Drama Klasik (yang tidak perlu terjadi) Ketika Penggantian Simcard yang Hilang

Bagi yang pernah mengalami gawainya berpidnah tangan secara tak terduga (baca: hilang), tentu paham rasanya teraduknya gimana. Yang paling terasa nyeseknya adalah data yang ada di dalamnya. Walaupun sudah mengatifkan fitur sinkronisasi, tetap ada beberapa item yang tak tersinkronkan. Ya at least itu yang pernah saya alami.

Tulisan ini Bismillahirrahmaanirrahiim bukan untuk curhat rasa galau kehilangan HPnya, rasanya tetap gak enak lah kehilangan HP tapi yam au gimana lagi selain berusaha menata hati dan berusaha legowo. Dampak kehilangan gadget tak hanya perjuangan mengikhlaskan data yang belum terback up, tapi juga proses penggantian simcard yang nyatanya tak luput dari drama, seperti kasus yang dialami oleh suami saya.

Sekira awal Bulan Maret, HP suami raib! Setelah tenggang waktu beberapa hari, siapa tahu yang “membawa” HP tersebut bersedia mengembalikan karena tak sengaja salah ambil HP kan? Karena tak ada tanda-tanda HP bakal dikembalikan, lha sudah tidak bisa dihubungi, di sms gak dibalas. Singkat cerita, karena nomernya sudah tersebar dan terdaftar untuk aplikasi-aplikasi cashless, tidak ada pilihan lain ya mengajukan permintaan simcard baru dengan nomer yang sama.

Di HP tersebut terpasang 2 simcard. Satu simcard untuk kuota internet (nomer tidak digunakan untuk komunikasi) dan simcard lainnya digunakan untuk berbagai kepentingan komunikasi dan terdaftar ke ini dan itu. 
Proses Penggantian Simcard yang Hilang dengan nomer yang sama
Setahu dan sepengalaman saya mengajukan nomer yang sama Ketika HP (dan simcard) hilang, tahap dan persyaratan untuk mendapatkan simcard baru sebenarnya sederhana. Penggantian bisa dilakukan melalui kantor cabang terdekat yang sudah menyediakan layanan penggantian simcard hilang, rusak, dll.
  1. Membawa kartu identitas pemilik nomor yang sudah didaftarkan.
  2. Bilamana diwakilkan ke orang lain, wajib membawa kartu identitas kedua belah pihak dan surat kuasa bermeterai 6000 rupiah.
  3. Sesampai di kantor yang dimaksudkan, cukup mengisi blanko dan simcard baru pun release dengan jangka waktu tertentu untuk bisa digunakan lagi.
Sesimple dan sesederhana itu sebenarnya penggantian simcard baru. Tapi sangat berbeda yang terjadi saat suami saya mengajukan permohonan simcard baru dengan nomer yang sama.

Babak drama pengantian simcard pun di mulai, sharing pengalaman ini semata semoga ada hal baiknya bagi yang membaca. Dan sengaja tidak saya sebutkan nama providernya, karena drama yang terjadi ini lebih disebabkan oleh personelnya yang sepertinya kurang paham SOPnya.

Hari Pertama, suami datang ke kantor terdekat rumah. Sebenarnya saya bilang untuk datang ke kantor pusatnya yang ada di **r**o* mall, tapi karena sudah tersedia kantor yang dekat, ya kenapa jauh-jauh ke **r**o* mall kan ya? Nah pas datang pertama ini, mbak CS menyampaikan ke suami kalau nomer tersebut terdaftar atas nama XY ( nama seorang marketing di kantor suami saya). Ya kaget sih, masak iya nomer tersebut terdaftar atas nama XY ? 

Mbak CS juga ngasih penjelasan kalau untuk penggantian simcard baru, nomer tersebut harus menggunakan paket pasca bayar selama minimal 6 bulan. Untuk biaya penggantian plus paket pasca bayar yang harus dibayar dimuka, adalah sebesar 175K, setelahnya bayar 150k tiap bulan.

Suami saya kaget dong, secara kebutuhan penggunaan data internet tiap bulannya tidak sebanyak itu. Suami memperjelas, apakah itu persyaratan wajib? Dan dijawab dengan lugas dan jelas, katanya untuk permintaan simcard baru dengan nomer yang sama HARUS menggunakan paket pasca bayar minilam 6 bulan, baru nanti bisa diubah ke pra bayar lagi.
Kepikiran untuk menghanguskan nomer tersebut dengan resiko melakukan pembaharuan data ke akun-akun yang terkait dengan tersebut. Toh, nomer WA terdaftar dengan nomer lainnya (terpasang di HP yang berbeda). So far everything bisa di handle lah jika nomer tersebut terpaksa diblokir permanen. The next problem coming up: untuk mengaktifkan akun gmail ternyata butuh nomer tersebut.
Padahal butuh untuk login akun gmail agar data-data yang terkait dengan sinkronisasi akun tersbeut bisa diambil di HP baru. Kebiasaan email sudah menyatu dengan HP, jadi lupa paswordnya dan entah dulu setting akun gmail seperti apa, bahkan menggunakan email recovery pun tidak bisa digunakan untuk login ke akun gmail. Notifikasinya tetap diminta untuk menggunakan verifikasi via SMS/tlp ke nomer yang hilang tersebut.

Baiklah, mau tidak mau harus lanjut memproses penggantian simcard tersebut. Anggap saja mungkin iya kala musim registrasi simcard HP dulu minta tolong mas XY tersebut. Jadi Suami pun minta tolong mas XY untuk mengurus penggantian simcardnya.

Hari kedua, datanglah Mas XY tersebut. Hulalalala….Mbak CS yang orangnya masih sama dengan hari sebelumnya bilang kalau nomer tersebut terdaftar ke NIK bla bla…. Berserta embel-embel penjelasan sama seperti yang disampaikan ke suami.

Sampai di babak ini, Betty Lafea semakin gemes !

Lha masak iya, sebelumnya ngasih tahu kalau nomer tersebut teregister atas data mas XY, kemudian berubah lagi kalau datanya adalah NIK saya? Asli pengen ngomel-ngomel sayatuh. Tapi ya apa manfaatnya, tidak menyelesaikan masalah.

Hari ketiga, saya pun mendatangi kantor tersebut. Di saat himbauan untuk physical distancing, social distancing dan stay at home, saya harus datang ke mall yang tak jauh dari rumah demi melanjutkan proses penggantian simcard. Sudah hampir dua minggu sejak HP hilang, jadi itu simcard harus bisa segera clear agar nomer tersebut bisa aktif lagi.
Mbak CS masih orang yang sama dan memberikan penjelasan yang sama ke saya, bahwa nomer tersebut harus diubah ke system pasca bayar dulu dengan minimal penggunaan selama 6 bulan.
“ Apakah itu persyaratan wajib Mbak?’, dan dijawab “ iya wajib”.  Si Mbak CS tidak memberikan alternatif lain, artinya apa yang dia sampaikan bukan merupakan penawaran (NO negotiable).
No choice, demikian batin saya. Sekira 15 – 20 menit, proses pengajuan simcard pun selesai dan diberitahu kalau simcard baru bisa aktif lagi minimal 24 jam dan maksimal 5 x 24 jam. WOUW!

Sesampai di rumah, asli saya masih penasaran masak iya sih SOP permintaan untuk ganti simcard HP karena kartu hilang harus menggunakan paket pasca bayar?  Saya pun coba nge-DM akun sosmed provider tersebut melalui twitter, menyampaikan pertanyaan apakah mekanisme permintaan simcard dengan nomer yang sama HARUS menggunakan paket pasca bayar? Well, jawaban admin di twitter sungguh bikin saya pengen salto (andai bisa).
Me: ”Apakah permintaan nomer yang sama (simcard hilang) diwajibkan menggunakan paket pasca bayar dengan total biaya pengaktifan nomer tersebut cukup besar 175K?”
CS Twitter: “ Hi Kak, terkait hal tersebut merupakan penawaran ya dari pihak cabang, jika kakak tidak berkenan maka bisa menolak penawaran tersebut ya Kak. “
Jawaban tersebut saya reply lagi dengan menceritakan bahwa mbak CS yang saya temui sama sekali tidak mengatakan dan tidak memberikan opsi penawaran, melainkan mewajibkan. Meskipun yang memberikan tanggapan admin twitter yang berbeda-beda tapi intinya sama, bahwa penggantian simcard TIDAK WAJIB mengguanakn paket pasca bayar. Berikut ini jawaban yang lebih Panjang lebar (saya edit pada bagian yang mengarah ke identitas provider):

“ Hai kak Ririe, mimin infokan kembali untuk penggantian kartu hilang kakak bisa lakukan dengan membawa kartu identitas pemilik nomor, namun jika diwakilkan kakak bisa membawa kartu identitas kedua belah pihak serta surat kuasa bermeterai 6000 ya kak. Untuk biaya penggantian fisik sim card dikenakan 25000 dan diwudkan dalam bentu pulsa. Dan jika penggantian kartu hilang dipindahkan ke pasca bayar adalah sifatnya penawaran ya kak sehingga jika kakak tidak berkenan kakak bisa menolaknya ya kak. “

Iya sih, saya sudah terlanjur memproses penggantian simcard dan no way back kecuali menunggu tenggang waktu 3 bulan untuk mengajukan perubahan ke pra bayar lagi. Sesuai informasi dari admin dari akun sosmed twitter. Jadi tidak selama waktu yang disampaikan mbak CS yang bilang harus 6 bulan.

Baiqlah, saya berprasangka saja mungkin mbak admin yang saya temui saat proses penggantian simcard sedang tidak fokus, jadi saya perlu menyampaikan isi/penjelasan dari admin twitter tersebut ke beliau kan ya? 

Mendapatkan jawaban yang seperti itu, saya pun melanjutkan lagi dengan mengirimkan bukti skrinsut percakapan twitter. Siapa tahu Mbak CS tersebut ada itikad untuk melakukan koreksi, at least untuk selanjutnya akan diperbaiki sesuai dengan SOP yang di sampaikan oleh admin di twitter. 

Eng Ing Eeenggg, lha jawabannya kok ya gigih jika dia sudah melakukan sesuai SOP tapi ada part yang tidak konsisten:
Udah getu saja, dia gak jawab lagi setelahnya. Sudah terlihat bagian tidak konsistennya, sebelumnya dia bilang kalau sudah sesuai SOP dan dimanapun kantornya SOP seperti itu.
Kemudian berubah, "setiap kantor punya kebijakan masing-masing", kalimat ini tentu kontras dengan penjelasan dari admin di twitter.
Ending dari drama klasik (yang tidak perlu terjadi) ketika penggantian Simcard yang hilang ini  adalah mbak CS tetap keukeuh kalau apa yang dilakukannya sudah sesuai SOP, tapi kemudian di ralat, kata Mbak tersebut " setiap kantor cabang punya kebijakan masing-masing-masing", padahal kalimat-kalimat sebelumnya dia keukeuh sudah sesuai SOP (padahal SOP yang dijelaskan oleh admin di twitter, berbeda dengan yang disampaikan oleh mbak CS yang saya temui di kantor cabang).

Point of view-nya, agar drama klasik seperti ini tidak terjadi, saran saya sebaiknya cross check dulu ke CS pusat jika informasi yang di sampaikan oleh cs kantor cabang dirasa tidak wajar atau ada yang dianggap ganjil. 
Semoga drama klasik (yang tidak perlu terjadi) ketika penggantian Simcard yang hilang ini, hanya saya saja yang mengalaminya. Semoga tidak ada drama serupa ini. Atau, adakah yang punya pengalaman menarik ketika mengajukan permohonan penggantian simcard HP yang rusak atau hilang?
Published awalnya: 12 April 2020 ( nanti di setting lagi)

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

No comments:

Post a Comment

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.