangnya lahan pertanian akibat konversi lahan pertanian menjadi pemukiman atau area industri.
food basket; ketahanan pangan; persawahan yang menyusut
Perumahan yang menggusur Lahan persawahan
Masalah tersebut berakar pada masalah ketersediaan, distribusi, keterjangkauan pangan, kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan serta perilaku masyarakat. Selain itu, jumlah penduduk Indonesia yang besar dan tersebar dalam berbagai wilayah memerlukan penanganan ketahanan pangan yang terpadu dan terintegrasi. Penanganan ketahanan pangan yang dimaksud memerlukan perencanaan lintas sektor dan dengan sasaran serta tahapan yang jelas dan terukur dalam jangka menengah maupun panjang. Kerangka acuan untuk pengembangan produk pertanian tersebut bisa diklasifikasikan sebagai berikut :
  • Mempertahankan fungsi lahan pertanian
Yaitu menetapkan lahan-lahan pertanian (subur) sebagai area konservasi secara de jure dan de facto sehingga keberadaannya bisa dipertahankan sebagai area pertanian dan ini merupakan replacement (menurut saya) dari metode extensifikasi (menambah luas lahan pertanian dengan membuka area hutan dimana hal ini sudah tidak memungkinkan lagi untuk diterapkan karena  dampaknya pada global warning). Hal ini sudah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Pasal 26 dan Pasal 53 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, yang ditindaklanjuti dengan menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan oleh pemerintah RI yaitu dikeluarkannya Peraturan  Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Untuk detail pasal-pasalnya bisa dilihat di sini.
  • Intensifikasi Pertanian
Sebagai langkah simultan (follow up) dari point pertama di atas yang bertujuan mengoptimalkan hasil panen dari lahan pertanian. Sistem ini menitikberatkan pada pola dan tata cara tanam yang intensive yaitu mengimplementasikan hasil riset teknologi pertanaian dalam bercocok tanam padi. Salah satu metode yang sudah dikembangkan dan ternyata dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi dan diminati oleh petani pada umumnya adalah SRI atau System of Rice Intensification,  yaitu teknik budidaya padi yang mengubah cara penanaman, pengelolaan tanah, air dan unsur hara yang ada dalam tanah. Metode ini dikembangkan oleh Fr. Henri de Laulanié, S.J bersama petani lokal di Madagascar sekitar tahun 1983. Di Indonesia sendiri, pengembangan SRI pertama diujicobakan dan dikembangkan pada periode 2002-2007. Metode SRI ada tiga macam yaitu organik penuh, semi organik dan non-organik, yang menggunakan atau tidak menggunakan pupuk kimia. Dan keunggulan metode ini adalah dari cara tanamnya yaitu menanam satu bibit dalam satu lubang dengan jarak penanaman yang cukup lebar, yaitu minimal 25cm x 25 cm. Sedangkan pada metode konvensional adalah menanam 5 - 10 bibit dalam satu lubang dengan jarak tanam yang lebih berdekatan. Dengan metode SRI organik penuh yang menggunakan pupuk alami dan pestisida nabati, maka unsur hara tanah dapat mengalami perbaikan. Hal ini merupakan alternatif yang baik untuk recovery kesuburan lahan-lahan pertanian intensif yang biasanya menggunakan pupuk dan pestisida kimia selama bertahun-tahun untuk mengejar peningkatan hasil panen (karena produktifitasnya lebih tinggi).
  • Diversifikasi usaha pertanian dan bahan pokok makanan 
Untuk pengembangan pola tanam pada berbagai agroekosistem dengan based concern pada kenyataan bahwa daya dukung kesuburan tanah sangat tidak mungkin jika sepanjang tahun ditanami padi. Dengan langkah diversifikasi ini bisa tetap menjaga tingkat kesuburan lahan pertanian, menghasilkan produk pangan yang juga eligible untuk di konsumsi serta memungkinkan hasil dalam jumlah yang maksimal karena dalam satu masa tanam di lahan yang sama bisa dihasilkan lebih dari satu jenis hasil pertanian. Misal jagung yang dikombinasikan dengan kedelai, ketela dengan jagung, dsb. Dan berdasarkan data impor beras dan umbi-umbian, diketahui bahwa upaya untuk meminimumkan ketergantungan terhadap impor beras dapat dilakukan melalui diversifikasi pangan dari beras ke ubi kayu dan ubi jalar. Dengan diversifikasi pangan dari beras ke bahan pangan lain tercermin terlihat dari perubahan pola konsumsi atas berbagai jenis bahan pangan. Dengan penurunan jumlah konsumsi beras di satu sisi dan kenaikan konsumsi bahan pangan lainnya di sisi lain menunjukkan adanya diversifikasi pangan bisa jadi alternatif untuk menuju keseimbangan terhadap kemampuan produksi beras. Seperti bisa kita lihat gencarnya sosialisasi gemar [makan] ikan dan secara eksplisit menunjukkan trend konsumsi terhadap produk pangan nabati dan hewani juga mengalami peningkatan, misalnya produk ikan, telur dan susu.
Mempertahankan lahan [subur], intensifikasi dan diversifikasi pertanian secara simultan di harapkan bisa jadi langkah-langkah progresive dalam rangka peningkatan produksi pangan. Dan langkah perlindungan terhadap produksi dan jaminan ketersediaan pangan lainnya juga perlu disiapkan  antara lain: restriksi perdagangan, subsidi konsumen, perlindungan sosial dan kebijakan peningkatan produksi atau penawaran. Harga jual hasil produksi yang cukup tinggi diharapkan jadi daya tarik bagi petani untuk produktif dan pada sisi lain, subsidi konsumen ditujukan untuk mengurangi beban konsumen karena harga pangan yang tinggi. Dua langkah kebijakan yang dilaksanakan secara serentak, didukung dengan kebijakan restriksi perdagangan dan perlindungan sosial diperkirakan dapat memacu pertumbuhan produksi pangan di dalam negeri lebih tinggi. Karena jika harga jual tidak dilindungi maka lambat laun akan membuat petani menjadi pihak yang ditumbalkan sehingga bisa menurunkan motivasi bekerja di sawah dan meningkatkan arus urbanisasi yang bisa menimbulkan masalah sosial ekonomi baru lagi.  

Kesimpulannya, serangkaian program yang didesain untuk mengantisipasi dampak pertambahan penduduk terhadap stabilitas produksi pangan  (jika berhasil) maka merupakan solusi menuju ketahanan pangan dan dalam konteks yang lain juga merupakan langkah untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi angka pengangguran.




References article:
  1. http://www.voanews.com/indonesian/news/44-Negara-Hadiri-Konferensi-Pangan-di-Vietnam-  142300045.ht
  2. http://pse.litbang.deptan.go.id
  3. http://www.citarum.org/
  4. http://www.paskomnas.com/

124
Share
Membaca artikel/postingan peduli alamku tentang concert for Jakarta rubbish collectors, yang membuat go international kondisi yang sangat memprihatinkan dari rubbish collector dan terhadap tenaga kerja/pekerja secara umum yang kalau hendak dibuat listing saya yakin prosentasenya akan sangat fantastic. 
Pada kebanyakan bidang dan sektor kerja, not just  rubbish collector field tapi secara general kondisi pekerja di tanah air memang still less attention, they do their job without appropriate uniform, no protection from contamination, lack of inssurance and also low [cost] payment. 

Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim, merupakan fenomena sosial ekonomi yang masih jamak kita jumpai bahwa pekerja (karena melimpahnya jumlah tenaga kerja) sehingga bargain positionnya kurang kondusif. 

Hukum demand and order pun berlaku di ranah tenaga kerja, yaitu ketika suplay tenaga kerja melimpah maka upah yang ditawarkan pun bisa diminimalkan. Dengan kalimat superiornya  “ kalau mau di gaji sekian ya silahkan kerja. Jika tidak mau, yang antri lainnya kan masih banyak..”, mungkin dan kira-kira seperti itu jika di verbalkan.

Kalau ditelaah lebih jauh, bukan hanya ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja, namun masih significantnya jumlah tenaga expert WNA yang menduduki posisi-posisi strategis sehingga secara tidak langsung menyebabkan terjadinya degradasi kalangan terdidik Indonesia sehingga makin meningkatnya jumlah pengangguran dari  kalangan terdidik yang otomatis akan menurunkan kesempatan tawar dalam posisi bursa kerja. 

Wah, kok malah nglantur bahas polemik lapangan kerja ya? Kalau dilanjutkan bisa menimbulkan demo neh karena tulisan saya yang lebih bersifat subyektif. Jadi sebelum mblabar kemana-mana, saya kembali ke ide awal bikin postingan ini yaitu sekedar sharing beberapa foto yang tersimpan rapi di file. Sebuah gambaran yang mungkin tidak jauh berbeda dengan rubbish collectors hanya berbeda bidang pekerjaan/rutinitas. 

Bahwa masih banyaknya pekerja yang belum menggunakan perlengkapan kerja yang memadai, bahakan cenderung menggunakan pakaian kerja apa adanya meskipun resiko pekerjaan yang dihadapi sangat tinggi. Seperti kasus yang pernah saya lihat langsung, bagaimana "operator" tunner pembakaran yang bekerja tanpa menggunakan perlengkapan perlindungan diri yang memadai. 

Pentingnya Perlengkapan Keamanan dan Keselamatan Kerja masih sekedar wacana indah bagi sebagian kalangan pekerja di negeri ini. Dengan HANYA mengenakan kaos seadanya, si bapak mengerjakan tugasnya mengumpankan bongkahan batu bara ke dalam tunnel yang membara dengan suhu sekitar 400 OC. Sesekali mengintip untuk melihat kondisi di dalam tunnel, kapan perlu ditambah batu bara/kayu bakar dan mengeluarkan sisa abu pembakaran dari output yang ada di bawah tunnel. Mengoperasikan dan menjaga tunnel hingga menghasilkan panas agar kondisi suhu dan tekanan dryer (alat utama proses) tercapai untuk mengolah raw material (basah) hingga jadi produk kering (tepung).
Dan semua perlengkapan kerja yang dikenakan di setiap tahapan proses nyaris sama, hanya kaos seadanya dan sepatu yang jauh dari compatible. Tidak ada perlindungan terhadap kontak bahaya jika terjadi kecelakaan kerja, tanpa penghalang dari cemaran mikroba, tak memakai penutup hidung dari bau yang luar biasa menyengat, dst.

Demikian juga keadaan yang tidak jauh berbeda, perlengkapan dan resiko pekerjaannya harus dilakukan oleh tenaga kerja wanita yang menempati posisi sorting dan sizing raw material yang berupa ‘sisa’ ikan dengan kondisi yang bisa dibilang ‘limbah’. Mengingat raw material yang digunakan adalah sisa ikan (isi perut dan potongan kepala) yang otomatis mudah membusuk begitu out of cold chain temperature. Perasaan miris, prihatin, simpatik dan entah apalagi yang berkecamuk di benak saya saat melihat ‘mereka’ berjuang demi menafkahi keluarganya dengan mengambil sikap permisif pada semua resiko dan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.  

Kebetulan saat itu kami memang lumayan lama mengidentifikasi alur proses yaitu menunggu sampai ada output produk yang dihasilkan. Jadi saya punya peluang untuk lebih mendekat ke orang-orang yang sedang bekerja [memulai aksi investigasi off the record].
“ Kerjanya mulai jam berapa, pak? “tanya saya ketika bisa mendekati si bapak yang memberi umpan batu bara.
“ Tergantung bahan baku Mbak, bisa mulai jam 6 pagi sampai sore..” jawabnya dengan wajah berhias segaris senyum.
“ Terus gajinya, mingguan atau harian..”
“ Nggih harian, Mbak..”

Dan sayapun terbawa rasa ingin tahu, sehingga memberanikan diri untuk bertanya berapa gaji yang diterimanya dengan resiko dan beban kerjanya tersebut. “ Kalau boleh tahu, berapa gajinya sehari P`k?” dan tebak berapa gajinya? “ Empat puluh ribu...”. Padahal upah pekerja bangunan saat ini sudah lima puluh ribu ke atas dengan jam kerja mulai jam 7 pagi sampai 4 sore.


