Siapa yang Mau Ikut Arisan Khusnul Khatimah ? Sudah familiar kan dengan yang namanya ARISAN? Format awal-awal arisan yang saya kenal adalah arisan berupa uang dan beras. Aturan mainnya sama yaitu peserta arisan yang namanya keluar saat pengocokan yang akan menerima setoran uang atau beras.
Untuk arisan beras, Bismillahirrahmaanirrahiim biasanya dikocok saat musim panen dan pada prakteknya sistem pengundian tersebut bisa dinegosiasi yaitu sesuai permintaan bagi yang punya hajat. Semisal ada yang akan menyelenggarakan acara mantu atau mengkhitankan anak atau selamatan, maka si peserta tersebut bisa mengajukan rikues untuk jadi penerima arisan beras.
Semakin ke kinian, ternyata kegiatan yang pada dasarnya untuk kebersamaan tersebut mengalami perkembangan juga. Banyak model-model arisan yang bermunculan, sebut saja ada sepeda motor, arisan haji, arisan perabot rumah tangga, perlengkapan masak dan permodelan arisan lainnya.
Dan sekitar seminggu lalu selepas kopdaran sama Una, saat singgah di sebuah masjid dekat asrama sekolahnya Ifa untuk sholat Ashar, tepatnyan di Mesjid At-Taqwa terletak di Jalan Suronatan, Yogyakarta(semoga gak salah penyebutan nama Masjid). Tak berselang lama setelah usai salam, dari salah satu ruangan di samping kanan masjid yang sedang berlangsung sebuah acara, terdengar suara sang koordinator ( pemimpin rapat) mengumumkan rencana untuk membuat arisan:
Kita semua tentu ingin meninggal secara khusnul khatimah. Nah, Siapa yang Mau Ikut Arisan Khusnul Khatimah?"
Spontan saya terhipnotis karena mendengar nama arisan tersebut adalah ARISAN KHUSNUL KHATIMAH. May I know, apa yang spontan terlintas dipikiran Anda dengan Arisan Khusnul Khatimah tersebut? Atau kira-kira seperti apa tafsiran bebas tentang penyelenggaraan arisan tersebut?
Kalau saya, yang spontan terlintas: mungkin arisan ini semacam kegiatan bersama untuk mengadakan pengajian di rumah secara bergiliran? Mengumpulkan dana untuk membangun tempat ibadah? Atau, kegiatan-kegiatan lainnya yang sifatnya religi…?
Melipat mukena dan berjalan keluar masjid, saya berjalan perlahan-lahan karena ingin “mencuri” dengar penjelasan arisan tersebut. Tak sampai dua menit kemudian, terdengar jelas penjelasan singkat tentang arisan khusnul khatimah tersebut:
Arisan khusnul khatimah ini merupakan salah satu bentuk persiapan bilamana sewaktu-waktu malaikat Izroil menjemput kita. Jadi, yang berminat untuk ikut arisan khusnul khatimah ini silahkan mendaftar dengan menyerahkan foto kopi KTP dan membayar iuran sebesar Rp. 50.000,- per tahun. Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk meng-cover biaya yang timbul saat salah satu diantara kita ada yang meninggal, mulai dari ambulance, perawatan jenasah dan perlengkapan lainnya hingga pemakaman…….”
Saya merinding, terkesima dan entah perasaan apa lagi lainnya, UNDEFINED.
Sebelum meninggalkan area masjid tersebut, masih bisa saya tangkap dengan jelas antusiasme dari peserta acara yang rata-rata berusia manula. Iyah, antusiasme yang artinya beliau-beliau yang ada dalam ruangan tersebut tak hanya tahu jika maut memang bisa datang kapan saja, tapi juga mencerminkan jika mereka “siap” untuk dipanggil menghadap sang Pemilik Kehidupan, Allah SWT.
Iyah, arisan yang sangat baru bagi saya tapi mungkin tidak bagi orang lain, at least bagi mereka yang sudah ikut menjadi pesertanya. Pun saat saya cerita di grup WA ODOJ, ternyata sudah ada teman ODOJ yang ikut arisan setipe tapi dengan nama yang berbeda yaitu ARISAN KAFAN.
Jangan menunda-nunda melakukan persiapan untuk kematian karena umur kita terlalu singkat. Jadikanlah setiap tarikan napas layaknya udara terakhir yang kita hirup, lalu kematian akan menjemput. Kematian seseorang akan terjadi dalam keadaan ketika ia biasa melakukan sesuatu ketika hidup. Ketika dibangkitkan di akherat, ia pun akan dibangkitkan dalam situasi itu juga ~ Ibnu Qudamah.
Bagaimana dengan kita? kita tahu dan paham banget bahwa kematian pasti terjadi, tak akan bisa ditunda ataupun ditawar-tawar lagi. Juga kita tak akan tahu kapan berapa lama lagi kita hidup di dunia ini dan dimana saat itu akan tiba, bahkan kita tak akan pernah tahu sedetik berikutnya. Ada hal yang sangat dekat yang bisa kita lakukan: bagaimana level ketaqwaan kita agar bisa menjemput sakaratul maut dengan khusnul khatimah dan persiapan bekal untuk kehidupan sesudah maut itu sendiri. Dan sudahkah kita sesiap mereka yang dengan antusias mendaftar untuk ikut arisan khusnul khatimah, arisan kafan atau penamaan lainnya?
Kita semangat berinvestasi ini dan itu, baik untuk diri kita sendiri, anak-anak kita, bahkan kalau bisa hingga ke cucu, buyut, cicit, dst. Bahkan dengan canggihnya menerapkan metode: Don’t put the eggs on the one basket. Tapi sudahkah kita juga membuat langkah persiapan investasi seantusias seperti ragam investasi duniawi tersebut, dialokasikan secara khusus untuk jangka waktu yang kita namakan “masa depan” sesungguhnya? Masa dimana kita hanya bisa berharap adanya aliran pahala dari amal jariyah kita semasa hidup di dunia ini.
Banyak orang yang siap untuk hidup bahagia, tapi belum banyak orang yang bersiap-siap untuk meninggal secara bahagia (setelah hidup di dunia).