Meminjam atau meminjamkan barang merupakan salah satu bentuk sikap perduli untuk berbagi, dalam konteks: sebatas hak menggunakan manfaat/fungsi yang dimiliki oleh barang/benda barang yang jadi obyek dalam transaksi pinjam-meminjam dan zat [fasa] tersebut tidak rusak/berkurang jumlahnya saat dikembalikan.
Aksi pinjam meminjam barang yang terjadi Bismillahirrahmaanirrahiim bisa karena banyak sebab, semisal karena:
- Tidak punya dan tidak mungkin jika seketika itu juga untuk membeli, seperti pompa ban sepeda, tangga lipat, dan lainnya yang sejenis.
- Bisa juga karena jenis barang yang penggunaannya hanya sesekali [faktor kebetulan] seperti tangga lipat untuk membetulkan genteng bocor, daripada beli tapi pemakaiannya super jarang dan tidak punya tempat untuk menyimpan, kan lebih effisien pinjam tetangga yang sudah punya saja kan?.
- Atau sebenarnya sudah memiliki barang yang dimaksud tapi ndilalah pas rusak atau masih proses perbaikan [service] pas akan digunakan, alternatifnya pinjam juga bisa kan untuk sementara waktu.
Alasan-alasan di atas dan beberapa alasan lainnya yang setipe dan biasanya jadi alasan terjadinya aksi pinjam-meminjam barang dengan orang lain. Dan kini, saya mendapati tipe alasan untuk meminjam barang/benda dan mulai dianggap wajar yaitu meminjam barang demi apalah-apalah, yang mengarah pada life style atau fashionable agar bisa tampil selalu beda di berbagai kesempatan.
Jadi, dasar untuk meminjam bukan karena tidak punya barang, kondisi barang yang dimilikinya sedang rusak atau kebutuhan yang tidak terduga lainnya. Contohnya, pinjam baju, tas, sepatu, jaket atau barang-barang fashion lainnya.
Saya tahu Aida dan Ifa sudah paham apa hak dan kewajiban dalam transaksi pinjam – meminjam barang. Suami dan saya pun tak hendak melarang atau membatasi mereka dalam soal kesiapan dan kerelaan meminjamkan barang pada teman-temannya.
Untuk barang-barang yang memiliki fungsi seperti nomenr 1 dan 2, ada kemungkinan terdapat atau bahkan berkembang biaknya bakteri, jamur, kadas, kurap, kuman, ketombe, kutu rambut, penyakit kepala lainnya yang bisa menular kepada orang lain.
Saat jadwal kepulangan dari Asrama, beberapa waktu lalu, Aida minta dibelikan jilbab karena beberapa jilbabnya hilang saat dipinjam oleh temannya.
“ Apa jilbab temanmu sedang di cuci semua sehingga pinjam punyamu?”, tanya saya penasaran kan? Wong salah satu peraturan keseharian yang harus ditaati di asrama sekolah Aida adalah wajib mengenakan BAJU MUSLIMAH plus jilbab ukuran L ke atas. Jilbab ukuran S atau M hanya bisa digunakan bila panjang jilbabnya minimal menutup sampai siku tangan.
"Biar bisa pakai jilbab secara bervariasi model dan warnanya, kan biasa saling pinjam-meminjam. Aku juga kadang-kadang pinjam jilbab punya’e temanku lho ?” jawaban yang setipe dengan cerita si sulung Ifa, yang juga beberapa kali mengalami kasus kehilangan jilbab atau baju ketika dipinjam oleh temannya.
"Biar bisa pakai jilbab secara bervariasi model dan warnanya, kan biasa saling pinjam-meminjam. Aku juga kadang-kadang pinjam jilbab punya’e temanku lho ?” jawaban yang setipe dengan cerita si sulung Ifa, yang juga beberapa kali mengalami kasus kehilangan jilbab atau baju ketika dipinjam oleh temannya.
[Contoh] Barang Pribadi yang Seharusnya Private Only |
Tindakan pinjam meminjamkan barang bisa diasumsikan sebagai bentuk berbagi dan membantu orang lain, yang niscaya Allah akan [memberikan balasan] membantu urusan di dunia dan di akherat. Dengan pemahaman sederhana, hakekat membantu orang lain kan sejatinya bentuk investasi jangka pendek, menengah dan panjang bagi diri kita sendiri akan datangnya pertolongan/rahmat Allah melalui cara yang bisa saja berbeda dan waktu yang tidak terduga, tak hanya di dunia tapi juga di akherat kelak.
