Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Beberapa hari menjelang acara mudik, seperti biasa barang-barang yang ‘pasif’ saya sortir untuk disertakan dalam pengiriman paket ke rumah. Mengatasi over load barang bawaan mudik, meskipun untuk rute Banyuwangi-Surabaya bukan merupakan rute arus mudik/balik, tapi tetap saja saya harus menghadapi jalur Surabaya-Babat yang ada sistem ‘sortir’ penumpang di Bungrasih. Kalau musim lonjakan penumpang biasanya penumpang jarak jauh yang disuruh masuk duluan. Setelah penuh baru, penumpang untuk Gresik dan Lamongan dipersilahkan masuk dengan resiko siap dan kuat berdiri sampai tempat tujuan. Mudik rutin saat week end saja sering ngalami seperti itu, apalagi saat libur lebaran? 

Jadi saya mensiasatinya untuk mengirimkan barang yang terkait dengan lebaran melalui jasa expedisi agar perjalanan pulang tinggal membawa barang yang sifatnya tak bisa dikirimkan [harus dibawa sendiri]. Ini pun masih lumayan deh, satu tas cangklong berisi netbook CS plus satu box oleh-oleh makanan dalam kondisi beku. Apalagi mudik lebaran kali ini sepertinya harus siap jika adik tidak bisa jemput karena beberapa waktu lalu Ibu saya cerita kalau Ramadhan tanggal 29 mau ke Madiun. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, itu artinya adik saya pun akan berada di Madiun juga. Kalau bisa minta dijemput dari Surabaya sih enak, turun bis di Bungur terus pindah kendaraan dan tidur lagi sampai rumah...hehehehe #kakak yang baik. Sortir barang sudah selesai tinggal mengantar ke tempat ekspedisi besok dan meminjam sebuah tulisan berjudul Doa Imajiner dari sebuah majalah edisi 2009, menarik untuk menjadi bahan bacaan saya pribadi dan semoga saja bagi kita semua.
==========================================
Doa yang kupanjatkan ketika aku maih gadis:
“ YA Alloh beri aku calon suami yang baik, yang sholih.
Beri aku suami yang dapat kujadikan imam dalam keluargaku”

Doa yang kupanjatkan ketika selesai menikah:
“ Ya Alloh beri aku anak yang sholih dan sholihah, agar mereka dapat mendoakanku ketika nanti aku mati dan menjadi salah satu amalanku yang tidak pernah putus”

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku lahir:
” Ya Alloh beri aku kesempatan menyekolahkan mereka di sekolah islami yang baik meskipun mahal, beri aku rizki untuk itu ya Alloh”

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku sudah mulai sekolah:
“ Ya Alloh...jadikan dia murid yang baik sehingga dia dapat bermoral Islami, agar dia bisa khtam Al Qur’an di usia muda”

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku sudah menginjak remaja:
“ Ya Alloh jadikan anakku bukan pengikut arus modernisasi yang mengkhawatirkanku.
Ya Alloh aku tidak ingin ia mengumbar auratnya, karena dia ibarat buah yang sedang ranum”

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku menjadi dewasa:
“ Ya Alloh entengkan jodohnya, berilah jodoh yang sholeh pada mereka, yang bibit, bebet, bobotnya baik dan sesuai setara dengan keluarga kami”

Doa yang kupanjatkan ketika anakku menikha:
“ Ya Alloh jangan kau putuskan tali dan anak ini, aku takut kehilangan perhatiannya dan takut kehilangan dia karena dia akan ikut suaminya”

Doa yang kupanjatkan ketika anakku akan melahirkan:
” Ya Alloh mudah-mudahan cucuku lahir dengan selamat.
Aku ingin nama pemberianku pada cucuku, karen akau ingin memanjangkan teritoria wibawaku sebagai ibu dari ibunya cucuku”


Ketika kupanjatkan doa-doa itu aku membayangkan Allah Taála tersenyum dan berkata.....

“ Engkau ingin suami yang baik dan sholih, sudalah engkau sendiri sholihah?
Engkau ingin suamimu jadi imam, akankah engkau jadi makmum yang baik?”

“ Engkau ingin anak yang sholihah, sdahlah itu ada padamu dan pada suamimu. Jangan egois begitu...masak engkau ingin anak yang sholihah hanya karena engkau ingin mereka mendoakanmu.....tentu mereka menjadi sholihah utama karena-KU, karena aturan yang mereka ikuti haruslah aturan-KU”

“Engkau ingin menyekolahkan anakmu di sekolah Islam, karena apa....?
Prestige?.....atau...mode?.....atau engkau tidak mau direpotkan dengan mendidik Islam padanya? Engkau juga harus belajar, engkau juga harus bermoral Islami, engkau juga harus membaca AL Qur’an dan beruasaha mengkhatamnya”

“Bagaimana engkau dapat menahan anakmu tidak menebarkan pesonanya dengan mengumbar aurat, kalau engkau sebagai ibunya jengah untuk menutup aurat?
Sementara engkau tahu AKU wajibkan itu untuk kehormatan dan keselamatan umat-KU”

“Engkau bicara bibit, bebet, bobot untuk calon menantumu seolah engkau tidak percaya ayat 3 & 26 surat An Nur dalam Al Qur’an-KU. Percayalah kalau anakmu adalah anak yang sholihah maka yang sepadanlah yang dia akan dapatkan”

“Engkau hanya mengandung, melahirkan dan menyusui anakmu. AKU yang memiliki dia saja, AKU bebaskan dia dengan kehendaknya. AKU tetap mencintainya, meskipun dia berpaling dari-KU, bahkan ketika dia melupakan-KU, AKU tetap mencintainya.....”

“Anakmu adalah amanahmu, cucumu adalah amanah dari anakmu, berilah kebebasan untuk melepaskan busur anak panahnya sendiri yang menjadi amanahnya”

Lantas....aku malu...dengan imajinasi do’aku sendiri...
Aku malu akan tuntutanku kepadaNYA....
Maafkan aku ya Alloh....
==========================================
Rangkaian kalimat yang mengalir indah dalam Doa Imajiner yang sarat makna tersebut merupakan tulisan RATIH SANGGARWATI. 




128
Share
Dalam postingan Captcha dan Banned, selain bercerita pengalaman kena banned dalam sebuah forum, tepatnya Tanya Pepsodent. Saya juga menuliskan tentang reward yang akhirnya saya dapatkan yaitu berupa voucher check gigi, jika tidak kena banned saya memang berpeluang mendapatkan 3 voucher karena saat terkena banned posisi saya ada di big four member sedangkan setiap periodenya adalah catur wulan diambil big twenty member. Asli saya tetap bersyukur karena saat kena banned saya sudah yakin tidak mungkin bisa dapetin rewardnya. At least saya sudah mendapatkan pengetahuan baru [lagi] tentang kesehatan gigi dan mulut. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim kali saya ingin cerita tentang Saia bertemu dokter gigi dalam rangka menggunakan voucher check gigi tersebut.

Awalnya pihak forum memberitahukan jika tidak bisa mendapatkan channel dokter gigi di wilayah Banyuwangi yang bisa diajak kerja sama dan akan merekomendasikan saya ke dokter gigi di Surabaya. Spontan saya jawab keberatan, lha masak saya jauh-jauh ke Surabaya untuk ‘kencan’ dengan dokter gigi? Mending kopdar atau santai menikmati hiruk- pikuknya Surabaya kan? Sehingga saya diminta untuk mencari dokter gigi yang bersedia untuk melakukan perawatan dan pemeriksaan gigi dengan cara si dokternya harus mau mengirimkan copy kwitansi plus data-data yang diperlukan, setelah itu dana voucher akan ditransfer ke rekening dokter gigi tersebut.

Maka saya pun bertanya pada teman-teman yang paham peta demografi kota Banyuwangi, dokter gigi yang alat-alat prakteknya bersih dan orangnya friendly. Tak ada maksud SARA atau antipati, alasan saya dengan kriteria tersebut sederhana saja: hal yang ironi jika perlengkapan dokter gigi tidak terjaga kebersihannya bahkan parah banget andai sampai ada yang berkarat [tujuan ke dokter untuk sehat masak alat dentistnya berpotensi menjadi sumber kontaminasi penyakit?]. Atau sikap dokternya yang gak friendly kan bikin suasana gak nyaman banget pokoknya, lha biaya ke dokter gigi masih tidak murah kok dijutekin? [tidak murahnya biaya ke dokter merupakan salah sebab tingkat kesehatan gigi di Indonesia masih buruk]. Dari rekomendasi yang saya peroleh, akhirnya saya datang klinik gigi terdekat dulu dan kebetulan dari kesan luarnya kelihatan bersahabat [gak serem]. Kalau ternyata dokternya gak friendly dan atau perlengkapan prakteknya tidak terawat, saya akan segera cari alternatif dokter lainnya!

Setelah menunggu antrian dan saya masuk ke ruangan dokternya, Alhamdulillah dokternya cantik...ehmm maksud saya wanita usia parobaya yang humble, ramah dan perlengkapan medisnya eligible. Dua perawat yang menemani menangani pasien juga enak diajak ngobrol. Hanya saja perlu sedikit negosiasi dan trik karena dokternya meragukan surat otentik yang saya tunjukkan. Saya sih maklum, memberikan kwitansi bertanda tangan dilengkapi dengan materai ada resiko yuridisnya.  Jadi saya harus mengeluark`n Jurus sakti: ID card saya tinggal sebagai jaminan agar beliau yakin bahwa voucher yang hendak diberikan pada saya bukan skenario penipuan dan sejenisnya.

