A Friend Is………………
Orang bilang banyak hubungan pertemanan bermetamorfosa jadi jalinan asmara (meski ada juga seorang temanku yang bilang dia tak akan bisa jatuh cinta pada orang yang sudah dikenalnya dalam konteks hubungan teman dan dia membuktikannya), tapi sedikit sekali hubungan asmara yang kandas bisa set back jadi teman/sahabat.
Bagiku Cinta bisa datang dari arah manapun, dengan 1001 cara, bisa di mulai dari bentuk hubungan apapun…Dan manakala proses yang berjalan not well done as our hope, Aku berusaha untuk memposisikan sebagai teman ( kalau masih mau berteman denganku ). Pada awalnya memang bukan hal yang mudah, pada awalnya rasa kecewa dan sakit membuat kita berharap tutup telinga dan mata tentangnya….don’t care at all? But, time will heal…. Cepat atau lambat kita bisa healing, tergantung pilihan kita sendiri mau seberapa lama berdiam diri dalam “Pandora” cinta yang tak bisa kita rengkuh? Mau seberapa lama kita lewatkan usia dan kesempatan (untuk bisa lebih lebih baik/bahagia) berlalu begitu saja karena kita terlalu sibuk “meratapi” kegagalan? Hidup kita yang lebih berharga atau perasaan terluka kita yang lebih ingin kita nikmati?
Walau semuanya tak akan exactly the same--- apapun alasan (sebenarnya atau sekedar mengada-ada) yang dibuat excusing untuk meninggalkan kita---berusaha mau menerima bahwa (mungkin) itulah defending terbaiknya pada saat itu, bahwa itulah perisai yang bisa dia ambil untuk ‘membenarkan’ keputusannya pada situasi, posisi dan semua variabel yang ada pada dirinya.
Pada suatu kesempatan ketemu [kala itu sebelum dia memutuskan menikah], temanku curhat tentang love story’nya lagi dan kami sepakat ketemuan kemudian spending time jalan-jalan tanpa tujuan mau kemana yang penting ngobrol dan ngobrol
“Kenapa kau tidak berusaha mencari tahu dulu bagaimana sikap dia, everything can change….kalau kalian sedemikian saling mencintai dan bisa saling sinkronisasi dengan semua karakter diri yang ada, bukankah mestinya (setidaknya menurutku) masih sangat bisa diperjuangkan..?” Itu yang aku bilang padanya saat dia curhat ‘ada’ yang mengajaknya serius. Toh alasan ‘status quo’ hubungan mereka bukan sesuatu yang sifatnya substansial (semisal alasan mengidap AIDS atau beda keyakinan).
Satu hal yang aku pelajari dari love story of my best friend: Kadang kita lupa untuk mengandaikan diri “ If we were some one else..” sebelum membuat keputusan/pendapat. Kadang (tak jarang) kita yakin “sudah tahu” tanpa bertanya kemudian mengambil sebuah keputusan A, B, C…(menganggap) sebagai pilihan terbaik padahal bisa jadi faktanya akan berbeda jika mau bertanya dulu.
I have no words to say anymore, I can imagine how is her feeling at the moment: Pada siang hari dia menerima Ijab dan tak kurang dari 12jam kemudian ‘dia’ seseorang yang demikian dia sayangi mengatakan akan datang melamarnya?
ook back now and ask, what is it that makes an experience have lasting meaning? What do we really need to make us feel fulfilled? What life force do we draw on, when we need to push through a challenge?
Life's full of challenges, but these challenges are only given to you because God knows your faith is strong enough to get through them. Finally aku hanya bisa berasumsi jika suratan takdirnya dibuat demikan karena (bisa jadi) she’s strong enough to get through them: to let go her love and restart from BIG zero to love some else (who merry her) yang jauh lebih membutuhkan kehadirannya.
After all, Kegagalan yang sebenarnya adalah jk kita tidak bisa "memaknai" kegagalan untuk introspeksi diri & menjadikannya media untuk menguji keteguhan niat, menumbuhkan semangat kita to make better fight dan dengan kegagalan kita bisa lebih menghargai sekecil apapun pencapaian yang kita raih.
Menghitung kegagalan hanya akan membuat kita kehilangan motivasi dan mendegradasi rasa syukur. Jadi tetap lebih baik untuk mencoba dulu sehingga tahu hasilnya. Hanya orang yang tidak pernah mencoba yang tidak pernah gagal. Sedih dan kecewa jika hasil gagal menunjukkan bahwa kita memang manusia tapi tidak perlu berkepanjangan just wasting time, when we go down we'll find new spirits to face the reality and make new efforts.
Just believe,
Hati kita tidak terbuat dari kaca yang akan mudah pecah berantakan sehingga tak mungkin di satukan lagi kepingannya. We never know what will happen tomorrow, but we should take prepare for any condition.
pasang 2 jempol dech... moga kita bisa belajar dari sini... say NOW or NEVER, DO or DIE...
ReplyDeletewah si tetehkisahnya menarik
ReplyDeletesalam kenalya teh ^^
@Nurulnulur : never make decision before knowing the trueth
ReplyDelete@k[A]z : Ma kasih ya...sharing smoga ada hikmah yg bisa di ambil..
ReplyDeletesalam sahabat
ReplyDeletemaaf tela banget
langsung bagian kedua maaf ya hehehe semoga ada hikmah,kemarin ada malware kebanyakan script kali ya sehingga gagal ninggalin komentar Dhek
@Dhana/戴安娜 : Ma kasih Mbak.....mencoba 'melihat' lg sebuah true experience seorang sahabat.....
ReplyDeletesuratnya polos penuh inspirasi dn motivasi.
ReplyDeleteizin followed
@Taufik Bilfagih : Terima kasiiih yaa...HOpe You'll enjoy to visit and visit again
ReplyDeletewah kisahnya mantap.. i like...
ReplyDeleteSlmt pagi ^^
ReplyDeleteterima kasih atas kunjunganny k blog sy
nama blog ini cantik y, kidung kinanthi...
saya follow y blog nya ^^
@pri crimbun: Semoga ada hikmah yg bs kita ambil di setiap kisah (meskipun dr kisah orang lain)
ReplyDelete@Anabele Octora : Ma Kasiiihh....sebuah kata Kinanthi yg buat sy punya arti tersendiri sehingga sy pakai utk nama Blog juga
ReplyDelete