Akan tetapi, perlu diperkenalkan pada anak-anak bahwa tidak semua barang-barang yang kita miliki bisa dipinjamkan atau dipakai orang lain. Kami ingin agar anak-anak tahu, paham dan bisa menerapkan barang-barang apa saja yang Do or Don’t Pinjam-Meminjam dengan Orang Lain. Terlebih anak-anak kami, Ifa, Aida dan Azka [insyaAllah nanti akan sekolah di asrama juga], dimana sehari-harinya akan bersosialisasi dengan banyak teman-temannya dan saling pinjam barang adalah salah satu kebiasaan khas yang jamak terjadi dalam kebersamaan mereka. Karena itu, sangat penting bagi anak-anak mengetahui jenis-jenis barang yang harus dipertimbangkan dengan seksama untuk dipakai secara saling pinjam-meminjam.
Dan masih ada barang lainnya yang sebaiknya tidak digunakan secara bergantian dengan orang lain karena memiliki resiko [tidak baik] yang mungkin bangkit melalui barang tersebut di kemudian hari. Secara garis besar, jenis barang apapun yang memiliki potensi untuk menjadi media penularan dan penyebaran jenis penyakit SEHARUSNYA tidak digunakan secara saling pinjam meminjam dengan orang lain.
Perlu untuk mengenalkan pada anak-anak sejak dini bahwa tidak semua barang bisa dipakai secara bergantian atau saling pinjam-meminjam. Ada beberapa jenis barang yang SEHARUSNya diperkenalkan sejak dini sebagai jenis barang yang TIDAK BOLEH (jangan) dipakai oleh orang lain yaitu barang/benda yang pemakaiannya:
- bersinggungan langsung dengan rambut dan kulit kepala, seperti sisir, topi, jilbab, jepit-karet rambut, shower cap dan rerupa benda lainnya yang bisa menjadi perantara penularan ketombe dan kutu rambut
- menempel pada kulit seperti: sabun mandi batang [oleh karenanya, kami lebih merekomendasikan anak-anak untuk menggunakan sabun mandi cair], handuk, shower puff, deodorant [roll maupun stick], puff bedak (karena memungkinkan menularkan jerawat/penyakit kulit lainnya bila pemakai sebelumnya berjerawat ataupun karena sakit sebab bakteri-kuman lainnya]
- memiliki kemungkinan untuk kontak dengan cairan tubuh, antara lain: sikat gigi, pisau cukur, potongan kuku, ear phone, anting-anting, pisau cukur, kaos kaki, pakaian dalam [LARANGAN KERAS pinjam-meminjam under wear ].
Sedangkan untuk kategori ketiga (ke-3), resiko yang mungkin terjadi adalah terinfeksi atau mennularkan jenis-jenis penyakit akibat kuman, bakteri, atau virus yang penularannya melalui darah/cairan tubuh seperti virus hepatitis B,C atau HIV/AIDS yang bisa menyebar melalui pisau cukur yang siletnya dipakai secara berulang-ulang, atau jenis penyakit lainnya yang baru akan muncul di kemudian hari.
“ Berarti, boleh atau tidak kalau pinjam jilbab?” “ Jika sekiranya barang yang dipinjam-meminjam tersebut sudah jelas bisa menjadi mak comblang penularan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya, kamu siap menanggung akibat tersebut atau tidak lho?”“ Jika semisal ketombean, gak fatal kan Bund? Jadi pinjam jilbab masih bisa ditoleransi dunk?” “ Bagaimana jika, suatu kejadian tak terdeteksi kepala temanmu terluka dan berdarah, kena garuk atau apalah. Dan kamu tidak tahu jika temanmu adalah carier suatu penyakit yang bisa menular lewat darah? Sedangkan jilbab yang kamu pakai ternyata pernah dipakai saat kepalanya berdarah?”“ Kalau temanku itu pakai daleman jilbab, ciput atau lainnya, apakah tetap berbahaya Bund?”
Begini ini kalau mewacanakan sesuatu hal pada anak-anak era digital, pertanyaan bangkitan pun muncul sambung-menyambung seperti sumbu mercon deh. Kalau dilanjutkan bakalan jadi naskah sinetron, mendingan langsung closing ke intinya: