Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News


0
Share

Protected by Copyscape Plagiarism Detection



Blog Ping
Page Rank









-->





Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...












0
Share




Tekhnik Blogging



KEB

carikost

create your own banner at mybannermaker.com!


Penyuluh Perikanan





Nurmayanti Zain






2
Share
Jika ada yang bertanya [saia tanya sendiri saja karena kenyataannya belum ada yang tanya kok....] sejak kapan saya iseng corat-coret nulis puisi ngawur ala saya? Ingat saya sejak SMP tapi hanya sekedar nulis di lembar-lembar buku tulis saat jenuh mendengarkan guru memberikan penjelasan yang berdurasi lama #maafkan saya yaa para guruku. Makanya saat SMP saya tidak punya dokumentasi coretan puisi alay yang saya buat. Bahkan saat SMA pun, saya masih suka-suka nulis puisinya di lembaran kertas kemudian dibuang.  Baru saat kelas 3 SMA, secara sengaja saya menuliskan dalam buku tersendiri. 

Dan Bismillahirrahmaanirrahiim tentu saja model kalimatnya lebih acak kadut dari sekarang. Bertepatan dengan Bulan Nopember dimana terdapat moment bersejarah yaitu hari Pahlawan yang sebentar lagi kita peringati, ternyata dari koleksi puisi lama tersebut, saya pernah membuat puisi yang ber’ide tentang pahlawan. Mau tahu seperti apa puisi saya di jaman SMA...inilah salah satunya yang saya beri judul : Darimu...

Dari jasamu,
Dari pengorbanan tanpa pamrihmu
Untuk cucumu

Kebahagiaan yang kunikmati kini
Udara kemerdekaan yang mengisi rongga dadaku
Adalah buah perjuanganmu
Semua tulus kau relakan
Demi ibu pertiwi tanah tumpah darah
dan generasi keturunan, anak cucu bangsa

Kini
Kau terbaring beku
Kau telah tiada lagi
Namun semangat ksatriamu
Merupakan selubung ‘kan terus menyala
Adalah warisan tiada ternilai buat kami
“ Merdeka atau Mati !”

Nah, itulah hasil karya puisi saya saat SMA. Tatanan kalimat dan diksinya lugu kan? Tapi tulisan saya bagus kan? Iyalah bagus, wong saat SMA jabatan prestisus di kelas sebagai sekretaris yang artinya siap rebonding jari jemari karena tiap kali pelajaran yang banyak teorinya, kan sering ditulis di papan. 

Dan hasilnya saya menuliskannya dua kali, di depan kelas dan menyalinnya lagi di buku tulis saya sendiri. Kira-kira, sekolah sekarang masih ada gak ya muridnya di suruh nulis di papan tulis kayak dulu? Semoga gak ada, terutama di daerah yang sudah melek teknologi, masak era digital begini masih nyuruh muridnya mencatat? Maaf, jadi nglantur jauh amat yaaa....

Oke deh, selamat menyambut Hari Pahlawan dan semoga jangan ada tawuran lagi yaaa...Jangan biarkan Indonesia terkenal sebagai negara yang generasinya hobi tawuran.



119
Share
Life is full of challenge, yang jelas BUKAN tantangan buat tawuran seperti yang belakangan ini makin kerap terjadi. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim rasanya makan sayur tanpa garam jika saya tidak ikut “tawuran” yang diadakan Pakdhe Cholik yaitu Event Tawuran yang elegan dan bonafite yang sah berdasarkan Undang-undang yang berlaku di blogspere. Langsung saja pada tema baku yang diberikan: Cara Mencegah dan menanggulangi Tawuran.  Dan sebelumnya, dengan sengaja saya buat batasan untuk cakupan populasi pelaku tawuran adalah range usia anak-anak [sekolah], sebab kalau orang dewasa baku hantam itu bukan lagi dalam definisi tawuran [menurut saya], melainkan tindakan kriminal dan anarkis!

Dari tema yang diberikan, maka saya menerjemahkan dalam dua point utama: Cara Mencegah dan Cara Menanggulangi terjadinya tawuran [dalam ragam formasi dan audience-nya].

