Secara lengkapnya, tulisan ini merupakan bahan pidato Aida yang sepekan ini Bismillahirrahmaanirrahiim menghadapi ujian praktek untuk masing-masing mapel di sekolahnya. Ujian praktek untuk pelajaran Bahasa Indonesia adalah pidato dengan tema bebas. Saat Aida minta saran tema apa yang akan dijadikan bahan pidato, saya balik bertanya: “ Apa dari sekolah gak ngasih pilihan tema tho?”
“ Gak ada Bund, teman-temanku ada yang pilih tema pendidikan, globalisasi, baca puisi….”
“ Terus Aida pengennya praktek apa untuk B. Indo lho?”
“ Gak tahu Bund…?”
“ Gimana kalau ambil tema tentang tayangan TV?” saya mencoba memberi clue yang sekiranya bisa membuat Aida terpancing dapat ide.
“ Acara Televisi ya Bund? Tentang apanya dong?”
“ Banyak kan yang bisa dijadikan bahan? Tetapkan saja, Aida mau pidato atau baca puisi?”
“ Kalau pidato, tapi ambil tema tentang tayangan TV…..yang mau ta sampaikan soal apa ya Bund enaknya?”
“ Gak ada Bund, teman-temanku ada yang pilih tema pendidikan, globalisasi, baca puisi….”
“ Terus Aida pengennya praktek apa untuk B. Indo lho?”
“ Gak tahu Bund…?”
“ Gimana kalau ambil tema tentang tayangan TV?” saya mencoba memberi clue yang sekiranya bisa membuat Aida terpancing dapat ide.
“ Acara Televisi ya Bund? Tentang apanya dong?”
“ Banyak kan yang bisa dijadikan bahan? Tetapkan saja, Aida mau pidato atau baca puisi?”
“ Kalau pidato, tapi ambil tema tentang tayangan TV…..yang mau ta sampaikan soal apa ya Bund enaknya?”
Singkat cerita, saya mengarahkan Aida untuk mencermati tayangan sinetron yang banyak mengambil latar cerita tentang anak sekolah dan bersegmen dunia remaja dengan memberikan clue berupa pertanyaan-pertanyaan semisal: Kalau sekolah dengan model pakaian seperti itu, gimana? Cara bersikap pada teman yang mengejek/menjelekkan itu dampaknya apa bagi anak-anak sekolah? Bagaimana dengan sedikitnya kegiatan sekolah dibandingkan cerita tentang rebutan cowok/cewek, adegan-adegan yang identik dengan penamaan ‘pacaran’,? Penggunaan aksesoris yang berlebihan, cara bersikap dan bertutur kata anak pada ortu atau orang yang lebih dewasa….bla..bla..bla..
Dan hasilnya tertuang dalam draft pidato tentang tayangan yang mendominasi acara-acara di televisi, terutama sinetron yang pada kenyataannya cenderung mengabaikan banyak hal yang seharusnya menjadi tontonan yang memiliki nilai-nilai tuntunan khususnya bagi pemirsa yang berusia remaja atau anak sekolahan. Inilah beberapa hal yang jadi resume untuk inti praktek B. Indo-nya Aida:
“ Mau posting tentang materi sinetron yang bertemakan anak sekolah ya Mbak?” tanya Mas Agung, teman kantor yang meja kerjanya tak jauh dari tempat saya.
“ Hehehhee…ini draft ketikan bahan pidato Aida, untuk ujian praktek B. Indo mas…”
“ Lho, bukan untuk postingan ya? Hemmm….untuk ukuran anak SD, bagus juga isi naskah yang dibuatnya. Sudah paham soal bullying pula ?”
“ Aku arah-arahin Mas, ta kasih kisi-kisi dan penjelasan secara garis besarnya gettu. Aida yang membuat uraiannya. Nah ini aku finishing tata kalimatnya”
“ Sipp tuh Mbak, sekalian membimbing anak untuk kritis memilih tayangan TV tanpa menggunakan kalimat larangan ”
“ Semoga saja, kemarin habis bikin ini…Aida nylethuk: brarti gak usah sering lihat sinetron ya Bund, buang banyak waktu, bikin capek mata tapi malah pengaruhnya buruk ya?”
Dan hasilnya tertuang dalam draft pidato tentang tayangan yang mendominasi acara-acara di televisi, terutama sinetron yang pada kenyataannya cenderung mengabaikan banyak hal yang seharusnya menjadi tontonan yang memiliki nilai-nilai tuntunan khususnya bagi pemirsa yang berusia remaja atau anak sekolahan. Inilah beberapa hal yang jadi resume untuk inti praktek B. Indo-nya Aida:
- Banyaknya adegan bullying. Adegan bullying adalah adegan yang mempertontonkan tindakan untuk mengejek dan olok-olokan dengan nada melecehkan atau menghina, misalnya: sisi kekurangan teman dijadikan bahan sindiran untuk menjatuhkan mental sehingga sindiran itu dapat mengakibatkan teman tersebut kehilangan rasa percaya diri.
- Cara berpakaian yang minim. Minim dalam artian pas-pasan, sehingga ada bagian tubuh yang seharusya tertutup pakaian tapi dibiarkan terbuka. Misalnya: banyak artis wanita yang berperan sebagai siswa memakai rok 10 cm diatas lutut bahkan bisa lebih tinggi dari itu. Fenomena yang demikian bisa menjadi pembenaran anak-anak sekolah untuk berpakaian yang serba minim tak hanya saat ke sekolah tapi juga dalam kesehariannya tanpa perduli lagi nilai-nilai kesopanan dan orma berbusana yang syar’i.
- Adegan mesra-mesraan atau yang lebih dikenal dengan istilah pacaran. Adegan tersebut lebih mendominasi jalan cerita sinetron daripada kegiatan belajar mengajar dan ekskul. Akibat dari adegan tersebut muncul anggapan di kalangan naak-anak sekolah kalau pacaran sebagai hal yang nge-trend dan mengesampingkan urusan sekolah yang sebenarnya menjadi tugas utama sebagai pelajar. Akibat lainnya, dengar-dengar anak SD pun sudah ada yang berani pacaran padahal dri segi usia kan masih anak-anak banget.
- Penggunaan make up dan aksesoris yang berlebihan saat bersekolah Akibatnya banyak anak sekolah terutama anak perempuan yang meniru dan memakai make up dan aksesoris secara berlebihan saat bersekolah walaupun beresiko melanggar peraturan dan disiplin sekolah hanya karena ingin di anggap gaul dan trendi.
- Cara bersikap dan bertutur kata yang tidak sopan. Bicara sesuka hati, berteriak-teriak saat bicara dengan teman, pada orang tua atau orag lain yang usianya lebih tua. Misal, percakapan anak pada orang tuanya yang mengabaikan tata krama.
- Gaya hidup bermewah-mewahan [Hedonis]. Shopping/jalan-jalan di mall, aneka gadget mahal, mobil mewah sebagai sarana transportasi ke sekolah dan pernik-pernik lain yang menyimbolkan gaya hidup mewah telah menjadi barometer banyak remaja untuk menghalalkan berbagai cara demi bisa mendapatkan fasilitas kemewahan.
“ Mau posting tentang materi sinetron yang bertemakan anak sekolah ya Mbak?” tanya Mas Agung, teman kantor yang meja kerjanya tak jauh dari tempat saya.
“ Hehehhee…ini draft ketikan bahan pidato Aida, untuk ujian praktek B. Indo mas…”
“ Lho, bukan untuk postingan ya? Hemmm….untuk ukuran anak SD, bagus juga isi naskah yang dibuatnya. Sudah paham soal bullying pula ?”
“ Aku arah-arahin Mas, ta kasih kisi-kisi dan penjelasan secara garis besarnya gettu. Aida yang membuat uraiannya. Nah ini aku finishing tata kalimatnya”
“ Sipp tuh Mbak, sekalian membimbing anak untuk kritis memilih tayangan TV tanpa menggunakan kalimat larangan ”
“ Semoga saja, kemarin habis bikin ini…Aida nylethuk: brarti gak usah sering lihat sinetron ya Bund, buang banyak waktu, bikin capek mata tapi malah pengaruhnya buruk ya?”
Al hasil, kebetulan sudah ada hasil ketikan versi soft-nya, ya sudah diposting saja di blog sekalian deh.
At least BUT NOT LAST: Selamat berPESTA DEMOKRASI….mengutip tulisan Emha Ainun Nadjib terkait dengan PEMILU ini:
At least BUT NOT LAST: Selamat berPESTA DEMOKRASI….mengutip tulisan Emha Ainun Nadjib terkait dengan PEMILU ini:
- Setiap pengambilan keputusan, termasuk hal Pemilu, ahsan wa afdhal jika dilakukan sendiri secara mandiri, sebagai al’abd al-baligh (hamba Allah yg dewasa) dan al-khalifah al’aqil (khalifah Allah pengguna akal).
- Akan memilih atau tidak, dianjurkan malam sebelum hari-H melakukan tafakur, shalat istikharoh dan shalat tahajjud, memohon petunjuk Allah dan mewiridkan berulang-ulang “Ya Hadi Ya Mubin” semampunya.
- Khusus untuk Jamaah Maiyah, ahsan wa afdhal jika malam itu sebelum tidur melaksanakan Doa Tahlukah.
- Jika pagi hari-H mengambil keputusan untuk tidak memilih (karena keyakinan atau pandangan yg dipercaya sudah matang) dianjurkan untuk shalat Dhuha 7x (14 roka’at), membaca “Qul in dholaltu fainnama adhillu ‘ala nafsi, wa inihtadaitu fabima yuhiya ilayya Robbi” diakhiri istighfar sebanyak2nya sesanggupnya.
- Jika mengambil keputusan untuk memilih, dianjurkan untuk memilih pihak yang paling diharapkan (berdasarkan pengalaman dan sejarah calon pemilih terhadap yg diharapkannya itu), meskipun tidak dimengerti benar karena terbatasnya informasi tentang pihak yg diharapkan itu. Dengan anjuran: sejak dari rumah hingga saat-saat menunggu giliran memilih, maupun ketika akan melaksanakan pilihan di dalam ruangan — mewiridkan (berbisik-bisik atau dengan hati) “wamakaru wamakarallah wallahu khoirul Makirin”.
- Setiap hamba Allah berhak penuh untuk menerima dan melaksanakan anjuran ini, juga berhak penuh untuk menolak dan mengabaikannya. Bagi teman-teman yang tidak mungkin menggunakan anjuran-anjuran ini karena berbeda idiom dan prosedur keagamaannya, mohon diapresiasi dimensi rohaniahnya.
- “Man-yahdillahu fala mudhilla lah, wa man yudhlil fala hadiya lah” [ Barangsiapa Allah memberikan petunjuk, maka dia tidak akan tersesat. Dan barangsiapa yang Allah tidak memberikan petunjuk kepadanya, maka tidak seorang pun yang mampu memberikan petunjuk untuknya]
Tulisan Cak Nun: ANJURAN SIMBAH