Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News

Puisi: Menyepuh Leluka. Sebenarnya saya belum begitu bisa membuat puisi cerpen, novel, biografi dan sebagainya dan seterusnya. Kalau beberapa kali membuat puisi masih sebatas momentum, order by mood. Dan kebetulan beberapa waktu lalu ketemu membaca tahu di Facebook ada event lomba bikin puisi, maka mencobalah saya ikutan dan hasilnya  Bismilllahirrahmaanirrahiim disinilah keikutsertaan saya dalam lomba berpuisi di event ini http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=245057992246861 dan di bawah ini bait – bait puisinya:

Menyepuh Luka
Mengurai rasa tak berbingkai pada lipatan hati
Mendesir gelombang haru menggiring perasaan menepi
Pada seserpih luka yang mengering
Kenapa masih mengaruskan pedih perih

Ku tatap bebongkah awan yang melayang riang
Dengan langit hati yang setia mentasbihkan doa-doa
Pada harap kepantasan siraman nirwana
Menyepuh leluka

Kudamaikan kecamuk nurani dalam pemaafan
Agar fragmen-fragmen duka mengatup tuntas
Seperti kisah kita yang tak mungkin diteruskan
Biar usai dalam kemasan kenangan

Kan  kunikmati setiap intensitas luka kehidupan
Dengan tawa yang masih tersisa
Dan tetap bisa berdiri hari ini, esok, lusa….
Bahwa diantara kepingan rasa sakit , sel-sel bahagia akan slalu bertunas 

Dalam syarat dan ketentuannya suatu lomba biasanya naskah belum pernah di publikasikan dan atau diikutkan dalam lomba, nah  dalam lomba kali ini justru ada point harus di publikasikan seluas-luasnya samudera asia. Top 50 yang mendapat apresiasi terbanyak dari pembaca yang akan dinilai tim juri untuk kemudian dipilih 5 pemenang. 

Jika saya sengaja menaruh jadi salah satu entry di blog, adalah semata biar menu blog saya bertambah hehehehee #Aji mumpung beginilah kalau ritme bikin postingan masih semrawut dan adakadabra yang penting happy blogging. Niat saya ikut lomba juga dalam rangka learning merangkai kata-kata dalam bingkai puisi. Secara kualitas puisi, masih jauh dan rasanya juga gak mungkin saya sanggup mengumpulkan most LIKE hingga masuk dalam top 50. 

Bagi sobat blogger yang sudah pernah membaca postingan puisi saya ‘Bahagia akan Bertunas’ tentu langsung aware kalau puisi yang saya sertakan dalam lomba di atas tidak sepenuhnya puisi baru karena pada bait terakhir saya ambil dari postingan ‘Bahagia akan Bertunas’. Jadi demikianlah harap maklum untuk postingan orang yang bernapsu banget pengen bisa berpuisi meski belum bisa seperti syair para Pujangga sesungguhnya.  

Sometimes trouble is your best-friend, it makes you grow stronger, pulls GOD by your side the closes
36
Share
Pengalaman (Merasa) JetLag. Istilah dan bagaimana JetLag tentu bukan hal baru dan tidak asing bagi
kebanyakan sobat blogger. Bahkan sangat mungkin banyak di antara sobat bloggers yang sudah pernah (sering) mengalami kondisi JetLag. Kali pertama saya dengar istilah JetLag dari teman so long time ago, jadi lupa juga siapa tuh si teman yang sudah membuat saya terlanjur mendengar istilah elegan exclusive eksotis executive JetLag tersebut.

Bismilllahirrahmaanirrahiim penafsiran saya kala doeloe itu adalah kondisi orang yang baru saja melakukan perjalanan jauh dengan waktu yang lama nian maklum kala itu teman yang bilang lagi JetLag memang barusan datang dari luar kota. Akhirnya saya pun penasaran tingkat dewa ingin tahu definisinya gramaticalnya yang sah dan resmi menurut aturan EYD.

Dari singgah ke padepokan Mbak Google mendapatkan wejangan arti JetLag “ Fatigue and sleep disturbance resulting from disruption of the body's normal circadian rhythm as a result of jet travel”. Jadi jika pengen di sebut mengalami JetLag mestinya long tripnya antar territorial yang mempunyai perbedaan waktu cukup significant, semisal ke Eropa, pergi menunaikan ibadah haji. Sehingga saat berada di tempat baru, psikis, biologis dan metabolisme tubuh masih ‘terbiasa’ dengan ritme di tempat asal (sebelumnya).

Nah kalau kita menempuh perjalanan ke salah satu negara di Eropa misalnya, dimana perbedaan waktunya adalah 6 jam #semoga gak salah neh, maka ketika jam 6 sore waktu di Mekkah maka di Indonesia sudah tengah malam dan biasanya sudah saatnya istirahat tidur pulas mengukir mimpi indah di pulau kapuk. Jadi saya sendiri seharusnya belum layak jika menyebut diri mengalami JetLag, secara menempuh long trip yang terdapat selisih waktu ya baru sejam saja bedanya yaitu ke Bali sehingga tidak ada pengaruhnya terhadap metabolisme tubuh dunk.

Dan ide bikin postingan ini pun sebenarnya biar keren ajib menarik minat baca tulis #apa lagi ya? di ilhami oleh disoriented moment kemarin yang cukup bikin teman-teman kantor kompakan ketawa ngakak sampai guling-guling dan perutnya sakit #Call 911 saat mendengarkan forward storynya dari teman yang menjadi saksi atas kekonyolan yang saya lakukan.

Al kisah tersebutlah di sebuah desa nun jauh dari peradaban kota di mulai ketika hari minggu saya start balik ke habitat di ujung timur pulau Jawa. Saya sengaja memberitahu Kakak ( Cak PO) jadwal pesawat berangkat jam 5 sore padahal aslinya jam 17.30 (gak bohong kan masih jam 5 namanya). With simple reason, untuk back up kemacetan lalu lintas di jalan raya plus ‘macet’ di rumah, biasa gitu deh keponakan suka sak karepe dewe kalau di suruh siap-siap jika mau ikutan mengantar si tante yang cantik ini (pengalaman pernah ketinggalan pesawat dengan sukses karena si keponakan yang kecil ruwet dan susah banget di suruh mandinya, hehehe..)


Alhamdulillah keberangkatan lancar jaya dan 2 jam nongkrong di Bandara dengan menikmati serunya internetan gratis tis yang wess..ewess…bablas bebas dari LoLa ~ Loading lambat, 17.40 GA take off dengan gemilangnya. Dan jam 8 landing dan loading bagasi dengan bebas antrian juga di Juanda dilanjutkan dengan menunggu jemputan travel untuk langsung On The Way ke Bumi Blambangan ~ Banyuwangi. Sudah ambil alternative travel pun tetap saja tiba di Banyuwangi tidak bisa secepat yang saya harapkan (biar bisa istirahat sebentar sebelum berangkat kerja).

And Enjoy as usual, nyempatin tidur sejam (masuk rumah sekira jam 5) dan jadilah berangkat kerja telat sejam juga dan langsung involve in Monday briefing. A little effect of JetLag (boleh kan pinjam sebentar gunain istilahnya?), jelang jam 10 usailah ‘ceremonial’ briefingnya dan langsung menuju ke Ruang Laboratorium yang ternyata sudah menunggu sekian siswa yang hendak melaksankan ujian praktek. Cukup shock juga juga karena belum menerima disposisi sekaligus I felt so tired and huaammm….It’s okey, this not the first time. Sekilas saya amati wajah-wajah unyu mereka.

“ Sepertinya wajah kalian gak asing ya?” sapaku sok akrab dan ramah seperti biasa.
“ Ya iyalah BU, kami kan pernah magang di sini…” Jawab beberapa wajah unyu itu nyaris bersamaan.“ Yang dari mana? Puger ya..?” sambil bertanya demikian saya melihat satu wajah yang stranger ~ belum pernah saya lihat sebelumnya. 

Sensor di otak saya recognize jika ‘penampakan’ tersebut tentu bukan salah satu siswa yang akan ujian praktek. But the fact my words just came up “Kok wajah yang ini gak pernah kelihatan waktu magang dulu?’ sambil straight tangan saya menunjuk pada sosok tersebut.“ Hehehe..” dia tersenyum manis “ 

Iya BU, kan saya Guru mereka?”What’s??? Alamak, saya pun langsung minta maaf dengan salting 180 derajat gittu deh. Ketika akhirnya teman-teman kantor tahu 'incident' tersebut jadilah komentarnya pun senada seirama: “ Seminggu di Jakarta kok makin parah gini ya?”

Gubrakkkkk….(Untungnya kalimat saya gak lebih spesifik lagi saat menunjuk sang Ibu Guru: Apa kamu pernah gak naik kelas atau gak lulus ya kok kamu keliatan tua gitu?)


Patience with Family is Love; with Others is Respect;
with Self is Confidence; and with GOD is Faith



44
Share
Indah(nya) Perubahan. Nothing last forever, dan bahwa yang abadi di dunia adalah perubahan itu sendiri karena memang semua hal berubah dengan dinamikanya masing-masing. 

Jadi silahkan angkat tangan dan kaki bagi siapa saja yang tidak mengalami perubahan, hehehe….just joke #senyum-senyum. Naturally, setiap perubahan tentunya dalam kerangka untuk menjadi lebih baik maka dengan Bismilllahirrahmaanirrahiim merangkum sedikit tentang rekam jejak sejak menapak di dunia maya khususnya Blog. Alasan pertama dan utama saat mencoba-coba ikut bikin blog adalah semata untuk mendokumentasikan tulisan dan agar mempunyai motivasi yang lebih merangsang untuk lebih rajin menulis lagi after so long time pasif.

Simple reason, apapun yang saya tulis tentu tidak akan di reject seperti naskah-naskah yang saya kirim ke redaksi media massa sebelum-sebelumnya (yang membuat saya akhirnya hiatus untuk menulis sangat lama) . Apes-apesnya ya bisa di baca sendiri, kalau ada yang berkenan melihat, membaca dan atau memberikan apresiasi tentunya merupakan bonus yang tak ternilai yang bisa membuat lebih bersemangat lagi. Dan betapa bahagianya lagi jika terpancar sedikit cercah manfaat dalam tulisan yang saya buat.
Amazing Blogging
Alhamdulillah ternyata justru manfaat yang saya dapatkan sejak agak rajin blogging (belakangan) jauh berkali lipat, tidak hanya ‘bebas’ publish tulisan cakar ayam tapi banyak hal positif dan bermanfaat lainnya yang saya peroleh.

Kapan tepatnya saya created blog,  benar-benar tidak ingat sama sekali #pikuun. Kala itu, jelang akhir tahun 2010, berbekal gugling dengan key words ‘cara  pembuatan blog’ kemudian saya ikuti step by stepnya maka jadilah blog trial eror saya www.puisiririekinanthi.blogspot.com. Ketika itu yang terlintas memang ingin mebuat blog dengan content yang homogen dan pilihan jatuh pada ‘puisi’. 

Maka posting pertama yang saya publish adalah tertanggal 4 Desember 2010. Beberapa waktu berlalu, muncullah keinginan untuk mebuat blog yang lebih heteregon (salah satu alasannya karena menyadari bahwasanya diri sangat kurang produktif dalam membuat puisi) dan begonya saya tidak tahu bahwa blog yang sudah saya buat kan bisa di expand dengan cara yang tidak ribet.

Ya sudahlah, namanya juga masih belajar dan gratisan kan gak masalah kalau bikin baru lagi #cari-cari alasan deh. Kemudian hadirlah blog kedua saya www.kidungkinanthi.blogspot.com dengan postingan pertama pada 9 April 2011 dengan judul entry Menunggu..menanti. Sedangkan www.puisiririekinanthi.blogspot.com kemudian saya ganti namanya menjadi www.seratpelangi.blogspotcom tapi sampai saat ini up date postingannya masih sangat pasif (masih untuk trial eror jika coba-coba expand html).

Meski sudah hampir setahun www.kidungkinanthi.blogspot.com, tapi setting dan lay out masih simple #pengen maluuu. Inginnya mendesain blog yang lebih ‘cantik’ masih belum bisa terealisasi sampai sekarang. Yang sudah lumayan pandai saya lakukan ya ganti-ganti background saja. Beberapa kali coba expand template, hasilnya kacau sehingga saya kembalikan pada settingan awal. Ketika teman-teman blogger sudah banyak yang menampilkan threaded comments, saya pun ikut mencoba expand html dan alhasil eror dengan sukses. HTML code’nya masih saja ada yang tidak tepat. 

Akhirnya ‘menyerah’ dan ikut minta bantuan untuk editing html pada yang punya postingan threaded comment yaitu dari sobat aristutorial. He’s really friendly and very kind, dengan cepat merespon email dan membantu editing html blog ini sehingga tampilan commentnya sudah ikut cantik seperti blog-blog lainnya. #ketahuan dodolnya lagi deh. So thank you buat aristutorial yang sudah berbaik hati menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu expand threaded comment di blog saya.

Perubahan selanjutnya setelah melihat-lihat ‘rumah baru’ dari beberapa teman blogger demikian menariknya. Terlebih ketika Mbak ALaika juga ‘pindah rumah’ maka semakin kuat keinginan untuk memiliki ‘rumah’ sendiri meskipun blog saya belum bisa menghasilkan income? #Matre’ Nah jadilah saya ngributi mbak AL untuk memberikan guidance pindah ‘rumah’ dan dengan mengabaikan rasa sungkan, gak enak hati dsb jadi deh Mbak AL yang saya sita wakunya untuk urusan pindahan 'rumah'.

So Specially thank for dear Mbak ALaika yang dengan sabar, suka cita dan riang gembira sudah membantu pindah rumah yang so lovely menjadi www.ririekhayan.com. Wouuuww, rasanya so great banget bisa punya rumah baru…hehehe.. #ditunggu next guidance. Apalagi ketika beberapa waktu lalu saya lihat page rank ternyata sudah ada peningkatan dari 1 menjadi 2. Dengan ritme postingannya masih amburadul dan tampilannya yang belum expanded, peningkatan page rank menjadi 2 sungguh merupakan surprise buat saya.

Maka saya ucapkan terima untuk semua sobat bloger dan visitor baik yang berkenan comment maupun hanya kebetulan lewat sehingga tidak sempat meninggalkan sepatah kata. Mohon maaf juga jika saya belum bisa Blog walking so oftenly (sejujurnya saya pun ingin bisa blog walking sesering mungkin) dan tak lupa saya mohon maaf bila ada tulisan (di blog ini) dan comment yang saya buat di blog semua sobat ada yang berbias makna kurang berkenan di hati. From the bottom of my heart, tidak ada niat untuk menggoreskan rasa tak enak dalam berkomentar.

Overall, It’s really wonderful knowing you all and do hope we’ll keep in better friendship by the time


96
Share
S
eringkali (dan sepertinya hampir selalu) kalau berurusan dengan customer service (bank) butuh yang lumayan bikin aarrrgggg, jika bisa selesai satu jam sudah prestasi yang melegakan dengan catatan tanpa ada yang antri sebelumnya. Sang CS yang selalu ramah dengan senyum yang selalu menghias penampilannya yang chic, kadang membuat saya bertanya pada diri sendiri: apa kira-kira saya bisa selalu terlihat sumringah begitu menghadapi berbagai tipe orang (konsumen)? Daripada nglantur dengan pikiran yang tidak jelas, ada koran yang bisa say abaca untuk mengisi status quo dan kolom berita yang beruntung untuk saya baca adalah: TTM…eits, ini bukan sembarang TTM lho? Pilihan judul orang jurnalis memang efektif untuk membuat orang langsung tertarik dan penasaran untuk membaca ketika pandangan mata menangkap sebaris judulnya. Kolom TTM yang saya baca adalah “ Tulisan tidak Menggurui” yang temanya tentang jalan (raya) berlubang.


Sekilas prolog spending time membaca koran saat ada sedikit urusan dengan CS di bank dan Bismilllahirrahmaanirrahiim  jadi ada ide untuk membuat postingan ‘Jalan Pintas’ ini karena jadi teringat jika beberapa waktu lalu pernah iseng-iseng memotret adanya tanaman pisang ‘ajaib’. Coba saja lihat hasil jepretan saya yang ala photographer handal dan professional amatiran ini.

Nah sepakat kan kalau saya menyebutnya pisang ‘ajaib’? Pohon pisangnya memang tanaman yang sudah sangat kita kenal dengan baik, yang membuat ajaib adalah tempat penanamannya. Yups…pisang tersebut ditanam di tengah jalan raya. Dari jauh melihat pohon tersebut, saya langsung bilang pada pak sopir untuk berhenti sejenak.

“ Lho kenapa? Ada Apa Mbak?” sepertinya ada nada kaget dan bingung dari pak sopir kantor, jadi saya langsung tersenyum dan  menjawab “ Hanya mau motret pohon pisang itu lho…” Kontan teman yang kebetulan on duty bersama saya ketawa “ Mbak R ada-ada saja ide usilnya deh..kirain mau ngapain tadi”.  Aksi motret pohon pisang yang cukup menarik perhatian dari orang-orang yang melintas dan yang ada di sekitar lokasi jalan raya tersebut, dikiranya sedang ada dokumentasi terkait kerusakan jalan tersebut #maaf semuanya karena ternyata saya bukan petugas yang diharapkan. 

Jalan berlubang (sepertinya) sudah menjadi fenomena nasional dan anehnya setiap ada jalan yang berlubang corrective action yang di ambil hanya menambalnya dan seringkali momentnya  bertepatan dengan long vacation seperti jelang idhul fitri kemudian tak berapa lama kemudian di jamin akan muncul lubang lagi di jalan tersebut. Lubang di jalan raya mungkin bagi yang bermobil tidak begitu terasa, tapi bagi pengendara roda dua bisa nyungsep dengan sukses kemudian rentetannya bisa terjadi kecelakaan beruntun.

Jadi ada benarnya jika konstruksi jalan yang tidak tahan lama (cepat berlubang) bisa dikaitkan dengan pasal rencana pembunuhan massal. Membahas jalan berlubang jadi ingat jalan buntu yang membentang di depan rumah orang tua saya. Konon kata ortu saya, jalan depan rumah dulunya tidak buntu tapi kebijakan Lurah terpilih saat saya baru lahir yang menjadikannya jalan buntu. Jadi dulu sering orang kesasar dan harus balik arah karena tidak bisa menerobos pekarangan/lahan tak berpenghuni. Meski status resminya masih gang (jalan) buntu, sekarang sudah lebih baik karena hadirnya beberapa penghuni baru di ujung jalan sehingga mereka merelakan tanahnya untuk dijadikan jalur lalu lintas dan al hasil kalau ada kendaraan bermotor kebablas belok tetap bisa melanjutkan perjalanannya sampai muncul di jalan raya desa dengan konsekuensi belepotan tanah liat jika musim hujan. Yang anehnya lagi, ketika semua jalan desa di swadanakan (iuran warga) untuk di buat cor..kok ya jalan depan rumah orang tua saya ‘seakan’ terlupa jika punya hak dan kebutuhan yang sama seperti jalan-jalan lainnya yang di cor. Lhoh? Kok malah jadi curcol ngomongin jalan buntu di kampung halaman sendiri ya? #Semoga Pak Lurah desa saya baca tulisan di Blog ini..wkwkwkkk, mimpiii !


Jika bertemu jalan berlubang atau buntu, kira-kira apa yang akan anda lakukan? Kalau saya  lebih suka cari jalan pintas saja deh. Kan gak mungkin saya terobos jalan yang berlubang (harus dihindari) atau saya terobos jalan yang buntu (bisa dilempari batu orang). Seperti peribahasa ‘banyak jalan menuju Roma’ bukankah dalam kalimat yang lebih sederhana bisa di sebut jalan pintas juga? Demikian juga bimbel-bimbel yang selalu mencari terobosan pintas agar bisa mengerjakan soal Matematika, Kimia, Fisika, dll. Maka seyogyanya jalan pintas dalam segala implementasinya harusnya juga dipilih dengan alasan yang sama: cepat, tepat, fair play  dan tentunya benar (bukan menghalalkan segala cara ~ jalan)

Jadi mohon maaf, saya hanya ingin nulis tentang jalan sungguhan lho? Kebetulan saja melompat-lompat karena ada jalan berlubang terus belok kok ketemu jalan buntu ya akhirnya cari jalan pintas agar postingan ini tidak semakin glambyar kemana-mana #LHOH?


“ The man who can think is always the master of the man who can only do.
The men rise highest in the world are those who can both think and do “

~~~ The Human Machine: Secrets of Success ~~~
49
Share
Bukik bertanya: Hujan Mengukir Pelangi. Mencoba merumuskan arti pada setiap langkah dan desah nafas kehidupan, karena semua yang terjadi berbingkai nisbi dan relatifitas dalam mata rantai perputaran alam yang fana. Setiap akhir sesuatu sejatinya adalah awal untuk hal berikutnya, maka tidak ada yang sebenar-benarnya usai selama jantung masih mendetakkan nadi kehidupan.

Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim mencoba mengurai tentang diri sendiri masih saja ibarat peribahasa ‘melihat kuman di seberang lautan masih lebih mudah ketimbang seekor gajah di depan mata sendiri’. It’s about me and myself, berasal dari sebuah desa di Lamongan yang terlahir dari 10 bersaudara: 7 laki-laki dan 3 perempuan (sebenarnya 12 orang tapi sepasang saudara kembar yang merupakan anak sulung tidak beumur panjang), jadi saya sangat maklum saat banyak teman mengatakan cara saya berjalan jauh dari style feminin.

Wisuda ITS Teknik Kimia

Saya berada di urutan kedua dari bawah (kakaknya si bungsu) terlahir dengan nama Ribut Suhartini, konon katanya saat jelang kelahiran saya terjadi dua kali pemilihan Lurah karena Lurah yg terpilih meninggal 40 hari kemudian sehingga diadakan pilihan lurah lagi. Selain itu, alasan lainnya adalah karena ibu saya secara kebetulan ketemu dengan seorang guru yang punya anak perempuan dengan nama tersebut sehingga terbersitlah ide untuk menamai saya Ribut Suhartini.

Sayangnya para tetangga ada yang protes, masak bocah ayu dinamain Ribut? Gak oke banget, maka dipanggilah saya Ripah, cuplikan dari kalimat gemah ripah loh jinawi. Sehingga ketika ada teman SD yang main ke rumah kala itu nanyain Ribut, tetangga pada gak kenal? Hehehe…

Nama yang dilekatkan kala lahir Ribut Suhartini pun mengalami perubahan, namanya juga kedua orang tua saya gak bisa baca-tulis, mungkin kala mendaftarkan saya ke SD hanya menyebutkan nama depan saja sehingga ketika lulus SD ada pengisian blanko data murid, dan kebetulan kok saya PeDe diisi sendiri (gak minta bantuan kakak), maka jadilah nama resmi saya dalam semua dokumen cukup lima huruf RIBUT.

Bagi teman-teman SD - SMA, tidak ada yang menganggap aneh mengingat lingkungan pedesaan yang terbiasa dengan nama-nama yang singkat padat dan ndeso…Baru saat kuliah ada yang bertanya kenapa nama saya kok Ribut? Biasanya saya jawab biar mudah diingat dan unik kan? Jarang-jarang ada g`dis cantik yang namanya Ribut? Dan dengan bangganya saya bilang kalau di desa saya ada 3 orang yg namanya Ribut dan saya satu-satunya yang perempuan.
Demi menghindari pertanyaan dan ketidakpercayaan tentang nama saya tiap kali kenal dengan orang baru, terbersitlah untuk menggunakan nick name Ririe (daripada setiap kali saya menyebutkan nama harus menyertakan KTP untuk meyakinkan bahwa saya tidak mengada-ada akan nama saya). Untuk interaksi dunia maya saya suka pilih nama kinanthi, sehingga saya combine jadi Ririe Kinanthi, yang dulunya ingin saya gunakan untuk nama pena.
Sekian lama tidak progress dalam menulis, kemudian muncul novel dengan judul blabla..kinanthi. Jika saya tetap menggunakan nama Ririe kinanthi, rasanya kok saya ikutan ‘nebeng’ popularitas novel tersebut (meskipun saya udah menggunakan ID tersebut sejak 2005an). 

Akhirnya saya menggunakan nama public/pena Ririe Khayan. Toh ketika pembuatan passport, saat sesi wawancara Bapak petugas kasih saran untuk mencantumkan nama dalam 3 kata agar kelak semoga diberikan kesempatan Umrah/haji tidak repot mengubah data base lagi. Katanya bisa menambahkan nama suami atau ayah, berhubung saya belum menikah dan juga saya lebih setuju bahwa nama yang hendaknya ada di belakang nama sendiri adalah nasab Ayah, maka jadilah ID passport saya: Ribut Ririe Khayan.

Selain nama-nama tersebut, masih ada lagi*yang manggil saya Robot (jika saya kumat usil), Rbt (karena paraf saya dari sekolah gitu), Ribut yang tidak meributkan (ini sebutan di awal-awal bekerja sebab saya sangat pendiam karena memang butuh waktu untuk beradaptasi), atau ada yang paling hemat lagi: just “R”.

Sebagai keluarga yang tergolong dalam kelompok KB ~ keluarga besar ~ baik dari pihak Ayah dan Ibu, orang tua sayalah yang dikaruniai banyak anak dan Alhamdulillah ekonomi juga pas-pasan: pas hasil panen juga pas untuk modal tanam lagi, pas butuh bayar uang sekolah pas gak ada uang (harus gali lubang tutup lubang), dan situasi ‘pas’ lainnya. Terlalu banyak momen penting dan berharga bersama orang tua jika saya flashback ke masa lalu. 
Oia, panggilan akrab bagi kedua orang tua saya adalah Pak’e (untuk Ayah) dan Mbok’e (untuk ibu). Sampai sekarang kami tetap memanggilnya demikian, rasanya ada keistimewaan tersendiri dengan panggilan ‘ndeso’ tersebut. Pernah ada teman yang mengira kalau yang saya sebut Mbok’e itu adalah panggilan buat Embah/nenek. 
