Penemuan Partikel Tuhan. Jangankan Siapa pemenang Indonesian Idol, bahkan finalisnya saja banyak di antara kita yang [minimal] tahu namanya. Siapa saja yang masuk nominator Chef Indonesia, boys/girl band dan atau jenis audisi-audisi entertainment lainnya, tentu sangat banyak yang tahu dan kenal.
Tak heran kalau ada yang jadi pendukung fanatik salah satu finalisnya sehingga tahu banget hal-hal yang menyangkut sang finalis tersebut. Tapi apakah sebanyak itu orang-orang yang tahu dan mendengar jika ada anak bangsa ini yang mengukir prestasi mengagumkan di bidang science? Dan Bismillahirrahmaanirrahiim inilah postingan artikel yang kebetulan pas Bulan Juli lalu saya secara ‘nyasar’ singgah di Newsroom Blog tentang Fisikawan Indonesia yang terlibat dalam penemuan partikel Tuhan. Artikel yang dipublish oleh Famega Syavira Putri ini mengabarkan tentang salah satu generasi muda Indonesia yang telah gemilang membukukan pencapaian suksesnya di bidang fisika, yang sangat mungkin kita sendiri sebagai sesama warga Indonesia BELUM mengetahui hal ini:
===================================================================
F isikawan Indonesia, Suharyo Sumowidagdo, terlibat dalam penemuan partikel yang dijuluki sebagai partikel Tuhan, Higgs boson. Lembaga penelitian nuklir Eropa Conseil Europeene pour la Recherche Nucleaire atau CERN mengumumkan penemuan Higgs boson pada 4 Juli 2012. Dunia fisika dikejutkan dengan penemuan partikel Higgs Bosson. Selama ini keberadaan partikel ini hanya ada dalam model teori standar. "Tanpa partikel ini tak ada akan ada berat, maka tak ada alam semesta. Tak akan ada apa-apa," kata Haryo saat diwawancara melalui voice chat, 5 Juli 2012.
Partikel
Tuhan adalah partikel terakhir dalam teori model standar. Ilmuwan mulai
mencarinya sejak tahun 1964. Dalam model ini, alam semesta tercipta dari 12
partikel dasar dan enam pembawa gaya. Sebelumnya, baru lima partikel pembawa
gaya yang ditemukan. "Selama ini
kita melihat benda-benda yang punya berat, ada gravitasi yang membuat bumi
berputar. Artinya, harus ada sesuatu yang menghasilkan massa untuk
partikel-partikel itu," kata pria kelahiran Tabanan, Bali ini. Sebuah
partikel Higss bisa mempengaruhi massa jutaan partikel lain. Selama ini dia
selalu ada di seluruh alam semesta, tapi baru ditemukan.
Haryo
adalah satu dari dua fisikawan Indonesia yang terlibat dalam penelitian ini.
Fisikawan lain, Rahmat Rahmat, bekerja dari laboratorium Fermilab di Amerika
Serikat. Adapun Haryo bekerja di laboratorium CERN di Jenewa, Swiss. Menemukan
partikel ini bukan hal yang mudah. Ribuan peneliti yang ada dalam dua kelompok,
ATLAS dan CMS, bekerja bersama untuk menemukan partikel tersembunyi ini. "Ini bukan hasil kerja segelintir orang tapi kolaborasi
banyak lembaga dari puluhan negara," kata dia. Haryo terlibat dalam penelitian CMS di Jenewa,
Swiss, untuk menemukan Higgs boson. "Saya
bertanggungjawab untuk memastikan komponen detektor beroperasi. Komponen
detektor itu harus terus dipelihara, untuk bisa mendeteksi partikel,"
kata doktor berusia 36 tahun ini.
Lulus
sarjana dan master di Universitas Indonesia, Haryo kemudian mendapatkan
beasiswa untuk program doktoral di Florida State University tahun 2001. Di
situlah dia mulai terlibat dalam pencarian Higgs Boson, berkolaborasi dengan
Fermilab. Pada Januari 2009, Haryo menjadi bagian dari tim CERN di Swiss. Haryo juga berperan dalam pengambilan data
dari percobaan yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun ini. Dia juga
disibukkan dengan kolaborasi dengan peneliti-peneliti lain serta diskusi dengan
peneliti yang lain. Dia juga terlibat dalam beberapa percobaan lain mengenai
fisika partikel. Pencarian Higgs boson dilakukan dengan mesin Large Hadron
Collider yang beroperasi selama 24 jam, tujuh hari seminggu.
Haryo
sendiri bekerja tak kalah keras, biasanya dimulai pukul delapan pagi hingga
sebelas malam. "Ilmuwan itu dinilai
dari produktivitasnya, seperti pengusaha. Kalau tak kerja sebanyak-banyaknya,
sulit untuk menang dari peneliti lain," kata Haryo yang gemar memotret
saat senggang. Selain meneliti, Haryo juga menguasai ilmu teknik. Pasalnya,
alat penelitian ilmuwan partikel tak bisa dibeli di supermarket terdekat.
Mereka harus bisa membuat alatnya sendiri, atau setidaknya tahu cara memelihara
dan merawatnya. Lalu apa sebenarnya guna penemuan partikel Higgs boson untuk
umat manusia? "Ini penemuan yang ada di luar imajinasi kita. Pengetahuan baru yang
ilmuwan pun belum tahu apa kegunaan praktisnya," kata pemegang gelar
doktor dari Florida State University ini. Kegunaan praktis itu mungkin belum
akan diketahui dalam puluhan bahkan ratusan tahun ke depan.
Haryo mencontohkan, penemuan ini seperti teori relativitas Einstein yang ketika
diumumkan tujuh puluh tahun lalu belum bisa dipahami. Kini, GPS bekerja
berdasarkan teori itu. Tanpa teori Einstein, GPS tak akan bisa menunjukkan
lokasi dengan tepat dan akan meleset 50 hingga 100 meter. "Bagi
ilmuwan, mendapat pengetahuan baru tentang dunia dimana kita hidup, akan
membawa apresiasi lebih kepada hidup ini," kata Haryo yang saat
dihubungi tengah menghadiri konferensi International Conference for High Energy
Physics di Melbourne.
Penemuan Higgs
boson istimewa bagi Haryo karena penemuan ini mengingatkannya pada kejadian
yang menginspirasi dia menjadi seorang fisikawan partikel. 18 tahun lalu,
seorang fisikawan Indonesia bernama Stephan van den Brick ikut membuktikan
adanya partikel quark top, salah satu partikel yang juga mendukung model
standar. "Waktu itu saya baru
diterima di UI, tak tahu apa-apa. Saya takjub bahwa ada lulusan UI yang bisa
menjadi bagian dari penemuan menakjubkan itu," kata dia.
Guntingan
koran tahun 1994 itu masih disimpannya hingga sekarang. Kini, Haryo benar-benar
mencapai cita-citanya. Dia ikut menemukan partikel Higgs boson, keping terakhir
model standar, kunci dari rahasia besar alam semesta. Namun kerja belum
selesai. Penemuan ini baru awal pekerjaan panjang para ilmuwan. Karenanya,
Haryo berharap, penemuan ini menginspirasi anak muda Indonesia untuk menjadi
fisikawan. "Semuanya mungkin asal mau bekerja keras. Jangan takut mencoba dan
meninggalkan zona nyaman," kata Haryo.
=========================================================================
Sengaja saya re-publish artikel ini sebagai ungkapan kekaguman dan apresiasi personal untuk Suharyo Sumowidagdo atas prestasinya yang luar biasa tersebut. Saya yang memang menyukai hal-hal yang berbau fisika NAMUN sayangnya saya tidak begitu menguasai ilmu fisika, bahkan guru Fisika yang sekaligus wali kelas saya pernah memberikan ‘protes’ pada saya karena nilai pelajaran Fisika saya ‘mengenaskan’ padahal saya nyata-nyata memilih jurusan Fisika dengan senang hati.
Seperti harapan Haryo, semoga penemuan partikel Tuhan ini menginspirasi banyak generasi negeri ini untuk menyukai dan mengukir prestasi di bidang Fisika khususnya, dan bidang keilmuan lain yang berguna bagi kesejahteraan umat manusia.