Seminggu kemudian, tepatnya 2 hari lalu, saya pun membuat janji ‘kencan’ dengan sang dokter gigi tersebut. Sengaja saya milih setelah tarawih karena gak asyik  banget jika saat masih puasa mulut diobrak-abrik kan?
“ Karies dan karang giginya sedikit Mbak...” ujar dokter dari balik masker yang dikenakannya. Dan tentu saja saya gembira dunk, berarti saya gak perlu berlama-lama ‘menikmati’ rasa ngilu saat alat-alat dentistnya menyisir permukaan gigi saya. Syukur-syukur lagi jika sejumlah dana sisanya dalam voucher bisa saya terima dalam bentuk cash...kan bisa buat tambahan angpao lebaran tuh #azaz matre mode ON.
“ Tapi gigi geraham bawah yang kanan ini harus diamputasi Mbak...” sebaris kalimat renyah kembali mengalir merdu tapi bikin saya merah merona spontan. Ampuuun deh, sesi berdarah-darah akan kembali saya hadapi.
“ Giginya bisa membusuk jika tidak segera dicabut...”jelasnya lebih lanjut, sambil menunjukkan penampakan gigi tersebut di layar monitor yang terpampang didepan saya. Dan saya tak bisa berdebat lagi, karena dari forum Tanya Pepsodent pernah ada pembahasan tentang resiko gigi yang mengalami pembusukan y`itu:
" Gigi yang mengalami pembusukan paling banyak menyebabkan osteomyelitis [infeksi pada tulang], dimana infeksi ini  bisa menyebar dari stomatitis, tonsillitis, infeksi sinus, furukolosis hingga infeksi yang hematogen (menyebar melalui aliran darah). Dan Inflamasi yang disebabkan bakteri ini bisa meliputi seluruh struktur yang membentuk tulang, mulai dari medulla, kortex dan periosteum dan akan semakin parah bahkan menyebabkan kematian pada penderita yang daya tahan tubuhnya rendah."
Tuh gigi yang harus saya ikhlaskan awalnya memang seperti kebanyakan orang-orang kalau sakit gigi, diobati dengan obat-obat tradisional kemudian sembuh alias gak ada keluhan sakit gigi, jadi merasa oke-oke saja. Padahal secara SOP harusnya tetap dibawa ke dokter gigi untuk dilakukan tindakan lebih lanjut: dibersihkan dan ditambal agar sedikit ‘cacat’ tersebut tidak menyebabkan figi berlubang lebih lebar dan luas. Selanjutnya rajin dan rutin ‘bersilaturahim’ ke dokter gigi untuk tindakan perawatan dan pemerikasaan secara menyeluruh. Tapi dasar saya yang masih ber-mind set ke dokter gigi ya kalau sakit gigi yang tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan alami yang sudah umum dikenal masyarakat: Bawang putih, bawang merah, Es Batu, Air garam, Cengkeh, belimbing wuluh dan masih banyak lainnya. Saya biasanya menggunakan air garam untuk berkumur jika mengalami gangguan sakit gigi....#nah lho rasain akibatnya... Makanya jangan abaikan sakit gigi ya [ini nasehatin diri sendiri lho.....]

Y` sudahlah, akhirnya saya harus legowo sekaligus macak wani alias memberanikan diri untuk menghadapi cabut gigi. Ini kali pertama saya datang seorang diri  ke dokter gigi dan harus cabut gigi tanpa ada yang menemani/mengantar. Rontgen pun dilakukan terhadap gigi yang akan dicabut, untuk melihat seberapa aman ‘medan’ keberadaan gigi tersebut. Setelah melihat hasil rontgen yang statusnya oke, meski dua perawat dan dokternya friendly dengan mengajak saya tetap ngobrol, tetap saja saya harus men’setting TIDAK MAU TAHU alat dentist yang berlintasan di depan mata saya. Pada edisi-edisi sebelumnya, saya ke klinik dokter gigi di Gresik yang dilengkapi dengan audio visual sehingga pasien bisa mengalihkan perhatiannya dengan menikmati tayangan yang sedang ditampilkan pada layar audio. Lha klinik gigi yang saya datangi sekarang hanya memajang monitor yang menayangkan hasil rekam pemandangan dalam mulut saya lho? Ya sudahlah, Man Jadda wa Jadda...Lhoh? Kok jadi nglantur yaa....

Ya demikianlah ceritanya Saia bertemu Dokter Gigi dengan hasil gigi saya sukses diamputasi dan masih ada beberapa rangkaian perawatan gigi berikutnya. Saya sangat tidak setuju jika ada yang bilang lebih baik sakit gigi daripada sakit hati, tentu saja tetap lebih baik TIDAK sakit hati dan gigi juga sehat tho? 

NOTE: Dan saya menolak tegas jika ada promo cabut gigi satu gratis satu!




                
122
Share
Mengenal Simbol pada Kemasan Plastik. Hal-hal yang kita perhatikan saat berbelanja selain harga adalah expired date pada produk hasil olahan industri. Tak jarang juga saya [kita] membandingkan untuk jenis barang yang sama secara antar brand, baik dari segi harga maupun ingredientnya. Bila perlu bawa kalkulator tuh ke supermarketnya ya...jika gak percaya, silahkan mengamati orang-orang yang sedang belanja parcel lebaran dalam skala besar. 

Bismilllahirrahmaanirrahiim, beberapa diantaranya ada yang bawa kalkulator lho? Demikian antusiasnya saat memilih dan memilah barang belanjaan, apakah sudah menjadi bagian dari kebiasaan kita untuk memperhatikan terhadap simbol-simbol tertentu yang ada dalam kemasan makanan/produk yang berbahan plastik? 

Bahwa simbol-simbol yang sengaja dipasang pada kemasan makanan/produk tersebut tak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan estetika atau pun pelengkap desain kemasan produk. Ketika mengamati minuman air minum dalam kemasan ~ AMDK yang saat ini sudah menjadi trend untuk menyuguhi minuman bagi tamu, termasuk juga salah satu kebiasaan baik di tempat saya bekerja untuk menyediakan AMDK kini di ruang tunggu, yaa...demi memenuhi IKM ~ indek kepuasan pelanggan dunk tentunya. Apalgi menjelang lebaran, tentu selain berbagai makanan ringan, snack dan aneka kue, maka AMDK [termasuk jenis soft drink dalam kemasan siap minum] juga mengalami lonjakan angka penjualan yang drastis.

Menyuguhkan minuman siap saji dalam porsi yang sekali dibuka kemasannya langsung habis memang baik agar tidak ada yang mubadzir. Dan karena pertimbangan menghindari tindakan mubadzir ini, maka tak jarang sebagian kita memanfaatkan bekas kemasan tersebut untuk digunakan sebagai wadah makanan/minuman lagi. 