Life's full of challenges, but these challenges are only given because GOD knows our faith is strong enough to get through them



Noted: 
Foto original (awal) postingan ini dibuat ternyata disappear (mungkin efek ganti - ganti template), sehingga saya ganti dengan image lain yang relevan.
134
Share
Menikmati akhir pekan dengan kondisi yang kurang fit, all alone by my self tapi tentu saja yang TIDAK teringkari ada Sang Maha Dekat yang tak pernah sesaat pun lepas menjaga saya, satu keyakinan yang membuat saya bisa merasa berani dan percaya diri dimanapun berada. Jika ada rasa takut mengibar, satu kalimat yang terdoktrin adalah I do believe GOD always with me, I hope so. Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim daripada larut dalam melow tiada ujung manfaatnya, menuliskan kembali sebuah part dari buku “ Mendengarkan suara hati’, dengan sub judulnya sangat menarik (menurut saya) yang mengambil latar sebuah acara pelatihan untuk di simak sehingga saya ingin men’share dalam postingan ini..

“ Siapa orang terpenting dalam hidup anda?” tanya sang pengajar. “ Silahkan tulis 20 yang paling dekat dengan kehidupan anda sekarang “ demikian pintanya pada salah satu peserta yang di tunjuknya.
Seorang peserta perempuan maju ke depan dan menuliskan 20 nama di papan tulis, mulai nama tetangga, teman kantor, saudara dan orang-orang terkasih lainnya. Kemudian sang pengajar memintanya mencoret satu nama yang dianggap tidak penting. Maka dicoretlah satu nama tetangganya dan selanjutnya sang pengajar pun memintanya untuk mencoret nama-nama berikutnya yang dianggap tidak penting sampai akhirnya hanya tersisa 3 ama yaitu orang tuanya, nama suaminya dan nama anaknya. Dan ternyata sang pengajar masih memintanya untuk mencoret satu nama lagi. Dengan perlahan dan agak ragu, perempuan tersebut mencoret satu nama yaitu orang tuanya.
“ Coret satu nama lagi...” ternyata sang pengajar masih memintanya untuk mencoret satu nama lagi. Suasana dalam ruangan pun semakin hening larut dalam ‘permainan’ yang menggelisahkan ini. Tampak sang siswa perempuan tersebut menghadapi pilihan tersulit dan setelah termenung sejenak dia pun dengan yakin mencoret nama teratas yaitu nama anaknya. Seketika suasana menjadi pecah oleh berbagai luapan emosi. Setelah suasana reda, sang pengajar pun bertanya, “ Orang terkasih Anda bukan orang tua dan Anak anda? Orang yang melahirkan dan membesarkan Anda. Dan anak yang Anda yang lairkan dengan taruhan nyawa? Mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting, padahal suami bisa dicari lagi ?”
Dengan penuh kemantapan, perempuan tersebut memberikan penjelasannya, “ Waktu akan berlalu. Orang tua akan pergi meninggalkan saya. Anak pun demikian, jika ia telah dewasa dan menikah, ia juga akan meninggalkan saya juga. Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini adalah suami saya”.

Senada dengan cerita di atas, beberapa waktu lalu (tepatnya bulan Pebruari saat ada acara di Jakarta) saya juga mendengar langsung pernyataan yang sama dari seseorang. Saat itu kebetulan kami satu meja ketika sarapan, ngobrol santai pun mengalir diantara kegiatan menikmati menu sarapan.  Kebetulan si Ibu yang saya maksud adalah salah satu yang jadi nara sumber. Saling cerita di antara kami, kemudian giliran si Ibu itu bilang jika sedang banyak acara/ kegiatan yang harus beberapa hari “pindah” tinggal di hotel maka beliau biasanya gantian sama suaminya, mana lokasi yang lebih memungkinkan untuk bisa saling mengikuti ‘pindah’ rumah tersebut. “ Pada akhirnya ya sama pasanganlah orang yang selalu ada buat kita. Ngrasain punya anak ya maksimal hanya sampai usia SMA. Setelah itu, mereka sudah punya kehidupannya sendiri, jadi tinggal kembali berdua lagi pada akhirnya...”
So, [Siapa] orang terpenting [dalam hidup] Anda ?



Kehidupan bisa diibaratkan seperti bawang bombay, ketika dikupas selapis demi selapis akan habis. Dan, ada kalanya kita dibuat menangis
saat lapisannya terkupas.
129
Share
Memberanikan diri mewujudkan impian sekaligus menguji kemampuan dalam mengurai kisah dengan tema “manis pahitnya sebuah pernikahan” dalam rangkaian literasi yang semoga ada dispersi manfaatnya. Membaca biografinya, bisa jadi para penulisnya sebagian besar masih belum punya pengalaman sendiri dalam mengarungi bahtera rumah tangga, namun bukan berarti jadi hambatan untuk mengeksplorasi berbagai kisah seputar kehidupan pasangan yang sudah berikrar janji suci di altar pernikahan. Melihat, membaca, merenungkan dan meresapi beragam peristiwa di sekitar keberadaan kita merupakan sumber inspirasi yang tak akan ada habisnya untuk bisa di bingkai sebagai wacana penuh hikmah. Bismilllahirrahmaanirrahiim inilah uraian sederhana dari buku:
Judul Buku       : Ironi Strip Dua
Pengarang       : Ririe Khayan, Novela Nian, Yanti Sipayung, Riskaninda Maharani, dkk.  
Penerbit           : Seruni Creative publishing
Halaman          : 168 page
ISBN                : 978-602-15463-9-0
Cetakan I         : 2012
ISBN                : 978-602-96725-5-8
Harga              : Rp. 31.000 (belum ongkir)

Tuhan tidak akan menurunkan hujan jika bumi tidak retak karena panas matahari. Tuhan juga tak akan memutar pagi menjadi malam jika manusia bisa lelap tanpa mimpi. Tuhan itu maha adil, Ia akan menciptakan sesuatu dengan berpasang-pasangan. Hujan dan panas, pagi dan malam. Bahkan pahit dan manisnya pernikahan pun DIA ciptakan guna memelihara cinta dan kasih sepasang lelaki dan perempuan dalam ikatan suci suami-istri. Dari pilihan judul serta pilihan tema antologi yang ditetapkan dari awal oleh admin, bisa langsung ditangkap  deskripsi dan isi buku ini adalah tentang kehidupan pernikahan dengan problematikanya. Mulai dari perbedaan cara bertutur kata, mengungkapkan pendapat, friksi dengan mertua, sepotong kisah masa lalu yang mengintip atau bahkan kesalahpahaman yang sebenarnya sepele namun menjadi konflik yang berlarut-larut, dilema perselingkuhan yang complicated dan beragam warna-warni kisah yang menghiasi ranah kebersamaan dua orang yang berbeda melebur dalam satu hubungan halal nan sakral pernikahan.


“Sebanyak apa bertengkar dan adu mulut dengannya, sebesar apapun kesalahannya, aku tetap mencintainya. Dan aku yakin ia akan berubah dan kembali bersikap baik lagi walau itu entah kapan, aku akan tetap menunggunya dalam setia” demikian cuplikan salah satu kisah yang mengangkat tema kesetiaan seorang istri yang di khianati suaminya. Perjuangan seorang istri dalam kisah telur ceplok yang ingin bisa menyajikan menu sarapan favorit sang sang suami yang masih menganggap masakan ibunya adalah yang terlezat (dibandingkan dengan hasil segala usaha istrinya untuk belajar memasak). Kelapangan hati seorang istri dalam pelangi dalam mahligai cintaku yang berjuang keras menjadi TKW demi menafkahi keluarganya namun justru sang suami berselingkuh, tekadnya yang bulat untuk mendamaikan hati  agar bisa  memaafkan pengkhianatan sang suami demi anak-anak dan keutuhan keluarganya. Dan Kisah yang tersaji dalam judul cerpen yang terpilih untuk tampil di cover Ironi strip dua tentang sebuah poligami yang di awali karena belum ada keturunan dan ironinya justru sang istri hamil pada saat yang bersamaan dengan istri kedua juga hamil then the story is begin....

Bahkan ketika sudah  ikrar pernikahan pun, tetap merupakan 2 makhluk yang berbeda. Bukan saja dalam cara berkomunikasi, melainkan juga dalam cara berpikir, merasa, memahami, bereaksi, menanggapi, mencintai, membutuhkan dan memberi penghargaan. Hubungan dan kebersamaan dua orang yang serba berbeda akan tetap kondusif dan sinergis, maka dibutuhkan pemahaman terhadap karateristik masing-masing personal sehingga meningkatkan integritas, kepercayaan, tanggung jawab pribadi, kerja sama yang makin erat dan cinta yang lebih besar. 

Dan Ironi cinta dalam pernikahan lainnya ada dalam judul Sebening Embun  “Aku mencintaimu, sangat. Kamu tidak akan tahu seberapa besar aku mencintaimu sehingga kebahagiaanmu adalah yang terpenting buatku. Kamu berhak mendapatkan yang lebih baik, tak perlu harus menanggung beban ini seumur hidup dalam ikatan bersamaku. Maafkan aku jika tidak bisa menjadi nahkoda yang bisa membawa pernikahan ini mengarungi lautan seperti yang kau impikan. Tetap bersamaku tak akan membuatmu menjadi wanita yang sempurna. Jadi biar ku tanggung semua ini sendiri karena aku teramat mencintaimu..”

Tanpa mengurangi rasa penghargaan pada semua karya dalam Ironi Strip Dua yang merupakan kompilasi dari 25 penulis yang berbeda latar belakang, umur, back ground pendidikan, bertemu dalam project bersama menerbitkan Buku Antologi, secara umum dalam cetakannya memang masih ada beberapa yang penulisannya kurang tepat (tanpa spasi dan kurang huruf). Dan mengingat capability saya dalam bidang literasi juga masih minimal, maka evaluasi secara internal hanya untuk hasil tulisan saya dalam antologi ini ‘ sebening embung”, honestly masih perlu banyak belajar dan berlatih lagi terkait penokohan, alur, setting dan  kelayakan susunan kalimat agar menghasilkan satu cerita yang secara integral mengalir lebih natural (tidak ujug-ujug menuju ending).


Semoga tulisan-tulisan yang terangkum dalam Ironi Strip Dua bisa memberi warna yang bisa semakin menyuburkan cinta yang tertanam dalam sanubari insani karena keluarga adalah karunia yang tak kan terganti. Bukan hendak menggurui tapi semoga bisa untuk merefresh bahwa menikah bukan untuk memiliki seseorang yang melengkapi kedirian tapi untuk menggapai kualitas diri yang lebih baik dalam kebersamaan dalam kerangka yang saling menyempurnakan by the time. Juga demi sebuah hasrat mulia: “ Aku mungkin bukan siapa-siapa bagi dunia ini, tapi aku akan berusaha menjadi dunia bagimu”



Notes:
Buku ini bisa dipesan melalui sms 0856 4545 9192
Cara pesan Pesan ISD#nama lengkap#alamat lengkap#jumlah buku#no hp




Nama Kontributor:
*Allis Sephti *Awaluddin Firdaus *Awiek Libra *Bedhy Baradae *Deasy Rosalina *Dewi Lufays *Ferdaner Humairah *Ginanjar Teguh Iman *Heryka *Imania Eka Diyanti *Irfan Fauzi *Marisa Agustina *Nani Helmy *Nayza El Syakia *Nelly Tridinanti *Novela Nian *Rendra Mochtar Habibie *Ririe Khayan *Riskaninda Maharani *Rizal Dzikri *Ukhti Ana *Vina V Katerwilson *Wicha Spicca Breeze *Yanti Sipayung *Zulfa Yulia
117
Share
Saat menikmati menu sarapan made by my hand...mudah, cepat, efektif dan lezat (karena baru pilih menu ini jika bingung mau pilih sarapan apa dan tentunya gak boleh lebih dari sekali dalam seminggu). Penasaran kan? Racikannya adalah 1-2 siung bawang putih diiris kecil-kecil, tambahkan sayuran (wortel/sawi/bayam/kecambah atau jenis sayuran lainnya yang disukai), lombok sesuai  selera pedas masing-masing (kalau saya 3 buah lombok saja). Masukan semuanya dalam air yang sudah mendidih (+ 300ml). Dan masukkan bahan utama: MIE INSTANT! Hahahaa...Tidak lupa telur ceplok special  kemudian segelas teh panas (yang ini tinggal ambil sendiri secukupnya).  Bismilllahirrahmaanirrahiim menikmati menu special breakfast on Monday seperti biasa   sarapan bareng dengan teman-teman di kantor karena terlalu pagi kalau sarapan sebelum berangkat kerja. 

“ Tadi datang jam berapa, Mbak?” tanyanya membuka percakapan.
“ Jam 5an kayaknya. Kakiku masih bengkak neh, kelamaan duduk di bis.”
“ Hehehe..kasiiann, yang jadi anak rantau deh” dan banyak percakapan-percakapan berikutnya seputar long week end kemarin yang dia habiskan di rumah sang mertua karena ada acara keluarga.
“ Eh, kenapa sih banyak kerjaan bukan jobdesku kok belakangan ini di ambrukkan ke bagianku?” topik pun bergeser pada pekerjaan, sebuah pertanyaan yang bernada curhat dia lontarkan pada saya.
“ Lha kata si bos dirimu perkasa tuh, di kasih kerjaan apa saja beres kok. Jadi why not kan?”
“ Kata siapa? Asline yo maksain diri...rasanya jadi njomplang, bagian yang SDMnya banyak tapi kerjaannya di bebankan pada bagian lain yang personilnya terbatas...”
“ Ya iya, selama dirimu no complain maka akan di anggap nothing serious problem kan?”
“ Gak bisa begitu, mestinya bisa dilihat secara analisa beban kerja dengan personilnya...”
“ Elastisitaspun ada batasnya, gitu kan maksudmu? Bahwa karet pun jika di regangkan terus menerus akan putus...?”
BUKAN ini menu sarapan saya [kemarin pagi]
Demikianlah cuplikan percakapan saya dan seorang teman di sela-sela sarapan yang akhirnya melenceng ke arah Elastisitas [pun] Berbatas, dan setelah beberapa saat berlalu saya pun kepikiran tentang sebuah tragedi ‘kecelakaan’ yang terjadi di sebuah perusahaan. Boilernya meledak dan menurut saya karena beban proses yang ‘kurang’ mempertimbangkan daya dukung mesin tersebut. Beberapa waktu sebelum peristiwa naas itu terjadi , saya kebetulan memang ke pabrik tersebut. Waktu saya tanya kapasitas produksi, saya kaget dengan target produksinya. Kemudian saya tanya operasional proses produksinya, katanya 24 jam 7 hari dengan 2 shift! Saat itu yang langsung terlintas di pikiran saya adalah bagaimana dengan boilernya (proses utama di pabrik tersebut)? Secara kondisi pabrik dengan segala fasilitasnya, menurut saya ngoyo dengan target produksi sekian ton sebulan yang disebutkan!. Tapi posisi saya hanya mengakses terbatas pada GMP/SSOP, tidak punya mandat untuk intervensi sampai ke mesin produksi (urusan internal manajemen). Dan beberapa hari berselang muncul berita jika boilernya meledak yang menyebabkan 3 orang meninggal dengan luka bakar sekitar 90% dan beberapa orang lainya terluka.

Lantas dimana hubungannya percakapan saya saat sarapan dan boiler meledak dengan Elastisitas? Kalau boleh saya buat analog, elastisitas mungkin bisa di identikkan dengan ‘kemampuan’ atau capability. Kalau gak ada hubungannya, ya di sambung-sambungin deh. Lha pengennya pakai judul Elastisitas [pun] Berbatas untuk postingan ini. #Maaf maksain judul. Tapi saya TIDAK hendak membahasnya ke arah Hukum Hooke dengan segala bumbunya mengenai korelasi elastisitas dengan tegangan dan regangan yang sudah menguap sukses dari ingatan saya, apalagi hitung-hitungannya yang sudah bablass lebih duluan dari ‘brankas’ di otak saya. Yang masih sedikit saya ingat hanya pengertian tentang elastisitas yaitu jika suatu benda diberikan suatu gaya/beban yang menekan atau menarik maka akan terjadi perubahan dalam yang meliputi panjang, lebar dan tingginya namun massanya tetap dan ketika gaya yang diberikan tadi tidak ada maka bentuknya akan  kembali seperti semula.
Modelnya saja yang mirip pegas
Kalau Elastisitas direfleksikan pada benda hidup yang namanya manusia, maka capability/kemampuan dalam diri setiap orang merupakan hal yang punya sifat elastis (flexible). Adanya respon dan reaksi yang diberikan terhadap aksi (dari luar diri), masalah, target, obsesi, impian, dll...menurut saya bisa di sebut sebagai ciri-ciri elastisitas. Dan ketika pikiran, waktu dan tenaga terpakai secara berlebihan, maka kondisi ‘patah/rusak’ seperti yang terjadi pada karet/pegas yang di regangkan secara terus menerus sehingga mengalami putus, maka demikian juga akan terjadi pada manusia. Walaupun dari segi kapasitas daya pikir masih mampu, namun jika tenaga dan waktu tidak mendukung alias gak ada istirahatnya, maka manusia akan ‘aus’. Kalau dalam larutan ada istilah titik jenuh kemudian lewat jenuh, maka meskipun manusia bisa di sebut benda (hidup) paling elastis, tentu tetap ada limitasinya. Ada batasan maksimal ‘beban’ yang bisa direspon dalam range yang aman elastisitasnya. Kondisi over load, secara fisik bisa menyebabkan menurunya kemampuan koordinasi tubuh karena kemampuan kerja otak menurun.

Karena tema dan judulnya postingan ini tentang Elastisitas, maka harap maklum isinya pun elastis ‘nglantur’ kemana-mana. Oia, jadi ingat saat saya kecil juga suka nyelupin karet gelang ke dalam minyak tanah dan hasilnya karet melar dengan indahnya dan jadi getas (mudah patah) deh. Sekian saja, postingan Elastisitas ini biar tidak semakin kemana-mana rangkaian kalimatnya karena saking elastisnya....

96
Share
Berada di rumah, acara mudik begini mau share tentang JJS juga gak mungkin, secara kalau mudik acaranya ya seputar rumah dan sekitarnya saja. Apalagi dalam perjalanan mudik kemarin kena macet [lagi] di Probolinggo semalaman dan keluar dari macet sekira jam 6 pagi. Masuk Surabaya jam 9an, alhasil naik bis jurusan Semarang tidak dapat tempat duduk sehingga harus sok kuat berdiri deh dan sampai rumah jam 11an. Nunggu bis berikutnya juga tidak menjanjikan karena long week end yang biasanya ada filterisasi penumpang yang mau naik bis di Purabaya, di utamakan yang jarak jauh dulu baru yang dekat-dekat kalau mau ikut ya silahkan berdiri dengan ikhlas. Total butuh waktu hampir 18 jam [lagi] untuk rute Banyuwangi – LA (tepatnya sampae rumah). Dan yang ada lagi musim nyamuk karena waktunya panen padi sekaligus masa tandur lagi, tapi nyamuknya sedikit hanya saudara-saudarnya yang banyak sih. Maka cerita saja tentang nyamuk karena memang sedang nge’date sama nyamuk di malam Minggu ini. Adakah yang belum pernah merasakan nikmatnya digigit nyamuk? 

Ada yang tidak kenal dengan nyamuk, atau belum pernah digigit si nyamuk mungil tersebut? Bagaimana reaksinya jika di gigit binatang imut-mut tersebut? Loncat-loncat indah dari tempat duduk, teriak histeris, langsung semprot dengan obat anti nyamuk spray, ambil raket elektrik buat main bulu tangkis, atau menampar pipi sendiri karena nyamuk telah terbang bebas sebelum tangan mendarat di pipi?

Saya sendiri Bismilllahirrahmaanirrahiim biasanya kalau si nyamuk baru menclok saya lebih suka meniup atau mengusirnya biar kabur. Atau jika si nyamuk sudah kenyang, maka pelan-pelan saya berusaha menangkap nyamuk tersebut agar isi perutnya yang sudah penuh darah tidak pecah. Dan yang sering terjadi nyamuknya lolos dengan sukses deh. Biasanya kalau lagi mudik bareng-bareng seperti pas lebaran, tidurnya gaya pemindangan alias tidur massal gitu deh dimanapun yang penting tidur. Adalah Cak Po dan Cak To (dua dari sekian kakak saya) yang suka gemes jika melihat saya yang super ‘sabar’ saat menangkap nyamuk, jadi langsung deh menyerobot untuk mendahului neplok nyamuk dengan sukses tanpa ampun pokoknya.

Tapi benarkah nyamuk itu sejahat yang kita kira (selama ini)? Kenyataannya tidak semua nyamuk menghisap darah karena hanya nyamuk betina yang menyedot darah mangsanya. Dan sama sekali bukan untuk makan karena nyamuk jantan maupun betina makannya dari cairan nektar bunga. Nyamuk betina menghisap darah untuk memberi nutrisi pada telurnya karena telur-telur nyamuk memerlukan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang. Maka nyamuk betina menghisap darah HANYA untuk menjaga kelangsungan generasi barunya.  Jadi sebenarnya just law of nature, nyamuk menghisap darah secukupnya saja sesuai kebutuhan untuk mempertahankan siklus hidup bangsanya. Jadi selama bukan jenis nyamuk Anopheles, mungkin tidak apa-apa kali ya berbagi dan menyumbang sedikit darah buat nyamuk? Hahahaha...nglantur neh jadinya.

Terlanjur nulis nyamuk, jadi sekalian deh refresh singkat tentang siklus hidup nyamuk (mumpung pas baca majalah Oase, ada artikel tentang nyamuk). Konon, telur nyamuk biasanya diletakkan di daun lembab atau kolam yang kering dimana pemilihan tempat ini oleh induknya dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Fungsi reseptor adalah sebagai sensor suhu dan kelembapan. Jika sudah menemukan tempat yang tepat,  maka induk nyamuk akan mengeluarkan telur-telurnya dan disusun secara bergaris baik dalam kelompok maupun satu persatu. Beberapa jenis nyamuk meletakkan telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Kemudian telur berada pada masa inkubasi, yang paling ideal pada musim dingin. Kemudian larva mulai keluar dalam waktu yang hampir bersamaan, sampai siklus pertumbuhan selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitanya dua kali.

Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi yang disebut fase pupa, pada fase ini nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar bisa bertahan, sebelum fase pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kali, dua pipa nyamuk muncul ke permukaan air untuk alat pernafasan. Nyamuk dalam kepompong pupa cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya: antena, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. Kemudian kepompong pupa di sobek di atasdan tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinya yang menyentuh permukaan air. Faktor kecepatan ini sangat penting karena sedikit saja missed bisa mneyebabkan kematiannya. Akhirnya nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat setengah jam.

Demikian saja sekilas flash back tentang nyamuk yang saya yakin sudah pada pernah baca ketika dapat pelajaran IPA atau Biologi. Maaf, tidak punya gambar unyu'nya si nyamuk untuk di pasang dalam postingan. Yang jelas Nyamuk tidak pernah berbuat kriminal karena dia hanya memenuhi fitrah penciptaan dirinya. Iya kan?



Lupa adalah fitrah manusia yg diberi nama khilaf.  
"Memaafkan" berarti siap untuk "melupakan" 
yang perlu perjuangan dan pengorbanan untuk melakukannya 
and nothing will be the same again.
127
Share
Edisi membuat puisi saat pas-pasan..maksudnya pas mood baru bikin puisi. Bismillahirrahmaanirrahiim  dan sebenarnya puisi ini hasil dari up date seorang teman di FB yang memberikan clue beberapa kata agar secara estafet atau apalah namanya dilanjutkan oleh siapa saja. 

Dan berikut ini puisi asal-asalan saya [lagi] yang berawal dari 1 paragraf yang saya post untuk mereply clue kata-kata yang diberikan “ bunga, musim gugur dan kematian ” jadi saya sendiri juga bingung tata letak kalimat-kalimatnya ini nyambung apa tidak, mohon dimaklumi karena  asal muncul kalimat dan saya rasa enak ya di tulis saja. 
Puisi Romantis

Dan inilah hasil paragraf yang saya tambah lagi 1 paragraf untuk postingan jelang berangkat mudik:
Kala dimensi fraktal ingatan membiaskan sketsa tentangmu,
sang pengampu surga yang mengentah di mana
Partikel udara mengalir rapi menemani penantian yang bergelombang
mengembunkan rasa  pada jejak – jejak detik

Pada kelopak bunga yang meluruh,
bersama musim gugur yang melantakkan dinding ketabahan,
Dan hamparan langit hitam menjadi pelengkap,
keberturutan duka akan kematian nurani insan

Demikian puisi edisi ‘asal bikin’ yang terdiri dalam dua paragraf yang MUNGKIN juga tidak nyambung, jika ada yang berkenan memberikan judul pada puisi tanpa judul ini, dengan senang saya persilahkan. Kalau hendak menambahkan paragraf lagi, nanti akan saya edit postingan ini. Hahahaha...happy long week end for all. 
92
Share
Setiap orang tentu menginginkan hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Dan empedu kambing merupakan salah satu dari sekian buaaannnyakk alternatif suplemen kesehatan sekaligus obat  untuk menyembuhkan (beberapa) penyakit. Mendengar kata empedu, saya yakin sebagian besar dari kita langsung terbayang sederet akibat tidak sehat jika makan jeroan yang secara umum (medically) memang di sarankan untuk delisting dari daftar menu makanan. 

Padahal faktanya banyak sekali empedu hewan yang di manfaatkan sebagai obat dan vitalitas bagi manusia, di antaranya adalah empedu kambing. Tentu hal ini sangat menarik (menurut saya) karena dibalik baunya yang amis dan rasanya yang pahit, ternyata mengandung manfaat dan khasiat yang luar biasa. Penasaran kan? Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim inilah penjelasannya yang saya dapatkan dari sebuah majalah yang saya temukan tadi siang di antara tumpukan buku-buku di kantor (mumpung sregep merapikan).
Khasiat Kesehatan Makan Empedu Kambing
Empedu kambing sejak jaman dahulu sudah dikenal dan digunakan sebagai obat-obatan dan suplemen stamina (vitalitas) karena mengandung banyak zat besi  dimana zat ini berperan dalam pembentukan sel darah merah serta pengeluaran dan  pembebasan tenaga dalam tubuh. 
Dengan membentuk sel darah merah, maka transportasi (metabolisme) dalam tubuh bisa lancar karena mengangkut aliran oksigen dari ujung kepala sampai ujung kaki yaitu oksigen yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam membakar zat makanan yang dikonsumsi untuk menjadi tenaga. Proses terjadinya tenaga karena adanya pembakaran zat gula oleh oksigen dan tenaga yang dihasilkan inilah maka aktivitas sehari-hari menjadi lancar.  
Khasiat obat dari empedu kambing adalah untuk menyembuhkan penyakit malaria. Caranya, pilih empedu yang kecil (agar mudah ditelan), dibersihkan dan direndam dengan air panas agar mikroba pathogenya mati. Dianjurkan sehari menelan 3 buah empedu setiap hari sampai sembuh. Hal ini bertujuan supaya racun dan virus yang disebarkan oleh nyamuk anopheles bisa mati dengan lebih cepat. Selain malaria, empedu kambing juga bisa menyembuhkan penyakit asma. 
Sedangkan untuk mendapatkan manfaat suplemen vitalitas (kesehatan), setidaknya dianjurkan mengkonsumsi satu buah empedu tiap hari dan harap diperhatikan harus hati-hati agar empedu tersebut tidak sampai pecah saat menelannya karena rasa pahitnya melebihi daun pepaya ataupun brotowali yang terkenal puaaahiittt. 
Kalau yang ini TIDAK pahit lhoh..
Dan tentu saja konsumsi asupan dan multivitamin lainnya tetap diperlukan lho? So, ada yang tertarik untuk mengambil khasiat [pahitnya] empedu kambing secara rutinkah? Saya gak ikutan deh, cari alternatif suplemen stamina/kesehatan yang lainnya dulu....hehehehe.



Hidup mestinya dijalani TANPA harus menunggu
adanya saat istimewa yang menjadi titik balik.
Tetapi ketika saat (istimewa) itu menghampiri,
semoga tetap bisa memanfaatkan momentumnya sebaik-baiknya.


Note: Sumber artikel majalah oase
74
Share
Aku tak bisa menjanjikan akan dapat mencintai dengan cara yang sempurna karena jika caraku mencintai sudah sempurna maka aku tak akan punya cara baru (yang lebih baik) lagi untuk mencintai pada hari-hari berikutnya dalam kebersamaan.

Dan inilah tayangan perdana review buku untuk koleidoskop 2012 “Sakinah bersamamu” yang sebenarnya sudah saya beli pertengahan Desember 2011 ! 

Bismilllahirrahmaanirrahiim, membaca judulnya secara sepintas memberikan deskripsi bahwa isi bukunya tentang kehidupan pernikahan dengan problematikanya, dari yang lucu-lucu, sepele ataupun konflik yang ruwet njlimet. Cerita disajikan paling banyak diambil dari sudut pandang sang istri, tapi ada juga dengan sudut orang ketiga dan tetap dalam sudut pandang istri. Ada juga beberapa kisah yang dituturkan dengan sudut pandang laki-laki. So, here is the review of that book: 
Judul Buku : Sakinah Bersamamu
Pengarang : Asma Nadia 
Penerbit : Asma Nadia publishing House 
Halaman : 344 page 
Cetakan I : 2010 
ISBN : 978-602-96725-5-8 

Buku yang di susun dengan menggabungkan cerita fiksi dan true story ini merupakan cerminan realitas sosial yang jamak terjadi di sekitar kita dan sekaligus sangat mungkin ada dalam kehidupan kita sendiri, yang dibingkai dalam literasi yang membawa pembacanya menjadi bercermin dengan sendirinya. Cara menuturkan problematika rumah tangga dan solusinya dengan unsur gabungan fiksi (cerpen) dan non fiksi (ulasan) sehingga membuat pembahasan tentang pernikahan menjadi luwes dan enak di baca (tidak teoritical). 

“ Cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna tapi menerima pasangan dengan sempurna” demikian kalimat yang menjadi first point interesting pada covernya yang sangat merepresentasikan isi buku yang terdiri dari 17 cerita pendek dan pembahasannya. 

Semua orang tentu paham bahwa tidak ada orang yang sempurna, namun belum tentu mampu merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari, apalagi jika penilaian tentang kesempurnaan dari masing-masing individu yang notabene completely different each other dengan standar dan paradigmanya masing-masing, maka ‘kesempurnaan’ tentu akan lebih condong pada subyektifitas. Mengharapkan kesempurnaan inilah yang kerapkali menjadi pemantik api terjadinya ketidakpuasan, pertengkaran dan bahkan tragisnya bisa menyebabkan terjadinya perselingkuhan. Si istri maunya suami begini dan sang suami ingin istrinya begitu. 

Pernikahan bagi orang muslim selain basic instinct “fitrah” adalah menyempurnakan agama, salah satu pembuka pintu rejeki dan syurga, maka sudah tentu pasti banyak ujian-ujian yang tidak mudah untuk di hadapi. Ketika perbedaan bisa di sinkronkan pada titik temu saling keberterimaan, maka ujian mungkin akan berlanjut pada cemburu, kisah cinta masa lalu yang bersemi kembali, friksi dari keluarga besar dan tetangga atau bahkan ketidakpuasan pada diri sendiri. Konflik-konflik inilah yang coba dinarasikan oleh penulis lewat cerpen-cerpen pernikahan yang disertai analisa/ulasan lebih lanjut. 

Pertanyaan saya kenapa 17 judul? Saya yakin penulis tentu punya alasan spesifik kenapa menampilkan ‘hanya’ 17 judul cerita. Tidak ada hal yang terjadi tanpa alasan karena sudah fitrah bahwa ada akibat karena sebelumnya ada penyebabnya. 

JIKA ada yang bilang tak perlu alasan untuk ini atau itu, maka saya yakin sebenarnya adalah karena belum menemukan rangkaian kalimat yang klik untuk mendefinisikan alasannya. Everything happen with right reason and for better purposes. 

Dan kalau boleh membuat definisi alasan versi saya kenapa 17 judul adalah mengambil dari esensi dari jumlah rokaat sholat fardhlu yang berjumlah 17. Kunci utama untuk meraih kesuksesan hidup yang bahagia-selamat dunia akherat adalah sholat fardhlu, maka demikian juga untuk menuju “sakinah bersamamu”. 

Cerita-cerita yang dipaparkan penuh hikmah untuk dicermati, bagaimana menjembatani perbedaan karakter yang pasti ada dengan bersatunya dua orang. Apa yang harus dilakukan saat ngambek agar “sukses”, seperti dalam Dilema istri sensi, suami enggak sensi. Jika terlalu sensi, harus mulai menyadari mulai membuat filter, mana yang wajar untuk di sensiin dan mana yang gak perlu bikin sensi. Kalau keukeuh dengan sensi yang ada malah rugi sendiri dan bikin capek secara emosional. 

Bagaimana supaya tetap cantik dihadapan suami walaupun mungkin usia pernikahan sudah lebih dari satu dekade seperti yang dituturkan penulis dalam kisah Mata yang sederhana. Cantik di mata suami, bahwa merawat dan menjaga penampilan diri (agar tampak menarik) di depan suami itu perlu sehingga kebahagiaan pernikahan bisa ditingkatkan (tidak hanya di pertahankan). Untuk memenangkan hati suami (agar tidak melirik wanita lain) memperbaiki akhlak serta berusaha memperbaiki penampilan diri secara kontinyu. 
Bagaimana bertindak saat cemburu, saat cinta lama bersemi kembali, saat ada orang ketiga sampai pada bagaimana menyembuhkan luka hati yang terkhianati. 
Berbeda itu pelangi yang menggambarkan bahwa sebenarnya perbedaan adalah sebentuk anugerah dalam sebuah rumah tangga yang berfungsi untuk melengkapi dan saling memperbaiki masing-masing karakter. Sang suami yang bertipe pendiam dan introvert, sedangkan sang istri tipikal ekspresif, kadang meledak-ledak, yang membutuhkan perhatian dan tindakan empati yang ekspresif pula. Jadi suami-istri harus mau sama-sama saling berusaha mendekatkan karakter yang berbeda secara kontras tersebut. 

Bilamana bayangan kekasih dari masa lalu muncul it’s just shadow, adalah wajar manakala setiap orang memiliki stroy at the past. Namun membawa what if and another what... if (karena kisah kasih yang belum usai di masa lalu) di kala itu, hanya akan jadi ruin yang mengaduk hubungan suami-istri karena semuanya sudah belong to the past. Mungkin sesekali bayangan masa lalu mengintip, rasa penasaran hadir menyapa, tapi tak ada yang perlu di buktikan lagi. Kenyataannya adalah kebahagiaan itu ada bersama pasangan yang selalu ada bersama dalam suka dan duka. 

Semua rangkaian kisah dan cerita yang terbingkai dalam Sakinah Bersamamu bisa jadi beberapa pasangan menghadapi konflik yang lebih complicated dibandingkan yang ada dalam buku ini. Tapi membaca buku ini merupakan suplemen yang bisa menambah pemahaman tentang kehidupan pernikahan yang tentunya tidak melulu hanya bicara cinta pasangan yang sempurna karena menurut saya orang yang sempurna dalam semua aspek hidupnya tidak akan membutuhkan kehadiran seseorang untuk melengkapi hidupnya lagi. 

Seiring berjalannya kebersamaan, by the time perasaan cinta sangat berpeluang untuk bermetamorfosa dalam pendewasaan menjadi bentuk kasih sayang dan keperdulian yang lebih luas flexibility’nya, juga menjadi lebih murni dan tulus dari sebelumnya. Mengalirnya pemaafan yang lebih menyamudera di keping hati masing-masing pasangan seirama titian langkah dalam harmoni pernikahan, perubahan fisik semoga tidak menurunkan rasa kasih sayang diantara suami-istri. 
Bahkan meskipun jika sang mantan ternyata mengalami perubahan fisik lebih lambat...marilah kembali meletakkan paradigma pada bingkai telah ada komitment dengan pasangan saat ikrar akad nikah bertahun lalu yang harus di jaga dengan sekuat tenaga dan syukuri cinta yang dimiliki semoga Allah SWT memanjangkan tali kasih di dunia hingga akherat. 
82
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon