The Journey at Dieng Plateu: Pesona Sunrise Sikunir

Pesona alam Dieng Plateu sudah menjadi salah ikon yang mendunia, salah satu destinasi traveling yang sangat sayang untuk diabaikan. Apalagi bila traveling kita memasang target zona wisata di Jogjakarta dan sekitarnya. Ibaratnya, ke Dieng tinggal sejengkal langkah dari Yogyakarta menuju obyek wisata yang berada di Wonosobo ini.

Sunrise sikunir
Sunrise di Sikunir
Traveling? Mbolang? Dengan destinasi yang masih terjangkau, Dieng gitu lho? Timingnya pas long wiken terus rame-rame dengan Una, Mbak Alaika? Wowowowoo...sapa cobak yang sanggup berkata tidak? Bismillahirrahmaanirrahiim, Sebenarnya tulisan ini sebagai sharing moment acara mbolang yang saya lakukan waktu long wiken 15 – 18 Nopember 2012 lalu. Acara mbolang ini sudah kami [Saia, Una, Mas Stumon dan Mbak AL] rencanakan cukup lama. 

Awalnya kami kompak pengen ngalami the real life berada di alam bebas, yaitu kemping di Kaki Merbabu. Tapi, haluan terpaksa berubah total karena si “monyet” stumon menuju habitat baru di belantara Kalimantan. Dan kebersertaan saya pun sempat akan gagal, tapi jurus sakti persuasif Mbak AL dan sebuah permit excuse dari Yogyakarta pun akhirnya membuat saya nekad berangkat mbolang dengan resiko harus siap marathon lembur kerjaan.

Jadi inilah sekilas reportase Dieng: Mbolang Terlama diperjalanan dalam Sejarah[ku], antara iya dan tidak jadi berangkat, Alhamdulillah akhirnya nekad DEAL no matter what happen si Ririe ndableg itu tetap membulatkan tekadnya untuk mbolang. Jadinya baru bisa start berangkat sekira jam 18.30 WIB sehingga sukses ketinggalan Bis Banyuwangi-Jogya untuk trip terakhir. Last option, saya harus siap mengambil rute ‘mampir’ Surabaya dulu baru naik Bis jurusan Jogya. Perjalanan long wiken dijamin over loaded, setiba di Bungurasih luapan penumpang sudah memadat mulai dari station kedatangan bis [saking mbludhaknya sehingga penumpang tak hanya stand by di terminal keberangkatan]. 
Pesona wisata Dataran tinggi Dieng
Tracking Bukit Sikunir
Danau Cebong di Kaki SIkunir
View (background) Danau Cebong
Tak luput crowded pun terjadi sepanjang perjalanan, waktu tempuh pun menjadi super lemot jaya. Saya baru tiba di Surabaya sekitar jam 03.00 dan melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta ba’da shubuh yang Alhamdulillah dapat bis Ekonomi full AC [nunggu bis patas tidak jelas akan berapa lama lagi karena dari info yang beredar banyak armada bis yang disewa untuk wisata]. Dengan tarif murah meriah Rp. 37.000,- selamat sampai di Yogyakarta jam 13.00 WIB. Nah bisa deh dihitung untuk jarak Sby-Yogya yang biasanya berkisaran 7 jam, jadi molor hingga 10-an Jam !

Sesampai di Yogya, mendapatkan info updet dari Una dan Mbak Alaika [yang berangkat dari Bandung] mengabarkan baru akan tiba di Wonosobo sekira jam 19.00 WIB. Lha ketimbang saya bengong melongo kayak turis kehabisan dollar karena kelamaan nunggu Una dan Mbak AL datang dan demi efisiensi tenaga, Saya pun memutuskan tidak langsung berangkat ke Wonosobo dan memilih alternatif by travel untuk melanjutkan perjalanan dari Yogyakarta. Jadwal travel ke arah Wonosobo yang masih tersedia kala itu adalah jam 16.00 WIB. Yaaa...ada waktu tunggu 3 Jam setelah tiba di terminal Yogyakarta, bisa untuk cuci muka, sholat dan makan serta santai sejenak meluruskan kaki setelah duduk berkelamaan dalam bis dari Banyuwangi – Yogyakarta.

Perjalanan menuju Wonosobo berjalan normal, sempat sebentar mengalami jalur padat merayap ketika masih berada di ruas jalan Yogyakarta. Ketika sudah berada diluar kota, kepadatan lalu lintas mulai normal. Dan alokasi waktu menuju Wonosobo pun tidak mengalami kemoloran, tiba di terminal Wonosobo [yang kami sepakati sebagai meeting point] sekitar jam 19.30 WIB. Ternyata Mbak AL dan Una sudah tiba setengah jam lebih dulu.  Sempat celingak-celinguk nyariin posisi mereka, dan ternyata lokasi penantian Mbak AL dan Una di gerbang keluar terminal sedangkan saya di pintu masuk terminal Wonosobo. Aseli terminalnya bueasarr tapiii lengang. Bisakan dibayangin kalau saya kelamaan di terminal sepi sunyi lengang sendirian berkelamaan...hiiii bisa diculik sesuatu lho? #Alay kumat!

Cipika-cipika, ketawa-ketiwi dan nggedabrus sana-sini pun mewarnai pertemuan saya dengan Mbak AL dan Una, sembari menunggu sesosok makhluk manis Idah Cerish yang ternyata bersedia bergabung untuk menikmati little adventure kami. Dan berkat beliaulah, akhirnya dapat rent car yang bersahabat baik harga sewanya maupun Mas Guide-nya, untuk durasi 24 jam sudah paket bersih. Maksudnya BBM de-el-el sudah include dalam harfa sewa tersebut. Karena waktu semakin merayap ke malam dan dingin udara semakin turun suhunya, kami pun langsung menuju ke Dieng dengan tujuan agar esoknya bisa ngejar the view of sun rise from Si Kunir.
jelajah wisata Dieng


Sinar sunrise nan elok di sikunir
Fase-fase Sunrise di Sikunir
Dalam OTW ke Dieng, kami sempat wis-was karena dikabari jika home stay yang sudah jadi destiny penginapan ternyata dialihkan pada orang lain. Maklum kedatangan kami too late sehingga melampui DL dari sang pemilik home stay. Bisa kacau bin galau pastinya jika sesampai di Dieng kami gak dapat home stay, empat bidadari ini bisa terlantar kan? 

Mbak AL dengan Laxy imutnya dan Una dengan gadgetnya pun segera bersurfing untuk mencari alternatif penginapan lainnya dan hasilnya mencengangkan: Semua penginapan yang ada di jalan utama telah penuh! Finally, seseorang dari penginapan yang ditemukan Una dari hasil browsingnya menjanjikan akan mencarikan alternatif homestay yang agak jauh dari jalan utama. Dan Alhamdulillah si Mr. X tersebut really kind  menepati janjinya hingga berhasil mendapatkan sebuah kamar di homestay Mawar Putih.
Setiba di home stay dan bongkar muatan bag packer, saya nekad untuk mandi meski waktu menunjukkan pukul sepuluh malam lewat. Lha mandi terbaru saya kan sudah 26 jam lalu, toh tingkat kedinginannya masih bisa saya tahan jadi why not take shower for about ten  minutes ? Dingin air dan udara memang masih bisa berkompromi, tapi ketika angin berhembus [lha kamar mandinya kebanyakan lubang angin]...maka tak ayal lagi brbrbrrrrrr.....acara mandi pun dipersingkat lagi alias mandi bebek deh. Tapi masih menidngan kan daripada Una dan Mbak AL yang gak mandi tuh.....#sssttt, ini rahasia semoga Una dan Mbak AL gak mbaca.

Sedari check in, si Ibu pemilik homestay sudah memberikan wacana jika hendak mengabadikan sun rise di puncak si Kunir maka kami harus siap untuk start go jam 04.00 ting tong ! Tak ayal, kami ber-empat pun berlomba menyetel alarm. Dan  maapin Akyu ya buat tiga teman mbolangku, alarm si Ririe bikin keributan paling awal yaitu jam setengah tiga dan si mepunya teuteup asyik melanjutkan tidurnya. Lha orangnya sudah terkondisikan dengan alarm berlapis [set up alarm memang sudah berjeda 30 menit] jadi apal bunyi alarm pertama itu baru warning untuk bangun. Hehehehe....
Ketemu Turis Belanda dengan Tas Dora-nya
Setelah prepare secukupnya, dan tebak perlengkapan siapa yang paling lengkap? Iyaappp, Una....dia sedia jas hujan dan bahkan tas cangklongnya pun berbahan plastik. Perhitungan cuaca di musim hujan juga sudah masuk dalam daftar Idah Cheris sehingga dia bawa payung lho?. 

Dan saya? Nothing....mind set saya ya jalan-jalan biasanya. #Parah banget! Hanya satu yang missed dibawa yaitu lampu sorot alias senter. Padahal acara jelajah di alam bebas kan butuh banget penerangan selama perjalanan masih gelap. Oke, dengan perlengkapan seadanya Show MUST GO ON....jam empat kurang sedikit, kami pun berangkat. Sempat nyasar sedkit sey, tapi sekira setengah jam sampai juga di Desa Sembungan, yang konon kabarnya merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa, yaitu ± 2500 mdpl. Nah, Bukit Sikunir terletak di desa Sembungan.
Sesi 'Ngrumpi' di Sikunir
Memasuki kawasan Bukit Sikunir, ada HTM-nya jika gak lupa per orang sepuluh ribu [sudah include untuk kunjungan ke Kawah Sikidang]. Mobil pun parkir manis di dekat danau cebong yang tak kalah menawanya dan Taraaa...ternyata buanyak yang bertujuan sama ke Sikunir sehingga bisa nunut di belakang mereka yang bawa lampu sorot tuh jadi gak masalah dengan kegelapan sisa malam. Jalur menuju lokasi penampakan view sun rise juga jelas jadi no problem lah untuk urusan alur titiannya. Yang sedikit masalah adalah ngos-ngosan jalan kaki dengan medan menanjak. 

Saya dan Mbak Al sempat break 3 kali, sedangkan Una melaju dengan ilmu meringankan tubuhnya. Dan Idah...maaf, dia berada paling belakangan deh. #dasar gak setia kawan ya? Butuh waktu 30an menit berjalan kaki untuk sampai lokasi sun rise-nya. Setiba di sana sudah padang jingglang dan  beberapa menit kemudian sang mentari pun menampakkan semburatnya dengan cerah ceria. Satu kata yang bisa saya sebutkan: Kereeen.....

Mungkin bagi kebanyakan orang akan bilang kita ini cari susah ya? Jalan kaki dengan medan yang sulit hanya untk lihat matahari terbit “ celoteh Mbak Alaika sambil menikmati panorama si kunir. Tapi kami sepakat, this is the amazing of adventure: sulitnya medan adalah tantangan yang menggairahkan dan keindahannya adalah jika kita bisa melampui aneka kesulitan dalam perjalanan adventure tersebut. Mungkin yang namanya sun rise prosesinya memang sama dimana-mana, tapi sensasi keindahannya akan lebih mentakjubkan lagi manakala kita mendapati munculnya sun rise setelah melalui tantangan alam yang bisa dibilang sulit #sok petualang sejati deh!
Menikmati kehangatan mentari pagi di bukit sikunir
Hampir dua jam kami spending time di Sikunir, menikmati hasil pencapaian pendakian yang lumayan menguras tenaga kami yang waktu berangkat tanpa sarapan. Kebetulan ada yang jualan minuman panas, maka klop-lah menyempurnakan keluarbiasaan berada di Sikunir dengan selingkup udara yang masih dingin. 

Tak lupa berfoto ria penuh semangat dengan aneka gaya pun kami lakukan sampai Camdig saya lowbat #PLAKKK... Pose Una yang bergaya sok Bule Belanda yang lugu, Mbak AL yang jadi kloning patung pancoran, Idah yang khas berekspresi mecucunya, dan saya dengan dengan style anggun ber-slayer eh...selendang ding kayak Kajol tuh. Dan the top scene adalah poto bareng dengan bule kece dari Perancis Hahahhaa.....[yang sudah dipamerin oleh Idah dan Una di reprotase mereka].
Meet Up dengan Turis Bule dari Perancis
Meet Up dengan 5 Turis Bule dari Perancis
Then, jam 9 an kami pun bersiap turun dan lanjut ke Kawah Sikidang, Komplek Candi Arjuna, Museum dan Telaga Warna as the end of journey at Dieng Plateu Demikian reportasi Sikunir dari Mbolang Terlama diperjalanandalam Sejarah[ku]. So, does any one desire to take this trip?
Pict by Idah: Penampakan Danau Cebong [di dekat parkiran mobil] 






Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

53 comments:

  1. Waaaah Dieng. Padahal pas tahun baru, saya juga ke sana, eh tapi saya naik gunung deng. Gunung Sumbing. Destinasi utama juga sama, terminal Wonosobo. Hehehehe.

    Gak ada mas Stumon yah? Yaaaaahhh. :(

    Anyway, selamat atas penjelajahannya ya Mbak! :) :shakehand:

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Ayu: meeting point terminal wonosobo klo destination utama ya ttp dieng

      @Sm:gak diajak apa kabuuur?

      Delete
    2. @SM dan @RK silahkan beradu argument yang penting jangan berkelahi ya,
      perjalanan ini memang sangat luarbiasa...walau bagi orang lain ini adalah hal yang sia-sia belaka,
      ha ha padahal mereka belum pernah merasakan menderita kepuasan saat apa yang diinginkan tercapai, meskipun harus babak belur menjelajah ke bukit sikunir....dan saat mentari mulai tersipu malu muncul menyapa pagi...dan kita hanya bisa berteriak serentak....subhanallah, masyaALLAH....sungguh reportase mengejar sunrise yang luarbiasa :)

      Delete
    3. Stumon ga diajak? Huuuuu... justru dia yang bikin rencana awal gagal toh? Ga jadi kemping! Huuuu.....

      Delete
    4. huuuhuuuu...buat mas stumon!

      Delete
    5. whaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
      aq nggak pengen

      Delete
  2. aku protes gak diajak.hahahaha :P

    ReplyDelete
  3. Enak ajah setengah jam lebih dulu
    1 setengah jam lebih kale
    Aku gak bawa jas hujan dan tasku bukan plastik, fiksi abis :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1,5 jam klo dhitung dr kluar homestay sist. Klo dr parkir mobil kan gk sampai sejam utk hitungan langkahki itu maksudnya.

      Tasnya mmg bulan plastik tp kena hujan bs cethar membahana tuh. Oia,gk bw jas hujan ya? Taip kan teuteup isi back packermu yg komplit kannnnn?

      Delete
    2. Dasar ra nyambung...

      Yoi dong. Ada yang pinjem tas ae tak silihi :P

      Delete
    3. Hahah. .
      Ada Bule Doraaaa. . . hahahahahahahahahahah #tertawa puas. :P

      Entah aku break beberapa kali, yang jelas sikilku pegel, senut2 kayak mau pingsan, Mba. :D

      Delete
    4. iya tuh, ada bule belanda pinjam tas-nya Dora

      #DORA adussss

      Delete
  4. koq nggak mampir ke Baturaden mbak? kan deket dari dieng?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo jalan kaki mungkin lumayan, 3 hari. wkwkwk..

      Delete
    2. kaalau saya bisa 3 minggu tuh jalan kaki ke BAturaden pak

      Delete
  5. wah ternyata habis dari dieng, kalau dari tempatku paling sekitar satu setengah jam dah sampai

    ReplyDelete
    Replies
    1. cobak kala itu kita ngajakin juga ke Dieng, pasti tambah rame ya PAk

      Delete
  6. rute Banyuwangj Jogja kalau lihat peta rasanya lebih singkat ya? Biasanya berapa jam perjalanan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo normal, dr Bwi-jogya 14an jam MBak. ADa bis yg lgsg ke Jogya soale

      Delete
  7. wah enaknya....perlu dicoba nih sob...

    ReplyDelete
    Replies
    1. yukkkk di cobain mbolang yg lama di perjalanan ya

      Delete
  8. wonosobo???dieng,..wah itumah tempat saya dulu atuh mas.saya khan lama disana.bahkan jadi orang gunung sumbing.tapi sekarang nggak lagi.sudah 2 tahun ini saya ga ke wonosobo mas.tapi memang betul daerah sana indah.

    ReplyDelete
  9. ngomongin Dieng jadi pengen ke sana lagi untuk explorasi, karena gak cukup 1 hari ngubek-ubek kawasan Dieng

    ReplyDelete
  10. hmmm bikin ngiri aja baca nya, jd pengen ikuttt....

    ReplyDelete
  11. ada foto sindoro di atas. nyess ngeliatnya. saya benar2 terkesima dengan beberapa foto di atas. saya belum baca tuntas tulisan di atas, INsya Allah nanti siang pas nganter istri ke pasar deh bacanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. cie cieee...pak Zach yg punya kenangan indah di sindoro.

      Delete
  12. Wah Sahabat Bloggerku bisa koptar. Kenapa saya tidak diajak ??
    Hadeuh..bikin iri saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. lha pas kan masih heboh mbantuin pindahan kontrakan temannya tuh..#ngawur

      Delete
  13. Paling sebel kali BW dapet postingan jalan jalan......hughhhhh
    Aku pengen tapi gak bisa, gak pernah, gak sempet, gak gak gak aaargghhhh

    ReplyDelete
  14. wah asyik banget tuch sob mbolangnya..."asem nggak ngajak-ngajak... aku di tinggal rek.wkwkwkwkw

    ReplyDelete
  15. lihat postingan jalan-jalan dari td di blog sana sini, jadi ngiler mau ikutan juga, tp apa daya ATM pun tak sampai, jadi harus bersabar menunggu ATM Stabil :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ehhehehee....kalau saya mah, paket hemat klo mbolang kok

      Delete
  16. waaah diposting juga perjalanan ini.. bisa baca versi satu lagi... hahahaha

    ReplyDelete
  17. Seru bener gue ngebayanginnye ..
    Laen kali persiapin lbh detail perlengkapannya mbak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. lain kali, ya teutep mbolang minimalis deh...seru tuh kalau minimalis

      Delete
  18. asyikkk kapan2 kesana sama istri ah :D Jawa Tengah emg kerennn :D

    ReplyDelete
  19. Sunrise di Dieng memang indah dengan udara pagi yang fresh. Saya berkesempatan ke sana pertengahan tahun 2012 lalu. Foto sunrise waktu itu pun masih saya pajang sebagai foto latar belakang blog di http://rangsimpati.wordpress.com

    ReplyDelete
  20. Masih jauh dari hayalan utk ke sana.tp dr postingannya sdh kebayang

    ReplyDelete
  21. wah.. seru tuh kayanya... mantap.... kapan-kapan ajak ya.. hehehe

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.