Lupus
sigap melompat ke Trans Jogya dan segera
mengambil tempat duduk disebelah gadis berseragam abu-abu putih. Gadis itu
bernama Rara, teman adiknya Lupus saat SMP.Iya dulu, Lupus sekarang kan sudah
mahasiswa, kuliah di salah satu peruruan tinggi favorit pula di kota pelajar
ini. Iyah, Lupus bukan lagi cowok dekil dengan rambut kucir tapi lebih keren
dengan potongan rambut ala Bon Jovi.
“Hei,
Ra…baru pulsek ya?” begitulan Lupus yang suka bikin singkatan sesuka lidahnya
sendiri.
“
Pertanyaan Kak Lupus kagak perlu dijawab kan ya?” jawab Rara sambil mencibir.
“
Eh, nggak sopan itu namanya. Entar kamu kualat jadi jambu monyet loh ?”
“
Iya dehh, maap ya Kakak Lupus yang keren se kerennya ?” Lupus garuk-garuk
kepala. Kenapa juga gue bisa ketemu lagi sama makhluk tengil semacam Rara,
sudah jauh-jauh kuliah di Yogya kok rasanya roda kehidupan tidak berputar,
batin Lupus sambil melengos.
“
Permen karet kak?” Rara mengeluarkan beberapa butir permen dari dalam
tas.
“
Ogah lah yaww. Gue udah tobat ngemut permen karet…!”
“
Oooo…seperti itu? Setelah jadi mahasiswa itu dilarang makan permen karet ya ?”
Duh,
ini anak kenapa cerewetnya bisa berlipat ganda dari si Lulu sih? Makin
gerah saja Bis yang AC-nya sudah aus ini, Lupus ngedumel berkelanjutan dalam
hati.
“
Makan permen karet sudah gue ganti dengan hobi membaca, Ra “, sahut Lupus sok
kalem, sambil menarik 1 bendel koran dari dalam tas ranselnya. “ Neh, bacaan
gue….” Pamer lupus dengan jumawanya, tanpa memperhatikan bacaan apa yang
dikeluarkan dari dalam tasnya.
“
Nge-fans sama Tante Ashanty ya, sampai bela-belain beli tabloid perempuan getu
Kak?”
Busyettt,
kenapa ketemu si tengil Rara bikin gue apes begini sih? Mana gue pamerin
tabloid titipan Mama pula. Huft!
“
Eniwie busway lewat neh, aku juga kagum kok sama Tante Ashanty. Single and
eligible, menikahi duda yang punya anak 3 dan semuanya ikut Bapaknya pula. “.
“
Kalau gue ketemu orang kayak Mbak Ashanty, dengan segala hormat gue bakal cium
tangannya secara takzim dan penuh hormat “.
Penumpang
yang duduk di depan Rara pun menoleh, tersenyum pada mereka berdua. Spontak
membuat wajah lupus merona kayak kepiting rebus yang siap dicocol saos pedas.
Gue
taksir seumuran Ashanty juga, Lupus mulai mengisi checklist secara otomatis.
Penampilannya anggun dengan balutan gamis hijau tosca dan hijab hitam yang
tampak kontras dengan kulitnya putih. Aiiih, sepertinya bisa dimasukkin daftar
layak di pe-de-ka-te. Tanpa sadar, Lupus melongo, terhipnotis oleh pesona sosok
penumpang yang barusan melemparkan senyuman ke arahnya. Kalau sosok bening
begini mah, masuk daftar prioritas. Gak masalah meski terpaut usia lebih tua,
paling hanya beda 3 atau 4 tahun sama gue, batin Lupus super PeDe.
“
Kak Lupus, serius neh dengan ucapannya tadi?” tantang Rara.
“
Siapa takut. Kalau saat ini ketemu orangnya, gue jabanin salim takzim dan
penuh hormat “
“
Oke, ayo buruan salim sama Bundaku ya Kak? Bund, kenalin Kak Lupus, kakaknya
Lulu, teman SMP Rara saat di Jakarta..” Rara menyuruh Lupus bersalaman dengan penumpang
yang ada di depan mereka. Belum genap 5 menit sosok mempesona tersebut menghiasi
bidadari impiannya, kini serentak pudar dengan sempurna.
“Hahhh?
Emmm…maksud Elu…?”
“
Eiih, santai saja Kak, dia Bundaku. Gimana, kece badai kan? “
Semprul
ketemu tuyul, Apes tujuh belas ini namanya, umpat Lupus tak terucap. Jadi,
cerita si Lulu kala itu beneran kalau Om Irsyad merit lagi sama dokter muda nan
cantik jelita. Waktu Lulu cerita, Lupus memang cuek, tidak percayalah. Masak
iya, OM Irsyad yang udah umur 50 tahun, tampang biasa saja, ekonomi selevel
dengan keluarganya, menikah lagi dengan single dan eligible kayak kisah Anang
Hermansyah dapat Ashanty?
Lupus tak bisa mengelak lagi, tanpa banyak
basa-basi dicium dengan takzim plus salah tingkah tingkat dewa diperhatiin
penumpang seiisi bis. Segera mungkin Lupus pun bergegas turun begitu Bis
berhenti di halte terdekat.
Noted: Mendadak FIKSI karena penasaran dengan lomba menulis tokoh Lupus dalam 1 halaman A4. ALhamdulillah tidak lulus seleksi, jadi tayang di blog dong.
Ayah temanku jg ada yg nikah lagi sama wanita muda berprofesi dokter. Anak-anak dari istri sebelumnya yg udah meninggal lama udah pd kuliah S2 saat itu, adeknya masih kelas 1 apa 2 SD gtu. Jadi kutaksir si ibu pasti mudah banget juga hehe. Cinta tanpa syarat kali yeee :D
ReplyDeleteNamanya juga jodoh ya gak bisa ketebak 😆
ReplyDeleteFilm Lupus dulu ada beberapa versi pemain ya mbak Rie. Dan bagi saya Ryan Hidayat yang paling nempel karakternya :)
ReplyDeleteSetuju sama mbak niee
ReplyDeleteMungkin juga kayak pak tarno dapat pramugari yg cantik
Tante Ashanty wkwkwwkkk mbayangin Ashanty beneran
ReplyDelete