Waktu [dan] Padi Menguning

Tahun demi tahun berlalu, purnama datang dan pergi pada titian garis edar mengantar hitungan bulan. Hari-hari yang merangkumkan dalam bingkai minggu pergi melaju, sehingga jam dan detik mengesahkan tiap nadi berdetak teratur

merentakan segenap organ kehidupan.
Prolognya kok jadi alay begini ya?


P

adahal  Bismilllahirrahmaanirrahiim hanya ingin membuat postingan sesaat setelah melihat hamparan sawah yang menawarkan pemandangan padi sedang menguning. Sebenarnya bukan pemandangan baru, toh saya lahir dan di besarkan dari lingkungan/keluarga petani. Demikian juga saat saya menjejak lingkungan kerja, lokasinya tempat kerja juga terhitung di daerah pinggiran. Apalagi lokasi kantor yang sekarang, mewah ~ mepet sawah~ asli. Setiap kali memandang keluar melewati bingkai kaca langsung bisa menikmati hamparan sawah. Kadang kalau melihat padi menguning, selintas pikiran hinggap “ perasaan baru kemarin (baca: belum lama) melihat sapi yang ditarik si pemilik untuk membajak sawah kemudian esoknya ditanami ~ tandur wineh ~ ternyata sudah mau di panen (lagi)? Hemm, time fly so fast or it just my feeling

Iya tentu saja hanya perasaan saya karena tidak ikut terlibat dalam proses bertanam padi hingga masa panen tiba. Bagi sang petani rentang waktu tersebut tentulah relative lama. Penyiapan lahan untuk siap digarap, benih untuk ditanam, memupuknya dengan harga pupuk yang tidak murah, merawatnya dari persaingan gulma dan rumput, serta serangan hama-hama lainnya, yang semua itu membutuhkan perjuangan dan pengeluaran uang/tenaga yang tidak sedikit. Dimana dalam kurun waktu sampai bisa panen, masih ada kebutuhan hidup keluarga yang harus di penuhi. Jadi tidak heran ada suatu daerah yang warga laki-laki produktifnya pergi ke kota setelah musim tanam untuk menjadi buruh/kuli dan baru pulang lagi ke desanya saat panen menjelang. 
Sungguh masa penantian yang penuh perjuangan dan diwarnai harap-harap cemas kalau panen gagal semisal padi yang roboh oleh hujan deras mengguyur atau serangan hama wereng yang mendadak bisa melibas padi yang siap panen dalam sekejap. Jika hal ini terjadi, hasil panen bisa berada pada titik BEP ~ Break event point ~ saja sesuatu yang langka dan yang sering diterima oleh petani adalah modal tidak balik (tanpa menghitung jumlah tenaga sendiri dan waktu yang digunakan). Dan bahkan ketika panen bisa di jemput yang biasa disebut dengan panen raya, masih saja ada kenyataan pahit yang harus di telan dengan ikhlas yakni harga jual jatuh !

Jadi kalau hendak diperbandingkan dengan kehidupan nelayan, sebenarnya peluang kesejahteraan nelayan HARUSnya lebih  baik dari petani karena luas lahan (lautan) yang sedemikian luas (dibatasi ZEE) untuk melaut, setiap hari bisa berangkat mencari ikan, tidak tergantung musim hujan dan tidak terganggu oleh musim kemarau. Break time ’nya adalah jika bulan purnama dan atau cuaca yang kurang cooperative yang bisa dimanfaatkan untuk maintenance jala/jaring, kapal/perahu dan tool menangkap lainnya. Jika saya bilang seperti ini karena saya tahu bagaimana dinamika kehidupan petani dan seperti apa harusnya peluang masyarakat nelayan. 

Tapi semua kembali pada hukum sawang sinawang, karena secara actual dalam hal ini (untuk kehidupan dunia nelayan), saya menuliskan berdasarkan apa yang saya lihat dan teori di atas kertas yang saya baca. Dan sebelum (saya) semakin jauh sok tau’nya tentang nelayan dan lautan, kembali Padi yang menguning dan waktu, seakan memberi saya sebuah buku terbuka untuk dibaca.

Kembali teringat sebuah peribahasa yang sangat akrab diajarkan saat sekolah: Seperti padi yang semakin bertambah umur (menguning) akan semakin merunduk ~maaf lupa susunan persisnya kalimat peribahasa tersebut ~ dan dengan mengambil analog/filosofi padi menguning yang merunduk, MAKA semestinya saya (kita) bisa belajar untuk berpikir dahulu sebelum mengeluh, bahwa ketika sedang bersedih dan dalam situasi yang kurang baik tetap harus bisa bersyukur karena masih di beri kehidupan. Sebelum nggrundhel kehujanan waktu naik motor, mestinya ingat akan orang (jaman dulu) yang menempuh jarak ribuan KM dengan berjalan kaki. Saat  hendak merasa nelongso tidak semapan orang lain, bahwasanya di luar sana banyak orang terpaksa harus jadi peminta-minta hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. 

Manakala hendak mengeluhkan pekerjaan kita, seyogyanya merenungkan dulu bahwa sekian ribu saudara-saudara kita masih menjadi tenaga kerja pasif. Jika hendak mengeluhkan pasangan, semoga bisa ingat di luar sana masih banyak yang belum dipertemukan dengan jodohnya. Kalau kesabaran hendak running out oleh ulah sang buah hati, hendaknya ingat banyak pasangan yang kesulitan mendapatkan keturunan. Tentunya masih banyak hal ‘menunduk’ lainnya ~ down to the earth ~ akan menjadi energizer/bahan bakar yang bisa menyalakan lentera kebersyukuran terhadap apapun yang kita miliki saat ini. 

Dan silih berganti panen padi dari sawah yang ada di sebelah kantor ~ saya amati dalam setahun bisa panen 3 kali karena irigasinya lancar~ setiap kali melihat tanaman padi yang menguning, selalu menghadirkan rasa takjub: (I feel) the time is running fastly.  Setiap detik adalah sangat berharga, demikian yang sering kita dengar. Jika mau tahu apa arti pentingnya waktu semusim, tanyalah pada petani. Jika ingin tahu betapa pentingnya waktu sebulan, tanyalah pada ibu hamil. Jika ingin tahu arti pentingya waktu sehari, silahkan ngobrol dengan pekerja yang dibayar secara harian (borongan), kalau ingin tahu artinya waktu 1 jam silahkan ikut menunggu di depan ruang operasi

Kalau mau tahu bagimana bermaknanya hitungan menit, datanglah mepet saat akan naik pesawat atau Kereta Api. Dan jika ingin tahu bagaimana pentingya waktu dalam hitungan detik, maka 'nikmatilah' saat berada di traffic light  demikian concern memperhatikan display angka (yang menunjukkan jumlah detik) agar segera light On green (jika tersedia timer), atau betapa confidential sedetik bagi seseorang yang terlepas dari bahaya maut kecelakaan dalam jeda detik? Dan betapa pentingnya (menentukannya) arti milidetik bagi seorang atlit marathon untuk mendapatkan medali………


Grafik Waktu, rentang masa lampua, kini dan nanti

Adalah sebuah anak panah yang dilepas oleh sang ILLAHI
Dan tak mungkin kembali mengulang kesilaman masa

Ririe Khayan

Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com

120 comments:

  1. artikelnya bagus , iya setahun 3 kali sangar berarti ng pak tani tuk mendapat hasil jerih payah mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagi petani bisa panen 3 kali dlam setaon memang sebuah anugerah..dan tidak semua daerah bisa panen sampai 3 kali

      Delete
  2. Subhanallah..swahnya bagus bangeettt :D

    yukk akh.. gunain waktu sebaik mungkin ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang pandangan mata kita merasa 'biasa' saat view tersebut setiap hari kita lihat....semoga bisa jadi 'refreshing' saat melihat sekitar kita..

      Delete
  3. jadi kangen kampung halaman.. :)

    ReplyDelete
  4. Pergi ke sawah wah.. setiap liburan sekolah atau kuliah pasti disuruh turun ke sawah. Capek gila jd petani itu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngerrti bangetss..gimana rasanya bersawah ladang..dari kecil sampai kuliah ..bekerja di sawah adalah hal utama.
      dan bahkan sudah bekerja masih sesekali ikut nyemplung ke sawah kala mudik...