Yang Pertama, Cara Mencegah Tawuran atau dalam kalimat lain preventive action dalam rangka untuk meminimalkan trigger terjadinya tawuran atau jika boleh saya isitilahkan terjadinya ‘Hazard’ tawuran. Yang namanya mencegah, berarti harus ditetapan dulu CCP ~ Critical Control Point-nya sehingga bisa diterapkan program atau kegiatan pragmatis yang dapat mencegah timbulnya Hazard Tawuran. 

Main stream yang bisa dilakukan sebagai tindakan preventive terjadinya Hazard Tawuran adalah menumbuhkembangkan sejak dini dalam diri setiap personal [tentunya semenjak usia kanak-kanak] tentang nilai-nilai: agama, tanggung jawab, disiplin, toleransi/tepa slira, saling menghargai dan menyayangi terhadap orang serta hal-hal diluar diri pribadi. 

Nilai-nilai tersebut tidak bisa hanya sekedar dogma/teori yang di berikan pada anak-anak ibarat pembacaan dongeng. Perlu adanya iklim dan aktifitas/kegiatan yang tepat sasaran sehingga secara naturally meresapkan nilai-nilai normatif tersebut dalam pola pikir, sudut pandang dan dinamika hati nurani pada diri anak.

Dan saya mengklasifikasikan Crtitical Control Point tersebut dalam 3 hal saja [kalau banyak-banyak, malah saya nanti yang bingung membuat penjelasannya dan bisa bikin tawuran baru: adu komentar deh. #Abaikan] , yaitu:
1.    Lingkungan Keluarga
Keluarga sebagai ‘sekolah’ pertama dan memiliki peran dominan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang, maka dari lingkungan keluargalah harus dimulai proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai agama, tanggung jawab, disiplin, toleransi/tepa slira, saling menghargai dan menyayangi. Sebagai ilustrasi sederhana, berikan kegiatan yang bisa dilakukan dan disukai anak-anak misalnya memelihara ayam. Masing-masing anak berikan seekor ayam untuk dirawat dan dipelihara. Secara perlahan, masing-masing anak akan terbawa dalam euforia untuk bertanggung jawab, disiplin, berkerja sama, bermusyawarah, saling membantu, serta menumbuhkan rasa kasih sayang yang tulus sebagai out put kegiatan memelihara ayam tersebut. Tentu saja ini hanya salah satu contoh yang saya adopsi dari masa kecil saya. 
Cara-mudah-Mencegah-dan-Menanggulangi-Tawuran
Di rumah kami dulu, ada ayam, kambing dan sapi [pernah juga ada yang menitipkan kerbau] yang sebagian besar tanggung jawab pemeliharaannya dilakukan oleh anak-anaknya orang tua kami  [termasuk saya dunk], serta order bekerja di sawah untuk membantu orang tua tentunya. Pekerjaan rutin [selain mengurusi diri sendiri] yang kami lakukan sehari-hari di luar jam sekolah tersebut memberikan penguatan karakter baik pada diri kami sehingga secara otomatis memiliki komitment  untuk menajadi anak yang baik dan tidak bikin masalah saat berinteraksi di luar rumah. Kalau hal-hal yang namanya kenakalan anak-anak....ya tetaplah masih kami lakukan, tapi kami punya alert sensor untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan dan membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan CCP kedua yang memiliki peran significant bagi pembentukan kepribadian anak dengan integritas sikap yang solid. Dan tentunya hal ini membutuhkan media/kegiatan yang bisa menjadi sarana efektif untuk memberikan ‘intervensi’ pada pola pikir, tingkah laku dan sikap/attitude anak. Kurikulum pendidikan agama, moral, ilmu sosial [bermasyarakat] dan yang sejenisnya memang suplemen teori yang dibutuhkan sebagai dasar hukum bagi anak untuk memilih dan memilah mana yang benar dan salah. Tapi perlu diingat bahwa penyampaian teori hanya bisa diserap secara optimal dalam 10-15 menit, selebihnya akan dianggap siaran berita yang tidak membekaskan kesan apa-apa. Jadi sangat penting adanya kegiatan EKSKUL atau UK [unit kegiatan] yang memiliki unsur-unsur team work, leadership, kompetitif dan solidaritas.

