Segala sesuatu (seharusnya) bisa dimaknai secara positif, tergantung sudut pandang dan dari sisi mana kita melihatnya. Pun tentang undangan blogger yang kini semakin semarak dan membentuk pola untuk menggerakkan gelombang influencer secara natural di dunia digital. Bismillahirrahmaanirrahiim, Euforia yang kondusif, artinya eksistensi para blogger semakin diperhitungkan dan dihargai sebagai profesi yang profesional. Berbagai event yang secara khusus mengundang blogger, bila dikerucutkan memang bertujuan untuk branding dan promosi suatu produk, juga dalam rangka sounding suatu program/gerakan sosial.
Apa saja keuntungan, kekurangan dan saran-saran (sebaiknya) bagi blogger dan pihak yang menggelar hajatan/event (pengundang), dipaparkan dengan lengkap oleh Mbak Rahmah di postingannya yang berjudul: Blogger dan Fenomena Undangan event.
(Ternyata) Event Pertama Undangan Blogger, di selenggarakan di UGM |
Bisa dibilang geliat untuk melibatkan blogger pada berbagai kesempatan memiliki efek domino yang sensasional. Semacam hubungan mutualisme bagi blogger dan pihak penyelengara event, at least simbiosis yang terjadi komensalisme alias tak ada yang dirugikan ataupun diuntungkan. Break event point kalau dilihat dari kaca mata hukum ekonomi.
Berdasarkan Pengalaman sebagai peserta (blogger) yang diundang sebuah acara (melalui komunitas), semua undangan yang pernah saya hadiri diwarnai keseruan. Gimana gak seru, keuntungan minimal yang bisa kita dapatkan saat menerima dan hadir dalam event yang mengundang blogger adalah kesempatan emas untuk bersilaturahim off air dengan orang-orang dibalik "layar" yang sebelumnya baru kita kenal lewat karya tulisanya di blog dan menerapkan aji mumpung untuk menyalurkan bakat terpendam ber-pose (narsisme) secara berjamaah.
Tak dipungkiri kalau goodie bag, door prize atau hadiah lomba live tweet bisa memiliki daya tarik dan Sensasi (dibalik) Undangan Event Untuk Blogger pada setiap undangan event. Tapi ini bukan penentu utama untuk membuat keputusan menerima atau skip suatu undangan blogger. Setelah sekian kali merasakan sensasi menghadiri undangan event, rambu-rambu yang saya gunakan adalah:
- Tentu saja bilamana jadwalnya macth, yakni acara diselenggarakan saat hari libur (sabtu-minggu) dan tidak ada engagement acara keluarga atau jadwal mudik.
- Lokasi acara bisa saya jangkau, tidak berada di luar kota. Karena saya tinggalnya di Sleman, maka lokasi acara yang masuk zona toleransi adalah sekitar JogloSemar.
- Sanggup berkomitment untuk memenuhi SOP yang sudah disampaikan di dalam undangan. Yang paling umum adalah membuat review atau tweet live.
- Di antara peserta yang (akan) hadir ada yang sudah dikenal. Akan berasa seperti alien manakala berada di suatu acara dan tak ada satupun peserta yang saya kenal sebelumnya. Celingak-celinguk ke kanan-kiri yang terlihat semuanya wajah asing, salting juga buat saya yang tipe rada-rada kurang sumeh ini.
So far, seingat saya ALhamdulillah belum pernah ngalamin jadi peserta undangan event yang di anggurin. Tapi jika ada penyelenggara acara yang mengundang blogger tidak menyediakan gudibeg, tidak tersedia konsumsi selayaknya atau hanya menyuguhi air mineral, apakah masih akan membuat review? Kalau penyelenggara berbranded, ya mbatin sih kok ya tega nian sudah siap mengundang tamu kok tidak dijamu dengan semestinya?
Kalau postingan semacam reportase, walaupun tidak diminta, tak ada kompensasi dan tidak diadakan kontes blog, kalau menurut saya di acara tersebut ada hal yang menarik untuk ditulis (share) di blog, semisal di acara tersebut ketemu seleb blog yang humble, at least masih dapat benefit untuk bikin postingan kan?. Tapi kalau sepanjang acara tidak ada yang menarik, tidak diwajibkan untuk membuat ulasan, ditambah aktifitas sedang so hectic, sepertinya pemantik api untuk menulis reportase tidak menyala tuh.