Sering kita jumpai adalah untuk kemasan yang volume besar, sebut saja misalnya AMDK volume 500 ml ke atas atau yang kemasan kecil banyak dikumpulkan oleh pemulung kembali. Point of viewnya bukan pada air/minumannya, melainkan pada plastik yang digunakan untuk mengemas. 
Senyawa phthalates ~ bahan baku pembuat plastik ~ berbahaya bagi tubuh manusia karena dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Karena itulah kita sangat perlu untuk mengetahui masing-masing logo/simbol yang tertera pada kemasan plastik. 
Misalnya plastik jenis PETE pada AMDK, jika sudah terbuka maka hrus habis hari itu juga, tidak boleh sampai besoknya. Dan kemasan tersebut HANYA SEKALI pakai. Sebab senyawa phthalates dapat larut dalam air.Dan berikut ini beberapa simbol yang sering terdapat dalam kemasan berbahan plastik [sumber: http://en.wikipedia.org], semoga bisa jadi wacana bagi kita semua untuk lebih aware saat hendak re-use kemasan plastik di rumah:

PETE= polyethylene Terephthalate digunakan untuk botol air mineral, jus dan botol-botol wrana transparan: satu kali pakai dan dapat menyebabkan kanker

HDPE=high density polyethylene, digunakan untuk botol-botol warna putih susu, tupperware, gelas air minum, kursi lipat: Aman karena mampu mencegah reaksi kimia kemasan plastik denagan makanan/minuman.

PVC atau V = Polyvinyl Chloride digunakan sebagai pembungkus makanan/minuman dan botol-botol PVC : berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

LDPE = Low density polyethylene digunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan dan botol-botol yang lembek: Aman karena mampu mencegah reaksi kimia kemsan plastik dengan makanan, tapi sulit dihancurkan [saat sudah tidak terpakai]

PP = Polyprepelene digunakan untuk susu bayi: jenis plastik terbaik untuk makanan dan minuman, kuat, ringan dan stabil terhadap suhu tinggi

PS= Polystyrene digunakan untuk tempat makan styrofoam, tempat minuman sekali pakai: berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu reproduksi wanita, pertumbuhan tubuh dan sistem saraf. Jenis plastik ini sulit untk di daur ulang

OTHER = Polycarbonate untuk botol minum olah raga, suku cadang mobil, alat elektronik dan komputer: memiliki resistensi tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu udara.

Efek bahaya kemasan tersebut baru dari sudut manakala bahan/senyawa phthalates pada kemasan berbahan plastik yang peruntukannya harus habis/sekali pakai TAPI ternyata karena suatu alasan tertentu bekas kemasan yang harusnya dipossible kemudian dilakukan re-using sehingga berbahaya bagi kesehatan [menyebabkan kanker]. 

Dan secara konteks akumulatif pemakaian, manakala habit kita semakin cenderung meningkat mengkonsumsi AMDK atau makanan dalam kemasan plastik, maka jumlah sampah plastik pun akan meningkat secara ‘mengagumkan’ dan imbasnya ancaman terhadap lingkungan pun meningkat secara linear karena plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa dihancurkan di recycle dalam tanah.


Good habit will bring healthy and happiness life.....
Also will safe the earth



141
Share
Mungkinkah hanya perasaan saja jika Ramadhan ini terasa cepat mengalir, hari demi hari terbingkai pekan dan akhirnya sebulan? Tapi demikian ketentuanNYA, menghadirkan moment super special dengan segala keutamaan dan keberkahan. 

Ketika Ramadhan ini tiba saatnya berlalu, Semoga tak hanya meninggalkan kenangan tentang kemilau euforia aktifitas yang semarak berhias kekhusyukan pada setiap sujud dan munajat, tapi semoga spiritnya akan selalu hadir pada titian hari-hari selanjutnya.

Andai Kau tahu ini Ramadhan Terakhir

Bismillahirrahmaanirrahiim sengaja menampilkan rangkaian puisi yang berjudul Andai [kau tahu] ini Ramadhan Terakhir ini [lupa siapa penulisnya, hanya ingat puisi ini pernah dimuat di majalah donatur OASE 2010], semoga menjadi Puisi Malam Takbir yang bisa membuat spirit menyambut Idhul Fitri yang semakin fitrah. Semoga bisa jadi renungan bagi diri saya pribadi khususnya dan semua yang berkenan singgah di sini.


Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
Tentu siangnya engkau sibuk berdzikir
Tentu engkau tak akan jemu melagukan syair rindu
Mendayu….merayu…kepadaNYA Tuhan yang Satu

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
Tentu sholatmu kau kerjakan di awal waktu
Sholat yang dikerjakan..sungguh khusyu’ dan tawadhlu
Tubuh dan qalbu…bersatu memperhamba diri
Menghadap Rabbul Jalil…menangisi kecurangan janji

( Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku…
Kuserahkan hanya kepada Allah Tuhan seru sekalian alam)

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
Tidak akan kau sia-siakan walau sesaat yang berlalu
Setiap masa tak akan dibiarkan begitu saja

Di setiap kesempatan juga masa yang terluang
Alunan Al-Qur’an bakal kau dendang..bakal kau syairkan
Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
Tentu malammu kau sibukkan dengan bertarawih….
Berqiyamullail..bertahajud…
Mengadu…merintih…meminta belsa kasih
“Sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurgaMU
Tapi aku juga tidak sanggup untuk ke nerakaMU”

