Kesabaran TIDAK turun serta merta dari langit. Kesabaran tidak datang begitu saja tapi lahir melalui proses dan pergulatan emosi. Pun kristal-kristal bening yang bernama hujan, ia juga tidak serentak menjatuhi bumi. Ada serangkaian proses dan masa untuk menjadikannya butir-butir bening untuk mengurai senyawa kerinduan segenap insan.
Hujan itu menyejukkan hati, menumbuhkan asa, menyuburkan semangat, mendamaikan gundah dan sejatinya hujan adalah salah satu berkah bagi umat manusia. Bismillahirrahmaanirrahiim bersama hujan memberikan cermin alternative untuk ‘melihat’ wajah yang lebih indah dari sebuah rasa rindu. Sapaan ‘rasa’ yang menyeruak dan demikian susah dilukiskan, apalagi bagi saya yang tumpul soal lukis – melukis kan?
Pada kenyataannya saya suka melihat pemandangan kala hujan turun, menikmati suasana magisnya, mendengar suaranya yang eksotis dan mneghirup aroma udara yang basah.
Apalagi awal musim hujan di Bulan November ini yang dilengkapi keluarbiasaan romansa hujan dengan semerbak harum aroma tanah kala butiran-butiran transparan tersebut menjamahi bumi. Masih banyak ungkapan yang ingin saya tuliskan mengenai hujan, tapi bahkan melukiskan hujan dalam-kata pun saya tak pandai. Yang jelas, sekitar enam bulan hujan menepi dan sukses menyulut kerinduan segenap insan.
“ Enam bulanan musim kemarau, hujan akhirnya turun lagi ya Nduk ?” ujar Bapak saya di Hari Sabtu (pekan pertama di Nopember) dan saat hujan pertam kali yang menggantikan kemarau ketika saya berada di kampung halaman, LA tercinta.
“ Yogya wes udan opo durung ?” timpal Ibu saya.
“ Sampun jawah tapi dereng sedoyo. Sebagian nembe gerimis…” dan ternyata di Hari Sabtu pertama Bulan Nopember, hujan menyapa Ibu Pertiwi secara lebih luas dan serempak.
Tiap kali mudik, berada di rumah, semuanya masih demikian jelas dan terasa baru kemarin kami menikmati indahnya kebersamaan sebagai anak-anak.
Ketika hujan kembali menyapa dengan ritmis yang menderas, duduk di beranda rumah potongan-potongan akan kenangan hujan saat kecil sampai sekarang pun, ibu masih suka mengenang saat-saat kehujanan di sawah bersama anak-anaknya, pulang menerobos guyuran hujan tanpa baju perisai anti hujan atau sistematika kekuatiran jika hujan bercampur petir menyambar-sambar tapi para anak lelakinya masih entah di mana mencari rumput untuk kambing dan sapi (dulu memang memelihara kambing dan sapi punyanya orang lain dengan sistem bagi hasil). Juga fragmen cerita lainnya di saat hujan dimana ayah saya menyusul ke surau dengan membawakan daun pisang untuk melindungi kami dari basah kuyup tempias hujan sambil berjalan dalam gelapnya malam (waktu itu belum ada listrik).
Nuansa hujan memang ajaib, membawa kita pada kenangan-kenangan (bahkan kisah yang tidak ingin di kenang pun kadang membangkitan melodi tersendiri). Saat sendiri suasana hujan memang sangat mendukung untuk (tanpa di sadari) menikmati nostalgia yang terasa indah ketika kini mengenangnya. *padahal bisa jadi pas peristiwanya berlangsung guncangan baper seakan-akan mirip drama cinta Tenggelamnya Kapal Titanic kan?* .
Hujan, dengan gerak tarian yang mengarsir udara, berirama jatuh bumi dengan mesra. PADA MELODI TARIAN HUJAN yang menawarkan suasana syahdu mengharu dengan keajaiban yang menggetarkan labirin hati, mampu membangkitkan inspirasi dan hasrat jiwa.
Daaaann…..salah satu hasrat yang saya rindukan adalah hujan-hujan lagi seperti dulu. Menikmati butir-butir hujan membasahi bebas segenap pori-pori dari kepala hingga ujung kaki. Dulu, saat-saat pulang sekolah, tak jarang, saya sengaja memilih kehujanan daripada menggunakan PAYUNG atau jas hujan. Asal buku-buku yang saya bawa sudah aman dalam bungkusan tas kresek hitam, then let’s dancing under the rain:
“ aku hanya ingin menjiwai spiritual di balik ayat-ayat hujan, saat butir-butir hujan sampai di kulitku, meresapkan kesejukan dengan halus di setiap pori-pori. Bisa jadi serupa saat molekul-molekul air itu menyelusup di bawah permukaan bumi, dimana ia sesungguhnya tak pernah benar-benar pergi. Hujan akan kembali menyapa dalam derai lembutnya yang penuh keajaiban setelah melewati proses mata rantainya yang mentakjubkan. Dengan kalimat sederhana, hujan adalah lambang kesetiaan…”.
Alhamdulillah hujan :)
ReplyDeleteSeneng bgt tapi anakku takut kalau ada bunyi gldug :D
Alhamdulillah hujan kembali mengguyur dengan mesra ya mbak
DeleteAkhirnya yang dinantikan datang juga hujan telah tiba.
ReplyDeletekeceriaan dan cinta pun bersemi kembali
Yang tadinya berguguran, segera bersemi kembali begitu hujan menyebar ya pak
Deletesaya suka memandang hujan dari balik kaca jendela mbak Rie...mengingatkan masa kana-kanak yang sukanya hujan-hujanan bersama teman-teman...pengin seperti dulu lagi... :)
ReplyDeleteDan saya suka memandangi hujan dengan duduk di beranda rumah, saat mudik sih
Deletesetelah berbulan-bulan kemarau akhirnya turun hujan juga.. tapi sayang sekali ya kalo lagi kemarau mengeluh kekurangan air, sedangkan pas ada hujan masih mengeluh banjir.
ReplyDeleteIya, manusia (sayajuga), mmg aneh. Saat hujan mengeluh susah air dan merindukan hujan. Tapi saat sdh musim hujan, bilangnya kok tiap hr hujan
Deleteemmm, hujan2 FF saya aneh2. tp ya rada manis....
ReplyDeleteMbak Ririe gmn? Gempa hari ini
Alhamdulillah gempanya relatif aman dan semoga semuanya dalam lindungan Allah SWT. Aamiin:)
Deletehujan di bogor mbak, keren deresnya
ReplyDeleteKeren kan hujannnya. Apalagi di bogor yg terkenal sebagai kota hujan.
DeleteApa kabar pak Zach? Alhamdulillah, masih berkenan menyempatkan utk menengok blog saya ya pak.
Rindu sama hujan :(
ReplyDeleteKami menyediakan beberapa info tentang Pagar Rumah Minimalis || Desain Rumah Sederhana || Modern Interior Design || Rumah Minimalis Sederhana || Model Rumah Sederhana || Teras Rumah Minimalis . Jika anda berminat silahkan kunjungi web tersebut.
Terima kasih ya
Delete