Dan salah satu peristiwa bersama orang tua yang menggetarkan adalah saat wisuda, menghadirkan mereka di antara para orang tua yang dominan berbackgorund terpelajar (meski saya yakin juga tidak sedikit yang kondisinya tak jauh beda dengan orang tua saya), sungguh moment yang luar biasa. Apalagi saat ibu merangkul saya dengan mata berkaca-kaca dan mengucapkan selamat, sungguh kedua orang tua sayalah yang paling pantas mendapat ucapan selamat mengingat dengan segala keadaannya mampu membuat saya punya semangat dan motivasi sampai bisa lulus kuliah (yang lengkap dengan lika-likunya untuk bisa survive & struggle. 

Ibu meyakinkan ayah saya bahwa justru karena keadaan serba "pas-pas"an dan ketidakbisaan baca-tulis maka anak-anaknya harus bisa sekolah “tidak ada harta kekayaan yang bisa kami berikan sebagai warisan selain sekolah agar kalian tidak menjadi orang-orang yang bodoh seperti kami” itulah cita-cita sederhana kedua orang tua saya. Juga betapa terharunya kala Ayah saya dengan wajah berbinar menceritakan tentang perbincangan singkatnya dengan beberapa pasang orang tua yang ada di dekatnya saat duduk di tribun yang ternyata adalah orang-orang yang bertitel dan pendidikan tinggi.

Setiap tahapan hidup, setiap peristiwa sebenarnya satu paket dengan pembelajaran dan hikmah, setiap pilihan adalah mungkin dan niscaya. Dan kejadian yang cukup membuat saya berubah adalah ketika saya bertekad untuk menggunakan jilbab. Butuh waktu sekitar setahun buat saya untuk mengambil keputusan tersebut. Saat menjelang naik kelas 2 SMA sudah mulai terbersit keinginan untuk berjilbab, namun karena saya harus memprtimbangkan masak-masak karena agar tidak ingin berjilbab semata-mata karena sindiran guru Agama (sehingga hanya pakai jilbab saat sekolah). Juga saya harus siap mental untuk dipandang sinis oleh lingkungan sekitar mengingat kala itu komunitas berjilbab masih di anggap ‘aneh/minoritas’.

Intinya ketika saya memutuskan berjilbab, saya harus bisa konsisten dengan pilihan tersebut. Itulah kali pertama saya belajar tentang sikap konsisten secara lebih luas. Al hasil kelas 3 SMA saya bertekad bulat untuk berjlbab diawali dengan pengorbanan kain seragam adik (waktu masuk SMA) yang saya jahitkan untuk baju panjang saya dan sebagai gantinya baju seragam saya dipakai oleh adik (karena adik saya cowok, jadi untuk celananya kebetulan bekas celana panjang dari kakak ada yang masih bagus) sekaligus siap dengan konsekuensi saat menampilkan foto berjilbab dalam ijazah harus menandatangani surat pernyataan sanggup menanggung segala resiko atas pilihan tersebut. 

Rentang masa berikutnya yang cukup mengubah saya adalah saat kuliah. Saya berangkat kuliah dengan modal sugesti dari kakak dan juga salah satu guru SMA yang meyakinkan saya: yang penting kamu diterima dulu, urusan berikutnya InsyaAllah akan ada jalan. Itulah awal saya mempunyai stigma bahwa segala sesuatu harus di coba, dan jangan pernah takut akan kegagalan. 

Dan memang benar adanya, pada akhirnya kita akan bisa menyesuaikan diri dengan keadaan tanpa harus kehilangan jati diri. Saat kuliah saya mendoktrin diri sebenarnya kuliah itu tidak semahal yang di desas-desuskan orang-orang di desa saya. Bahwa kuliah itu tidak harus berpenampilan yang fashionable, apalagi untuk lingkungan kampus yang dominan makhluk laki-laki di Surabaya sehingga tampil acakadut tetap PeDe saja. 

Jika tidak punya buku toh masih ada perpustakaan, ada senior yang bisa dipinjam bukunya. Jika uang kost nunggak cari pinjaman ke teman, dan masih ada opsi kerjaan freelance sesuai kemampuan ( bahwa setiap insan sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk bisa survive) yang bisa diambil dan kebetulan kala itu kesempatan yang bisa saya adjust adalah sebagi guru private dari satu rumah ke rumah dengan naik lyn lanjut dengan jalan kaki dan jika sisa jarak tempuh masih lumayan jauh ya estafet naik becak. Yang pasti saya tidak kenal istilah minder, mungkin di dukung dengan sikap teman-teman kuliah yang serba welcome.

Keseluruhan hidup dengan segala warnanya, kesulitan dan kemudahan yang saya alami membuat saya belajar bahwa pada akhirnya saya akan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan yang heterogen dalam segala aspeknya. Saya berusaha menghargai diri saya dengan belajar untuk menghargai orang lain dengan berusaha “if I were them..” meski itu pun belum bisa totally saya membuat penilaian terhadap seseorang. Setiap diri orang mempunyai variable dan komponen hidup yang exactly tidak sama, maka belum tentu apa yang saya lihat/ketahui cukup merepresenatsikan realitas kehidupan orang (lain) tersebut. 

Semoga demikian juga orang lain bisa menghargai saya secara obyektif. Dan saya menghargai diri saya dengan lebih memilih mengambil keputusan tidak semata-mata karena pandangan/tuntutan sosial/masyarakat yang berbasis ‘biasanya’ karena belum tentu yang dianggap biasa itu benar? Selama keyakinan saya tidak bertentangan dengan agama dan tidak merugikan orang lain, saya tidak punya alasan untuk melakukan sesuatu karena pandangan masyarakat.
Keluargalah yang selalu bisa menerima dan merindukan saya tanpa pamrih, yang selalu memberikan dukungan baik moril dan materil tanpa menggunakan hitungan numeric. Dan keluarga adalah tempat sekolah kehidupan saya yang pertama yang mengahajari nilai-nilai kehidupan tanpa teori tapi dengan pembuktian sikap bagaiman seharusnya kita tumbuh menjadi orang yang bisa saling berbagi, tidak egois serta berempati dengan tulus. 
Dan tanpa mengecilkan sumbangsih kakak saya yang lainnya, salah satu yang bisa saya sebutkan wujud pengorbanannya yang sangat ‘berani’ adalah sosok kakak saya yang nomer 6, semua adiknya memanggil cak PO. Demi kelangsungan sekolah adik-adiknya, dia mengambil langkah berani keluar dari rumah saat masih kelas dua SMA. Merantau di Surabaya, bekerja sambil sekolah dan berusaha menyisihkan uangnya untuk dikirim ke rumah (karena memang saat itu kondisi di rumah pada titik nadir). 

Cak PO juga mampu membuktikan bahwa keterbatasan itu sebenarnya masih bisa di kurangi limitasinya. Ketika sekali lagi pilihan hidup menghadapkannya terus kuliah sambil bekerja atau bekerja total, maka Cak PO pun memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan full bekerja di pabrik assembling mesin. Sikap seorang saudara yang sampai sekarang sering saya jadikan cermin, Cak Po dengan pilihan sulitnya justru membuatnya mampu bertindak kreatif dan efektif dengan hasil yang mengagumkan (saya khususnya) karena saat ini Cak Po bahkan sudah mampu membuka usaha assembling mesin packaging sendiri dengan merekrut tenaga kerja. 

Demikianlah Saya melihat, merasakan dan menerima segenap pembelajaran tersebut dari kakak-kakak saya, yang demikian bisa mensinkronkan posisinya agar tetap bisa mendukung adik-adiknya tanpa mengabaikan peran kedirianya dalam keluarganya sendiri. 

Ketika usia menapak pada jenjang kedewasaan, ketika langkah kaki membawa diri keluar dari lingkungan keluarga serta dekap hangat perlindungan keluarga, maka orang lain yang ada di sekitar saya adalah keluarga (kedua) saya berikutnya. Dan untuk hubungan pertemanan/persahabatn, saya berusaha untuk meniadakan istilah ‘mantan’ teman/sahabat. Bagi saya tidak ada istilah ‘mantan’ teman/sahabat, suka atau tidak suka, saya akan tetap menganggpnya sebagai teman meski apapun yang terjadi dan tentu saja situasi akan mengalami penyesuaian secukupnya.

Dan Indonesia adalah tanah air yang akan tetap saya cintai, saya masih orang yang setuju dengan pernyataan: meski hujan emas di negeri orang dan hujan tombak di negeri sendiri..saya masih lebih suka jadi orang Indonesia. Dan meski saat ini belum banyak yang bisa saya perbuat untuk negeri ini, tapi setidaknya saya sudah membuktikan bahwa jadi PNS itu tidak perlu KKN juga bisa, bahwa tidak semua lingkungan PNS itu pekerjaannya santai (Alhamdulillah saya berada pada unit teknis laboratorium yang interaksinya dengan pihak swasta sehingga ritme kerjanya harus seimbang dengan mereka). Tidak korupsi juga bisa kaya, maksudnya kaya hati untuk berbagi…kan kaya tidak harus diukur dari materi?

Akan halnya kehidupan, yang terjalin dari peristiwa demi peristiwa yang kadang dinamikanya tak tertebak. Jika ada bagian yang mengh`ru-biru, seyogyanya adalah bagian untuk mendewasakan diri. Sedih, menangis dan kecewa memang wajar…yang tidak wajar manakala hal itu membuat kehilangan pijakan nurani sehingga larut dalam nestapa. Cerita hidup memang lebih dramatis daripada yang bisa dituliskan dan semoga itu semua jadi pengejawantahan akan keimanan pada Ilahi karena hidup adalah sebuah anugerah yang menawarkan banyak kesempatan dan juga tanggung jawab untuk menyumbang sesuatu yang berharga bagi kehidupan.
Memandang kehidupan saya secara menyeluruh, jika boleh memilih sebuah symbol maka saya ingin seperti hujan. HUjan yang selalu di rindukan oleh semua orang, hujan yang membawa kesejukan, hujan yang tetap ada meski kemarau memanjang karena nun jauh di bawah permukaan bumi hujan masih setia memancarkan esensinya bagi segenap kehidupan. 
Bilamana saya mengalami hibernasi dan terbangun pada 2030 ( semoga Allah Ta’ala memberi kesempatan umur panjang yang barokah), yang ingin saya dengar adalah keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia yang gemah ripah loh jinawi, pendidikan bukan lagi bagian dari manifestasi beragam ‘nama’ komersialisasi, kesehatan tidak hanya cooperative bagi orang yang finansialnya seattle, keadilan tidak lagi buta, hutan tidak lagi jadi target investor untuk melebarkan sayap bisnisnya. Saya ingin melihat orang hidup berdampingan dalam keberagaman yang saling bertoleransi, sampah tidak lagi jadi musibah, kemiskinan tidak jadi target kampanye demi karir politik. 

Hal kecil yang bisa saya lakukan dan semoga bisa mempunyai peran dalam mewujudkan imajinasi saya tersebut adalah dengan mengoptimalkan kemampuan menulis (saya menyukai bidang menulis dan mulai saya achieve setelah bertahun-tahun mengalami hibernasi). Dengan menulis maka otomatis akan lebih intens lagi untuk membaca karena untuk bisa membuat tulisan yang berkualitas kita perlu rajin dan banyak “membaca”. 

Tidak hanya membaca beragam buku, namun juga membaca dinamika sosial, lingkungan bahkan juga perkembangan iptek. Dengan bisa membuat tulisan yang berkualitas semoga bisa membawa pencerahan bagi diri saya sendiri khususnya juga orang lain yang membacanya, membawa dampak positive yang bisa menembus dimensi ruang, waktu, gender, usia, ras, serta social ekonomi.
Suatu hari nanti kalau ada seseorang yang berminat membuat (kira-kira siapa yang mau ya?) biografi tentang diri saya, judul yang saya inginkan adalah Hujan mengukir pelangi.
Sebenarnya saya bukan tipe anak yang bandel, juga bukan tipikal murid yang suka bertingkah. Namun demikian ternyata menurut guru, pada suatu kesempatan ketemu ada yang mengatakan dengan lugasnya kalau saya dulu jaman SMA bisa di bilang ndableg. Saya juga pernah melakukan banyak hal konyol, salah satunya adalah ketika saya dengan alasan yang ‘diplomatis’ sudah membawa ibu saya berhujan-hujan melintasi jalan setapak saat pulang dari sawah. Saat itu menjelang panen, ada kebiasaan ‘nyulik’ padi sebelum dipanen semuanya demi menyambung makan yang memang sudah kalang kabut. 

Suatu hari, sepulang sekolah, Ibu mengajak saya untuk memotong padi (karena adik dan kakak-kakak yang lain sudah on their job). Setelah 2 karung yang di bawa penuh dan pas hujan turun dengan lebatnya. Membawa 2 karung padi tentu saya tidak bisa menaiki sepeda pancal karena bagian belakang dan tengah di tempati hasil potong padi. 

Maka dengan berjalan kaki kami pun pulang di bawah siraman hujan pada senja menjelang kala itu. Saya yang tahu banget kalau sore hari di pertigaan desa ada pos yang biasa dipenuhi para pemuda, maka saya bilang pada ibu untuk lewat jalan memutar (tidak melalui jalan utama desa) yang artinya melalui tanggul ledeng setapak karena saya tidak cukup PeDe melintas di depan para cowok dalam performance kucel, basah kuyup, belepotan lumpur dan membawa dua karung padi dari sawah. Sampai sekarang yang diingat Ibu saya betapa saya sudah menjadi anak baik karena tidak mengeluh berhujan-hujan di sawah kala itu?

Merajut keping-keping kenangan yang selalu memberi makna tersendiri, diantara jedanya yang terselip tawa kala mengingatnya kini. Kadang terbersit kerinduan menetas, akan kebersamaan dalam suka dan duka namun masih bisa bercengkrama dalam cerianya segenap sukma. Semoga mampu menjelma asa dengan gelegar cinta disegenap sel-sel saraf dengan menampakkan nyatanya yang berukir manfaat bagi sesama: sekarang, nanti dan selalu selamanya.

" Hanya tiga blogger dalam friendlist saya yang kenal secara menjejak bumi yaitu : Mutiara devi, Al Kahfi, dan Nurul Khaqiqi, maka inilah Identitas Ririe Khayan yang bernama asli dan lengkap RIBUT "










119
Share
It took so long pending since I made promise by myself to create this: little bit of Me..

So today it gets fulfilled, here is what I think then write it....It has been a pleasure for me to have known I can still write after long time no progress to share like in this my blog. I can tell with supreme confidence that it has really been wonderful feeling and experience knowing me Myself do write even not good enough, more over in English. I really confess My English such a poor after many years going through.

Well, Here we go..... I am a person like the others who fight in winning by love and affection. I do believe in “giving” first and then try not expecting from the person opposite me. I’ll make it in my nature…even not easy any way. I suppose that everyone will always like those who are less of jealous and more of praises for others and are helpful & hopeful/optimist in nature.. Hope that The way I am. It’s not only brings happiness to me but fills me with immense pride that I wanna intend to .. apart from being a nice person…isn’t it right?

It brings me an immense pleasure when I can give favor to anybody and I love it from my core of heart. It will brings me sense of honor and joyful if I can render some help/assistance to others, feel very happy & contented with myself if I can make anybody smile and feel good and happy…The fact, some times without any purpose I made some one laid down and the most painful in unpredictable I made dissapoint so many people arround me or even their tears drop because of Me. I really never imagine in any second, My Mom’s will crying and sadness by me, her lovely daughter.

Maybe I will need more time and hard effort again to paint more happy for my beloved people so that I do things accordingly…However I will not let any one feel/become sad..that’s for sure. I’m very sure GOD give me the ability to make people happy and comfortable… As well I can do....

GOD has been very kind to me in this life, I can proudly say that I’m one of the luckiest women on this earth.. Having great parents especially my mom, tenderness sisters and brothers, wonderful friends who are more of critics than more saying ‘yes’ or just asking (no solution), tremendeous and inspiring environment ...all above by the mercy of God/Allah Ta’ala.

All my wishes have been materialized without crying for them, spending time with love to read, write, listen music and also a simply travel. Well, basically I’m very widely and vividly traveled all around the world and will continue to do so against all odds but still running on my minds till this presents. It’s Okay, at least I do have it on by the time.

At eventually meet peoples out there who really kind and very friendly however when I belong in stranger area and or place. It gives me exposure to different cultures and languages but still can understanding each other as human being. I do hope can talk on almost any subject, meet any person on this earth and interact confidently in any environment and live in any situation... sit, eat & sleep with poorest of poor and make him happy and feel as if I’m part of his system ( like day dreaming, isn’t it? ). All of hopes, plans, efforts, has been possible due to Allah’s/God’s blessings and I'll never incomplete without you all….

All I have achieved in my life and will achieve further In any case this is what I’m..that I do have so many a millions weaknesses.. cause I’m still getting impatient loosing temper at times even though I have patience in abundance sometimes lack of persuing things till end…

Laziness have started learning to keep things tidier..
though I keep things in satisfactory manner 
but need improvement…
by the time during a whole in my life.

So don’t get carried away, take care with lots of love and affection. Hope you always enjoy reading my Blog and all of these take carefully too...


Notes: 


Learning edition, So please never mind if there is so many mistake or overlapping of the words/grammatical....See, how poor my skill in English #Maluuuu







18
Share
Stress? Siapa yang tak kenal dengan satu kata magic tersebut? Bahkan sangat mungkin kita sering melafalkan kata tersebut untuk hal-hal yang sebenarnya belum complicated. Stress, sudah termasuk kata yang latah kita ucapkan mana kala kita berada pada zona uncomfort. Meski sangat mungkin tak ada yang suka dengan stress, namun tetap gak bisa dipungkiri jika tidak ada orang yang benar-benar sanggup mencoret dengan tuntas si stress dalam hidupnya. Stress tak kenal kasta, status social, gender, usia, etc. Setiap orang tentu pernah (sering?) mengalami kondisi pikiran yang serawut, kalut, kacau, hectic yang bisa di wakilkan dengan sebutan keren nan elegan STRESS.
*********
“Sudah yakin gak ada yang mau kamu tanyakan lagi?” tanyaku pada suatu kesempatan ada mahasiswa yang praktek/penelitian.
“Sepertinya untuk saat ini sudah cukup dulu..Mbak” beginilah untungnya punya wajah yang gak boros, tak hanya mahasiswa, murid SMK pun lebih suka memanggil dengan sebutan Mbak  #PeDe Over Dosis
“ Yakin neh?”
“ Ya iya dunk…”
“ Metode, bahan, komposisi...jelas semuanya? what, why, how......”
“ Boleh deh di pre-test…hehehe…” 
“ Yakin?”
“ Wah, ganti kata yang lain dong…suka banget pakai kata ‘yakin’ gitu..”
“ Iya, harus suka dengan kata ‘yakin’ kan itu ekspresi dari percaya diri ?” begitulah obrolan akrab saya suatu hari salah satu mahasiswa yang melakukan praktek penelitian untuk skripsinya. “ hanya 1 pertanyaan  : kenapa untuk membuat larutan histamin 1000 ppm membutuhkan 169,1 mg Histamine dihydrochlorid  menjadi 100 ml?”.
“ Hah? Maksudnya piye kuwi Mbak?” ekspresi bingung langsung membias di wajahnya.
“ Larutan 1000 ppm itu gimana cara membuatnya…?”
“ Ya 0,1 gram di larutan menjadi volume 100 ml, salah satu caranya.”
“ Tapi 1000 ppm larutan histamine membutuhkan 169,1 mg dalam 100 ml? So, let me know the calculation is?”
“ Waduuh, mumet Mbak. Stress….”
Gubrakkkk
**********
Sekedar dialog untuk intermezzo jika ada kemiripan nama, tokoh, tempat, ini semata-mata fiksi..wkwkwkk yang sudah mengalami beberapa penyesuaian sesuai EYD. At least,sebuah ilustrasi sederhana betapa stress tanpa kita sadari sudah sedemikian akrab untuk kita ucapkan.
Hidup memang tempatnya masalah sehingga tak ada yang benar-benar bisa bebas dari stress.

Jadi berani hidup berarti berani bersimbiosis dengan stress! Pertanyaannya, bersimbiosis yang seperti apa? Parasitisme ~ menempatkan stress sebagai benalu/penyakit. Komensalisme ~ stress tak berpengaruh apa-apa, ada stress atau tidak nothing different. Ataukah mutualisme ~ stress sebagai keadaan yang justru membawa manfaat?

HIdup secara alamiah adalah penuh masalah karena mata rantainya berisi tentang penyelesaian masalah demi masalah. Tidak ada masalah bukan hidup namanya. Sehingga kita tidak bisa benar-benar terhindar dari stress. Mengutip definisi dari buku Definition and conceptualization of stress in organizations : Stress ~ suatu kondisi dinamis saat seseorang dihadapkan pada peluang, tuntutan, dan hal yang amat penting namun orang tersebut dihadapkan pada ketidakpastian hasil yang diharapkan. Maka tersebutlah dua penggolongan stress, yaitu Stress tantangan: adalah kondisi yang melekat  pada setiap target (pekerjaan) yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya menyelesaikan Skripsi dimana stress adalah hasil penelitian yang reliable dan responsible dalam interval waktu yang sudah di tentutkan (kecuali sudah berniat ingin jadi mahasiswa abadi sih). Dan Stress hambatan: adalah  situasi yang tidak ada hubungan langsung dengan target yang hendak di raih, misalnya listrik mati, printer rusak, motor mogok.

Stress ~ secara grammatical ‘tekanan’ maka bisa di diferensiasikan maknanya untuk stress tantangan sebagai fakta yang akan memberikan kontribusi yang bisa membuat jadi lebih produktif ‘the power of kepepet’ sehingga akan menciptakan suasana yang lebih dinamis, continues improvement atau penghargaan pada waktu. Jadi dengan definisi yang sederhana, ‘menjaga’ diri agar tidak mengalami stress (stay in comfort zone all the time) maka dengan senaja memilih nuansa hidup yang platonic ~ statis. For long term, jangan heran jika existensi diri perlahan akan menghilang dari permukaan dan garis edar aktualitas.

Lari/menghindari masalah besar dengan dalih biar gak stress merupakan paradigma lama yang sudah expired. Perubahan era global hitungannya sudah pada jelajah per detik, kompetisi muncul di setiap aspek, dan semua itu adalah variable uncertainty yang harus siap kita hadapi.
Jadi buat yang bercita-cita hidup damai sentosa tanpa stress, selamat menikmati kehidupan yang aman dari masalah, termasuk menjadi bagian orang (selfish) yang tidak ingin perduli dengan sekitar. Dan jika ada yang tidak pernah mengalami atau merasa stress, maka congratulation karena ‘aman’ dari masalah, tapi sekaligus harap jangan menuntut yang lebih jika kehidupan berjalan dan berlalu statis bagai garis lurus.

Maka bersimbiosis secara mutualisme dengan stress bukan berarti dengan sengaja mencari-cari masalah, juga bukan bentuk persetujuan terhadap aneka ekspresi sikap emosional, amarah, putus asa, depresi, etc. Bersimbiosis dengan stress di sini adalah berusaha untuk cooperative pada keadaan (sulit) yang memang tidak bisa kita hindari, karena mengutuk dan memusuhinya justru akan menguras lebih banyak energy dan wasting more time.

Dan hasil sebuah riset menunjukkan bahwa orang yang mengalami variasi emosional dalam kesehariannya justru memiliki jantung yang lebih kuat/sehat. Faktanya saat mengalami berbagai polemic emosi seperti tegang, tertawa, sedih, takut, marah, frustasi, relaks, cemas atau optimis, jantungnya akan mengalami detak yang lebih variatif “ jantung seperti berolahraga”. Jadi orang yang menghadapi dengan beragam kondisi emosi AKAN memiliki “variabilitas detak jantung” yang membuat terlatih dan sehat. Sehingga jangan kaget kalau orang yang mengalami daya tahan jantung lemah adalah yang tinggal menyendiri dengan tentram, jarang menghadapi masalah pelik, berada dalam kemapanan yang nyaris tanpa gejolak tantangan.
*******
“ Terus gimana Mbak ?”
“ Apanya ?”
“ Itungane kui lo…”
“ Lha yang tanya tadi bukannya diriku? “
“ Hehehee…..ya iya Mbak.”
“ Nah silahkan di cari jawabannya ya…? Itu kan tujuannya kamu melakukan penelitian skripsi?.”
“ Ini juga usaha mencari tahu lo….”
" Apa perlu aku tambah pertanyaan biar lebih expand analisisnya..?"
“ Wah..…aku bisa tambah stress, Mbak !”
Glodagggg..
************
Mengkompilasi dari beberapa sumber, minimal bisa jadi wacana diri saya sendiri biar tidak antipati dan atau alergi dengan kondisi hectic atau stress. Jadi mohon maaf jika uraiannya juga agak ada nada-nadanya orang stress karena semata berusaha memahami psikologis stress...hayyyahhh ngomong apaan ya ini?.


“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.
Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah"
~ Al-Ma’arij: 19-20  ~
67
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon