Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Pulau Bali sudah populer ke antero dunia, dari kutub utara hingga selatan…Bali menjadi tempat wisata impian dan most wanted. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim mari melihat sisi lain dari Bali, yaitu tentang salah satu kekayaan budayanya: Ragam Model Kebaya dan Tata Rias Pengantin Bali.

Di beberapa daerah di Indonesia, kebaya merupakan salah satu busana tradisional yang dikenakan oleh wanita. Seirama dengan perkembangan dunia fashion, kebaya juga mengalami pengkayaan baik dari segi jenis kain kebaya maupun model-model kebaya sehingga bisa dikenakan pada berbagai acara seperti kebaya modern, brokat, lengan pendek serta kebaya muslimah juga semakin banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat. 

Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing, salah satunya Bali yang merupakan daerah yang sangat kentara akan unsur budayanya. Busana kebaya begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali dan banyak dikenakan baik oleh anak-anak, remaja, hingga wanita dewasa seperti pada saat upacara adat dan juga keagamaan. Selain itu kebaya adalah busana pernikahan Bali yang banyak dipakai oleh mempelai wanita, dengan pengaruh perkembangan fashion, kebaya modern Bali pun kini menjadi pilihan kebanyakan para pengantin. 

Desain kebaya di berbagai daerah itu berbeda, untuk model kebaya Bali selalu identik menggunakan ikat pinggang berbahan kain, warna ikat pinggang kain memiliki warna yang kontras dengan warna kebayanya. Umumnya ikat pinggang kain pada kebaya Bali berbentuk pita yang biasanya terdapat semacam aksesoris bentuk bunga dengan warna yang senada dengan pitanya. Ciri kebaya Bali lainnya terletak pada bentuk atau motif bunga teratai dan bulat yang menjadi corak khas kebaya. Warna dominan yang sering dipakai seperti warna putih, merah, jingga, dan kuning.

Model Kebaya dan Tata Rias Pengantin Bali
Kebaya modern Bali mampu menarik minat para wanita khususnya calon pengantin dikarenakan sentuhan warna, pola, dan desain kebaya selalu menampilkan kecantikan dan keanggunan yang memakainya. Bagi para calon pengantin membuat busana pernikahan adalah hal yang penting dan tidak sembarangan, selain itu untuk tata rias pengantin pun tidak kalah penting, pemilihan wedding make-up artist harus yang sudah berpengalaman dan kiprahnya tidak diragukan lagi.

Yenny Gunawan - House of Beauty  adalah salah satu salon kecantikan terkenal di Bali yang sudah lebih dari 10 tahun berkecimpung  di dunia tata rias pengantin dan memiliki testimonial dari banyak pelanggan yang merasa puas dengan hasil kerjanya. Yenny Gunawan merupakan pendiri dan direktur di YG House of Beauty, selalu menghadiri kursus profesional hingga skala acara internasional tahunan untuk menjaga tren dan hal baru di industri kecantikan. Dengan berbagi pengetahuan menguntungkan ini Yenny Gunawan mampu membentuk tim make-up artist berbakat. calon pengantin banyak memilih YG House of Beauty karena selain wedding make-up, di sini juga disediakan layanan untuk tata rambut, manikur, pedikur, perawatan tubuh, dan kecantikan lainnya. Biasanya setiap pasangan calon pengantin ingin tampil maksimal dengan melakukan perawatan diri sebelum pernikahan. YG House of Beauty merupakan salah satu tempat perawatan dan tata rias rambut serta make-up artis terkemuka di Bali yang secara profesional terlatih dan berpengalaman dalam bekerjasama dengan berbagai koordinator pernikahan dan wedding organizer.

Dengan kerjasama cerdas dengan merek kosmetik internasional dan kepercayaan serta evaluasi positif oleh banyak pengantin dari berbagai negara seperti Indonesia, Australia, Jepang, Korea, Hongkong, Malaysia, India, Taiwan, Singapura, Rusia, Ukraina, Amerika Serikat, dan negara lainnya membuat YG House of Beauty menjadi salon kecantikan di Bali yang diakui secara nasional dan internasional. Calon pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan di Bali banyak memilih YG House of Beauty khususnya untuk tata rias pengantin Karena YG dapat menyesuaikan permintaan pasangan baik dengan tema tradisional Bali ataupun yang mengusung gaya internasional.

Beberapa referensi untuk pemilihan kebaya dan tata rias wajah pengantin lainnya dapat dilihat di link http://www.bridestory.com/indonesia/bali/bridal. Misi dari Yenny Gunawan - House of Beauty adalah untuk membantu setiap pasangan pengantin mewujudkan impian pernikahan mereka menjadi kenyataan.

11
Share
Teknologi selalu berkembang, itu salah satu sifat bawaan yang melekat pada sel hasil-hasil budaya yang dinamakan TEKNOLOGI. Perkembangan dan penemuan teknologi terbarukan Bismillahirrahmaanirrahiim goalnya tentu untuk memfasilitasi segenap lapisan masyarakat demi kehidupan yang lebih nyaman dan mengikuti peradaban yang beradab.  Secara general, fasilitas umum maupun produk teknologi didesain dan dikembangkan dengan mengacu pada konsumen mayoritas yakni orang-orang yang terlahir dengan organ tubuh yang lengkap dan normal. Alhamdulillah, sekarang sudah semakin meningkat keperdulian untuk memprioritaskan ketersediaan fasilitas dan aneka produk teknologi  yang aman, nyaman dan sesuai dengan kebutuhan difabel. 

Bukankah, sejatinya semua barang/produk dirancang sedemikian rupa agar ergonomis saat digunakan oleh user atau konsumennya yakni orang-orang yang terlahir dengan anatomi yang lengkap dan berfungsi dengan baik. Maka sudah seharusnya yang disability juga mendapatkan prioritas untuk tersedianya peralatan, device, tools dan perlengkapan lainnya yang sesuai dengan kondisi mereka. Menjadi difabel tak hanya karena faktor bawaan lahir, tapi termasuk juga karena kecelakaan/sakit yang menyebabkan suatu ketidakmampuan organ tubuh untuk melakukan fungsinya sebagaimana orang normal pada umumnya. 

Dan jika berbicara tentang Fasilitas Publik yang ada di Indonesia, memang sih secara umum masih sekedar demi “mematuhi” peraturan yang mewajibkan fasilitas yang layak, sesuai dan ergonomis untuk memfasilitasi aktifitas difabel.  Bisa kita lihat sekarang di berbagai tempat umum seperti gedung-gedung perkantoran sudah ada tangga yang khusus, di depan pintu masuk juga tersedia desain lantai yang landai (miring), selain undag-undakan. Demikian juga di terminal, stasiun, di bandara, ruas jalan raya, jembatan penyeberangan. 
Fasilitas "rute" yang diperuntukkan untuk Difabel
Tangga yang di desain miring/landai
Iya sih, ada yang masuk dalam noted, seperti garis warna kuning yang ada di ruas kanan-kiri jalan raya, sepertinya masih banyak masyarakat yang belum memahami arti, fungsi dan peruntukannya. Ruas garis warna kuning yang sengaja dibuat untuk difabel tersebut tak jarang yang mengalami alih fungsi jadi tempat berjualan dadakan/musiman.  Selain itu, yang belum terlihat nyata adalah keberadaan fasilitas untuk disabilitas di tempat parkir. Lha iya kan, yang menggunakan atau sekedar melewati area parkir kan tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang normal?  

Sebagai perimbangan mengungkit-ungkit ‘kekurangan’ sarana dan prasarana yang diperuntukkan untuk difabel, perlu diapresiasi jika semakin meningkat keperdulian dari berbagai pihak (pemerintah, swasta, parpol, LSM, dan ormas lainnya) untuk memberikan fasilitas yang memiliki nilai ergonomis bagi disability. Kota yang ramah dan nyaman bagi disability, semoga bukan slogan semata. Produk-produk teknologi baru juga mulai mengeluarkan item yang diperuntukkan bagi kaum difabel. Seperti yang pernah saya baca, bahwa saat ini sudah dikembangkan alat bantu dengar bagi yang memiliki pendengaran kurang jelas. Tersedia aneka buku dengan huruf Braile, termasuk juga Al-Qur’an yang dirancang menggunakan huruf model Braile. Semoga tak lama lagi, akan ada penemuan gadget yang tepat bagi yang penglihatan dan pendengarannya tidak jelas. Juga peralatan rumah yang bisa dikontrol menggunakan suara bagi yang kondisi tangan/kakinya tidak berfungsi secara normal.   

Mendadak Epilog:  Menjadi Disabilitas/Difabel bukan pilihan. Mereka tetap memiliki hak yang sama untuk membuat pilihan melanjutkan kehidupannya dengan layak, beraktifitas dengan optimal dan mengukir prestasi semaksimal mungkin selayaknya orang-orang pada umunya. Difabel bukan orang yang Impotential. Mereka juga punya semangat, cita-cita dan cinta. Orang-orang yang difabel juga memiliki potensi yang equal untuk berkontribusi, berkarya dan berprestasi dalam lingkungan bermasyarakat.


23
Share

Ada yang bilang bahwa selain seperti panggung sandiwara, hidup juga bisa diibaratkan “lukisan”. Lukisan adalah out put dari hasta karya saat tangan memainkan kuas dengan memoleskan warna-warni di atas kanvas. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, Bagaimana hasil lukisan tergantung pada keputusan kita memilih warna dan mewarnakannya pada sketsa yang telah dibuat. Sketsa yang telah dibuat pun masih ada peluang untuk mengalami revisi dan perbaikan manakala dicermati (sebelum dimulai pewarnaan) ternyata perlu ada tambahan atau pun penyesuain bentuk.  Saat kuas yang kita pegang bergerak gemulai menggoreskan wewarnaan ke atas selembar kanvas dengan kombinasi-kombinasi tertentu, bagaimana hasilnya pun tergantung warna yang kita  pilih dan komposisi. Akan bagaimana hasilnya, tergantung siapa dan bagaimana caranya melihat dan menilai. Termasuk juga apakah melibatkan unsur subyektifitas atau pure menggunakan sudut pandang yang obyektif.. Apalagi jika yang jadi obyek adalah lukisan beneran? Artinya, ada banyak variable yang mempengaruhi sebuah opini, pendapat, penilaian dan seterusnya.

Aiiiihhhh, tulisannya lagi begaya sok ngerti dunia lukis melukis ya? Sekedar coret-coret menggambar bunga matahari, sawah dan gunung, Alhamdulillah bisa sih yang hasilnya seperti anak TeKa belajar menggambar. Tapi melihat dan menilai sebuah karya lukis?. 
karya lukis; seni lukis; hobi melukis; hobby; art; painting; lukisan; kaligrafi
(Hadiah) Lukisan Kaligrafi
“Menurutku setiap lukisan ya indah dan artistik karena merupakan karya seni…” demikian jawab saya ketika minggu lalu Kang Suami membawa pulang lukisan kaligrafi dan menanyakan pendapat saya mengenai lukisan tersebut.
 “ Emang lukisan dari siapa ?”
“ Titipan dari Habib Novel, katanya buat istrinya Abii…”
“ Emang Habib sekarang suka melukis juga ya ?”
“ Di kasih pas ngisi pengajian di sekolah apa gettu. Lukisan dari salah satu siswa di sekolah tersebut. “
“ Terus piye kalau jawaban dari sisi kuratorisme…nyrempet-nyrempet sedikit bolehlah…anggap saja 
Belajar MEMBACA Lukisan ”
“ Hemmm….apa ya? Secara teknik melukis, sepertinya sudah bagus skill-nya. Goresan warnanya halus, gradasinya natural. Komposisi warnanya juga oke…Secara keseluruhan sudah oke tuh. Dan….menurut sudut pandang orang amatir dan gagap soal lukisan neh, kalau improvisasi pada back ground di mainkan lebih lepas lagi, lukisan kaligrafi ini bisa deeply impression at the first sight “, *demikian kupas singkat dari orang yang gak ngerti tentang lukisan. After all, highly appreciated untuk sang pelukisnya. He painted so well *
Ketika lukisan sudah selesai dan warna mengering, beberapa waktu berlalu dan saat kita melihatnya lagi, “rasanya” ada yang kurang pas atau bahkan “keliru” penempatan warnanya. The painting is painted. Perhaps, kita masih bisa mempermaknya lagi. But there is more important lesson than just make over it. Diluar konteks Ilahi sang Maha Pelukis, bukankah ada nasehat yang bijak: lukisan yang telah jadi tak ubahnya seperti hari kemarin yang tak bisa di otak-atik lagi. Tapi masih ada kanvas-kanvas berikutnya yang lebih penting untuk diwarnai agar menjadi lukisan yang lebih indah dari sebelumnya. Tentu saja dengan belajar mengambil pelajaran dari lukisan sebelumnya. 

Seorang pelukis tak akan berhenti dengan satu karya lukis. Lukisan yang sudah jadi tak perlu terlalu disesali, sejelek apapun itu. Merasa kecewa dan menyesal, it’s normal for being human. BUT One (fine) day, saat melihat lukisan yang dianggap lukisan “gagal” tersebut, kita tak akan tahu kalau justru akan bisa tersenyum dan deep inside mengakui bahwasanya setiap pilihan yang kita buat akan membawa pada pilihan-pilihan baru berikutnya yang harus disikapi dengan pengambilan keputusan. 

16
Share
" Walau sibuk oleh berbagai rutinitas harian, relaxing our body and eyes (bagi yang seharian duduk manis di depan kompi), jangan sampai lupa, ya! Dan bagi yang wara wiri, hilir mudik (emang setrikaan), juga lakukan variasi gerak, atau duduk manis dulu sebentar biar ada variasinya, so that our body won't be lazy and being saturated ..” demikian sapaan manis Mbak Alaika di grup FB beberapa hari lalu.  

Ah iya….she’s completely right. Di sela-sela kontinyu mantengin laptop dalam beberapa minggu belakangan ini, saya nekat Bismillahirrahmaanirrahiim sesekali ngintip medsos. Pas baca status tersebut jadi pengen merasa “wah ini kalimatnya Mbak Al kok seperti dispecialkan buatku ya?” *Ge-eR membabi-buta*. Saya bukan seorang programmer/IT atau desainer blog, juga bukan pula pegawai perbankan meskipun akhir-akhir ini intensitas untuk mantengin monitor PC/Laptop jadi meningkat significant. 