Beberapa jenis kegiatan yang bisa saya sebutkan dan menurut saya recomended untuk dijadikan hot list ekskul/UK adalah: Pramuka, PMR, Pecinta Alam dan Penalaran. Dimana dalam kegiatan-kegiatan tersebut bisa dimasukkan materi-materi tentang agama, moral dan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa disesuaikan dengan jenis kegiatan EKSKUL/UK-nya. Oia, OSIS juga ding...dan masih banyak lagi rupa-rupa kegiatan yang bisa dijadikan wadah penyaluran gairah masa remaja sehingga siswa tidak sempat kepikiran dengan tawuran dan lebih hebat lagi tidak mempan dengan segala macam provokasi untuk tawuran!

3. Lingkungan sosial [masyarakat sekitar]
Senada dan equal dengan lingkungan sekolah, maka peran serta lingkungan sosial masyarakat juga memberikan kontribusi aktif terhadap ‘kesehatan’ pergaulan anak-anak. Merupakan bentuk yang responsif jika di setiap lini atau unit masayarakat dihidupkan organisasi kepemudaan semacam karang taruna [apalagi ya comtoh lainnya?], sehingga akan terjadi interaksi antar anak-anak yang nota bene berasal dari sekolah-sekolah yang heterogen sehingga tercipta suasana kebersamaan yang guyub sehingga secara halus bisa mencaikan rasa superior bagi yang sekolahnya favorite dan meningkatkan rasa percaya diri buat yang bersekolah kurang favorite. Dengan demikian gap dan kesenjangan sosial biasa dieliminasi dan memudarkan friksi-friksi pertikaian yang mungkin terjadi.

Yang Kedua, Cara Menanggulangi Tawuran berarti konteksnya tawuran sedang terjadi atau muncul Hazard Tawuran, maka hal-hal yang harus dilakukan adalah:

1.     Hentikan Tawuran. Ya iyalah, kalau terjadi tawuran ya HARUS segera dihentikan agar tidak ada korban  berjatuhan. Pihak keamanan, Hansip, Kamra, Satpol, Satpam, Satgas....semuanya harus status siaga setiap saat karena jobdes utama mereka kan how to handle stabilitas sosial. Logikanya tawuran itu sebelumnya kan sudah merebakkan isu jika kelompok A dan B akan duel. Seperti Nyala api yang berkobar, sebelumnya pasti ada asap kan? Jadi harusnya tindakan penanggulangan tawuran ini bisa dilakukan secara cepat seperti kinerja tim gegana yang menjinakkan bom yang tidak pernah menganggap sepele info yang diterimanya jika ada yang hendak melakukan pengeboman. Nah, jika peristiwa tawurannya masih tahap-tahap awal dan segenap Tim penjinak tawuran cepat tanggap, kan bisa relatif lebih mudah diredakan. Misalnya saja di puterin lagu iwak peyek atau Bang Thoyib....kan bisa tuh jadi pengalih perhatian sehingga tidak jadi tawuran.

2. Investigasi: cari sumber/the main cause terjadinya tawuran. Ketika tawuran sudah bisa diblokade, diatasi dan dihentikan, bukan berarti masalah tawuran already solved. Sangat perlu untuk dicari sumber dan penyebab terjadinya tawuran tersebut. Hazard tawuran meledak pastinya karena terjadi deviasi dan ketidaksesuaian terhadap salah satu dari ketiga CCP [keluarga, sekolah dan masyarakat]. Jadi sangat penting untuk ditemukan sumber percikan [api] tawuran tersebut agar bisa dilakukan corective action secara substansial. Contoh sederhananya, ketika kita melihat lalat menclok pada makanan. Langkah pertama yang kita lakukan tentu mengusir si lalat pemberani itu. Kemudian dicari penyebab kenapa lalat bisa sampai PeDe nyamperin makanan...ternyata tuh makanan gak ada penutupnya, maka perlu diletakkan kembali penutupnya. Dan ini belum selesai, karena kondisi normalnya makanan tersebut ditaruh bersama penutup. Jadi perlu dicari kenapa tuh penutup bisa mengalami relokasi? Gak mungkin kan penutup makanan pindah sendiri? 

3.  Problem solving/follow up terhadap hasil investigasi. Melanjutkan point “ mencari sumber tawuran’ di atas, maksud saya adalah  The main reason terjadinya Hazard tawuran HARUS ditemukan sehingga bisa dirumuskan serangkaian action untuk menghentikan sumber terjadinya tawuran. Karena jika tidak diselesaikan sampai ke akar masalah, maka jangan heran jika akan ada  “warisan” dendam dari generasi ke generasi yang dianggap sebagai sikap patriotisme/loyalitas  yang membabi buta terhadap leluhur [senior] sebelumnya. Seperti peristiwa tawuran yang belum lama ini terjadi antara dua SMAN di Jakarta yang katanya terkenal musuhan sejak lama. Pertanyaan saya, wong semua pihak sudah tahu jika dua institusi sekolah tersebut bermusuhan, kenapa tidak dibuatkan MOU semisal bikin saja program pertukaran pelajar diantara kedua SMAN tersebut secara kontinu. Sehingga masing-masing pihak akan pikir ulang jika hendak tawuran lagi karena sebagian teman-temannya sedang berada di ‘kandang’ lawan kan? 

Dan problem solving lainnya adalah terhadap pelaku yang terlibat tawuran. Saya pribadi kurang sependapat jika mereka dikenakan sanksi hukum pidana mengingat mereka masih dalam usia anak-anak sekolah. Pemberian hukuman pidana bisa jadi bukan membuat efek jera, tapi justru akan membuat ‘luka’ baru yaitu : justice sosial. Maka dari itu, saya lebih suka jika pelaku tawuran secara bersama-sama diberikan sanksi pengabdian sosial seperti di panti asuhan, panti werdatama, Rumah sakit atau bila memungkinkan dikirim ke daerah tertinggal untuk kurun waktu tertentu. Ya pastinya tetap dengan pengawasan langsung yang ketat serta monitoring yang comprehensive.

Wah, kok panjang kali lebar nian tulisan ini yaa... Agar tidak semakin berkepanjangan maka demikian dulu opini sederhana saya tentang Bagaimana Mencegah dan Menanggulangi Tawuran. Meski tak ada ide yang fresh from the oven dalam tulisan saya ini, minimal semoga bisa melengkapi wacana kita semua bahwa tawuran harus dan sangat bisa dicegah sejak dini....

  
Artikel ini diikutkan pada kontes Unggulan Indonesia bersatu:
Mencegahdan Menanggulangi Tawuran
yang diselenggarakan Oleh Taman Blogger



Notes: Alhamdulillah menang juara pertama di http://tamanblogger.com/blogging/konteskuis/daftar-pemenang-kontes-unggulan-indonesia-bersatu
101
Share
Ini tentang sebuah peristiwa ‘sesaat’ tapi cukup membuat ‘shocking theraphy’ bagi saya. Peristiwa yang secara tidak sengaja pernah saya jumpai di suatu ketika [di negeri atas angin dan jaman antah berantah]. Kala itu, ketika untuk sekian tahun saya tidak pernah mendengar kata “tempeleng” diucapkan langsung atau sengaja ditujukan pada diri saya, kalau toh saya pernah mendengarnya juga secara tak terhindarkan telinga saya mendengarnya saat ada orang  bertengkar pada doeloe kala.
Ketika saya mendengar kalimat yang diselipi kata “tempeleng” di jaman antah berantah itu, saya berasumsi telinga ini salah dengar...saya meyakinkan diri bahwa kalimat tersebut tidak serius. Iyah, saya beranggapan kalimat “ Nanti kamu tak Tempeleng!” aselinya sekedar bercanda terlebih itu diucapkan   oleh seorang ayah pada putri kecilnya yang berusia sekira 4 tahun.
Bismillahirrahmaanirrahiim, ketika saya melihatnya langsung, serta-merta ada ketakutan, ngeri, juga sedikit gemetar menghinggapi diri saya karena ternyata si Ayah tersebut tidak sedang bercanda! Saya mengira dan berharap ‘little accident’ itu hanya sesaat saja. 

Tapi ternyata masih berkelanjutan..nyata sekali saya melihat ekspresi sang Ayah yang penuh amarah dan menakutkan sehingga si anak spontan menangis. Dan melihat si anak menangis, bukannya amarahnya reda tapi justru diperjelas dengan beberapa kalimat lagi hingga sang Mama langsung menggendong putri kecilnya serta berusaha meredakan letupan emosi suaminya. Dan saya pun tak berani berlama-lama jadi penonton tak diundang, dengan agak tergesa-gesa pun saya segera berlalu dari some where no where tersebut, tidak berani memamerkan senyum untuk menyapa atau sekedar membunyikan klakson pada kucing yang sedang melintas.

Kejadian di negeri antah berantah tersebut, bukan hanya sukses membuat saya merasa tidak enak/serba salah telah terikutkan melihatnya, deeply saya merasa takut dan ngeri, ehmmmagak gemetar juga sey, maklum meski saya sering kena omelan ortu atau bentakan senior saat jaman Bakti Kampus [OSPEK]  tapi tidak pernah sampai terselipkan kata ‘tempeleng’ yang dilafalkan demikian sangat fasihnya!  

Banyak pertanyaan dan rasa tak percaya jika saya mendengar kata “tempeleng” [after so long time ago] dan terlebih ditujukan pada sesosok makhluk mungil yang lucu dan imut-imut. Saya juga tidak sanggup membayangkan jika saya adalah si Obyek yang menerima kata ‘sakti’ tersebut.


94
Share
Membaca Buku yang berjudul “Ah, TUHAN sayang padaku kok...” yang berisi berisi kisah-kisah ringan yang terjadi sehari-hari di sekitar kita, tentang soal Tuhan, ultah, patah hati, egoism, figure ibu yang menakjubkan, ketamakan, hingga fenomena theng crenthel ~ pakaian minimalis yang semakin menjadi pemandangan lumrah dimana-mana. Remah-remah kehidupan yang dituliskan oleh Edi Mulyono dengan cara yang gokil, ndagel, dan nakal…dan saya suka dengan quote ini: This river I forgive you, but the next river I kill you ! No may more out water eye ! Safe walk…!!! . Isi buku ini sebenarnya kumpulan dari notes yang dibuat oleh sang penulis (yang juga direktur penerbit Diva Press) dalam akun FBnya.

Selain quote di atas, adalagi satu bab yang memikat karena uraian-nya yang Makjleb menyindir saya banget, yaitu pada Bab yang judulnya sekaligus dipilih sebagai  judul buku ““Ah, TUHAN sayang padaku kok...” Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim ini adalah resume dari bab tersebut, sekiranya bisa jadi wacana/renungan bagi saya khususnya dan yang berkenan singgah di sini.
============================================================
“ Sungguh, Tuhan begitu sayang padaku, padamu. Tuhan selalu memberikan yang terbaik buatku, buatmu, namun aku dan kamu lebih sering memberikan alasan pada Tuhan untuk menghadirkan hal yang kurang baik....”
Memberikan alasan pada Tuhan? Kalimat yang sederhana namun jika direnungkan sungguh dalam banget maknanya, demikian menyentak, membentak, menampar, begitu telak: SEKAKMAT!
Telah begitu dasyat nan luar biasa segala yang disuguhkan Tuhan dalam kehidupan ini, dari yang logis sampai yang nggak masuk akal. Dari yang diatas kertas bisa digapai hingga sama sekali tak terlintas dalam miliaran sel otak.

Tuhan begitu sayang padaku, cinta padaku, memberiku bahkan segala apa yang nggak sempat kuminta kepada-NYA, menghadiahku segala yang bahkan aku nggak akan pernah menggunakannya. Tapi apa hal gerangan yang telah keberikan pada Tuhan? Apa hal-hal prinsipil secara hamba yang telah kulakukan untuk membalas segala kebaikan Tuhan, anugerah-anugerahNYA selama ini? Nggak ada!

Tapi nggak, bahkan aku kian lancang padaNYA. Aku makin rajin memberi-NYA alasan dan nyatanya Tuhan masih saja menganugerahiku berbagai nikmat yang tanpa henti. Benarkah Tuhan mencintaiku? Menyayangiku? Hingga DIA nggak tega menyakitiku? Entahlah...

Yang pasti kutahu sungguh teramat sering aku menganggapNYA sebagai Dzat yang amat sangat mencintaiku. Cinta yang menghadirkan energi untuk mengerti, memaafkan dan memperhatikan. Lantaran filosofi cinta macam inilah maka Tuhan kuposisikan sebagai Dzat yang niscaya sudi mengerti, memaafkan dan memperhatikanku. Sehingga dimataku, kendati aku sering mengecewakan-NYA dengan melanggar laranganNYa, mengabaikanNYA dengan tidak istiqomah atas perintah-NYA dan mengecilkanNYA dengan sering tidak mengingat keberadaanNYA dalam hidupku, niscaya Tuhan akan tetap mengerti, memaafkan dan memperhatikanku.

Aku seringkali begitu pede lantaran merasa melakukan kebaikan yang disukaiNYA dengan meng-klaim bahwa amal baikku akan menghantarku memperoleh RidhloNYA dengan disediakan bagiku sebuah istana megah di surgaNYA! Ah pede banget aku, kendati dalam hati kadang terlintas juga” Benarkah amal baikku itu diterima? Kalaupun diterima, apa iya amal baikku itu mampu mengimbangi amal-amal burukku selama ini?” Padahal Tuhan sama sekali nggak butuh aku menyembah, mengabdi atau beribadah padaNYA. Bahkan, tanpa adanya aku pun di dunia ini, Tuhan tetap sebagai Tuhan tanpa terkurangi setitik pun kualitas keTuhanan-NYA. Lalu apa landasanku pede meng-klaim Tuhan sayang banget padaku hingga apapun yang aku lakukan, Tuhan akan tetap negrtiin aku, maafin dan merhatiin aku? Aku tak menemukan jawabannya.

Apa sih pentingnya aku ini bagi Tuhan kok mau-maunya Tuhan berbuat begitu sayang padaku? Dan apa juga dampak negatifnya bagi Tuhan jika DIA nggak merhatiin aku, mengabaikan aku? Nggak ngaruh blass!
Ah, aku ini manusia biasa kok, banget malah!
Secara rasio, aku tahu bahwa keberadaanku dan semua tindakanku sama sekali nggak ngaruh terhadap eksistensi Tuhan dengan segala keagunganNYA.
 
Merenungi kembali kalimat  “....lebih sering memberikan alasan pada Tuhan untuk menghadirkan tindakan kurang baik....” adalah sikap manusia dalam menyikapi perintah dan larangan Tuhan dalam kehidupan ini akan memberikan dampak positif/negatif akan ditentukan leh sikap masing-masing atas perintah dan laranganNYA. Sekalipun Tuhan memang begitu sayang padaku, padamu atau padanya, jangan suka menciptakan alasan pada pada Tuhan untuk memberikan hal buruk pada kehidupan kita.

Ah, aku tahu betapa dalamnya makna kalimat di atas, betapa baiknya itu unutk dijadikan prinsip hidup, tapi kenapa ya kok masih saja terkungkung dalam ke-pede-an bahwa Tuhan begitu sayang padaku sehingga dosa-dosa akans elalu diampuni, dimaafkan dan dimaklumi? Sehingga aku pun masih sama seperti hari-hari kemarin: rajin melanggarNYA, masih istiqomah menyepelekanNYA dan suka jago melupanNYA?!!
============================================================

Kebenaran dalam pandanganku,
Mengandung satu kesalahan dalam pandangan orang lain.
Dan kebenaran dalam pandangan orang lain,
Mengandung satu kesalahan dalam pandanganku. (Imam syafi’ie)


99
Share
[Memang] Semestinya Saia Lakukan. Saat membaca postingan Mbak Niken yang sedang menggelar hajat First Give Away dengan tema FROM ZERO TO HERO, aseli plus jujur saya tidak berani tunjuk niat untuk ikutan.

Simply reason: saya merasa masih Zero to Zero, lha hal Heroik apa yang telah saya lakukan? Jangankan untuk orang lain, untuk orang-orang terdekat saya saja [sepertinya] belum ada ‘sesuatu’ yang hebat dan bisa di sebut tindakan seorang Hero! Tapi demi membaca detail kriteria untuk tulisan di event GA ini.

 “.....berbagi kisah mengenai Hero dalam diri kita. Bisa menceritakan tentang sosok seseorang, peristiwa yang mengesankan, atau petunjuk yang datang. Yang semuanya mampu membuat kita bangkit dan menyadari bahwa kita punya kekuatan untuk merubah hidup kita ke arah yang lebih baik.....”. maka Bismillahirrahmaanirrahiim saya memberanikan ikut memeriahkannya. Bukan tentang kisah heroik atau hal lain yang luar biasa, melainkan  hanya sebuah sikap biasa dan keputusan yang sewajarnya dilakukan oleh seorang kakak/saudara.

Ini tentang moment-moment menjelang pernikahan adik saya. Dalam Agama dan secara logis serta ilmiah memang tidak ada ketentuan jika seorang kakak harus menikah lebih dulu dari adiknya. Namun variabel budaya dan pola pikir lingkungan sekitar [saya] masih terbawa ‘biasanya’ serta hukum wagu jika adik laki-laki mendahului mbakyu-nya menikah. Entah mitos apalagi yang terakit hal itu, saya kurang paham. Yang jelas ketika seorang adik menikah mendahului kakaknya tak jarang menimbulkan friksi, terutama jika adiknya laki-laki dan sang kakak adalah perempuan. It’s happen to me, adik saya sudah mantap dengan calonnya sedangkan saya masih absurd dengan siapa dan kapan akan menikah.

Tak ayal, niat adik untuk meresmikan hubungannya menuju jenjang pernikahan pun menghadapi ganjalan cukup serius karena orang tua saya terutama Ibuk keukeuh menginginkan saya menikah lebih dulu. Dan saya paham banget jika Adik saya tak mungkin berani melangkahkan kaki menuju jenjang pernikahan selama sikap Ibuk masih No excuse untuknya. Kakak-kakak saya lebih bersikap netral, meski awalnya juga mendukung sikap Ibuk. Tapi perlahan sikap para kakak memang meluluh demi menyadari adik saya yang sudah bekerja dan usianya juga menjelang kepala tiga.

Dan bagaimana dengan sikap saya? 

Beberapa bulan saya tidak menyatakan sikap apa-apa, saya tidak menentang keinginan adik tapi juga tidak menyatakan sikap setuju. Toh secara eksplisit dia belum mengatakan pada saya tentang niatnya untuk menikah? Deep inside dan sisi manusiawi, saya pengen segera menikah juga..saya ingin menikah lebih dulu dari adik! #sisi superioritas sebagai kakak mendominasi.

Dalam masa beberapa bulan status sikap saya yang quo, saya pun perlahan mengendapkan rasa dan merenungkan semuanya dengan mengesampingkan sisi egoisme diri saya. Saya yakin adik saya pun mengharapkan saya lebih dulu menikah. Saya tahu dan bisa merasakan semua orang mengkhawatirkan saya karena belum jg menikah, juga apresiasi dari orang-orang di desa kami dengan segala sudut pandangnya jika adik menikah lebih dulu.

Every single breath, saya menyadari usia kami bertambah. Lelaki yang dijanjikanNYA sebagai Imam bagi saya masih belum ada penampakan sementara saya tidak bisa ASAL menikah jika Cuma untuk mengganti status kan?. Sedangkan adik sudah ada titik terang calon pendamping hidupnya yang saya tahu seorang gadis yang sholehah, baik hati dan pandai tentu saja. Dan saya pun tidak bisa memastikan dalam kurun waktu setahun mendatang akan menikah? Kecuali SUNNATULLAH, tentu saja.

ANDAI sekalipun adik bisa dan mau menunggu, tapi sampai batas waktu berapa lama? Berharap segera bisa menemukan jodoh saya dan tetap ikhtiar serta berdoa itu pasti, namun saya juga harus mengambil sikap karena adik saya tak akan berani menikah tanpa restu dari Ibuk. Maka saya pun harus menguatkan hati dan membulatkan tekad: meyakinkan ibu agar berkenan memberikan restu buat anak bungsunya untuk segera menikah. 
Lahir lebih dulu kan tidak berarti harus menikah lebih dulu tho? Memangnya siapa saya kok egois mengklaim diri mesti menikah dulu karena kebetulan dilahirkan sebagai kakak perempuan baginya? Sementara Sang Pengatur Hiduplah yang punya Kehendak Mutlak selalu memberikan skenario yang terbaik.
Saya juga minta salah satu kakak perempuan kami yang lebih memahami bagaimana cara ‘berdiplomasi’ efektif dengan ibuk untuk meyakinkan beliau bahwa InsyaAllah saya baik-baik saja..bahwa saya akan bisa menerima kenyataan dan semua efek sosial yang mungkin muncul jika adik saya menikah lebih dulu.

Saya berharap dengan pernyataan sikap saya semoga Ibuk bisa legowo merestui rencana pernikahan anak bungsunya tersebut. Orang lain kan sudah kodratnya berkomentar jika melihat sesuatu yang dalam skala ukurnya dirasa kurang pas, toh itu lama-lama juga akan menguap seiring waktu yang berlalu.

Demikian keyakinan saya meski beberapa butir transparan menetas jatuh untuk menyertai pilihan sikap saya tersebut. Saya tahu proses dan kemantapan hati saya untuk memberikan dukungan dan menyetujui agar adik menikah lebih dulu merupakan hal yang sudah sewajarnya saya lakukan, jadi BUKAN sesuatu yang heroik [walau melalui perdebatan hati, emosi, perasaan, akal, logika.....apa lagi ya?] tapi [Memang] Semestinya Saia Lakukan.

Jika saya renungkan lagi, alasan confidential lainnya adalah saya tidak ingin menjadi orang yang paling bersalah karena membuat proses hidup adik saya dan banyak orang lain akan terhenti. [Calon] istri adik saya tentu anak gadis dari orang tua yang punya kecemasan yang sama dengan yang dirasakan orang tua kami. Juga kakak dan adik dari seseorang dan bagian dari anggota masyarakat yang punya punya cara penilaian heterogen seperti lingkungan kita juga.

Dan Alhamdulillah, sekitar setahun kemudian yaitu sekitar 3 tahun lalu adik saya menikah [mungkin dia masih ingin memberi saya jeda waktu siapa tahu jodoh saya segera datang] dan inilah putri mungilnya yang bernama Queen Balqis.

Let's keep spirit up, yukk ah menyanyi dulu ... HERO-nya Mariah Carey:....
There’s a hero if you look inside your heart...
You don’t have to be afraid of what you are...
There’s an answer if you reach into your soul....
And the sorrow that you know will melt away...”

Meski kisah yang saya tulis [Memang] Semestinya Saia Lakukan alias tidak HEROik, 
ijinkan Tulisan ini diikutsertakan pada LovelyLittle Garden's First Give Away 
yang diadakan oleh Mbak Niken Kusumowardani




















107
Share
Menanti Oase. Mencoba lagi dan lagi menulis bait-bait puisi yang beralur pada rasa ingin menulis dengan kemampuan bersyair yang seadanya atau mungkin hanya ingin mengalirkan serangkaian kata-kata tanpa alur kesastraan sebuah puisi yang seharusnya. Bismillahirrahmaanirrahiim harap dimaklumi jika  puisi ini pun masih yang kesekian kalinya terbentuk karena rasa PeDe over dosis saya yang menyebut beberapa paragraf tulisan [dengan maksud, makna dan inti membingungkan bagi yang membacanya] dalam kategori ‘puisi’

Ijabah Oase
Pilar cahaya purnama masih menyiram lembut cakrawala
Saat Frase tanya gemulir dalam serempak nada
Melesat pada kisi-kisi yang  berparalel
Pada titik tengah sahara kehidupan
Pada nadir ketidaktahuanku

Sementara tertegun pada jeda rasa yang terkurung
mengantarkan gelisah berlayar mencari jawab
melalui bait-bait doa
seiring desah nafas pada dinamika udara
dalam senyap yang meringkas semesta

Pamrihku adalah
membiarkan kemarin melaju pada bingkainya
dan mengkhatamkan risau gundah ini
di simpul-simpul syaraf yang tak menentu
akan sebuah penantian panjang yang merindukan oase

Romansa tanya ini bergilir dalam Elegi pagi dan siluet senja,
Melarutkan Doa dan pengharapan,
Tak  terpisah serupa ikatan kovalen oksigen
Maka kumenyerahkan gundah ini pada keESAan
Menanti sebuah ijabah niscaya dari langit


Sometimes we're so focused on finding our happy ending
Then We don't learn how to read the signs.



Note: Judulnya belum 'klik':(

82
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon