Tahun demi tahun berlalu, purnama datang dan pergi pada titian garis edar mengantar hitungan bulan. Hari-hari yang merangkumkan dalam bingkai minggu pergi melaju, sehingga jam dan detik mengesahkan tiap nadi berdetak teratur
merentakan segenap organ kehidupan.
P
|
adahal Bismilllahirrahmaanirrahiim hanya ingin membuat postingan sesaat setelah melihat hamparan sawah yang menawarkan pemandangan padi sedang menguning. Sebenarnya bukan pemandangan baru, toh saya lahir dan di besarkan dari lingkungan/keluarga petani. Demikian juga saat saya menjejak lingkungan kerja, lokasinya tempat kerja juga terhitung di daerah pinggiran. Apalagi lokasi kantor yang sekarang, mewah ~ mepet sawah~ asli. Setiap kali memandang keluar melewati bingkai kaca langsung bisa menikmati hamparan sawah. Kadang kalau melihat padi menguning, selintas pikiran hinggap “ perasaan baru kemarin (baca: belum lama) melihat sapi yang ditarik si pemilik untuk membajak sawah kemudian esoknya ditanami ~ tandur wineh ~ ternyata sudah mau di panen (lagi)? Hemm, time fly so fast or it just my feeling?
Iya tentu saja hanya perasaan saya karena tidak ikut terlibat dalam proses bertanam padi hingga masa panen tiba. Bagi sang petani rentang waktu tersebut tentulah relative lama. Penyiapan lahan untuk siap digarap, benih untuk ditanam, memupuknya dengan harga pupuk yang tidak murah, merawatnya dari persaingan gulma dan rumput, serta serangan hama-hama lainnya, yang semua itu membutuhkan perjuangan dan pengeluaran uang/tenaga yang tidak sedikit. Dimana dalam kurun waktu sampai bisa panen, masih ada kebutuhan hidup keluarga yang harus di penuhi. Jadi tidak heran ada suatu daerah yang warga laki-laki produktifnya pergi ke kota setelah musim tanam untuk menjadi buruh/kuli dan baru pulang lagi ke desanya saat panen menjelang.
Sungguh masa penantian yang penuh perjuangan dan diwarnai harap-harap cemas kalau panen gagal semisal padi yang roboh oleh hujan deras mengguyur atau serangan hama wereng yang mendadak bisa melibas padi yang siap panen dalam sekejap. Jika hal ini terjadi, hasil panen bisa berada pada titik BEP ~ Break event point ~ saja sesuatu yang langka dan yang sering diterima oleh petani adalah modal tidak balik (tanpa menghitung jumlah tenaga sendiri dan waktu yang digunakan). Dan bahkan ketika panen bisa di jemput yang biasa disebut dengan panen raya, masih saja ada kenyataan pahit yang harus di telan dengan ikhlas yakni harga jual jatuh !
Sungguh masa penantian yang penuh perjuangan dan diwarnai harap-harap cemas kalau panen gagal semisal padi yang roboh oleh hujan deras mengguyur atau serangan hama wereng yang mendadak bisa melibas padi yang siap panen dalam sekejap. Jika hal ini terjadi, hasil panen bisa berada pada titik BEP ~ Break event point ~ saja sesuatu yang langka dan yang sering diterima oleh petani adalah modal tidak balik (tanpa menghitung jumlah tenaga sendiri dan waktu yang digunakan). Dan bahkan ketika panen bisa di jemput yang biasa disebut dengan panen raya, masih saja ada kenyataan pahit yang harus di telan dengan ikhlas yakni harga jual jatuh !
Jadi kalau hendak diperbandingkan dengan kehidupan nelayan, sebenarnya peluang kesejahteraan nelayan HARUSnya lebih baik dari petani karena luas lahan (lautan) yang sedemikian luas (dibatasi ZEE) untuk melaut, setiap hari bisa berangkat mencari ikan, tidak tergantung musim hujan dan tidak terganggu oleh musim kemarau. Break time ’nya adalah jika bulan purnama dan atau cuaca yang kurang cooperative yang bisa dimanfaatkan untuk maintenance jala/jaring, kapal/perahu dan tool menangkap lainnya. Jika saya bilang seperti ini karena saya tahu bagaimana dinamika kehidupan petani dan seperti apa harusnya peluang masyarakat nelayan.