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
Tentu dirimu tak akan melupakan mereka yang tersayang
Mari kita meriahkan Ramadhan
Kita buru..kita cari..suatu malam idaman
Yang lebih baik dari seribu bulan

Andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
Tentu engkau bakal menyediakan batin dan zahir
Mempersiapkan diri…rohani dan jasmani
Menanti-nanti jemputan Izrail
Di kiri dan kanan….lorong-lorong ridho Ar- Rahman

Duhai Illahi..
Andai ini Ramadhan terakhir buat kami
Jadikanlah ia Ramadhan paling berarti…paling berseri..
Menerangi kegelapan hati kami
Menyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayangMU ya Illahi
Semoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti

Namun …
Tak akan ada manusia yang bakal mengetahui
Apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi dirinya
Yang mampu bagi seorang hamba hanyalah
Berusaha…bersedia…meminta belasNYA 
Semoga masih diberi banyak kesempatan 
Diri melebur dengan banyak Ramadhan berikutnya
Dengan umur, kesehatan dan iman yang lebih baik.

Keep on spirit with Ramadhan.
semoga suksesnya pencapaian ibadah di bulan Ramadhan akan membias dalam keseharian kita selanjutnya.
                                                                              



105
Share
Budidaya Ikan : Solusi untuk Musim Paceklik dan Over Fishing. Membaca tentang Petani Ikan di Yogyakarta Gunakan Panel Surya di VOA Indonesia pada 18-05-2012 yang berisi tentang Pemanfaatan sumber energi alternatif dengan panel surya, dilakukan sejumlah petani di Yogyakarta, untuk memanfaatkan sinar matahari menjadi sumber tenaga listrik bagi penggerak aerator. 

Dengan penemuan teknologi aerator diharapkan mampu mengurangi kematian bibit benih ikan dan dalam jangka panjang pemanfaatan panel surya akan membawa dampak positif dalam mengurangi ketergantungan atas listrik dari negara. Artinya, petani ikan pun akan bebas dari ketergantungan listrik terhadap pemerintah. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim saya tertarik untuk menggarisbawahi tentang petani ikan dan kontribusi penemuan panel surya tersebut untuk sektor perikanan.

Sebut saja kota/daerah Muncar yang mendapatkan predikat prestisius sebagai salah satu kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Yang paling menonjol dalam imaji saya kala SD adalah Muncar sebagai pendaratan ikan dari para nelaxan yang tangkapannya melimpah ruah. Dan saat sekira 10 tahun lalu saya berkesempatan menginjakkan kaki di bumi Blambangan tepatnya di Muncar [meski kesan pertama yang saya peroleh adalah betapa pencemarannya yang sudah di tingkat akut kala itu dan sampai sekarang], pemandangan yang terlihat memang membuat berdecak kagum. 

Di depan mata saya terpampang hasil tangkapan ikan yang melimpah ruah, bahkan kalau hanya untuk dimakan sendiri ikan bisa gratis. Konon katanya sampai pernah terbuang akibat daya tampung pengolahan ikan over loaded! Hal yang kontras dengan di daerah saya yang jauh dari sentra perikanan sehingga menu ikan merupakan lauk yang istmewa [jika tidak boleh dibilang exclusive] saat makan. Bisa makan dengan ikan asin saja sudah luar biasa, apalagi maka pindang atau beli ikan dalam kaleng [sarden]? 
Over fishing, Budidaya Ikan
Salah Satu Wajah Pantai yang tercemar
Saya juga terpesona oleh oleh taraf ekonomi masyarakatnya yang terlihat dengan dominasi pemandangan rumah-rumah yang dalam kaca mata saya termasuk rumah mewah. Bukan berarti golongan ekonomi lemah tidak ada, tapi populasinya tertutupi oleh banyaknya rumah-rumah penduduk yang masuk strata menengah ke atas. 
Saya (sempat) pernah bilang guyonan sama teman:  “jika tempat tinggalku dibawa ke Muncar bisa masuk dalam daftar penerima zakat neh?” Selain taraf ekonomi masyarakat Muncar yang mengagumkan, saya juga melihat betapa industri pengalengan ikan bertumbuh pesat karena pasokan bahan baku yang melimpah ruah tersebut. Juga industri skala rumah tangga seperti pemindangan, pembuatan ikan asin, pengolahan minyak ikan, petis dan berbagai produk sampingan [dari hasil pengolahan ikan] lainnya. Mengguritanya industri perikanan di Muncar tentu merupakan angin segar untuk menyerap tenaga kdrja sebanyak-banyaknya.  

Akan tetapi sepertinya saya harus mencubit diri beberapa kali, ketika mendengar berita tentang musim ‘paceklik’ yang sedang melanda masyarakat nelayan Muncar. Bukan sekedar kondisi paceklik rutin yang biasa disebut dengan istilah padangan yaitu saat bulan bersinar terang [biasanya berlangsung sekitar seminggu] yang berakibat menurunnya hasil tangkapan ikan sehingga saat padangan biasanya digunakan untuk memperbaiki alat tangkap daripada pergi ke laut malah over cost. 

Tapi paceklik yang saat ini terjadi adalah the worst Paceklik dalam sejarah [katanya para nelayan]. Sekarang adalah tahun ketiga Muncar menghadapi masa paceklik. Hasil tangkapan nelayan menurun drastis. Nyaris tidak membawa hasil tangkapan ikan menjadi hal pahit yang harus dihadapi hampir tiap hari oleh komunitas nelayan di Muncar.

Dan pemandangan di pelabuhan Muncar yang menyuguhkan banyaknya perahu/kapal penangkap ikan terparkir secara padat untuk jangka waktu lama merupakan hal jamak namun sekaligus ironis bagi daerah yang [pernah] menyandang predikat prestisus sebagai kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Secara singkatnya, nelayan dan semua yang terkait dengan aktifitas penangkapan ikan di laut menganggur total saat paceklik ini. Perahu dan  kapal yang tak terurus di bibir pantai adalah  hal ‘tragis’ apalagi kenyataan bahwa alat-alat penangkap ikan tersebut saat tidak terpakai pun membutuhkan biaya perawatan yang relatif banyak/mahal. 

Ketika saya berkesempatan bertemu langsung dengan para pelaku pengolahan ikan, fakta yang tak kalah dramatisnya, salah satu contohnya adalah pelaku pengolahan pindang: saat ini yang masih bisa beroperasi jumlahnya tak lebih dari 20 % dari 16 unit usaha pemindangan yang ada di wilayah Muncar, itu pun dengan kapasitas produksi yang juga drop drastis menjadi + 10%, yaitu sekitar 500 Kg. 

Bahkan meskipun kebijakan import membuka kran untuk mendatangkan bahan baku dari luar negeri ternyata tidak memberikan pengaruh yang significant karena dari hasil yang sudah pernah di coba, nilai margin keuntungannya sangat tipis yaitu mendekati nilai Break Event point atau bahkan mungkin sama dengan BEP, itu pun dengan kondisi produk yang kualitasnya jauh lebih rendah jika dibandingkan menggunakan bahan baku lokal yang tingkat freshness-nya masih tinggi. 

Hal yang senada juga dialami  oleh industri pengalengan [jenis ikan pelagis kecil], selama terjadinya masa paceklik [3 tahun terakhir ini], kapasitas produksinya pun turun dengan tajam, bahkan beberapa pabrik ‘mati suri’ sampai jangka waktu tak tertentu. Untuk memproduksi permintaan pasar lokal saja mereka kesulitan bahan baku, apalagi memenuhi target ekspor seperti sebelum-sebelumya.

Bagi pengolah ikan [pabrik] yang modalnya dibawah rata-rata atau pas-pasan, maka dalam sebulan belum tentu ada kegiatan proses produksi. Sedangkan pabrik yang tingkat capitalnya rata-rata, mereka masih mampu beroperasi secara random yaitu ketika sudah terkumpul hasil tangkapan nelayan yang memenuhi kuota untuk dilakukan proses produksi. Untuk kapasitas produksi 10 ton [yang menghasilkan produk jadi + 5,5 ton] sehari, dibutuhkan waktu sekitar 2 minggu untuk mendapatkan jumlah bahan baku yang memenuhi kapasitas produksinya. 

Bagi pabrik pengalengan yang memiliki dukungan finansial seattle, masih bisa berproses relatif lancar dengan mengandalkan bahan baku import. Dari 10 pabrik yang bergerak pada proses pengalengan ikan, saat ini yang masih berproduksi rutin tinggal satu pabrik yaitu dengan mengandalkan bahan baku import. Hal ini tentu merupakan fakta yang sangat ironis, dari wilayah penghasil Ikan terbesar berubah wajah jadi konsumen importir bahan baku ikan!

Dilema paceklik yang sangat mencekik bagi masyarakat nelayan di wilayah Muncar: pemasukan yang nihil sedangkan pengeluaran biaya perawatan kapal/alat tangkap ikan dan kebutuhan hidup sehari-hari harus dipenuhi secara rutin. Sedangkan untuk menjual perahu atau kapal adalah hal yang tidak mungkin karena paceklik kali ini terjadi secara merata. Dampak yang lebih kronis adalah bagi nelayan yang berposisi sebagai buruh pada pemilik kapal atau perahu. Ibarat satu tepukan di permukaan air yang menimbulkan gelombang transversal dan longitudinal yang merambat luas, maka demikian juga paceklik yang terjadi di Muncar. 

Musim paceklik ikan yang berkepanjangan hingga menginjak tahun ketiga, maka satu demi satu isi rumah pun berpindah tempat, perhiasan anak-istri, perabot rumah tangga bahkan alat dapur pun bisa pindah tangan dengan sukses. Tak jarang, rumah yang tampak bagus pun tinggal bangunannya yang terlihat mentereng, sedangkan isinya sudah ganti kepemilikan. Maka jangan berburuk sangka dulu kalau ada orang yang menawari barang-barang komplementer dengan harga yang super sale karena bisa jadi barang-barang tersebut berasal dari warga Muncar.

Lantas kemanakah para tenaga kerja produktifnya mengais nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? 

Jumlah tenaga kerja yang terkena dampak musim paceklik ikan ini pun tentu tidak sedikit mengingat penyerapan tenaga kerja dari setiap pabrik secara rata-rata adalah 300-500 orang. Maka pergi Ke Bali atau bekerja ke kota besar lainnya sebagai buruh kasar atau bahkan berbondong-bondong menjadi TKI adalah pilihan yang terpaksa mereka lakukan. Grafik jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri pun melonjak tinggi, demi sesuap nasi dan kesejahteraan hidup, harus dilakoni kehidupan tinggal jauh dari keluarga dan orang-orang yang di sayangi dengan menghadapi segala resiko bilateral yang mengancam dari berbagai aspek kehidupan. 

Kondisi paceklik ikan yang terjadi di Muncar merupakan sebuah pelajaran sekaligus tantangan jangka panjang bagi dunia perikanan untuk lebih intens mengembangkan sektor budidaya. Karena walaupun wilayah Indonesia 2/3-nya terdiri dari perairan yang luas dengan sumber kekayaan [ikan] alam yang berkategori renewable resources, tapi banyak aspek lain yang juga memberikan pengaruh simultan terhadap fluktuasi hasil penangkapan ikan akan mengarah pada fase ‘langka’ ikan. 
Tingkat sustainable ikan ada batas optimumnya, pada suatu saat sangat mungkin bisa terjadi jumlah ikan yang ada di perariran lepas akan mengalami penurunan akibat jumlah penangkapan yang melebihi daya kembang biak ikan itu sendiri. 
Fenomena yang terjadi di Muncar adalah akibat over fishing yang sudah berlangsung sangat lama dan menjadi lebih parah lagi oleh pencemaran lingkungan yang seperti saya bilang di atas bahwa tingkat pencemaran yang terjadi di Muncar sudah berada di atas batas akut, karena hampir semua unit pengolah ikan [skala kecil maupun industri] sebelumnya tidak ada yang dilengkapi dengan instalasi pengolahan limbah [IPAL]. Kondisi ini pastinya menjadi faktor yang berkontribusi besar terjadinya paceklik yang berkepanjangan saat ini.

Untuk memulihkan kondisi lingkungan [perairan] yang tercemar tentu dibutuhkan upaya sinergis dari semua lini/stakeholder dan membutuhkan jangka waktu yang tidak singkat. Tindakan recovery yang ditempuh dengan mewajibkan untuk membuat instalasi pengolah limbah bagi semua jenis industri/usaha yang menghasilkan limbah potensial sebagai pencemar lingkungan, tentu tidak serta merta bisa mengeliminasi masa paceklik ikan di Muncar, sedangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan dan perikanan harus secepatnya dipulihkan. 
Selain akibat over fishing dan pencemaran lingkungan di atas, jika ditelaah lebih jauh maka secara makro/nasional, perikanan di Indonesia tidak bisa [selamanya] hanya bertumpu pada hasil penangkapan. Sudah saatnya meng-adjust sektor budidaya untuk memperkuat [sekaligus meningkatkan] kapasitas produksi hasil perikanan. 
Maka hadirnya Inovasi aerator untuk budidaya ikan bisa menjadi alternatif yang comprehensive, tepat guna dan tepat waktu untuk menggiatkan sektor budidaya para nelayan. Pemanfaatan panel surya tentunya sangat menghemat pembiayaan karena tidak ada pengeluaran untuk listrik atau pun genset, sehingga selain  mengurangi kematian benih/bibit ikan yang dibudidayakan juga bisa menekan biaya produksi yang sangat significant. Jumlah benih yang mati bisa diminimalkan dan cukup mengandalkan tenaga surya merupakan faktor yang berkorelasi untuk memenuhi ketersediaan bahan baku di sektor industri perikanan karena peluang produksi perikanan dari sektor budidaya adalah:
  1. Spesies ikan yang lazim diolah adalah Udang, Nila, Bandeng, Patin, Lele, gurami dengan asumsi rendemen 60%
  2. Rumput Laut diolah (kering) dengan rendemen 12,5%
Dengan demikian kisah pilu dan tragis fenomena paceklik seperti yang melanda di Muncar semoga tidak perlu terulang lagi di masa-masa mendatang, juga tidak sampai terjadi di wilayah lain. Maka sangat masuk akal dan memenuhi kriteria kalkulasi akuntabilitas jika teknologi aerator panel surya sangat mendukung terhadap perkembangan sektor budidaya sehingga bisa mewujudkan industri perikanan yang berbasis pada:
1.      Berpihak pada masyarakat miskin (Pro poor)
2.      Pertumbuhan ekonomi (Pro growth)
3.      Penyerapan tenaga kerja (Pro Job)
4.      Pengembangan agroindustri/agrobisnis (Pro Bussines)
5.      Penanganan perubahan lingkungan (Pro sustainable)
6.   Pro Kesetaraan Gender karena industri Perikanan mampu menyerap tenaga kerja perempuan sebanyak 60-70% dalam proses produksinya.

Dengan output, out come dan impact tersebut diharapkan bisa mempengaruhi pembangunan ekonomi yang pro-rakyat dengan tujuan pembangunan yang diharapkan bisa meningkatkan produksi dan produktifitas perikanan dan kelautan yang berkelanjutan sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan serta masyarakat pesisir lainnya karena potensi budidaya bisa meliputi: Tambak, Kolam, Karamba, Mina Padi, Sawah Tambak, Budidaya Laut. 

Dan sejatinya semua yang berperan dalam proses produksi hasil perikanan untuk menghasilkan komoditas ekspor yang kompetitif dalam free trade market yang berkembang saat ini merupakan Pahlawan Devisa tanpa harus menjadi TKI ke luar negeri. Dengan demikian membudayakan sektor budidaya ikan akan menjadikan nilai tambah produksi perikanan yang mampu menyerap tenaga kerja dan membuka kesempatan berusaha yang lebih luas.

Menuliskan tentang laut dan perikanan, membangkitkan kenangan akan sebuah semasa saya masih kanak-kanak yang berjudul: Nenek Moyangku yang mengisahkan tentang betapa hebatnya seorang Pelaut:
Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudera
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa                

Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda b’rani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai

Meresapi tiap bait lagu karya Ibu Sud tersebut memberikan romansa yang luar biasa tentang keberanian dan ketangguhan para nenek moyang kita yang menjelajah samudera sebagai pelaut dan membukukan sejarah bahwa Indonesia adalah negara Maritim yang besar. Dan semoga berabad-abad tahun ke depan Indonesia tetap bisa berkibar sebagai negara Maritim yang tangguh, bukan sebatas memorabilia dalam b`it-bait lagu ataupun catatan tinta sejarah belaka.




Notes: Alhamdulillah juara kedua di  http://www.voaindonesia.com/section/voa_blogging_contest/2173.html





137
Share
Membaca sebuah kolom dari media cetak nasional yang mengulas pokok bahasan: Pertobatan  Kolektif berjudul Ramadhan, softly but deeply membuat saya ‘tersindir’. Awalnya saya tak begitu aware dengan kolom yang disajikan secara terjadwal itu, tapi setelah beberapa kali seorang teman bercerita kalau ulasanya menarik dan membumi dengan bahasanya yang ringan, saya pun jadi tergoda untuk mengikuti hadirnya kolom tersebut. Bagi yang setiap hari rajin mengawali hari-harinya dengan membolak-balik halaman koran Jawa Pos, tentu sudah tak asing lagi dengan nama Kika Dhersy Putri. Dan untuk tema yang diberi judul: Pertobatan  Kolektif berjudul Ramadhan, saya tertarik untuk mendokumentasikannya dalam versi resume di blog sebagai pengingat untuk diri saya sendiri. Alhamdulillah jika bisa jadi wacana bagi yang belum membaca ulasan pada rubrik tersebut dan Bismillahirrahmaanirrahiim inilah versi singkatnya dan semoga tidak mengurangi keutuhan makna dari ulasan versi lengkapnya:
------------------------------------------------------------------

Terlepas bagaimana kesehariannya, pada Ramadhan semua orang punya alasan yang tepat untuk bertobat dan berusaha jadi lebih baik: untuk menjaga ibadahnya, lidahnya, matanya, hatinya serta berusaha lebih baik dari pada hari-hari lainnya atau bulan-bulan sebelumnya. Karena dikerjakan secara kolektif, semuanya jadi lebih mudah dengan konsepnya: sama rata sama rasa. Lapar sama lapar, sabar sama sabar, baik sama baik dilakukan secara ‘berjamaah’, baiknya adalah semua orang jadi saling menjaga atau minimal saling merasa sungkan untuk tidak melanggar aturan.

Tapi sayangnya, hal tersebut [seringnya] temporer, kadang [tanpa disadari atau sengaja] menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan pencitraan sekaligus bulan pamer. Bercitra paling beriman, bertaqwa, paling beramal. Berbagai usaha berbuat baik tersebut, muncul satu pertanyaan: Apakah saya ingin jadi baik karena memang ingin atau karena tergoda oleh iming-iming hadiah dari Allah SWT? Ibarat game, Ramadhan adalah game [berlomba berbuat baik] dengan peserta terbanyak untuk mengumpulkan poin yang paling banyak. Sebagai bulan penuh keutamaan, pada Ramadhan memang ditawarkan promo pahala, poin-poinya dilipatgandakan beratus kali.

Apakah manusia sejatinya memang pamrih dalam bertindak dan berbuat? Jika dan seandainya sebulan penuh diwajibkan puasa tanpa iming-iming pahala apakah masih tekun dan menjalaninya dengan sepenuh hati?  Bagaimana jika surga dan neraka ternyata tidak ada, apakah masih akan tetap beribadah dengan ikhlas dan tanpa pamrih? Jika Ramadhan berlangsung 12 bulan, akankah manusia-manusia menjadi lebih baik? Akankah kita berperilaku seistimewa pada Ramadhan? Mungkin karena Ramadhan hanya berlangsung 30 hari, kita berusaha menguat-nguatkan diri untuk mencapai tingkat tertinggi. Paling tidak, bisa saja terbersit sekilas dalam hati, “ udahlah, nggak papa kan Cuma 30 hari, masakh nggak bisa jaga perilaku ?” Jadi, seolah-olah selepas bulan ini, kita siap dengen serentetan balas dendam.

Kalau benar manusia berbuat baik karena bulannya, Tidak karena hatinya, saya sendiri harus mulai mengasihani diri sendiri. Semestinya sih, Ramadhan bisa jadi bulan  training intensif, bulan latihan. Semua kebaikan dan kemudahannya seharusnya diaplikasikan pada bulan-bulan lainnya di luar Ramadhan. Tetapi kenapa kita masih sering “hangat-hangat tahi ayam?” Kita hanya baik pada Ramadhan dan mungkin beberapa hari sesudahnya. Selanjutnya, sama saja seperti sebelumnya [yang kurang baik], mengentengkan dosa dan memenangkan nafsu. Kenapa oh kenapa? Maka senyampang dalam Ramadhan, mari bertekad sepenuh hati jadi orang lebih baik, berusaha memudahkan diri sendiri dan memfasilitasi agar orang-orang yang kita sayangi bisa jadi pribadi yang lebih baik. Semoga masih diizinkan jadi lebih baik tanpa menghakimi dan tanpa menjadi hipokrit.....[Jawa Pos, Rubrik Halau Galau] 
------------------------------------------------------------------------------------


Keep on fire in Ramadhan...semoga suksesnya pencapaian ibadah di bulan Ramadhan akan menjadi spektrum yang membias dalam keseharian kita selanjutnya...







124
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon