Siapa saja yang aktif maupun pasif bisa menyebut dirinya blogger atau bahkan blogger profesional. Menamai/mengklaim identitas, profesi dan label atau apa saja bagi diri sendiri adalah hak siapa saja. Tapi mendapatkan pengakuan yang absah tentu harus memenuhi kriteria-kriteria standar yang kemudian bisa mendapatkan kelayakan sesuai “brand” yang terkait. Begitu juga Bismillahirrahmaanirrahiim dengan halnya gelar Blogger Profesional. Dan untuk menjadi blogger yang profesional, artinya kegiatan ngeblog sudah termasuk ranah suatu jenis profesi yang dilakukan dengan dilandasi idealisme, komitment, dan konsisten untuk mewujudkan visi dalam menjalani aktifitas ngeblog. Hal ini mengacu pada definisi Profesional yaitu suatu sikap/tindakan/perbuatan yang dilakukan dengan kemampuan optimal dan penuh tanggung jawab hingga menghasilkan keluaran terbaiknya.
“ Menulislah dengan alasan apapun asal bukan untuk meremehkan ~ Stephen King” merupakan salah satu mantra yang ajib dan menggairahkan kita saya untuk PeDe menulis di blog karena tidak perlu melalui sensor editor untuk mempublikasikan tulisan. Maka mulai deh antusias untuk menulis apa saja yang saya tahu dan rasakan, tentang pengalaman sendiri maupun apa yang dialami orang lain yang kebetulan saya ketahui.
Dan secara definisi sederhana, orang beraktifitas tulis menulis di media blog, maka dia dinamai blogger. Artinya, kalau dari definisi ini berarti saya bisa disebut blogger ya? Kalau secara pengakuan pribadi, saya mengakui kok jika belum pantas di sebut blogger. Salah satunya, karena saya BELUM bisa keep comitment menulis di blog secara ajeg [ada semacam jadwal yang saya patuhi untuk beraktifitas di blog: posting dan blogwalking]. Saya juga masih blogger yang alay…eh..ala sempat nulis dan ala jadi tulisannya, alurnya gak jelas dan tak jarang ngglambyar alias out of the topic. Awalnya mau nulis apa tapi selanjutnya menyimpang menulis yang lainnya lagi. Bisa memulai, tak bisa meneruskan, itulah tipe saya dalam menulis di blog.
Nah, apalagi untuk menyebut diri sendiri Blogger yang profesional? Probabilitas saya adalah 0,000000001% dari kriteria yang layak menjadi Pro Blogger. Iya sih, pengakuan blogger profesional atau apalah istilah lainnya, tentu tidak bisa dengan begitu saja dilekatkan pada pelaku tulis di dunia blogging. Seperti halnya pak Kyai, Pak Ustad….mereka mendapatkan sebutan demikian dari umat berdasarkan sepak terjangnya dan perform sehari-harinya sebagai tokoh agama dan berkutat di ranah religi.
Oleh karena tantangan tema LBI kali ini menyoal Menjadi Blogger Profesional, maka saya pun ‘terpaksa’
Saya yakin, masyarakat secara automatically, obyektif dan tidak perlu digerakkan oleh money politic melalui sistem kampanye untuk memberikan sebutan pro atau not yet profesional terhadap seseorang narablog. Dan yang menjadi nota kesepakatan public sehingga tergalang keseragaman secara suka rela untuk menganugerahkan “brand” prestisus sebagai Blogger Profesional adalah melihat serta menilai dari out put yaitu TULISAN. Lha iya, indikator kinerja yang jadi obyek penilaian seorang blogger kan dari apa yang dihasilkan: TULISANnya. Melalui tulisan-tulisan yang di publish di blog menjadi tolok ukur bagi khalayak dalam membuat penilaian seberapa profesionalnya blogger si ANU tersebut. Beberapa hal mendasar yang umumnya dimiliki hingga seorang narablog bisa mencapai fase profesional antara lain:
- Memiliki Idealisme yang dibangun dalam jiwa, dibangkitkan dalam hidup untuk kemudian dialirkan melalui tulisan.
- Komitmen dan konsisten mencintai dunia “ If you don’t love the work you’re doing, you’ll get sick – physically, mentally or spiritually. Eventually, you’ll make others sick too ~ Lorraine Monroe, sehingga bisa mengemas ide yang ingin disampaikan sehingga enak dibaca.
- Menulis sebaik-baiknya karena tulisan yang baik adalah tulisan yang setelah dibaca masih membuat kita ingin membacanya lagi dan lagi. Tiap kali dibaca akan memberikan manfaat yang semakin baik bagi siapa saja yang membacanya. Dan kalau ada yang mengeluarkan lagi sebagai bahan pelajaran, orang lain [berikutnya] yang membaca masih antusias untuk menikmati karena ruh tulisannya masih memiliki daya tarik.
- Tak pernah berhenti belajar karena dalam hal apapun tak pernah ada yang benar-benar profesional tingkat mahir karena menulis adalah skill yang [idealnya] seperti garis linear yang menaik significant ketika berbanding dengan waktu.
Saya hanya bisa menjawab, ukuran sulit itu kan relatif, kembali pada PILIHAN masing-masing. Toh sejatinya setiap profesi/pekerjaan memiliki tantangan yang berbeda-beda dan membutuhkan alur proses yang bervariasi untuk sampai pada level profesional. Demikian pula dengan blogger yang menulis, sangat mungkin pada idealisme awalnya masih seperti yang katakan oleh Mr. Stephen King: Menulislah dengan alasan apapun asal bukan untuk meremehkan. Just be believe jika pilihan kita mau ajeg menulis [tidak sekedar ujug-ujug] dalam melakoni peran blogger akan membawa kita pada pencapaian skill menulis yang lebih baik, lebih sistematis, memiliki ciri khas diri kita, mengandung pesan positif yang hendak dibagikan, maka menjadi blogger profesional bukan lagi impian semusim kok
Berdasarkan sekelumit pemahaman saya mengenai pilihan menjadi blogger profesional, sekaligus menjadi check list bagi diri saya pribadi yang hasilnya, senyatanya saya ini memang sangat amat belum layak alias masih jauuuuuuuuuhhhh sekaliiiiii….*saking jauhnya* dari kriteria-kriteria yang melekat pada sosok blogger yang sudah profesional. Sebelum [banyak] orang lain mendahului mengatakan kalau saya Bukan Blogger Pro [kan sakitnya tuh di sini *nunjuk kepala*], makanya saya duluan mengakui saja tho?
Mau tahu kenapa saya bisa lantang mengaku kalau belum pantas mengklaim diri sebagai blogger profesional? Karena saya belum bisa konsisten dalam menulis di blog, kalau WA sih setiap saat tuh. Masih banyak excusing yang membuat komitment ngeblog bergelombang. Apalagi jika muncul si moody….makin ngedroplah energi untuk ngeblog: yang capeklah, yang banyak kerjaan, yang ini, yang itu, begini, begitu…..1000001 alasan saya munculkan sehingga blog saya pun sempat beberapa kali mengalami masa kegelapan yang disebut HIATUS. Padahal Blogger profesional tidak tergantung mood dan tidak pula terpengaruh oleh fluktuasi perasaan serta tidak terganggu oleh musim.
Menjadi blogger profesional saya katakan merupakan pilihan karena barangsiapa yang mau concern menulis dengan dilandasi kekuatan jiwa yang lahir dari niat yang bersih, tujuan yang jelas, visi yang tajam, komitment yang kuat, konsistensi yang dinamis [tak cukup jika hanya sekedar stabil] dan sikap mental yang fight [bye-bye moody] kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun untuk menulis, don’t be worry….menjadi blogger profesional InsyaAllah bisa dicapai dan bonusnya adalah seperti tagline: NGANTOR kan tidak harus di Kantor? *ups,jiplak iklan deh*
Menurut Anda, apa tantangan terberat untuk bisa menjadi Profesional Blogger?
Note: Sssttt…tuisan ini pun saya buat dengan studi literatur buku DUNIA KATA karangannya M. Fauzil Adhim.