Tapi semua kembali pada hukum sawang sinawang, karena secara actual dalam hal ini (untuk kehidupan dunia nelayan), saya menuliskan berdasarkan apa yang saya lihat dan teori di atas kertas yang saya baca. Dan sebelum (saya) semakin jauh sok tau’nya tentang nelayan dan lautan, kembali Padi yang menguning dan waktu, seakan memberi saya sebuah buku terbuka untuk dibaca.
Kembali teringat sebuah peribahasa yang sangat akrab diajarkan saat sekolah: Seperti padi yang semakin bertambah umur (menguning) akan semakin merunduk ~maaf lupa susunan persisnya kalimat peribahasa tersebut ~ dan dengan mengambil analog/filosofi padi menguning yang merunduk, MAKA semestinya saya (kita) bisa belajar untuk berpikir dahulu sebelum mengeluh, bahwa ketika sedang bersedih dan dalam situasi yang kurang baik tetap harus bisa bersyukur karena masih di beri kehidupan. Sebelum nggrundhel kehujanan waktu naik motor, mestinya ingat akan orang (jaman dulu) yang menempuh jarak ribuan KM dengan berjalan kaki. Saat hendak merasa nelongso tidak semapan orang lain, bahwasanya di luar sana banyak orang terpaksa harus jadi peminta-minta hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.
Manakala hendak mengeluhkan pekerjaan kita, seyogyanya merenungkan dulu bahwa sekian ribu saudara-saudara kita masih menjadi tenaga kerja pasif. Jika hendak mengeluhkan pasangan, semoga bisa ingat di luar sana masih banyak yang belum dipertemukan dengan jodohnya. Kalau kesabaran hendak running out oleh ulah sang buah hati, hendaknya ingat banyak pasangan yang kesulitan mendapatkan keturunan. Tentunya masih banyak hal ‘menunduk’ lainnya ~ down to the earth ~ akan menjadi energizer/bahan bakar yang bisa menyalakan lentera kebersyukuran terhadap apapun yang kita miliki saat ini.
Manakala hendak mengeluhkan pekerjaan kita, seyogyanya merenungkan dulu bahwa sekian ribu saudara-saudara kita masih menjadi tenaga kerja pasif. Jika hendak mengeluhkan pasangan, semoga bisa ingat di luar sana masih banyak yang belum dipertemukan dengan jodohnya. Kalau kesabaran hendak running out oleh ulah sang buah hati, hendaknya ingat banyak pasangan yang kesulitan mendapatkan keturunan. Tentunya masih banyak hal ‘menunduk’ lainnya ~ down to the earth ~ akan menjadi energizer/bahan bakar yang bisa menyalakan lentera kebersyukuran terhadap apapun yang kita miliki saat ini.
Dan silih berganti panen padi dari sawah yang ada di sebelah kantor ~ saya amati dalam setahun bisa panen 3 kali karena irigasinya lancar~ setiap kali melihat tanaman padi yang menguning, selalu menghadirkan rasa takjub: (I feel) the time is running fastly. Setiap detik adalah sangat berharga, demikian yang sering kita dengar. Jika mau tahu apa arti pentingnya waktu semusim, tanyalah pada petani. Jika ingin tahu betapa pentingnya waktu sebulan, tanyalah pada ibu hamil. Jika ingin tahu arti pentingya waktu sehari, silahkan ngobrol dengan pekerja yang dibayar secara harian (borongan), kalau ingin tahu artinya waktu 1 jam silahkan ikut menunggu di depan ruang operasi.
Kalau mau tahu bagimana bermaknanya hitungan menit, datanglah mepet saat akan naik pesawat atau Kereta Api. Dan jika ingin tahu bagaimana pentingya waktu dalam hitungan detik, maka 'nikmatilah' saat berada di traffic light demikian concern memperhatikan display angka (yang menunjukkan jumlah detik) agar segera light On green (jika tersedia timer), atau betapa confidential sedetik bagi seseorang yang terlepas dari bahaya maut kecelakaan dalam jeda detik? Dan betapa pentingnya (menentukannya) arti milidetik bagi seorang atlit marathon untuk mendapatkan medali………
Kalau mau tahu bagimana bermaknanya hitungan menit, datanglah mepet saat akan naik pesawat atau Kereta Api. Dan jika ingin tahu bagaimana pentingya waktu dalam hitungan detik, maka 'nikmatilah' saat berada di traffic light demikian concern memperhatikan display angka (yang menunjukkan jumlah detik) agar segera light On green (jika tersedia timer), atau betapa confidential sedetik bagi seseorang yang terlepas dari bahaya maut kecelakaan dalam jeda detik? Dan betapa pentingnya (menentukannya) arti milidetik bagi seorang atlit marathon untuk mendapatkan medali………
Grafik Waktu, rentang masa lampua, kini dan nanti
Adalah sebuah anak panah yang dilepas oleh sang ILLAHI
Dan tak mungkin kembali mengulang kesilaman masa
artikelnya bagus , iya setahun 3 kali sangar berarti ng pak tani tuk mendapat hasil jerih payah mereka
ReplyDeleteBagi petani bisa panen 3 kali dlam setaon memang sebuah anugerah..dan tidak semua daerah bisa panen sampai 3 kali
DeleteSubhanallah..swahnya bagus bangeettt :D
ReplyDeleteyukk akh.. gunain waktu sebaik mungkin ^_^
Kadang pandangan mata kita merasa 'biasa' saat view tersebut setiap hari kita lihat....semoga bisa jadi 'refreshing' saat melihat sekitar kita..
Deletejadi kangen kampung halaman.. :)
ReplyDeleteHehehe...jd ingat lagunya Ebiet G Ade...
DeletePergi ke sawah wah.. setiap liburan sekolah atau kuliah pasti disuruh turun ke sawah. Capek gila jd petani itu!
ReplyDeleteNgerrti bangetss..gimana rasanya bersawah ladang..dari kecil sampai kuliah ..bekerja di sawah adalah hal utama.
Deletedan bahkan sudah bekerja masih sesekali ikut nyemplung ke sawah kala mudik...
Bagi anak-anak sekarang (kota)..ke sawah adalah kegiatan out bound..tapi bagi saya dan keluarga, ke sawah adalah untuk bekerja..
Mbak ini didaerah mana? bagus banget pemandangan sawahnya...kalo anak2ku lihat sawah girang kali yachh....(ya iyalah emaknya aja girang, apalagi anaknya hihiih...)
ReplyDeleteKalau yg saya capture itu lokasi sawah di dekat tempat saya kerja Mbak..daerah BAnyuwangi.
DeleteKalau bagi saya tempoe doeloe...ke sawah sampai berasa gimana gitu. Lha hampir tiap hari ke sawah je,hehehe...
Kesimpulannya, hargailah waktumu, jangan menyiakan-nyiakannya walau hanya sedetik sekalipun. Menit ini kita menunda tugas, padahal kalau langsung kita kerjakan, akan ada tugas lain yang bisa kita selesaikan.
ReplyDeleteNice share, Mbak Rin! Melihat bentangan sawah bisa menjadi tulisan yang subhanallah begini.
Setuju bangets..tapi saya pribadi kadang masih belum bisa straight untuk disiplin waktu lho? #pengakuan
DeleteSaya suka menikmati pemandangan alam bebas..feel so amazing
Aku komen kayak gitu sebenarnya aku juga belum bisa menghargai waktu, Mbak. Huihihihi
DeleteYok, kita tosss :)
kalau aku memandang'a sih sederhana aja mba,mau dilaut atau pun darat yang penting itu dekat sama Tuhan mba supaya rejeki yang dihasilkan berlimpah & barokah
ReplyDeletejadi kagak ada hukum mana pun yg bisa menentukan mana yang lebih baik rejeki'a
Salut untuk prinsipnya yang 'dewasa dan bijak' banget.
DeleteDan namanya saya lagi 'memandang' Pak..sisi manusia pun jadi ikutan deh bicara dan beginilah jadinya terselip sawang sinawang tadi
amazing...betapa waktu sangat berharga bagi orang yang benar benar menghargai waktunya dengan hal2 yang sangat bermanfaat tapi kadang masih banyak dari kita membuang percuma waktu yang kita miliki..nice post.
ReplyDeleteSEjatinya tulisan ini lebih saya tujukan untuk diri saya pribadi...Alhamdulillah jika bisa menjadi wacana positif bagi yang berkenan singgah di sini..Terima kasih untuk kunjungannya:)
Deletesalam kenal mbak..
ReplyDeletetadi bw ketempat mbak lidya, terus nemu ada update terbaru dari Kidung kinanthi..langsung penasaran..soalnya anakku namanya Kinanthi hehehe....
wah kelihatan sejuk yah pemandangan sawahnya..jadi kangen kampung halaman neh mbak..:)
Salam kenal juga Buat Mbak dan si kecil Kinanthi ya?
Deletekebetulan saya memang suka dengan nama KInanthi dan bagi saya 'kinanthi' juga mempunyai makna tersendiri...
Terima kasih sudah mampir ke sini ya Mbak, I'll visit back sooner:)
Hmmm... gambarnya bagus (lho? kok malah komentari itu?)
ReplyDeleteSoal waktu, aduh kayaknya benar-benar rugi kalau tidak dimanfaatkan. Terserah mau dimanfaatkan di sawah atau di laut.
Hemmm.....gambarnya memang bagus #ya iyalah, menghargai koleksi foto pribadi
Deletemari manfaatkan waktu, di sawah, laut, darat, udara....hehehe
Orang orangannya bagus lho :p
ReplyDeleteWaha kebetulan banget aku lagi sinau pertanian ufufufu
weiiii..jangan salah, itu produk Indonesia asli dan limited edition lhoh?
DeleteSaya termasuk beruntung karena dari kecil sampai ditempat tinggal yg sekarang masih dekat dengan sawah, slalu melewati sawah.
ReplyDeleteDan aroma sawah emang beda dengan laut.
Menurut saya, bau sawah itu mirip beras, enak & segar.
Kalau aroma laut apalagi yang padat nelayan, selain amis juga bau sampah.
Dan...
Petani atau nelayan emang sawang sinawang
Dan saya termasuk salah satu yang 'menikmati' lika-liku' kehidupan di sawah...
DeleteDan benar banget aroma sawah lebih khas Pak. Saya juga pernah tahu bagaimana aroma laut dan tempat pendaratan ikan spt apa, pernah tinggal dekat pantai juga. Dulu lokasi kantor hanya beberapa meter dari bibir pantai..
Kebahagiaan kita adalah saat ini, syukuri dan jangan sia2kan.
ReplyDeleteJadi inget rumah di kampung mbak :)
wahh...yang anak rantau, harus dunk selalu inget rumah:)
Deletemasih ada kuq di Sidoarjo mbak rie sawah cuma ndak banyak, cukup lah buat liat2 ijo yang seger :D
ReplyDeleteWEiii...coba kalau lumpur lapindo dah bisa brenti..bisa nambah ya lahan persawahannya..
Deleteenaknya punya kantor dekat sawah ya Rie.... bisa belajar dari sang padi, yang semakin berisi semakin merunduk.... mata pasti akan teduh saat mulai penat menatap layar monitor, mata pasti akan rileks saat dialihkan ke padi yang menghijau atau sedang menguning bak permadani.... hm... indah nian... (jadi ingat masa-masa kecil di kampung dulu..... ikutan menjaga padi yang terhampar indah, agar tidak diserbu burung pipit yang kelaparan...)...
ReplyDeletenice artikel Rie... renungan yang sangat bijak, thanks for share.... lama ga chat ya say? :)
Iya Mbak, kalau lagi jutek suka menikmati pemandangan di seberang kantor. Kadang sambil motret-motret juga..hehehe #dasar
DeleteKalau di desa saya, gak ada serbuan burung pipit tapi tikus tuh..
Oia, kalau malam sering conference Chat lho? Mbak AL jarang OL deh
Salam kenal. Judul Waktu padi menguning mengingatkan ketika masa SMP, tinggal dengan nenek yang memiliki sawah dan ketika panen saya ikut membantu membawa padi dari sawah ke rumah dengan becak. Masa indah yang dirindukan.
ReplyDeletePernah nyobain ikutan naik di atas pick up terbuka? duduk di atas tumpukan gabah yang di angkut? seeruuuuu banget deh..trs main dalam tumpukan jerami...
DeleteOia, slaam kenal juga. Terima kasih sudah singgah di sini. I'll visit back:)
Tapi jika ingin merasakan waktu yg sangat panjang, hubungi stupid monkey, waktunya panjaaaaang sekali, hehehe #ngawur wew :p
ReplyDeletepercaya deh kalau merasakan waktunya lamaaa, lha naik gunung kalau gak lama waktunya kan gak bisa sampai puncak tho?
Deletebetul mba broww :p
Deleteyoiiii Mas Mon...Bro..key..stu...
Deleteselamat ya, yg ini masuk vlog, semangat :p
Deleteyups...serunya kalau bisa lolos moderasi jd ikutan nampang di vivanews. Setelah ini mau ta submit yg check up pranikah..
Deletebagus mba tulisannya. :) jadi inget sawah2 nun jauh di sana.
ReplyDeleteterimakasih sudah mampir di blog saya.
salam kenal mb :)
Tinggalnya di metropolis ya?
DeleteTerima kasih juga sudah berkujung ke sini, salam kenal juga ya?
Ditempat saya gak ada sawah.. (T^T
ReplyDeleteAdanya kebon terus hutan.. (T^T
Jadi kangen Bandung (T^T
Wah seru juga tuh perkebunan dan hutan...tempat saya jauh dari lokasi perkebunan/hutan lho?
Deletewah bisa panen padi kita ni... :)
ReplyDeleteyukk ikutan panen ya..
Deletetukaran link mbak
ReplyDeletebelum ada Tab khusus utk naruh link sobat blogger neh...next time smeoga segera bisa bikin TAbnya Mas
Deleteindah sekali hamparan sawahnya mbak,...
ReplyDeleteoia,tentang waktu...yang jelas waktu itu takkan kembali jadi pergunakan sebaik mungkin walau itu sedetik^^
Orang yang di sawah juga look so beautiful lhoh? #narsis!
DeleteWah hamparan padinya asri banget... suka... >.<
ReplyDeletedimana itu sih mbak?
aku suka closing nya dimana kita wajib mensyukuri apa yang kita peroleh.. :) nice post n nice picture :)
Foto 1: saya ambil di daerah Bekasi.
DeleteFoto 2&3: lokasi sebelah kantor (Banyuwangi)
Lho? Openingnya gimana? #just kidding
Terima kasih ya..
Wah di bekasi? walah aku orang bekasi kok ya malah ga pernah liat tempat bagus kayak gitu *tepok jidat...
Deletehaha openingnya oke kok. kan biasanya yg membekas di hati para penonton dan pemirsa sekalian *halah
biasanya closing yang memukau :)
Nah bahkan saya juga belum pernah bikin postingan yg ada fotonya view di Lamongan lho? #makin parah
Deleteheiii..maaf, ada kekeliruan redaksional sedikit (fatal sih). Foto 1 saya ngambilnya di Jalan Setu (jakarta Timur)...#Dasar pikun
terkadang bagi kebanyakan orang tak sempat memikirkan waktu, padahal waktu selalu memikirkan mereka
ReplyDeletesyukron anti :D
padahal waktu tak pernah menunggu kita...kita yang mestinya mengikuti lajunya sang waktu
DeleteBISNIS DAHSYAT BARBIE MUSLIMAH.
ReplyDeleteBerkah..!
Hasil melimpah..!
BISNIS KREATIF,TERBARU,PEMASARAN BONEKA BARBIE MUSLIMAH.
085797262142
BERKAH DARI BARBIE MUSLIMAH
sipp..terima kasih infonya:)
DeleteSawang sinawang...bisa jd konsep dasar utk menghargai orang lain secara obyektif karena pada dasarnya kita tidak pernah benar2 tahu bagaimana realitas hiudp orang di luar diir kita..
ReplyDeletewah seger sekali ya klo liat pemandangan kek gini tiap hari. Jd pengen punya kantor 'mewah' nih.. aku ngiriiii.. huhuuu..
ReplyDeleteweii...yuk bikin kantor 'meawh' mbak...kalau saya pengen banget jelajah hutan...hehehe
DeletePersawahan dimana tuh Kak, indah banget, semua pekerjaan itu akan nikmat jika saling sawang sinawang, dan sangat beruntunglah orang² yang bisa menggunkan waktunya dengan tepat,,
ReplyDeletesEPERTI saya tuliskan jawaban utk mas Ivan sebelumnya, foto-foto yang saya pasang di postingan ini adalah:
DeleteFoto 1: DI Jakarta Timur (tepatnya daerah Setu)
Foto 2&3: dr sawah sebelah kantor (banyuwangi), di ambil 2 hari lalu
Saleum,
ReplyDeletebetapa indahnya alam pedesaan, dengan sawah yang membentang menghijau bagai hamparan permadani. Aku selalu rindu kampung karena suasana dan hawanya yang alami dan sehat.
kerinduan akan kampung halaman akan membuat ikatan bathin utk tetap mau pulang tentunya...
DeleteSenang ya Mbak bisa kerja ditempat mewah, hehe...
ReplyDeleteSemoga kita bisa mengikuti filosofi padi, makin berisi makin merunduk ya Mbak :)
Padi 'cepat' sekali menguning, memang waktu cepat sekali berganti ya Mbak, kadang aku tak sadar, padahal tak bisa kuhentikan putaran waktu tersebu.
Itu foto dipinggir sawah, mantap ueyy...
Iya Mbak, makin bertambah umur serasa waktu makin cepat berlalu..dulu rasanya sehari tuh kok bisa lama banget. melakukan banyak aktifitas tanpa merasa waktu yg cepat sore. Kalau sekarang, cepat banget petang datang menjelang...
DeleteHehehe..yg mantap modelnya kan? #sok imut
wah seger sekali ya klo liat pemandangan kek gini tiap hari.
ReplyDeleteseger banget..apalagi jika pagi hari (malamnya hujan)...hemmm...so fresh
DeleteArtikel yang menarik, lengkap dan tuturan bahasanya apik... jadi inget mama di bandung, rumah nya dekat dengan sawah seperti ini, sayangnya sekarang nampak jarang panen itu sawah :)
ReplyDeleteKalau mudik, saya juga jarang ke sawah lagi Mbak..jd klo di kantor ya menikmati pemandangan sawah..
DeleteEksisnya mba, saat di foto^^
ReplyDeletewah suka kata2nya mengenai waktu...^^
ReplyDeleteterima kasih atas apresiasinya :)
DeleteArtikelnya luas, kemana mana. Hbt euy TS nya. Dri hanya sawah yg mau panen, ke kantor, blm k ekonomi ptani, trus nyambung ke perikanan sampe kalimat bijak tentang waktu. Hbt, jd bingung mau koment apa. Yaud dah, pling tidak sudah berkunjung dan menikmati gambr 'orang orangan sawah'
ReplyDeletesaluuuttt...bisa meresume point2nya. hehe...Ssssttt, aslinya sih tulisan ini ngglambyar biar tulisannya bnyk. #rahasia
Deletepaling suka jalan2 dipinggiran kota menikmati senja di pinggir sawah :-)
ReplyDeletejd ingat lagunya Deny Malik " Jalan-jalan sore'...hehehe
Deletehuahahahaha mbak rieee~
ReplyDeleteitu orang-orangan sawahnya cantik sekali =P
jadi pengen lari-lari ke arahnya ^^
weiii...mau ikutan jadi orang di sawah ya? Yukkk ta tungguin neh
Deletedulu dibelakang rumahku masih bisa liat padi menguning sambil manjat pohon jambu. Sekarang da ganti area pabrik dan rumah2 baru.
ReplyDeleteDuh...tulisannya tentang padi dan waktu begitu menyentuh. Betapa pentingnya bersyukur ya...
Kalau di desa saya..sawah ortu lumayan jauh MBak. Kalu jalan kaki bisa hmpr 30 menit.
Deleteduh..tulisannya ini masih belajar deh Mbak #maluu
Alhamdulillah sekarang saya tinggal di dekat sawah dan balong (kolam ikan). Senang sekali tiap pergi dan pulang kerja melewati keindahan alam seperti itu ^_^
ReplyDeleteDuhh, sangat menyenangkan tentunya kalau bisa sering melihat kolam. SAya dulu pernah sesekali mancing di dekat laut..seru banget meski gak dapat ikan..hehehe
DeleteArtikelnya bagus sekali... suka sekali aku bacanya.
ReplyDeleteSeharusnya kita semua memang tak pantas mudah mengeluh, dan memang trik jitu saat kita hendak mengeluh adalah melihat pada kondisi orang lain yg tidak seberuntung kita bukan?
Ahhh... aku jadi merindukan sawah di kotaku ya? ;)
Hehehee...yang br landing dari diklat, jd kangen dengan sawah di kampung neh:)
Deletewah sawahnya luas banget..
ReplyDeleteHehehee..iya neh sawahnya luas banget, sawahnya orang sekampung soale..
Deletesetuju dengan makna hitungan menit, soalnya suamiku selalu bikin degdegan setiap kali mau naik pesawat karena selalu mau kebelakang pas orang2 sdh mulai naik pesawat
ReplyDeleteWEiii, pasti seru ya MBak..serasa menghadapi ujian deg-degan kalau ketinggalan pesawat...hehehe
DeleteHeh, ada orang-orangan di sawah tuh.. hihi... ;)
ReplyDeleteAsli orang-orangan di sawahnya edisi terbatas...gak ada kembarannya lho?
Deletebelajar dari pak Tani dong nih judulnya :)
ReplyDeleteBelajar dari Pak Tani dan nelayan dan indahnya sawah...hehehe..everything
Deleteaku diajak jalan2 dong mbak lihat sawah2
ReplyDeleteKlau ke Jawa Timur silahkan singgah ke Lamongan, nanti saya ajak ke sawah Mbak...kalau kuat seharian juga boleh...
DeleteTulisannya bagus, Rie.. membuatku merenung.. apa yg sudah aku perbuat dengan seluruh waktuku..?
ReplyDeletethanks for writing this.. :-)
sawahnya ijooo.. so beautiful... ;-D
Dan ini pun sebenarnya renungan diri pribadi saya Mbak. what I've done for so long time I live ?
DeleteSawahnya yang ijo hasil jepretan di Jakarta...terkesima juga saya waktu melihat di Jakarta masih ada lahan persawahannya:)
@admin,
ReplyDeleteAda award untuk kamu teman,, silahkan ambil ya
di http://bengkelhumor.blogspot.com/2012/03/fleanding-sites-choice-award.html
dan cek hadiahnya di http://bengkelhumor.blogspot.com/2012/03/hadiah-fleanding-sites-choice-award.html
Terima kasih untuk awardnya.Segera ke TKP...
Deletefotonya cantik cantik, jd pengen pulang kampung :D
ReplyDeletePulang kampunganya setahun sekali ya Mbak? Yuukk..pulkamp Mbak, hehehe
Delete@admin,
ReplyDeleteg apa" mbak.
silahkan anda letakan di mana saja, boleh juga anda forward,itu kan menjadi milik anda,!!
langsung saja letakan
Oke...nanti saya pasang HTMLnya. terima kasiih:)
Delete:D
ReplyDeletehehehee...
DeleteNice Post.... visit me back,, http://duniasains-rizqy.blogspot.com
ReplyDeleteoke...I'll visit back sooner
Deletehaduh mb'....
ReplyDeleteaku jadi pengen ke sawah :D
yukkk ke sawah dgnku?
Deletendelok sawah dadi eleng jaman cilikan isih angon wedhus.. Hehehe... Pa kbr sahabat..
ReplyDeleteMantap artikelnya..
weiii...memang pernah angon wedhus ya? jangan2 kita pernah angon wedhus bareng dulu ya...hehehe
Deletewkwkwk... Sampeyan angon neng tlanak, aku nang dalanan arah sekolah kita. Recognize me?
DeleteLebaran nanti bawa buku barunya ntar ku ambil ke rumah. Ok. Ntar totalane mburi...
yang di foto itu gambar sawah di deket kantornya mbak Ririe ya?
ReplyDeletewah, enak ya punya kantor deket sawah dan sejenisnya, pasti banyak angin berhembus.. Tapi terkadang pasti akan panas juga, soalnya tanamannya cuma padi, sedikit jumlah pohon yang tinggi..
iya, foto yg kedua dan ketiga itu latarnya dekat kantor..Gak panas2 banget kok..kan sawah yg dekat kntor sdh sedikit. Mulai bnyk yg alih fungsi jd hunian
DeleteTUlisan yang sangat apik mbak. Memang betul, jurus jitu dalam menghadapi ujian kehidupan seperti yang mbak tulis. Selalu mengingat bahwa ada hal yang lebih sulit yang orang lain alami dibanding yang kita alami.
ReplyDeleteAnaloginya saya suka mbak, tepat .. ^__^
Semoga bisa mengingatkan diri saya pribadi untuk lebih mawas setiap saat...
Deleteitu padinya dah pada kuning belum dipanen juga ya?
ReplyDeletebtw, kalau tanah ditanami padi terus sebenarnya tanah akan rusak loh.
2hari setelah saya narsis foto di sawah itu, padinya sdh d panen..Yang saya tahu sebaiknya sawah/ladang memang ditanamai secara selang-seling untuk menjaga kesuburan tanahnya. Bapak saya maksimal hanya 2kali tanam padi dalam setahun (dengan catatan curah hujan mendukung)
Deletewah jadi bisa membayangkan berada di desa, ditengah sawah.....
ReplyDelete