      Bagi anak-anak sekarang (kota)..ke sawah adalah kegiatan out bound..tapi bagi saya dan keluarga, ke sawah adalah untuk bekerja..

      Delete
  5. Mbak ini didaerah mana? bagus banget pemandangan sawahnya...kalo anak2ku lihat sawah girang kali yachh....(ya iyalah emaknya aja girang, apalagi anaknya hihiih...)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau yg saya capture itu lokasi sawah di dekat tempat saya kerja Mbak..daerah BAnyuwangi.

      Kalau bagi saya tempoe doeloe...ke sawah sampai berasa gimana gitu. Lha hampir tiap hari ke sawah je,hehehe...

      Delete
  6. Kesimpulannya, hargailah waktumu, jangan menyiakan-nyiakannya walau hanya sedetik sekalipun. Menit ini kita menunda tugas, padahal kalau langsung kita kerjakan, akan ada tugas lain yang bisa kita selesaikan.
    Nice share, Mbak Rin! Melihat bentangan sawah bisa menjadi tulisan yang subhanallah begini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju bangets..tapi saya pribadi kadang masih belum bisa straight untuk disiplin waktu lho? #pengakuan

      Saya suka menikmati pemandangan alam bebas..feel so amazing

      Delete
    2. Aku komen kayak gitu sebenarnya aku juga belum bisa menghargai waktu, Mbak. Huihihihi
      Yok, kita tosss :)

      Delete
  7. kalau aku memandang'a sih sederhana aja mba,mau dilaut atau pun darat yang penting itu dekat sama Tuhan mba supaya rejeki yang dihasilkan berlimpah & barokah
    jadi kagak ada hukum mana pun yg bisa menentukan mana yang lebih baik rejeki'a

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salut untuk prinsipnya yang 'dewasa dan bijak' banget.

      Dan namanya saya lagi 'memandang' Pak..sisi manusia pun jadi ikutan deh bicara dan beginilah jadinya terselip sawang sinawang tadi

      Delete
  8. amazing...betapa waktu sangat berharga bagi orang yang benar benar menghargai waktunya dengan hal2 yang sangat bermanfaat tapi kadang masih banyak dari kita membuang percuma waktu yang kita miliki..nice post.

    ReplyDelete
    Replies
    1. SEjatinya tulisan ini lebih saya tujukan untuk diri saya pribadi...Alhamdulillah jika bisa menjadi wacana positif bagi yang berkenan singgah di sini..Terima kasih untuk kunjungannya:)

      Delete
  9. salam kenal mbak..
    tadi bw ketempat mbak lidya, terus nemu ada update terbaru dari Kidung kinanthi..langsung penasaran..soalnya anakku namanya Kinanthi hehehe....
    wah kelihatan sejuk yah pemandangan sawahnya..jadi kangen kampung halaman neh mbak..:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga Buat Mbak dan si kecil Kinanthi ya?
      kebetulan saya memang suka dengan nama KInanthi dan bagi saya 'kinanthi' juga mempunyai makna tersendiri...

      Terima kasih sudah mampir ke sini ya Mbak, I'll visit back sooner:)

      Delete
  10. Hmmm... gambarnya bagus (lho? kok malah komentari itu?)
    Soal waktu, aduh kayaknya benar-benar rugi kalau tidak dimanfaatkan. Terserah mau dimanfaatkan di sawah atau di laut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hemmm.....gambarnya memang bagus #ya iyalah, menghargai koleksi foto pribadi

      mari manfaatkan waktu, di sawah, laut, darat, udara....hehehe

      Delete
  11. Orang orangannya bagus lho :p
    Waha kebetulan banget aku lagi sinau pertanian ufufufu

    ReplyDelete
    Replies
    1. weiiii..jangan salah, itu produk Indonesia asli dan limited edition lhoh?

      Delete
  12. Saya termasuk beruntung karena dari kecil sampai ditempat tinggal yg sekarang masih dekat dengan sawah, slalu melewati sawah.
    Dan aroma sawah emang beda dengan laut.
    Menurut saya, bau sawah itu mirip beras, enak & segar.
    Kalau aroma laut apalagi yang padat nelayan, selain amis juga bau sampah.
    Dan...
    Petani atau nelayan emang sawang sinawang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan saya termasuk salah satu yang 'menikmati' lika-liku' kehidupan di sawah...

      Dan benar banget aroma sawah lebih khas Pak. Saya juga pernah tahu bagaimana aroma laut dan tempat pendaratan ikan spt apa, pernah tinggal dekat pantai juga. Dulu lokasi kantor hanya beberapa meter dari bibir pantai..

      Delete
  13. Kebahagiaan kita adalah saat ini, syukuri dan jangan sia2kan.

    Jadi inget rumah di kampung mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahh...yang anak rantau, harus dunk selalu inget rumah:)

      Delete
  14. masih ada kuq di Sidoarjo mbak rie sawah cuma ndak banyak, cukup lah buat liat2 ijo yang seger :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. WEiii...coba kalau lumpur lapindo dah bisa brenti..bisa nambah ya lahan persawahannya..

      Delete
  15. enaknya punya kantor dekat sawah ya Rie.... bisa belajar dari sang padi, yang semakin berisi semakin merunduk.... mata pasti akan teduh saat mulai penat menatap layar monitor, mata pasti akan rileks saat dialihkan ke padi yang menghijau atau sedang menguning bak permadani.... hm... indah nian... (jadi ingat masa-masa kecil di kampung dulu..... ikutan menjaga padi yang terhampar indah, agar tidak diserbu burung pipit yang kelaparan...)...

    nice artikel Rie... renungan yang sangat bijak, thanks for share.... lama ga chat ya say? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, kalau lagi jutek suka menikmati pemandangan di seberang kantor. Kadang sambil motret-motret juga..hehehe #dasar
      Kalau di desa saya, gak ada serbuan burung pipit tapi tikus tuh..

      Oia, kalau malam sering conference Chat lho? Mbak AL jarang OL deh

      Delete
  16. Salam kenal. Judul Waktu padi menguning mengingatkan ketika masa SMP, tinggal dengan nenek yang memiliki sawah dan ketika panen saya ikut membantu membawa padi dari sawah ke rumah dengan becak. Masa indah yang dirindukan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pernah nyobain ikutan naik di atas pick up terbuka? duduk di atas tumpukan gabah yang di angkut? seeruuuuu banget deh..trs main dalam tumpukan jerami...

      Oia, slaam kenal juga. Terima kasih sudah singgah di sini. I'll visit back:)

      Delete
  17. Tapi jika ingin merasakan waktu yg sangat panjang, hubungi stupid monkey, waktunya panjaaaaang sekali, hehehe #ngawur wew :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. percaya deh kalau merasakan waktunya lamaaa, lha naik gunung kalau gak lama waktunya kan gak bisa sampai puncak tho?

      Delete
    2. yoiiii Mas Mon...Bro..key..stu...

      Delete
    3. selamat ya, yg ini masuk vlog, semangat :p

      Delete
    4. yups...serunya kalau bisa lolos moderasi jd ikutan nampang di vivanews. Setelah ini mau ta submit yg check up pranikah..

      Delete
  18. bagus mba tulisannya. :) jadi inget sawah2 nun jauh di sana.

    terimakasih sudah mampir di blog saya.
    salam kenal mb :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tinggalnya di metropolis ya?
      Terima kasih juga sudah berkujung ke sini, salam kenal juga ya?

      Delete
  19. Sawang sinawang, sebuah konsep yang indah jika kita memahaminya, karena dimanapun kita hidup dan berada pasti memiliki masalah dan keberuntungan yang berbeda-beda. Dan sangat beruntung orang-orang yang mampu menempatkan dirinya sesuai dengan waktu yang dimilikinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sawang sinawang...bisa jd konsep dasar utk menghargai orang lain secara obyektif karena pada dasarnya kita tidak pernah benar2 tahu bagaimana realitas hiudp orang di luar diir kita..

      Delete
  20. Ditempat saya gak ada sawah.. (T^T
    Adanya kebon terus hutan.. (T^T
    Jadi kangen Bandung (T^T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah seru juga tuh perkebunan dan hutan...tempat saya jauh dari lokasi perkebunan/hutan lho?

      Delete
  21. wah bisa panen padi kita ni... :)

    ReplyDelete
  22. Replies
    1. belum ada Tab khusus utk naruh link sobat blogger neh...next time smeoga segera bisa bikin TAbnya Mas

      Delete
  23. indah sekali hamparan sawahnya mbak,...
    oia,tentang waktu...yang jelas waktu itu takkan kembali jadi pergunakan sebaik mungkin walau itu sedetik^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang yang di sawah juga look so beautiful lhoh? #narsis!

      Delete
  24. Wah hamparan padinya asri banget... suka... >.<
    dimana itu sih mbak?
    aku suka closing nya dimana kita wajib mensyukuri apa yang kita peroleh.. :) nice post n nice picture :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Foto 1: saya ambil di daerah Bekasi.
      Foto 2&3: lokasi sebelah kantor (Banyuwangi)

      Lho? Openingnya gimana? #just kidding

      Terima kasih ya..

      Delete
    2. Wah di bekasi? walah aku orang bekasi kok ya malah ga pernah liat tempat bagus kayak gitu *tepok jidat...
      haha openingnya oke kok. kan biasanya yg membekas di hati para penonton dan pemirsa sekalian *halah
      biasanya closing yang memukau :)

      Delete
    3. Nah bahkan saya juga belum pernah bikin postingan yg ada fotonya view di Lamongan lho? #makin parah

      heiii..maaf, ada kekeliruan redaksional sedikit (fatal sih). Foto 1 saya ngambilnya di Jalan Setu (jakarta Timur)...#Dasar pikun

      Delete
  25. terkadang bagi kebanyakan orang tak sempat memikirkan waktu, padahal waktu selalu memikirkan mereka

    syukron anti :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. padahal waktu tak pernah menunggu kita...kita yang mestinya mengikuti lajunya sang waktu

      Delete
  26. BISNIS DAHSYAT BARBIE MUSLIMAH.
    Berkah..!
    Hasil melimpah..!
    BISNIS KREATIF,TERBARU,PEMASARAN BONEKA BARBIE MUSLIMAH.
    085797262142
    BERKAH DARI BARBIE MUSLIMAH

    ReplyDelete
  27. wah seger sekali ya klo liat pemandangan kek gini tiap hari. Jd pengen punya kantor 'mewah' nih.. aku ngiriiii.. huhuuu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. weii...yuk bikin kantor 'meawh' mbak...kalau saya pengen banget jelajah hutan...hehehe

      Delete
  28. Persawahan dimana tuh Kak, indah banget, semua pekerjaan itu akan nikmat jika saling sawang sinawang, dan sangat beruntunglah orang² yang bisa menggunkan waktunya dengan tepat,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. sEPERTI saya tuliskan jawaban utk mas Ivan sebelumnya, foto-foto yang saya pasang di postingan ini adalah:
      Foto 1: DI Jakarta Timur (tepatnya daerah Setu)
      Foto 2&3: dr sawah sebelah kantor (banyuwangi), di ambil 2 hari lalu

      Delete
  29. Saleum,
    betapa indahnya alam pedesaan, dengan sawah yang membentang menghijau bagai hamparan permadani. Aku selalu rindu kampung karena suasana dan hawanya yang alami dan sehat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kerinduan akan kampung halaman akan membuat ikatan bathin utk tetap mau pulang tentunya...

      Delete
  30. Senang ya Mbak bisa kerja ditempat mewah, hehe...

    Semoga kita bisa mengikuti filosofi padi, makin berisi makin merunduk ya Mbak :)

    Padi 'cepat' sekali menguning, memang waktu cepat sekali berganti ya Mbak, kadang aku tak sadar, padahal tak bisa kuhentikan putaran waktu tersebu.

    Itu foto dipinggir sawah, mantap ueyy...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, makin bertambah umur serasa waktu makin cepat berlalu..dulu rasanya sehari tuh kok bisa lama banget. melakukan banyak aktifitas tanpa merasa waktu yg cepat sore. Kalau sekarang, cepat banget petang datang menjelang...

      Hehehe..yg mantap modelnya kan? #sok imut

      Delete
  31. wah seger sekali ya klo liat pemandangan kek gini tiap hari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. seger banget..apalagi jika pagi hari (malamnya hujan)...hemmm...so fresh

      Delete
  32. Artikel yang menarik, lengkap dan tuturan bahasanya apik... jadi inget mama di bandung, rumah nya dekat dengan sawah seperti ini, sayangnya sekarang nampak jarang panen itu sawah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau mudik, saya juga jarang ke sawah lagi Mbak..jd klo di kantor ya menikmati pemandangan sawah..

      Delete
  33. wah suka kata2nya mengenai waktu...^^

    ReplyDelete
  34. Artikelnya luas, kemana mana. Hbt euy TS nya. Dri hanya sawah yg mau panen, ke kantor, blm k ekonomi ptani, trus nyambung ke perikanan sampe kalimat bijak tentang waktu. Hbt, jd bingung mau koment apa. Yaud dah, pling tidak sudah berkunjung dan menikmati gambr 'orang orangan sawah'

    ReplyDelete
    Replies
    1. saluuuttt...bisa meresume point2nya. hehe...Ssssttt, aslinya sih tulisan ini ngglambyar biar tulisannya bnyk. #rahasia

      Delete
  35. paling suka jalan2 dipinggiran kota menikmati senja di pinggir sawah :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. jd ingat lagunya Deny Malik " Jalan-jalan sore'...hehehe

      Delete
  36. huahahahaha mbak rieee~
    itu orang-orangan sawahnya cantik sekali =P
    jadi pengen lari-lari ke arahnya ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. weiii...mau ikutan jadi orang di sawah ya? Yukkk ta tungguin neh

      Delete
  37. dulu dibelakang rumahku masih bisa liat padi menguning sambil manjat pohon jambu. Sekarang da ganti area pabrik dan rumah2 baru.

    Duh...tulisannya tentang padi dan waktu begitu menyentuh. Betapa pentingnya bersyukur ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau di desa saya..sawah ortu lumayan jauh MBak. Kalu jalan kaki bisa hmpr 30 menit.

      duh..tulisannya ini masih belajar deh Mbak #maluu

      Delete
  38. Alhamdulillah sekarang saya tinggal di dekat sawah dan balong (kolam ikan). Senang sekali tiap pergi dan pulang kerja melewati keindahan alam seperti itu ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duhh, sangat menyenangkan tentunya kalau bisa sering melihat kolam. SAya dulu pernah sesekali mancing di dekat laut..seru banget meski gak dapat ikan..hehehe

      Delete
  39. Artikelnya bagus sekali... suka sekali aku bacanya.
    Seharusnya kita semua memang tak pantas mudah mengeluh, dan memang trik jitu saat kita hendak mengeluh adalah melihat pada kondisi orang lain yg tidak seberuntung kita bukan?

    Ahhh... aku jadi merindukan sawah di kotaku ya? ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehee...yang br landing dari diklat, jd kangen dengan sawah di kampung neh:)

      Delete
  40. Replies
    1. Hehehee..iya neh sawahnya luas banget, sawahnya orang sekampung soale..

      Delete
  41. setuju dengan makna hitungan menit, soalnya suamiku selalu bikin degdegan setiap kali mau naik pesawat karena selalu mau kebelakang pas orang2 sdh mulai naik pesawat

    ReplyDelete
    Replies
    1. WEiii, pasti seru ya MBak..serasa menghadapi ujian deg-degan kalau ketinggalan pesawat...hehehe

      Delete
  42. Heh, ada orang-orangan di sawah tuh.. hihi... ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asli orang-orangan di sawahnya edisi terbatas...gak ada kembarannya lho?

      Delete
  43. belajar dari pak Tani dong nih judulnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belajar dari Pak Tani dan nelayan dan indahnya sawah...hehehe..everything

      Delete
  44. aku diajak jalan2 dong mbak lihat sawah2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klau ke Jawa Timur silahkan singgah ke Lamongan, nanti saya ajak ke sawah Mbak...kalau kuat seharian juga boleh...

      Delete
  45. Tulisannya bagus, Rie.. membuatku merenung.. apa yg sudah aku perbuat dengan seluruh waktuku..?

    thanks for writing this.. :-)

    sawahnya ijooo.. so beautiful... ;-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan ini pun sebenarnya renungan diri pribadi saya Mbak. what I've done for so long time I live ?

      Sawahnya yang ijo hasil jepretan di Jakarta...terkesima juga saya waktu melihat di Jakarta masih ada lahan persawahannya:)

      Delete
  46. @admin,

    Ada award untuk kamu teman,, silahkan ambil ya

    di http://bengkelhumor.blogspot.com/2012/03/fleanding-sites-choice-award.html

    dan cek hadiahnya di http://bengkelhumor.blogspot.com/2012/03/hadiah-fleanding-sites-choice-award.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih untuk awardnya.Segera ke TKP...

      Delete
  47. fotonya cantik cantik, jd pengen pulang kampung :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pulang kampunganya setahun sekali ya Mbak? Yuukk..pulkamp Mbak, hehehe

      Delete
  48. @admin,

    g apa" mbak.

    silahkan anda letakan di mana saja, boleh juga anda forward,itu kan menjadi milik anda,!!

    langsung saja letakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oke...nanti saya pasang HTMLnya. terima kasiih:)

      Delete
  49. Nice Post.... visit me back,, http://duniasains-rizqy.blogspot.com

    ReplyDelete
  50. haduh mb'....

    aku jadi pengen ke sawah :D

    ReplyDelete
  51. ndelok sawah dadi eleng jaman cilikan isih angon wedhus.. Hehehe... Pa kbr sahabat..
    Mantap artikelnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. weiii...memang pernah angon wedhus ya? jangan2 kita pernah angon wedhus bareng dulu ya...hehehe

      Delete
    2. wkwkwk... Sampeyan angon neng tlanak, aku nang dalanan arah sekolah kita. Recognize me?
      Lebaran nanti bawa buku barunya ntar ku ambil ke rumah. Ok. Ntar totalane mburi...

      Delete
  52. yang di foto itu gambar sawah di deket kantornya mbak Ririe ya?
    wah, enak ya punya kantor deket sawah dan sejenisnya, pasti banyak angin berhembus.. Tapi terkadang pasti akan panas juga, soalnya tanamannya cuma padi, sedikit jumlah pohon yang tinggi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, foto yg kedua dan ketiga itu latarnya dekat kantor..Gak panas2 banget kok..kan sawah yg dekat kntor sdh sedikit. Mulai bnyk yg alih fungsi jd hunian

      Delete
  53. TUlisan yang sangat apik mbak. Memang betul, jurus jitu dalam menghadapi ujian kehidupan seperti yang mbak tulis. Selalu mengingat bahwa ada hal yang lebih sulit yang orang lain alami dibanding yang kita alami.

    Analoginya saya suka mbak, tepat .. ^__^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga bisa mengingatkan diri saya pribadi untuk lebih mawas setiap saat...

      Delete
  54. itu padinya dah pada kuning belum dipanen juga ya?

    btw, kalau tanah ditanami padi terus sebenarnya tanah akan rusak loh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 2hari setelah saya narsis foto di sawah itu, padinya sdh d panen..Yang saya tahu sebaiknya sawah/ladang memang ditanamai secara selang-seling untuk menjaga kesuburan tanahnya. Bapak saya maksimal hanya 2kali tanam padi dalam setahun (dengan catatan curah hujan mendukung)

      Delete
  55. wah jadi bisa membayangkan berada di desa, ditengah sawah.....

    ReplyDelete

Leave a comment or just be silent reader, still thank you so much.
Terima kasih telah singgah di Kidung Kinanthi.
Mohon maaf, atas ketidaknyamanan MODERASI Komentar.

Maaf ya, komentar yang terindikasi SPAM atau mengandung link hidup tidak akan dipublikasikan.

So, be wise and stay friendly.