Berjam-jam duduk di depan lapi, sejak sign in pagi di kantor hingga lewat jam pulang masih khusyuk di laptop bersama setumpuk dokumen dan data, merupakan menu yang harus saya nikmati as well pokoknya. Lha kalau gak berusaha menikmatinya, wong itu pekerjaan yang harus saya selesaikan kok. Jadi ambil enaknya saja, Desember – Januari ini, tak hanya meja kerja yang berubah jadi kapal pecah tapi juga durasi +10 jam dalam 24 jam berhadapan dengan monitor, tak bisa saya hindari.
Iya sih, I'm not the only one, masih ada banyak orang lain yang durasi kerja berhadapan dengan komputer lebih lama lagi, lebih dari 10 jam banyak kan? Dan demi keamanan dan kesehatan, saya pun kudu concern menerapkan pola sikap yang bijaksana saat duduk di depan komputer untuk meminimalkan efek-efek negatif pada mata, leher kaku, punggung-bahu pegal dan pinggang sakit (lupa minum air putih). Walaupun pada prakteknya masih banyak yang menyimpang atau pun tidak konsisten untuk menerapkan pola-pola pengamanan diri saat duduk di depan perangkat kerja digital alias notebook kesayangan, tapi sebisa mungkin tetap berusaha. Dan hasilnya? Let’s check it below:
  1. Mengatur tingkat pencahayaan dari layar monitor dan penerangan ruangan yang cukup dengan harapan agar bola mata tetap nyaman. Faktanya, setelah beberapa hari-hari “intim” menerima pendaran cahaya monitor,  mata mulai terasa lelah dan perih (berair). Solusinya, ya saya perlu mengaktifkan penggunaan KACA MATA minus yang selama ini super duper jarang dipakai, kecuali kalau ada undangan rapat atau seminar dan perlu baca paparan materi jarak jauh (layar LCD).
  2. Melihat objek (lain) yang jauh selama  beberapa detik, 10-15 detik. Biasanya saya mengedarkan pendangan ke arah jendela untuk menyejukkan mata dengan melihat hijau dedaunan ataupun panorama langit saat cerah. Alhamdulillah, di sekitar kantor dan rumah masih banyak lahan hijau. Idealnya hal ini dilakukan tiap  10 - 15 menit, pada prakteknya saya masih sering kelupaan. Kalau sudah fokus mengerjakan atau entry apa gettu, kelupaan untuk mengalihkan pandangan ke arah lain.  
  3. Stretching atau menggerakkan badan agar segenap otot tidak mengalami kekakuan “freeze”. Hal ini bisa dilakukan dengan berdiri sejenak, berjalan-jalan atau gerakan lainnya. Intinya yang penting ada aktifitas menggerakkan anggota badan. Pada prakteknya, yang paling bisa saya lakukan baru sebatas mulet-mulet atau menggeliat itu lhoh. Sama memutar pergelangan bahu seperti ajaran yang diberikan oleh guru olah raga kala hendak mulai senam. 
  4. Hal berikutnya yang harus dijaga saat berada di depan komputer adalah mengatur posisi duduk dengan posisi punggung tegak lurus (90 derajat) dengan posisi keyboard  sekitar 100 derajat dari siku. Hafal sih teori ini, tapi setelah sekian puluh menit tak jarang posisi punggung pun mulai condong ke depan/agak membungkuk. Beberapa saat berlalu, baru deh ingat kalau posisi duduk menyimpang dari kodrat tegak lurus. Hehehehee…*kayaknya kudu menyalakan alarm neh*
  5. Menjaga jarak layar komputer sekitar 50-75 cm. Oke fixed, tapi mendekati 50 cm sih. Masih masuk batas tolerasi kan ya? *kayak nawar cabe saja neh*
  6. Jangan lupa tetap minum air putih minimal 1,5 Liter. Alhamdulillah, kalau yang point ini bisa saya ikuti dengan patuh lho? *acungin jempol ahhh* Secara, hal ini sudah saya biasakan sejak bertahun-tahun lalu, yaitu saat kerja harus ada sebotol gede air putih yang siap dikandaskan. Dengan menyandingkan sebotol air putih, cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi air selama berlama-lama di depan PC. Pengalaman saya sendiri, kalau masih kudu ambil air minum dari galon dulu....yang ada kelupaan atau kena virus: ntar-ntar-ntar dulu ahhh. Jadi, sediakan air putih di dekat tempat kita berlama-lama duduk menghadapi komputer dan secara berkala, diminum sedikit demi sedikit...habis deh sehari 1,5 liter air. 
Antara teori dan praktek, bagaimana memposisikan diri yang aman dan nyaman saat harus bertoleransi terhadap ritme aktifitas yang butuh berlama-lama di depan komputer, ada variasi lain yang tetap saya usahakan demi menjaga otak saya tidak saturated  ketika “disuapi” angka dan data-data yang harus dicermati.  Any one can guest apa variasi lain yang menarik tersebut? 

Yakkk, betulll….variasi yang bisa bikin enjoy full adalah: Listen the Music/Movie, up date blog dan sesekali selfie. Jadi selain berusaha mematuhi pola aman saat bekerja berhadapan dengan komputer, ada Tips Sehat Ketika [harus] Berlama-Lama di Depan Komputer ala-ala saya yang bisa bikin relaksasi pikiran dengan bikin tulisan untuk blog. Tulisan ini hasilnya, sebagai salah satu variasi yang mencairkan kesuntukan mantengin layar monitor komputer. Hip….hip…keep happy blogging itu harus kan?

Kalau anda, apa yang disukai untuk memvariasi kala harus berjam-jam kerja di depan komputer?


24
Share

Apakah tema yang bakalan nge-trend jadi postingan blogger Indonesia tahun 2016? Tematik yang disodorkan untuk challenge perdana Liga Blogger Indonesia di musim ke empat ini, boleh kan jika saya spesifikkan lagi lebih ke POSTINGAN/entry Blog. 

Tentunya tantangan ini membuat saya terusik sampai kebawa mimpi, “kira-kira apa ya yang bakalan ngetrending di dunia perbloggeran tahun ini?”.  Kalau topic yang heboh (baca: POPULAR POST) di blog saya sih jelas terlihat yaitu Kenapa Ular masuk rumah yang memiliki nilai perolehan PV sangat melesat bagai meteor dibandingkan entry lainnyas. Tapi kalau Tren-tren yang bakalan jadi trending-nya blogger Indonesia 2016, " Apa yaaa...?" *terus lanjut ngerjain laporan lagi*

Sedangkan pengelola blog ini pun masih setia menganut paham kemana angin berhembus, maka ke arah situ akan bergerak. Maksudnya dalam membuat postingan, saya Bismillahirrahmaanirrahiim masih lebih mengikuti gregetnya hasrat hati saja. 
Saya belum sampai bikin komitmen ikutan tren tema yang sedang ngehits untuk jadi main stream postingan di blog saya. Seadanya ide dan sebaik saya bisa untuk menelorkannya jadi postingan, I’ll do it. 
Tanpa eksepsi kalau ada tawaran JR=Job Review, akan ada kata sepakat YES kan juga didukung greget hati , meski sekedar dikasih free sample, atau di undang ke acara, intinya yang penting merasa KLIK, dijabanin lah bikin review. *nah lhoh?!* 
lifestyle; fashion, Kesehatan; kuliner' wisata' traveling' parenting; family; relationship
Terlanjur nyebutin postingan yang beraroma review, nada-nadanya akan semakin merambat cepat grafik tren blogger yang berlabelkan “REVIEW” ini.  Setahu saya, dua tahun belakangan ini semakin banyak stake holder yang terhipnotis oleh daya magis ulasan-ulasan yang dibuat para blogger. Bukan hanya daya kompetitifnya sebagai media iklan melalui jejaring blogger yang memiliki nilai efektif, efisien dan lintas ruang,waktu, usia, gender, komunitas, de-el-el….pastinya kalau dikalkukasi, ngebudget buat job review untuk sekian puluh atau bahkan ratus bloggler akan masih lebih hemat ketimbang bayar artis untuk jadi model ikaln dan atau pun sekedar ngasih testimoni beberapa patah kata tuh. 

Tren Postingan Review (dalam berbagai bidang) semakin booming di tahun 2015 lalu dan bukan tak mungkin akan semakin luas jangkauannya. Buktinya, sudah mulai banyak  Undangan Acara  baik dari instansi Pemerintah, perusahaan, ormas, parpol yang merangkul komunitas blogger yang diselenggarakan tak hanya di kota-kota besar. Launching product, promosi dan aneka publikasi lainnya yang sifatnya profit maupun nirlaba, semakin meningkat agregatnya untuk melibatkan blogger hingga ke ke daerah karena tak bisa dinisbikan kalau keberadaan komunitas blogger maupun pelaku aktif netizen yang menggunakan media blog maupun akun sosmed saat ini sudah menggurita dari Sabang sampai Merauke.   

So…so… epilog cerita,
Selain geliat tema postingan tentang kuliner, wisata, parenting, FASHION, Tekno (IT) yang sudah existing sejak beberapa tahun lalu, maka postingan REVIEW, baik yang sifatnya inisiatif personal maupun inisiasi sebuah brand (job review) memiliki peluang besar untuk menjadi tren blogger di 2016 ini. 

Bagaimana menurut Anda, apa  kecenderungan Tren Blogger Indonesia Tahun 2016 ini? 

33
Share
Liga Blogger Indonesia, kompetisi menulis di blog yang dikemas seperti liga sepak bola dengan penilaian dari perolehan poin, tahun ini menginjak musim ke-4. Tapi Bismillahirrahmaanirrahiim merupakan putaran ketiga bagi saya ikut LBI.  Hup….Hup…Huraiiii, Ikut LBI lagi….siap-siap sembako, camilan dan aneka makanan ringan ah. *byuhhhh, iki arep melu LBI opo arep lomba penggemukan yaaa?*  Yang jelas, Alhamdulillah gak perlu ikut babak seleksi/kualifikasi untuk berkecimpung di putaran LBI 2016 karena ada kuota 10 blogger yang diambil dari peserta LBI musim sebelumnya. Jadi total peserta yang disahkan dalam event LBI 2016 ini sebanyak 40 blogger, 30 blogger merupakan hasil seleksi pada babak  kualifikasi yang berlangsung bulan Nopember – Desember. 

Sesi seleksi ini merupakan salah sistem yang terbilang baru jika dibandingkan di tahun pertama dan kedua perhelatan LBI digulirkan. Iyaaaaa, kala itu kan siapa saja yang daftar di eprup lhoh? Mekanisme yang terbilang baru di tahun ke-4 penyelenggaraan LBI ini adalah jumlah postingan per minggu cukup dua saja tapi masa perlombaan dipanjangkan hingga bulan April. So sweet….tralalalaaa…trililili….
Lomba; blog; kompetisi; relationship; friendship
Pict by: Lyly Nur ( Blog LBI: www.ligabloggerindonesia.blogspot.co.id)
Pada perjalanan kompetisi LBI ini juga berlaku seleksi alam yang berlangsung secara alamiah. Pekan demi pekan, ada peserta yang akhirnya tidak bisa ajeg memenuhi kuota 3 postingan  terdiri dari 2 postingan bebas dan 1 psotingan dengan tema yang ditentukan. Artinya, selama musim kompetisi berlangsung (Januari – Maret) harus membuat 36 tulisan. 

Saya yakin *positive thinking*, teman-teman yang akhirnya tidak bisa menyelesaikan tantangan hingga akhir musim kompetisi punya alasan yang cukup mendasar. Setidaknya saya melihat ke diri sendiri, dua kali mengikuti LBI tapi ada beberapa kesempatan dimana saya tak bisa memenuhi target postingan. Tak hanya postingan yang bertema bebas, bahkan yang ditentukan temanya  sempat beberapa kali “absen”. Tentunya, keabsenan posting (apalagi yang tematik) akan mempengaruhi perolehan poin. 

POIN dan POIN…siapa yang memperoleh poin tertinggi, dialah yang akan jadi juara. Dan dua kali saya ikut LBI, Alhamdulillah juara juga lhoh? Juara karena bisa bertahan hingga musim kompetisi usai. Juara karena bisa mengungkit dan membangkitkan kembali greget saya dalam menulis. Walaupun, irama blogwalking saya masih belum prima dan masih pada pola random. Parahnya lagi, saya yang berkomitmen untuk merespon setiap comment yang masuk tapi nyatanya beberapa postingan tidak terjamah respon dari saya. Mau tahu gimana rasanya? Kalau rasa gado-gado sih enak. Nano-nano juga masih yahutt. Rasanya pedes-pedes pahit dan pahitnya lebih pahit dari jamu pahitan yang pernah saya pesan dari Embak jamu yang biasa jualan ke kentor. Ehemmmm, pahit dan pedes diaduk-aduk dengan gaya sentrifugal kayaknya tuh. *duuhh, kok malah nglantur curcol sih??*
Wajah-Wajah Sumringah Kontestan LBI 2016
(Pict By: www.ligabloggerindonesia.blogspot.co.id)
At least, it’s not about how to be winner. 
Apalagi item hadiahnya juga belum dipublikasikan (pola yang masih sama pada penyelenggaraan sebelumnya). Diluar perwujudan hadiah *halah, ngomongin hadiah maneh*, secara genarally tentu keikutsertaan ke LBI ini memiliki golden efect terkait aktifitas menulis pada umumnya. Dan khususon ikut LBI ini akan memberi manfaat tambahan lagi seperti : 
  1. Trigger untuk menulis dengan lebih baik, mengasah “pena” agar lebih luwes merangkai kata-kata yang santun tapi tetap renyah dan gurih untuk dibaca. Wishfull sih bisa bermanfaat dan memeliki spectrum kebaikan yang evergreen.
  2. Jadi “Mak comblang” yang mempertemukan dengan teman-teman baru, komunitas baru juga informasi baru lainnya. Sepintas yangs aya lihat, 30 peserta baru LBI kali ini banyak yang belum saya kenal sebelumnya di ranah perbloggeran. So, tidak menutup kemungkinan dong event LBI ini bisa menjelma jadi MAK COMBALNG beneran bagi yang masih single and available. 
  3. Manfaat Sekunder yang tak kalah ciamiknya….pengaruh positif terhadap statistik blog, terutama ada traffic source untuk PV blog dari para kontestan LBI lainnya. Iya sih, PV memang mmeiliki hubungan linear dengan keaktifan dalam meng-up date blog. Ada new entry, ada peluang menambah PV. Nah, apalagi ikut LBI ini yang ada duel poin yang didasarkan dari perolehan comment terhadap postingan tema. 
Sebelumnya dan dengan segala kerendahan hati saya mengakui duluan kalau (kemungkinan) adu poin terhadap postingan tematik, saya tak bisa bersaing secara maksimal. Sekaligus menyampaikan permintaan maaf bagi siapa saja yang sudah berkenan singgah di blog saya ini tapi saya belum bisa berkunjung balik. Dan tentunya, ucapan terima kasih bagi semuanya yang berkenan meluangkan waktu beranjang sana kesini. 
Everything need (serious and hard) efforts, fight, and prays!

Karena [menurut saya], tak ada yang benar-benar mengalir tanpa hambatan seperti air dari lereng pegunungan. Lha wong air  yang mengalir  dari tempat yang lebih tinggi pun butuh adanya gaya gravitasi agar bisa mengalir (turun) kan? Kalau dalam  rute perjalanannya terdapat bongkahan batu, nah si air pun berusaha membelokkan alirannya menghindari batu agar tetap lancar mengalir hingga ke muara kan? So, let’s GO TO THE BETTER LIFE….termasuk better dalam ngeblog.


23
Share

Menjelang akhir tahun dan menyambut lembaran tahun baru, cukup banyak yang mencanangkan resolusi untuk setahun ke depan. Membaca sekian postingan yang mengusung tema tentang resolusi, membuat saya pun bertanya pada diri sendiri (seperti tahun-tahun sebelumnya): Apakah Resolusiku? lagi-lagi saya wordless, mau menyusun rangkaian resolusi apa? Bukannya anti mainstream, tapi saya pancen bisanya ya: kerjakan apa yang bisa dikerjakan (sekarang). Jika A,B,C bisa dilakukan secara multitasking atau seperti alur network planning, dimana membuat pondasi rumah bisa dikerjakan barengan dengan membuat kusen jendela dan rangka pintu, why not? Walahhh, kok nglantur ke pondasi dan kusen.

Intinya, Bismillahirrahmaanirrahiim saya pun sebenarnya punya resolusi. Dan mengawali postingan di tahun 2016, maka inilah kisah tutur tinular tentang resolusi yang akan selalu jadi trending topic antara akhir tahun dan awal tahun.  

Tarararaaaa…..
Resolusi UTAMA saya sangat-sangat simple saja, yaitu melanjutkan Resolusi (lebih tepatnya HARAPAN) tahun sebelumnya: berusaha menjadi diri yang lebih baik sebagai pribadi (anak, adik, kakak, menantu, adik ipar, kakak ipar dan hubungan lain yang terpaket dari pernikahan), seorang istri yang baru bisa masak asal-asalan (asal bisa dimakan dan tidak meracuni) dan Ibu yang full time bekerja (tanpa ART) dengan 3 anak (semoga diberikan kepercayaan untuk memiliki keturunan lagi). *sekompi atributnya*

Dalam hal ini, poros resolusi saya adalah beruasaha bermetamorfosa setiap hari karena setiap hari pula menjalani peran baru. Terlebih hubugan ibu dan anak yang saya miliki baru dimulai sekitar 3 tahun lalu. Begitu menikah, saya langsung menjadi sosok ibu sehingga banyak hal yang harus saya lakukan secara doing by learning ataupun sebaliknya. Menjadi Ibu sebulan lalu, tidak lagi sama dengan bulan berikutnya. Usia anak yang bertambah diperlukan derajat pemahaman dan penyikapan yang meningkat dengan komunikasi dua arah. Terlebih di era digital dengan keragaman tantangannya terhadap tumbuh kembang anak-anak yang menginjak remaja. Nah, salah satu skill yang harus bisa saya tingkatkan adalah KOMUNIKASI terutama dengan anak-anak. Bukan berarti komunikasi yang lancar, akrab, akur dan asyik dengan pasangan itu gak penting lhoh ya?
Better Life; love; story; truelove; life; family; parenting; adventure

Sadar-sesadarnya dan saya tak hendak mengelak  terhadap “tuduhan” teman-teman dekat kalau saya itu gaya bicaranya ceplas-ceplos, ngasal, kadang terlalu jujur sehingga membuat teman bicara speechless. Hopefully, saya berharap melalui komunikasi yang efektif dan friendly agar anak-anak bisa merasa nyaman, kami bisa saling sharing apa saja, curhat layaknya bersama teman. Dan apa yang perlu saya lakukan? Just flowing, lihat interestnya anak-anak dan angkat topik bicara dari hal-hal sederhana yang disukai tersebut. Hasilnya? Yaaaaah…masih ada sesekali moment saya jadi gagap bicara, “ mau dilanjut ngomongin apa lagi yachhh?” *plakkk*. 

Selain resolusi Utama di atas, tiba-tiba kok saya dapat wangsit untuk mencantumkan harapan spesifik terkait hobi menulis di blog alias ngeblogging.  Seperti sudah sekian kali saya tulis bahwa di awal saya menulis di blog masih asal-asalan menulis demi menyalurkan hobi dan tidak paham dunia blogging selain posting. 

Time goes by dan semakin ke kini, semakin banyak pembelajaran saya dapatkan sejak aktif menulis di blog: jejaring persahabatan yang konstruktif, pengkayaan wawasan, mengasah olah rasa, “menghidupkan” pikiran serta berkah ngeblog yang sama sekali tidak terbersit sebelumnya: menghasilkan penghasilan dari aktifitas blogging ini (baik  review maupun dalam bentuk materi lainnya). Bahwa menulis tidak akan pernah berhenti pada satu tulisan, akan muncul wawasan baru dengan pemahaman kekinian untuk ditulis dan dibagikan. Makanya saya ingin  lebih jauh lagi dalam ngeBLOG dengan meningkatkan dan mengembangkan kemampuan menulis, syukur Alhamdulillah jika bisa menjejak ke media lainnya dan belajar mempermak blog. Pengen banget permak sendiri blog ini biar lebih feminin seperti pemiliknya *dilarang protes karena saya merasa feminin meskipun masih sering tampak dominan style tomboy*

Untuk tahun ini dan masa-masa yang akan datang, Semoga saya bisa melakukan sesuatu yang lebih baik lagi bagi diri saya, keluarga dan orang lain. Maka, demikianlah  muara resolusi sederhana saya yaitu  GO TO THE BETTER LIFE 


13
Share
Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster. Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu paket dalam TORCH: Toxoplasma, Cytomegalovirus, Rubelle dan HERPES Simpleks. Tidak sepenuhnya keliru, karena memang ada dua jenis HERPES yaitu Herpes Simplex dan Herpes.

Awalnya saya hanya tahu HERPES, “hanya” sejenis penyakit pada kulit yang menyerupai penyakit cacar air tapi tidak separah cacar air *persepsi saya saat masih unyu-unyu*. Pertama kali terkena si Herpes ini di bagian pundak. Saat itu, usai sesi Pra Jabatan selama dua minggu yang dipusatkan di Bumi Moro, Surabaya. 

Nah, Bismillahirrahmaanirrahiim setiba dirumah saya baru nyadar jika di pundak kiri saya ada semacam ruam-ruam merah. Awalnya saya kira keringet buntet, tapi keesokan harinya kok lebih eksis menyerupai cacar air yang disertai timbulanya gejala-gejala lain: rasa panas seperti luka bakar, ada rasa gatal, nyeri-nyeri di seluruh tubuh dan badan mulai demam.  Panic attack deh, “ jangan-jangan kena cacar air beneran neh?”. Secara, saya kan belum pernah kena cacar air.
Baru merasa cukup tentram dan damai saat ke dokter dan dibilangi “ini bisa disebabkan karena airnya yang tidak bersih, kondisi daya tahan tubuh yang menurun atau juga oleh stress”. Kala itu kan saya masih lebih beraliran, cuek dan gak suka banyak komentar, jadi gak tanya ba-bi-bu lagi. 
Dengerin dokternya ngomong, terima obat (salep dan pil) dan pulang deh. “Ehmm, it’s make sense. Kan selama masa PraJab yang berlansung dua minggu, saya berbaur dengan ratusan orang di asrama AAL tersebut, mandi pun berbagi air alias rebutan, sudah harus bangun sebelum shubuh dan baru bisa istirahat paling cepat jam 10 malam “, demikian pikir saya menyetujui pernyataan sang dokter.

Beberapa hari kemudian, penyakit yang mirip cacar air itu pun kering dan lama-lama hilang tanpa bekas lagi. Saya pun lama-lama lupa dan melupakan jika pernah ketiban penyakit kulit tersebut. 

Antivirus-Acyclovir-obat-untuk-HerpesZoster
Acyclovir merupakan salah satu Antivirus
yang sering digunakan untuk mengobati Herpes Zoster


Dan sekian tahun kemudian (setelah berlalu hampir 7 tahun), sama sekali gak pernah kepikiran bakalan terkena penyakit kulit itu lagi. Tapi nyatanya, di bagian kaki muncul penampakan yang serupa tempo dulu itu. Saat saya tunjukkan ke Tita yang paham soal medis karena suaminya berkecimpung di dunia kesehatan dan Tita sendiri knew well soal biologi (yang akrab dengan bakteri, virus, dan sebangsanya), 
“ Iki Herpes Mbak. Sampean pernah kena herpes ta?” diagnosa dari Tita tanpa menunggu jeda satu menit setelah melihat rona-rona kemerahan dengan beberapa bintik-bintik kecil yang ada semacam cairan. Olalalala……akhirnya jadi tahu kalau namanya HERPES.
“ Pernah dulu, pas selesai Prajab. Seperti ini di pundak tapi aku gak tau namanya apa”.
“Oooo…nek jarena wong tuwo biyen, ngene iki jenenge cacar ulo (kata orang jaman dulu,  seperti ini disebut cacar ular)..” komentar Mbak Yah, teman yang ikut nimbrung memperhatikan ruam-ruam merah di kaki saya.
“ Kalau sudah pernah kena Herpes, memang ada kemungkinan memang bisa terkena lagi Mbak. Gak perlu panik, di kasih salep Acyclovir dan minum pil-nya juga. Itu Obat Generik kok, bisa dibeli di apotik-apotik. Kalau mau nunggu, besok ta bawain dari rumah saja gimana?” hemmm...sedikit lega mendengar kata obat generik, berarti kan herpes tidak termasuk penyakit yang mematikan. *tapi tetap bisa merenggut nyawa (menyebabkan kematian) jika tidak diobati ! *
Dan saya pun bertanya lebih untuk memperjelas apakah herpes ini sama seperti pada paket test TORCH yang dianjurkan pada persiapan kehamilan itu? 

Saya gugling dan mendapakan pencerahan jika jenis Herpes yang nyamperin saya adalah Herpes Zoster yang disebabkan virus Varicella zoster, yaitu jenis virus yang sama pada kasus cacar air. Karena penyebabnya virus, seperti kita ketahui sejak mengenal pelajaran bilogi bahwa yang namanya virus itu SULIT dimatikan. Sehingga Virus penyebab Herpes dan cacar air ini akan tetap ada di dalam sel saraf dan bisa berubah aktif lagi ketika ada pemicunya antara lain:
  • Karena usia (sebagian besar kasus terjadi di atas usia 50 tahun ke atas)----> padahal saya belum 50 tahun lhoh?
  • Pernah terkena cacar air ----> Alhamdulillah saya tidak pernah terkena cacar air.  
  • Stamina drop, imunitas tubuh sedang labil, baik akibat kecapekan maupun efek tidak sehat lainnya, apalagi jika disertai dengan stres. So, be carefull guys, yang namanya stamina tidak prima kan gak hanya Herpes, aneka penyakit lainnya siaga satu untuk menyerbu tubuh kita kan? -----> Sepertinya ini pemicu aktifnya virus herpes yang sekian tahun hiatus setelah menyerang saya pasca prajabatan dulu.
Sedangkan Herpes pada TORCH adalah HERPES SIMPLEX yang disebabkan Virus HSV 1 dan HSV 2. 
Noted: 
perlu ada pelurusan terhadap penyakit Herpes Simplex karena sebagian orang memiliki stigma kalau penyakit ini disebabkan (biasanya) dari hubungan seksual yang tidak sehat, padahal penyebab utama penyakit herpes adalah infeksi virus.

Untuk detailnya Herpes Simplex, saya potoin saja dari leaflet tentang TORCH yang saya peroleh dari RSIA tempat yang rutin saya sambangi dalam rangka program kehamilan selama dua tahun ini.

Herpes-Simplex
Herpes Simplex disebabkan oleh Virus HSV1 dan HSV2

Years gone by dan bulan lalu saat apel pagi, saya melihat di bagian leher teman kantor terlihat jelas penampakan menyerupai herpes. Karena sudah dua kali ngalamin serangan Herpes, saya pun nylethuk “ kadosipun njenengan kena Herpes, Pak?” dan sekedar forward info saya pun menyampaikan jika herpes tersebut bisa diobati dengan salep Acyclovir atau untuk pastinya ke dokter saja. Keesokan harinya, si bapak cerita kalau sudah ke dokter dan di kasih salep Acyclovir.

Rupanya drama queen Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster belum usai, ya berasa kayak mirip-mirip dejavu pengalaman mengatasi jerawat bandel saja.  tiga hari kemudian saya mendapati seorang teman lagi yang terjangkiti herpes di pergelangan tangan bagian siku, lebih luas area kulit yang kena. 

Dan taraaaa….kok ya dua sebelum perhelatan #Arisan Ilmu Asyiknya Belajar Food Photography di Maple Tree Resto, saya pun dapat jatah Herpes muncul di pelipis kiri saya. Awalnya saya kira kena gores kuku secara tak sengaja. Eaaaa….penampakan esoknya mulai ke arah rupawan Herpes karena mulai terasa lagi “sensasi” panas seperti terbakar dan gatel-gatel di sekitar penampakan herpes tersebut. 

Ya sudah, segera saya olesi salep Acyclovir. Alhamdulillah, pas acara Arisan Ilmu lalu Herpes di pelipis saya sudah mulai kering dan sekarang tinggal menunggu bekasnya menghilang secara tuntas.


Noted:
Selain Acyclovir (salep, tablet dan tetes mata), ada famciclovir dan obat antivirus lainnya. Biasanya, jika diminum dalam tiga hari setelah ruam muncul sudah efektif meredakan kemunculan Herpes. 
Untuk kasus Herpes yang saya alami: Alhamdulillah dengan treatment 3 -5 kali olesan pakai salep Acyclovir sudah mengering kok.
Meskipun orang yang terkena Herpes Zoster tidak bisa menularkan penyakit ini pada orang lain, , akan tetapi tetap ada resiko dapat menularkan cacar air terhadap orang lain. Jadi, yang harus saya lakukan selain mengobatinya saat herpes mbejudul lagi seperti edisi 3 minggu lalu adalah:
  1. Menghindari kontak langsung kulit dengan suami dan anggota keluarga lainnya, terutama pada bagian yang terkena herpes. Berusaha agar bintik-bintik yang bergelembung (sudah ada cairan) jangan sampai pecah karena cairan tersebut akan menyebarkan virus ke bagian kulit tubuh lainnya. 
  2. Atau kalau terjadi perpecahan, maksimalkan untuk segera membersihkannya dengan desinfektan dan cuci tangan sesegera mungkin. 
  3. Penggunaan sabun mandi secara terpisah, dalam hal ini saya sudah biasa memakai sabun mandi cair kok.
  4. Bagian yang terdapat Herpes, tidak saya lap dengan handuk dan saya biarkan kering alami tiap kali habis kena air (mandi/wudhlu/cuci muka dll).
  5. Cuci handuk lebih sering, dan  secara terpisah. Demikian pula pencucian pakaian, untuk sementara waktu di cuci terpisah dari baju anggota keluarga lainnya. 
  6. Saya tambahkan cairan antiseptik pada air mandi di bak terpisah, untuk sekali mandi (saya gunakan ember dengan jumlah air secukupnya untuk mandi diri saya sendiri)
Karena sudah ketiga kalinya Herpes menampakkan diri di permukaan kulit, artinya saya harus lebih perduli terhadap kesehatan diri dengan langkah preventif, yaitu:
  • Tetap konsumsi vitamin C, vitamin E, vitamin B12, ya di sesuaikan dosisnya karena sudah ada paket multivitamin untuk program kehamilan yang harus saya konsumsi secara rutin setiap hari. 
  • Bila over load pekerjaan (sydrome akhir tahun, banyak pekerjaan yang kejar tayang) mulai menyita waktu, tenaga, pikiran dan kudu pinter-pinter piye carane mengelola stress agar tidak mencapai garis over the limit. Bila diperlukan, segera menambah dosis multivitamin, serta tidak boleh kehilangan selera makan sehat dong *demikian saran dokter*. 
  • Jaga kesehatan kulit selalu tentunya. Menjaga kesehatan tubuh dan kulit merupakan langkah utama yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit herpes. As always we heard: Preventive Better than Curative.  
Bahwa sebuah Fakta yang tak ingin saya akui sebagai mantan orang yang terkena Herpes, seseorang yang pernah terpapar virus herpes termasuk orang yang carier virus herpes Zoster, sehingga (masih) bisa sewaktu-waktu virus tersebut pengen narsis lagi di kulit. 
Maka, bilamana serangkaian preventive action sudah di keep in daily tapi karena sesuatu sebab yang kita tidak tahu, ternyata Herpes menyerang (lagi), next step yang harus saya lakukan adalah: minimalkan terjadinya penularan pada orang lain, terutama pada keluarga karena merekalah orang-orang yang memiliki resiko terbesar kena paparan virus Herpes Zoster ini.

Overall, lagi dan lagi dan seharusnya: budayakan gaya hidup sehat selalu selamanya. *sssttt, jangan bilang-bilang ya? Untuk aktifitas fisik/olah raga, saat ini saya butuh mood booster banget*


Refference: http://www.alodokter.com/ dan leaflet tentang TORCH



24
Share
Cara Asyik Belajar Belajar Food Photography with Smartphone Bagi Pemula. Nilai artistik sebuah foto memang relatif, tergantung selera dan sudut pandang masing-masing orang. Meskipun menggunakan kamera HP yang berkualitas, tak jarang juga mampun menghasilkan foto yang memiliki nilai artistik tinggi
Akan tetapi, base line sebuah foto bisa dikatakan memiliki nilai artistik manakala out put dari obyek yang difoto memiliki kedekatan yang sedekat-dekatnya dengan rupa asli obyeknya. Apa yang ditangkap oleh lensa mata kita (yang sehat/normal) terhadap penampakan suatu benda, begitulah seharusnya foto yang kita hasilkan dari jepretan kamera.
Bismillahirrahmaanirrahiim, pemahaman tersebut semoga tidak menyimpang dari pelajaran yang dipaparkan saat hajatan #arisanilmu yang mengangkat tema Food Photography with smartphone yang digelar di Maple Tree Resto.  Walaupun tanpa kamera canggih DSLR impian *berdoa: semoga semangat untuk belajar Photography membawa berkah pembuka jalan agar bisa memiliki si kamera impian*. 

Walaupun tanpa kamera DSLR impian, kan ada peralatan potret-memotret yang saya miliki untuk dipakai praktek moto-moto, setidaknya masih ada si camdig untuk dipakai praktek moto-moto. Sejujurnya, ada nada keder juga mengingat camdig sudah mengalami penurunan nilai lensa-nya. Sedangkan hape yang saya beli 3 tahun lalu sedang bermasalah dengan penyimpanan. 

Quote Kece sebagai booster belajar FOOD Photography

Okelah, yang penting dapet ilmunya. Bismillahirrahmaanirrahiim, saya pun memantapkan diri ikut arisan ilmu setelah (seperti biasa) ada lampu hijau dari Kang Suami sekaligus kesiapannya untuk memfasilitasi antar jemput. Hujan deras mengguyur dengan intim diselingi gelegar petir dan gludug pada hari Sabtu tanggal 12 Desember lalu, sehingga beberapa emak tidak bisa melanjutkan perjalanannya bertemu saya tapi Alhamdulillah setidaknya 13 orang bisa sampai di Maple Tree dengan beragam kondisi. Pas tiba di tekapeh, sudah tampak duduk manis Mak Diba, Mak Kachan, Mak Ratri. Sedangkan Mak Ika dan Mak Lies asyik ngibasin long dress-nya demi mengurangi jumlah air hujan yang terikat.
“ Di anter suami ya Rie…? Neh, gue basah kuyup. Pokoknya, resolusi tahun 2016 gue harus bisa nyetir !”  Sapa Mak Injul yang juga mengalami kebasahan pada long dress yang dikenakannya.
“si Mak Ririe ini kalau gak di anterin, dijamin bisa sampai sini setalah acara kelar Mak Injul. Dan gak bisa pulang alias lost in this Jogya City with successfully” sahut Mak Lies yang bikin saya tersipu-sipu pengen malu.
 “ Nah itu dia, makanya suamiku lebih milih berkorban untuk antar jemput ketimbang istrinya yang limited edition ini gak pulang-pulang kan?” dalil gaya, padahal aslinya dasar sayanya yang gagap arah dan buta peta meskipun sudah 2 tahun lebih tinggal di Yogya ini. *kalimat percakapannya sudah mengalami modifikasi*
Antusiasme Menyimak pelajaran Food Photography

Obrolan renyah diselingi ketawa-ketiwi manis pun berlangsung gayeng, sekira 15an menit kemudian mencungul Mak Lusi yang diikuti dua guide imut-imut berseragam abu-abu putih, kemudian Mak Carra dan disusul oleh emak-emak lainnya.

Sambil menunggu menu pesanan dihabiskan, Acara #arisanilmu di awali dengan demo bagaimana plating Beef Burger dan Menu Bebe andalan Maple Resto. Sayangnya saya gak bisa ngerekam, padahal keren lhoh demo plating-nya. 30an menit kemudian, sesi peragaan menghias menu ala resto pun usai dan dilanjutkan dengan acara inti yaitu sharing ilmu Food photography with smartphone for beginner, tepatnya yang beginner itu saya. 

Secara emak-emak lainnya terlihat manthuk-manthuk, kecuali saya yang ndomblong sekaligus gak mudeng. Apalagi Emak Irul, dengan tentengan kamera canggihnya yang beraksi cekrek-cekrek sana-sini, sampai ambil posisi naik kursi resto juga dijabanin tuh.

Duo Narasuber #ArisanIlmu Jogya: Belajar Food Photography with smartphone

Walaupun saya masih separuh bingung dan separuhnya lagi gak mudheng, tapi materi yang disampaikan secara duet oleh Mak Ika dan Mak Lies lumayan bisa saya tangkap benang merahnya. Secara beliau berdua juga ngasih unjuk prakteknya bagaimana mengggunakan ISO yang tepat, seperti apa mengatur White Balance dan Exsposure ituh.

Mulai ada setitik cahaya bahwa meskipun saya belum memiliki kamera yang sekelas SLR, tapi dengan memakai samrtphone pun sangat-sangat bisa menghasilkan jepretan yang gak malu-maluin bila disandingkan dengan kamera-kamera yang biasa di tenteng para Photographer *Optimis*.

Secara ringkas, point-point yang disampaikan pada acara Arisan Ilmu di Maple Resto sebenarnya pengetahuan dasar fotografi yang seharusnya dipahami luar kepala dan bisa diaplikasikan saat action moto, jadi gak asal jepret-jepret doang dengan mode auto *lagi-lagi ini mah saya banget kalau moto dengan mode Auto*. 

Okelah, berikut ini point-point dasar yang saya contek dari materinya Mak Ika:

* Setting ISO 

Hal yang sangat penting yang perlu dilakukan sebelum mulai aksi meotret adalah melakukan SETTING ISO kamera. 

Kenapa demikian? Yesss, karena sensor kamera memiliki kepekaan terhadap cahaya. Saat menentukan besaran ISO yang akan digunakan, hal yang penting untuk  dipertimbangkan  yaitu berapa banyak cahaya yang ada disekitar kita dan berapa banyak yang dibutuhkan. 

Pengambilan foto sebelum jam 12 siang, menjelang sore dan saat malam, akan memberikan hasil yang berbeda-beda meskipun si HERO yang kita tembak sama persis tata letak dan sudut pengambilan gambarnya.


* Exposure  
Tak bisa dipungkiri kalau Exposure juga memegan peran penting untuk menghasilkan karya fotografi yang ciamiik. 

Exposure adalah jumlah paparan cahaya yang diterima oleh sensor kamera dalam suatu pemotretan. Ketika pengaturan ISO sudah dianggap menthok, maka yang perlu disetting selanjutnya adalah exposure-nya. Untuk lebih jelasnya, monggo dicermati contoh gambar dibawah ini:


* White Balance (WB) 

Poin white balance atau biasa disebut dengan WB, memiliki fungsi untuk meningkatkan keakuratan warna dimana kamera menentukan warna putih sebagai patokan. Kamera perlu di set up WB karena saat memotret kondisi pencahayaan di sekitar itu berubah-rubah. Kamera tidaklah secanggih mata, karena itu kertas putih belum tentu terlihat putih bagi kamera dalam warna pencahayaan yang berbeda.

Selain menjelaskan dasar-dasar fotography di atas, duo emak yang ilmu  food photography-nya cukup mumpuni juga memeragakan penggunaan  Light Tools yang terdiri dari : White Foam Board, Reflector, Diffuser: White Sheet to the diffuse the light. Cekidot skrinsut yang saya ambil dari materi #ArisanIlmu Belajar Food Photography With Smartphone di bawah ini:

“ Intinya kita harus sregep coba-coba ini – itu. Practise will make us perfect, kira-kira seperti itulah yang kami lakukan. “ 
Setuju banget, kita tak akan tahu seperti lika-liku memotret yang keren tanpa keberanian untuk mencoba-coba. Dalam dunia Photography, kita juga dituntut untuk kreatif membuat setting yang pas untuk hasil jepretan yang optimal. 

Light Tools di atas juga tak harus serba beli loh? Bisa dimodifikasi sendiri seperti contoh Reflector yang dibawa oleh sang narasumber ini neh:

Reflector Kreasi sang Narasumber

Bagaimana, makin tertarik belajar Food Photography kan? Atau pengen pula menjajal kebolehan motret makanan secara langsung ke Maple Tree Resto ini ya? Monggo diagendakan untuk memuaskan diri wisata kuliner sekaligus mengasah kepekaan untuk memotret di resto yang mengusung tema dining casual yang pas banget untuk mencicipi aneka menu kuliner yang menggoda untuk dicicipi semuanya. Harganya pun masih ramah kok, apalagi pas acara Arisan Ilmu kemarin kan dapat diskon 20% dari management Maple Tree, Alhamdulillah ya....

Food-Photography-with-Smartphone-Bagi-Pemula
Hasil belajar Food Photography with Smartphone Bagi Pemula

Sebagian menu-menu yang ada di Maple Tree Resto

Lokasi Maple Tree ini cukup mudah dijangkau dan tidak sulit untuk ditemukan, yakni di Jalan Pakuningratan. Buktinya, begitu saya ngasih tahu alamat Maple Tree, Kang Suami paham tempatnya. Tak hanya lokasinya yang mudah ditemukan untuk resto yang tergolong baru di wilayah Yogyakarta, tata letak resto juga keren banget. 

Halaman parkirnya memadai, kece badai kalau mau selpi-selpian. Baik di bagian dalam resto maupun luar, juga sangat cocok untuk acara kumpul-kumpul semacam #arisanIlmu atau gathering keluarga (pas acara masih berlangsung ada serombongan keluarga, sepertinya habis ada acara mantenan gettu deh), mini reuni juga cuocok kok.


Doc. By Mak Injul (semoga gak salah sebut owner Foto ini)

Jadi, silahkan bawa selalu kamera Anda karena kita tidak pernah tahu kapan akan bertemu obyek atau moment yang berharga untuk diabadikan melalui tangkapan lensa kamera.

Epilognya adalah, sebuah hasil karya Fotografi butuh waktu dan perjuangan. Adalah perform dari kesabaran, kegigihan, ketelitian dan uji kreatifitas. 






24
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon