Candi Sambisari adalah salah satu bukti Jogya sebagai destinasi wisata 1000 candi. Tak hanya karena memang ada candi yang bernama Candi Sewu (1000), tapi memang di wilayah Yogya bertebaran banyak peninggalan Heritage Candi. Candi Sambisari terletak tak jauh dari Candi Prambanan, Candi Boko, Candi Kalasan dan beberapa candi lainnya.
Setiap bangunan candi Bismillahirrahmaanirrahiim memiliki daya tarik yang berbeda, demikian pula dengan Candi Sambisari yang berada di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, secara Astronomis terletak pada 7° 45’48.13” LS dan 110° 26’46.43” BT dan sekitar 12 KM dari Kota Yogyakarta.
Rute termudah untuk menuju Candi Sambisari adalah lewat jalan raya Jogya – Solo, yakni dari arah kota Yogyakarta menuju Solo, beberapa meter setelah Akademi Angkatan Udara Yogyakarta (di sisi kanan atau selatan jalan), ada pertigaan dan silahkan belok ke kiri (utara) keluar dari jalan raya Jogja-Solo. Selain itu, ada juga papan penunjuk menuju candi dan Ikuti saja jalan tersebut hingga kurang-lebih selama 5-10 menit kita akan menemukan semacam gapura dengan tulisan SAMBISARI, semakin mendekati lokasi Candi jalanan semakin menyempit, kira-kira hanya cukup untuk satu mobil dan 1 sepeda motor. Jadi kalau ada dua mobil yang berpapasan ya harus mau ngalah salah satu.
Kebetulan saat ke Candi Sambisari bergaya romantis ala PasMud: berdua sama suami *sssttt, kebetulan Azka lagi diajak simbahnya ke Bandung sih*. Karena berduaan boncengan naik motor ala si Boy anak Jalanan, bisa lebih leluasa dan lancar jaya meluncur sampai ke Candi Sambisari.
Tiket masuk ke Candi Sambisari ini hanya Rp. 2000,- untuk orang dewasa dan Rp.1000,- untuk anak-anak. Jam buka 06.00 WIB s/d 17.30 WIB. Sekedar saran jika mengunjungi Candi Sambisari ini akan lebih afdhol bila masuk dulu ke ruang informasi yang ada di sisi kiri dari pintu loket masuk.
Dengan masuk ke ruang Informasi yang sekaligus berfungsi sebagai Museum Mini Candi Sambisari ini menyediakan banyak ulasan mengenai keberadaan Candi yang dibangun sekitar abad ke- 9 Masehi. Dari Foto-foto yang terpsanag, kita bisa tahu dengan detail bagaimana proses dan alur ekskavasi candi, dimulai dari penemuan, pemugaran hingga jadi seperti yang terlihat sekarang ini.
Candi Sambisari merupakan candi Hindu (Siwa) yang dibangun pada masa pemerintahan raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Candi ini pertma kali ditemukan pada Bulan Juli tahun 1966 oleh seorang petani yang sedang mencangkul sawahnya menemukan bagian batu candi yang berukir. Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa bagian batu tersebut merupakan bagian dari gugusan candi yang terpendam di dalam tanah yang merupakan endapan lahar vulkanis Gunung Merapi yang ada berada di sebelah utara candi sekitar 40 kilometer. Diperkirakan Merapi saat meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11, hal ini terlihat dari banyaknya batu material vulkanik di sekitar candi. WOUW banget kan peristiwa letusannya kala itu.
Pada Bulan September 1966, untuk pertama kalinya dilakukan kegiatan penelitian secara sistematis berupa eksvakasi arkeologis oleh kantor Cabang I Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional Prambanan di bantu oleh mahasiswa Arkeolog dari UGM. Tahun 1975 – 1977 berhasil menampakkan bangunan induk dan tiga buah candi perwara atau pengawal. Kondisi candi – candi saat itu sudah dalam keadaan runtuh kecuali pada bagian kaki, sebagian pagar langkan, dan sebagian tubuh candi dalam keadaan utuh. Pemugaran secara keseluruhan candi Sambisari dinyatakan selesai pada tahun 1986, namun belum ada penataan taman dan lain sebagainya.
Yups, dibutuhkan waktu 21 tahun untuk bisa menampilkan bangunan Candi Sambisari seperti konstruksi aslinya. Sebuah bangunan candi induk yang menghadap ke arah barat berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 13,65 m X 13,65 m dengan tinggi 7,5 meter. Bangunan Candi Sambisari ini dikelilingi pagar batu berukuran 50 m x 48 m.
Pada candi induk bisa kita jumpai batu-batu pipih semacam umpak di sepanjang selasarnya yang memiliki tonjolan berbentuk bulan dan persegi. Kaki candi tanpa relief sekaligus berfungsi sebagai alas sehingga sejajar dengan tanah. Beragam relief sekilas seperti motif-motif batik, yang umumnya berupa simbar terdapat pada bagian tubuh hingga puncak candi bagian luar.
Saat menaiki tangga pintu masuk candi induk, kita akan menjumpai relief berupa seekor singa yang berada dalam mulut makara (hewan ajaib dalam mitologi Hindu) yang menganga. Selasar selebar 1 meter akan dijumpai setelah melewati anak tangga terakhir pintu masuk candi induk.
Di dalam candi induk ini juga terdapat lingga dan yoni dengan ukuran cukup besar kira-kira 1,5 meter, hal ini candi Sambisari memang dibangun untuk tempat pemujaan Dewa Siwa.
Di bilik candi induk juga dipakai untuk membuat air suci, caranya air diguyurkan pada lingga kemudian dibiarkan mengalir melewati semacam parit kecil pada yoni, kemudian ditampung dengan sebuah wadah (penampung).
Pada sisi luar bangunan candi utama terdapat relung-relung yang masing-masing terdapat satu buah arca, yaitu di sebelah utara terdapat Arca Dewi Durga (isterinya Dewa Siwa) dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata, sisi timur kita akan menemukan Arca Ganesha (anaknya Dewi Durga), sedangkan di sebelah selatan ada Arca Agastya yang berkalungkan aksesoris serupa tasbih. Seharusnya di sebelah barat terdapat dua Arca yaitu Mahakala dan Nandiswara tapi sayangnya telah hilang dicuri pada tahun 1971. Sayang banget ya ?
Sedangkan di depan candi induk (menuju arah barat) terdapat 2 buah bangunan candi perwara yang berukuran 4,8 m X 4,8 m ( yang berada di sisi selatan dan utara) dan 1 buah candi perwara yang berada di tengah dengan ukuran 4,9 m X 4,8 m. Sehingga totalnya terdapat 3 buah bangunan candi perwara di depan candi Sambisari ini. Jika dicermati, pada bagian dalam candi perwara tengah memiliki lapik bujur sangkar yang berhias naga dan bunga teratai yang berbentuk bulat cembung di atasnya.
Pada tahun 1976 ditemukan prasasti emas berukuran 1 cm x 2 cm di bawah salah satu umpak candi induk yang bertuliskan “om siwasthana” yang artinya: hormat, rumah bagi Dewa Siwa. Di halaman Candi juga ditemukan arca perunggu Vajrapani (salah seorang Bodhisattva) yang tingginya 29 cm dengan lebar 12 cm. Selain itu juga ditemukan sejumlah talam dan cawan perunggu, perhiasan serta gerabah.
Barang-barang penemuan purbakala tersebut sebagian bisa kita lihat di dalam ruang informasi tersebut dan sebagian lagi disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Selain itu, kita bisa melihat secara berurutan (dokumentasinya) proses pemugaran candi Sambisari, juga ada peta sederhana tentang situs-situs candi yang menyebar di seluruh Jogja, baik yang kecil atau besar.
Untuk melihat bangunan candi secara utuh, tidak terlalu sulit karena bangunan candi terletak di dataran yang lebih rendah dari sekitarnya yaitu sekitar 6,5 meter lebih rendah dari area sekitarnya. Kita bisa menikmati landscape candi secara menyeluruh dari luar zona inti candi, yakni sebelum anak-anak tangga yang menuju kompleks Candi Sambisari. Ada bangku-bangku yang bisa kita pakai untuk mengambil view secara sempurna. Bagi yang belum punya cam action atau tidak piawai menggunakan tongsis semacam saya, dijamin tidak bakalan galau bila ingin mengabadikan penampakan Candi Sambisari ini secara penuh.
Kelebihan lain yang bisa kita nikmati saat berada di Candi Sambisari ini adalah suasana yang sejuk dengan aroma angin sawah yang sepoi-sepoi karena memang kompleks candi Sambisari ini berada di area persawahan. Terdapat area pertamanan yang cukup luas dan nyaman untuk santai bersama keluarga atau teman, bisa betah tuh lama-lama di sana kalau membawa bekal makanan dan minuman ala piknik keluarga. Tanpa berpeluh keringat, dengan lesehan dari area pertamanan kita bisa menikmati pemandangan Candi Sambisari dari ketinggian sehingga akan nampak seluruh komplek candi.
Bila Anda sabar menunggu hingga sore hari, ada kemungkinan bisa melihat gradasi jingga yang mengarsir langit senja berpadu dengan siluet bangunan candi yang sangat luar biasa, seperti sebuah foto yang saya peroleh dari seorang teman yang beruntung mendapatkan pemandangan landscape candi Sambisari saat menjelang senja kala.
Pict By: Mbak Rosita |