Pertumbuhan ekonomi itu penting jika ada pemerataan. Tapi bagaimana jika ada pemerataan tanpa ada pertumbuhan ekonomi? Artinya pertumbuhan ekonomi dan pemerataan merupakan dua hal yang seharusnya berjalan sinergis, harmonis dan saling menguatkan.
Bismilllahirrahmaanirrahiim,Seperti diketahui UKM merupakan tulang punggung perekonomian karena Jumlah pelaku UKM, lebih dari 57 juta unit (BPS, 2013) namun dalam hal ekspor, kontribusi UKM masih tergolong rendah, yakni berkisar antara 19-31%. Untuk itu, salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan ekonomi di Indonesia adalah dengan dikembangkannya Usaha Kecil Menengah (UKM).
|
Jumlah UMKM 98,77% |
Dari beberapa kali bertemu dan sharing perbincangan, bisa dipetakan beberapa fakta-fakta yang menjadi penyebab rendahnya Kontribusi Ekspor UKM antara lain:
- Tidak semua produk UKM berorientasi ekspor. UKM di Indonesia yang sudah berorientasi ekspor, sebagian besar tidak mengekspor secara langsung melainkan melalui pihak ke-3 (eksportir & sub-kontrak).
- UKM belum memiliki akses langsung terhadap informasi dan kesempatan pasar (market intelligence)
- Kapasitas adaptasi terhadap kebutuhan pasar internasional belum cukup kuat
- Pengetahuan tentang pasar (Desain, Standarisasi Produk, Prosedur Ekspor)
- Resiko logistik dan pembayaran (sering kali terlambat sehingga mengganggu siklus produksi).
Melihat fenomena tersebut, bisa dibilang keberadaan Smesco yang memiliki fungsi sebagai Trading House untuk membantu mengembangkan aktivitas promosi produk-produk KUKM (koperasi usaha kecil dan menengah) bisa saya tarik benang korelasinya yang bernilai positif.
Ketika UKM ikut serta dalam event yang rutin diadakan di SMESCO, mendisplay produknya bersama-sama dengan pelaku usaha lainnya yang level kualitas produk pun berbeda-beda, maka bisa memberikan semacam
brain storming bagi pelaku usaha (UKM) untuk melakukan internal audit akan pentingnya:
- Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan, bahwa konsumen semakin lama semakin cerdas dalam memilih produk yang akan dibelinya yaitu tak hanya terpaku pada harga, tapi lebih penting dari yaitu kualitas dan keamanannya.
- Meningkatkan kapasitas SDM (capability Building).
- Meningkatkan penguasaan teknologi tepat guna dan teknologi informasi. Dalam hal ini, peran aktif lembaga akademisi (litbang) sangat dibutuhkan keterlibatannya karena unsur teknologi dan inovasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kegiatan produksi yang bernilai tambah tinggi yang memungkinkan untuk memunculkan jenis usaha baru yang lebih inklusif.
- Meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi yang menerapkan standardisasi produk seperti sertifikasi halal dan P-IRT (untuk produk pangan olahan), SNI, ISO, karena hanya produk-produk yang memiliki kualitas dengan penerapan standar yang konsisten yang mampu berkompetisi di market lokal maupun global.
- Meningkatkan peran market intelligence, salah satunya dengan membangun jejaring jejaring di kawasan, misalnya melalui networking/pertemanan lintas media dan lintas negara bahwa brand (produk yang dikeluarkannya) memiliki nilai jual yang kompetitif dan atau lebih tinggi nilai jualnya bila disandingkan dengan produk sejenis dari produsen lain.
- Proaktif membangun kemitraan antar UMKM di Indonesia maupun Luar Negeri.
Memperluas Spirit Local Brand Lebih Keren dan Mendunia!
Menurut saya, gerakan Sounding “
Local Brand lebih Keren dan Mendunia” perlu untuk dikonstruksikan tak hanya sebatas keren dalam pengertian visual (gaya, ngetrend, gaul, dan sejenisnya). Ketika sebuah
brand menjadi terkenal tentu karena memiliki kualitas, standar dan inovasi sehingga mampu menembus pasar dunia. Saat ini, sudah cukup banyak produk-produk asli Indonesia yang selain keren tapi juga mendunia dan beberapa brand-brand local tersebut bahkan dianggap produk luar negeri.
Tak usah jauh-jauh, saya sendiri adalah salah satu yang sempat terkecoh (mengira) beberapa merk produk yang sering wara-wiri iklannya baik di media cetak, televisi, online, off line ternyata produk 100% INDONESIA. Lea, Tomkins, J.CO Donuts and Coffe, Polygon, Polytron, Notebook Byon, CFC, Essenza, Excelso, Buccheri, Terry Palmer, Casablanca, The Executive, Edward Forrer, Sophie Martin Paris, Magno, GT Radial, Hoka Hoka Bento, Eiger adalah contoh-contoh local brand yang lebih keren dan Mendunia!
Jujur, ada perasaan keren saat bisa membeli
celana jeans merk LEA, atau tas Eiger, Sepatu merk Tomkins, makan J.CO Donuts sambil berkata dalam hati “ aiihh, ternyata aku sanggup loh membeli produk luar negeri !”.
Tapi saat saya mengetahui jika brand-brand yang selama ini saya anggap berasal dari luar adalah produk dalam Negeri, yang kemudian saya rasakan adalah tak lagi merasa keren, melainkan super keren, bangga, haru, respect: Produk Indonesia Mendunia! Efek lanjutannya, ketika suatu ketika hendak membeli barang/produk akan lebih mengutamakan dan memilih
bangga dan beli produk Indonesia.
Semakin luas dan banyak masyarakat mengetahui tentang keberhasilan produk nasional menembus pasar global, paling tidak akan menjadi revolusi comprehensive dari sisi pelaku usaha UKM dan konsumen. Bahwa local brand yang sudah mendunia merupakan bukti otentik kalau pelaku usaha lokal (Indonesia) mampu menghasilkan produk (barang/jasa) berkualitas dan konsisten, unik (unsur kekuatan budaya local), kreatif dan bernilai tambah, memiliki mutu dan kualitas yang terjaga dan terbukti.
Spirit Local Brand Lebih Keren dan Mendunia: Motivasi bagi pelaku usaha UKM
Trust konsumen sejatinya berbasis pada kualitas dan komitment penerapan STANDARDISASI produk serta pola branding yang dilengkapi dengan status HKI. Jadi ketika suatu produk mampu membuktikan kualitasnya, tentu pada akhirnya akan menarik perhatian semua lapisan konsumen [pembeli] dari berbagai level. Dengan daya dukung kultur, kekayaan alam, budaya dan keanekaragaman negeri yang berada pada garis khatulistiwa ini merupakan modal alamiah yang sangat potensial untuk dijadikan grand design dengan pola KREATIFITAS.
Sebagai sample terdekat di wilayah Yogyakarta (sepengamatan saya), Sektor industri kerajinan memiliki kontribusi yang cukup besar dan sangat kuat daya sinergisnya terhadap branding ekowisata Daerah Istimewa Yogyakarta, yang secara kontinyu bertumbuh kembang selama ini mampu menyeimbangkan struktur perekonomian daerah.
Industri kecil dan kerajinan cukup mendominasi perkembangan industri di Kabupaten Sleman, mulai dari hasil kerajinan garmen, tas, dompet, aksesoris fashion, aneka kerajinan dari bahan bambu, tanah liat, yang semuanya sangat mendukung pengembangan pariwisata dimana provinsi DIY sebagai salah satu destinasi wisata kedua terbesar setelah Bali. Segmentasi konsumen turis mancanegara yang umumnya akan membawa oleh-oleh wisata dari Yogyakarta, secara otomatis akan menjadi sarana “promosi” produk-produk asli Yogyakarta untuk di kenal di negara asal sang turis kan?
Produk yang high quality dan Standar akan merepresentasikan performa produk-produk UKM lainnya secara simultan.
Selain dapat memenuhi permintaan dalam negeri, produk industri kerajinan tersebut mampu menembus pasar internasional seperti Jepang, Australia, Amerika Serikat, Selandia Baru dan Belanda. Dalam suatu kesempatan, saya pernah mendengar penuturan salah satu pelaku usaha kerajinan tas kulit yang mengatakan bahwa hasil kerajinan tasnya sudah memiliki pembeli tetap dari Australia. Setiap bulannya sudah ada order dengan kuota dalam jumlah tertentu dan dengan desain tas yang limited edition.
Industri yang mengacu pada KREATIFITAS memiliki kesempatan untuk fight dan survive. Potret nyata produk lokal Yogyakarta yang telah berhasil membranding produknya hingga ke pasar global adalah tas rajut dengan brand
Gendhis dan
Dowa, dua brand local yang semakin lebih keren yang dikelola dalam metode ONE STOP BUSINESS, yaitu membuat produk sendiri, merk sendiri dan memiliki toko sendiri. Toh, sekarang era digital sudah menjadi bagian life style hampir semua lapisan masyarakat dari seluruh penjuru dunia? Selain memasarkan secara Off Line, meng-ON LINE kan bisnis sudah merupakan bagian penting dalam pemasaran di era global.
Industri Unggulan, Andalan dan Prospektif dari Yogyakara yang siap menyusul jejak Gendhis dan DOWA yang sudah mendunia antara lain dari jenis industri: mebel kayu, batik, kerajinan kulit, dekorasi rumah, lampu pijar, kerajinan bambu, anyaman mendong, ATBM, makanan olahan
Spirit Local Brand lebih keren dan mendunia bagi kalangan UKM bisa mejadi prime mover untuk meningkatkan kinerja UKM untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan standar. Apalagi Yogyakarta merupakan kota terbaik dalam kemudahan mendirikan usaha, merupakan iklim yang kondusif untuk membangkitkan the next local Brand MAKIN lebih keren dan mendunia !
|
Showroom UKM Sleman |
Bagi Konsumen, Spirit Local Brand Lebih Keren dan Mendunia adalah injeksi “multivitamin” untuk BANGGA, BELA dan BELI (gunakan) Produk nasional.
Bagi para konsumen, termasuk saya, sangat perlu brain washing secara berkala dan kontinu untuk Bangga dengan produk dalam negeri. Kalau dulu para pejuang mengejawantahkan rasa cinta tanah air dengan berperang melawan bangsa penjajah, maka di era kemerdekaan yang berarus global ini, cinta tanah air bisa diekspresikan (salah satunya) dengan semangat BANGGA, BELA dan BELI (gunakan) Produk nasional. Apalagi jika melihat data statistik (kawasan ASEAN) yang masih menunjukkan jumlah impor yang lebih besar daripada ekspor (2013) yaitu: Ekspor: $182.551,9; $ Impor: 186.628,7 atau defisit sebesar $4.076,8 (Asean Statistik, 2014)
Bisa memenangkan konsumen dalam negeri adalah salah satu kunci untuk membangkitkan the next local Brand yang lebih keren. Peta demografis Indonesia: memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia, karakteristik yang atraktif dan iklim investasi yang baik, dengan distribusi + 60% dari total penduduk Indonesia berusia 20-65 tahun, artinya jumlah usia produktif yang potensial menjadi sasaran pasar terbesar.
Dengan mencermati “keunikan” peta demografis di atas, terlihat clue yang cukup jelas yaitu bila ingin meng-efektifkan target menembus konsumen kelas menengah ke atas, pelaku industri setidaknya harus mengambil hati pasar terbesar dalam negeri saat ini yang didominasi kelas menengah yang pertumbuhannya dinilai sangat cepat semenjak era digital booming.
Barang-barang konsumer: makanan, pakaian, produk IT (gadget), kebutuhan barang lain seperti home goods, kendaraan bermotor, wisata, dan sederet kebutuhan lainnya yang diminati oleh masyarakat kelas menengah. Jika lebih dicermati lagi, potensi pasar dari kelas menengah yang bisa memberikan daya ungkit meluasnya Spirit Local Brand lebih keren secara lintas wilayah, usia, komunitas dan sangat mungkin lintas generasi (selanjutnya) adalah usia anak sekolah, mahasiwa dan kelompok usia produktif hingga 40-50 tahun.
Tanya kenapa?
Bisa saya cuplikkan salah satu momentum yang bisa saya anggap mencerminkan presumtif di atas. Beberapa bulan lalu, saat kami menikmati gathering bersama anak-anak di salah satu pusat perbelanjaan tak jauh dari tempat tinggal kami.
Ketika melewati sebuah distro fashion, Ifa (si sulung) tertarik pada baju bawahan/ rok panjang dengan brand local (lupa labelnya). Dengan pertimbangan modelnya yang menarik dan (saat itu) Ifa merasa nyaman “klik” dengan rok tersebut. Dan sebulan kemudian, saat jadwal perpulangan dari asrama, “ Eh tahu Nggak Bund, teman-teman pada nanyain rok yang aku beli waktu itu loh. Sepertinya pada suka dan pengen beli juga. “. Demikian cerita Ifa dengan ekspresi wajahnya yang berbinar-binar.
Saya mendapati bahwa ketika seorang konsumen merasa puas, nyaman dan aman terhadap suatu barang/jasa yang dibeli maka akan mengintrusi mind set-nya.
- Out putnya, konsumen akan “kembali” pada brand yang sama atau sejenisnya.
- Out come-nya adalah promosi spontan pada komunitas di sekitarnya dan secara digital akan terjadi distribusi testimoni positif. Penting untuk dipahami bahwa Masyarakat Indonesia sangat terhubung satu sama lain melalui jaringan media sosial. Satu orang user IT, memiliki akun sosmed lebih dari satu. Kalau tahun 2012, sudah tercatat pengguna facebook mencapai angka 50 Juta (terbesar ke-empat di seluruh dunia), 29 Juta akun Twitter (terbesar kelima di dunia) dan ditambah lagi akses ke berbagai jaringan media sosial dapat dengan mudah diakses oleh pengguna mobile devices. Padahal, jumlah pengguna mobile device saat ini hampir menyamai atau bahkan sudah melebihi populasi masyarakat Indonesia. Fakta yang fantastis sekaligus segmentasi pasar yang efektif dan efesien untuk memperluas
- Impactnya, manakala kelak dia menjadi orag tua, dalam hal berbelanja barang/jasa, secara alamiah akan mengajarkan dan menanamkan Spirit Local Brand Lebih Keren dan Mendunia kepada generasi berikutnya.
Lantas, apa dan bagaimanakah agar semakin banyak local brand yang mendunia?
- Membudayakan mind set untuk berani mengambil peran sebagai produsen ( tidak terlena dalam zona nyaman sebagai konsumen).
- UKM perlu dibekali pemahaman mengenai konsep pasar tunggal dan basis produksi regional.
- Pembentukan trading house di daerah dengan fungsi information desk, TRIPs desk dan pelayanan sertifikasi satu atap, exhibition ( sebagai contoh: keberadaan Showroom UKM yang ada Disperindagkop Sleman).
- Peningkatan kapasitas UKM tidak hanya dari segi permodalan namun akses thd teknologi dan inovasi
- Business matching ==> Peningkatan kemitraan subcontracting antara UKM dengan usaha besar dan investor.
- Reformasi birokrasi terkait prosedur perizinan (business enabling environment), ekspor dan percepatan pembangunan infrastruktur
Epilog:
Memperluas Spirit Local Brand Lebih Keren dan Mendunia untuk membangun dominasi konten lokal BUKAN euforia semusim (jangka waktu tertentu) semata. Ini merupakan bagian dari ketahanan Ekonomi Kreatif Indonesia yang harus ramah lingkungan dan memiliki brand yang kuat.
Mengingat, ketahanan ekonomi bukan sekedar goal pembangunan jangka pendek atau menengah, melainkan Indonesia harus survive tak hanya untuk 10, 50 atau 100 tahun ke depan, tapi berabad-abad selanjutnya dan seterusnya Spirit Local Brand Lebih Keren dan Mendunia!
References:
- http://sigmaresearch.co.id/index.php/news/46-news/63-potensi-gurih-pasar-kelas-menengah-indonesia.html
- Rappler.com
- Materi Workshop: Tantangan UKM menghadapi MEA