Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Tumbuh kembang pesatnya industri konveksi dari waktu ke waktu dapat dipahami karena Bismillahirrahmaanirrahiim produk-produk konveksi merupakan salah satu bisnis yang akan terus hidup dan berkembang seiring perkembangan peradaban. Bisa dibilang, bisnis konveksi bukan jenis bisnis musiman karena kebutuhan manusia akan barang-barang yang dihasilkan oleh industri konveksi merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Apalagi ditunjang dengan trend fashion yang berkembang pesat dewasa ini yang otomatis membuka peluang emas bagi bisnis konveksi semakin melaju pesat karena ragam produk konveksi sangatlah banyak, mulai baju anak-anak hingga manula, aksesoris, tas, topi, seragam, baju untuk distro, butik, dompet, kaos, jaket, dan segala jenis produk yang terkait dengan out fit sehari-hari merupakan produk yang dihasilkan industri konveksi. 

Oleh karena itu, bisnis konveksi ini menunjukkan grafik perkembangan cenderung meningkat dari waktu ke waktu di berbagai daerah, termasuk juga di Yogkarta dan Sleman khususnya yang tak mau kalah bersaing dengan geliat KONVEKSI SEMARANG yang salah satunya adalah MUSLIMAX Clothing. 

Selain kelima faktor “alamiah” di atas, perkembangan bisnis konveksi di wilayah Yogyakarta yang cukup pesat juga karena adanya ‘katalisator’ status Yogyakarta sebagai kota pelajar dan destinasi wisata yang memiliki daya magnet sangat besar bagi para wisatawan manca negara maupun domestik. 
Bimtek membatik di Desa Sumberharjo, Sleman
Akumulasi jumlah pelajar/mahasiswa yang ngangsu kaweruh [menimba ilmu] dan berbondong-bondongnya turis ke Yogyakarta, tentunya merupakan daya ungkit demand and order terhadap kebutuhan-kebutuhan primer, salah satunya ya produk konveksi kan? Baik untuk dipakai sehari-hari ataupun untuk oleh-oleh manakala pulang kampung yang mana item konveksi merupakan salah satu pilihan oleh-oleh yang memiliki rating order cukup tinggi di kawasan Yogyakarta.

Laju perkembangan bisnis konveksi  tersebut, selain dilandasi inisiatif personal untuk berwirausaha di bidang jahit-menjahit dan daya kreatifitas dalam berproduksi, juga tak bisa dikesampingkan adanya dukungan dari instansi-instansi terkait. Bimbingan teknik/pelatihan yang terkait dengan konveksi yang telah rutin dilakukan antara lain: pelatihan sablon, pelatihan membatik dan fashion tradisional. Dengan pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan:
  1. Peserta terbuka wawasannya dan termotivasi untuk menekuni usaha konveksi dan memiliki kreatifitas dalam membuat produk konveksi
  2. Meningkatkan kemampuan pelaku industri dan warga masyarakat peserta pelatihan dalam memproduksi baju dan produk konveksi turunannya yang berkualitas [kompetitif] dan memiliki prospek pasar yang baik
  3. Sebagai salah satu upaya pengembangan industri mikro dan kecil agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan usaha yang sudah ditekuni sebelumnya
  4. Menjadi sarana untuk menumbuhkan wirausaha baru di bidang konveksi.
Bimtek membatik di Desa Sendangsari, Sleman
Terkait dengan pelatihan ini, peserta juga disupport untuk membentuk kelompak usaha dan diberikan bantuan hibah peralatan sehingga bisa bersemangat dan secepat mungkin memulai usaha konveksi begitu penyelenggaraan pelatihan/bimtek selesai. 

Selain pelatihan dan memberikan ”kail” sesuai jenis pelatihan, juga telah disediakan media untuk memasarkan hasil produksi konveksinya. Ada pasar lebaran yang diadakan secara rutin dengan mengundang para pelaku usaha kecil dan mikro untuk memasarkan produknya atau sebagai media untuk melakukan test market bagi yang baru memulai usaha konveksinya. Juga ada fasilitas showroom di Instansi yang memangku bidang perindustrian, dimana semua pelaku bisnis konveksi dipersilahkan untuk memperkenalkan dan memasarkan produk konveksi yang dihasilkannya. 

CV. Kutu Buku adalah salah satu dari sekian banyak pelaku pebisnis [IKM] konveksi yang sudah memajang produknya di Showroom Disperindagkop Sleman: mulai baju anak hingga dewasa dengan berbagai jenis bahan, tas, jilbab, dompet, bed cover, sprei, taplak meja, dan masih banyak lagi varian lainnya. Produsen konveksi CV. Kutu Buku ini beralamat di Gamping Lor, Ambarketawang, Gamping – Sleman  yang memantapkan segmentasi produknya pada jenis Kaos Anak, Kaos Lukis dan Kaos polos. Bagi yang tertarik atau berencana untuk memiliki kaos yang limited edition dengan lukisan yang special tak ada duanya, silahkan kontak ke marketing.kaos.kutubuku@gmail.com atau bisa menjelajah dulu webnya di www.kaosanakindonesia.com dan dapatkan penawaran terbaik sesuai selera anda.
[Sebagian] Name Card stake holder pebisnis Konveksi
di Showroom Disperindagkop Sleman
Bagaimana dengan pengalaman menggunakan jasa konveksi? Jelas dunk jika saya merupakan konsumen konveksi, terutama produk-produk konveksi lokal [dalam negeri], tentu amat sangat sering. Segala rerupa out fit dan pernak-pernik yang kami kenakan sehari-hari adalah produk konveksi lokal. Sebagian memang ada yang dibuat berdasarkan pesanan/menggunakan jasa konveksi [penjahit]. Terutama untuk menjahitkan baju seragam dan baju yang saya gunakan untuk ke kondangan misalnya. Cukup dengan menemukan penyedia jasa konveksi yang klik, dalam arti hasil jahitan dan modelnya sesuai dengan yang saya inginkan. Biasanya saya menyerahkan modifikasi model bajunya, termasuk pembelian kain yang cocok untuk dimix dan match dengan baju yang saya pesan tersebut. Ketika ada yang kurang pas, mereka dengan terbuka siap memperbaikinya dengan sistem free of charge. Dalam memberikan pelayanannya, pihak penyedia jasa konveksi juga komunikatif. Misalnya ketika ada modifikasi yang dirasa kurang sreg, maka akan disampaikan terlebih dulu sebelum fixed diproses penjahitannya. Kalau soal harga, rata-rata ya sesuai dengan tingkat kesulitan model baju dan seberapa banyak membutuhkan tambahan bahan [kain dan aksesoris tambahan]
Kaos pada Moment Cities of  Volcanoes ke-8
Nah, kalau pengalaman memesan kaos baik untuk pribadi ataupun seragam, sampai saat ini saya belum pernah. Biasanya ya terima beres kaos tinggal pakai, baik kaos seragam dari tempat kerja atau manakala join di suatu jenis event/komunitas. Apa saja tips [ala saya] dalam memesan kaos yang perlu dipertimbangkan ketika memesan kaos adalah:
  1. Pilih penyedia jasa konveksi kaos yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan jenis kaos yang hendak kita pesan. Karena masing-masing produsen kaso konveksi memiliki segmentasi produk kaos yang berbeda, ada yang menggunakan teknik penyablonan, lukis dan printing. Kecuali jika pesan kaos polosan, yang perlu diperhatikan tentu kualitas bahan dan hasil jahitannya saja sudah cukup.
  2. Menyepakati harga di awal pemesanan. Seperti apa kaos yang kita pesan tentu tergantung dengan bugdet yang sudah direncanakan dan ini perlu disampaikan ke penyedia jasa. Dengan demikian kedua belah pihak sama-sama clear, dengan budget sekian Rupiah akan mendapatkan kaos yang seperti apa.
  3. Service after sale, yaitu jika nanti ada kaos yang sudah terkirim dan ternyata terdapat cacat pengerjaannya: toleransi failure-nya apa saja, tenggang waktu penyelesaian komplain dan garansi/jaminan yang apa saja yang bisa diberikan oleh penyedia jasa konveksi.
  4. Waktu pengerjaan kaos juga sangat penting untuk disepakati karena pemesan tentu sudah merencanakan kaos tersebut akan digunakan kapan dan untuk event apa. Terlebih jika pesanan dalam jumlah besar dan jarak kotanya cukup jauh semisal di Papua dan pesannya pada penyedia KONVEKSI Semarang seperti MUSLIMAX Clothing. 
  5. Jangan lupa menanyakan bonusnya apa saja ya? Lha kan jika pesan kaosnya buanyak, biasanya kan ada bonus, discount, dapat kulkas, rumah atau mobil getuu kan cethar membahana tho?  

Nah, Apakah Anda punya tips jitu atau pengalaman ketika pesan kaos? Dan bagaimana perkembangan bisnis konveksi di daerah Anda?


13
Share
Prolog: Seharusnya tulisan ini  saya posting di akun http://komp.as/jogjahijau tapi karena kala itu registrasi saya tidak kunjung mendapatkan konfirmasi pengaktifan sehingga lewat dari masa submit tulisan. Dalam rangka memasyarakatkan Gerakan Sustainable Consumption Program, Kompas mengadakan workshop kepenulisan dan fotografi yang kesemuanya berporos Sustainable Consumption Program [SCP]: #Don’t (just) Recycle! Think First berkelanjutan mulai September 2014 s.d Januari 2015. Nah, berhubung tulisan ini gagal posting di #jogjahijau,jadi deh publish di sini

Bismillahirrahmaanirrahiim 
Ketika kita dihadapkan pada himbauan “Save water”, yang spontan terlintas adalah Prinsip dan berperilaku hemat air: gunakan air secukupnya dan seperlunya. Konsep ini sebenarnya sudah ditanamkan oleh kebanyakan orang tua dan para nenek moyang kita. Salah satu bagian orang-orang bijak terhadap pola penggunaan air tersebut adalah Kedua orang tua saya. Sedikit ikut berbagi kisah kasih yang dikembangkan dalam pola didik terhadap anak-anaknya, khususnya soal penggunaan air. Berdamai dengan alam, mungkin ini salah satu refleksi dari beradaptasi. Iyaah, kami tinggal di daerah yang memiliki keterbatasan dengan ketersediaan air di saat musim kemarau. Lamongan, merupakan salah satu wilayah yang termasuk menjadi langganan kekeringan air di kala musim kemarau menyambangi musim. Dengan sebuah teori dasar: untuk mendaptakan air itu tidak mudah yaitu harus menimba dari sumur yang sangat dalam atau mengambil dari desa lain yang berjarak beberapa kilometer. 

Sehingga dalam keseharian sudah ditanamkan pola-pola untuk berhemat air seperti yang belakangan ini digencarkan dalam rangka kampanye Save Water di seluruh penjuru dunia. Sekedar bernostalgia tentang kebiasaan bijak menggunakan air yang telah dibiasakan oleh orang tua kami, bisa saya sebutkan bagian dari budaya hemat air yang saya sejak kecil antara lain:
  1. Mencuci baju seminggu sekali. Sekilas terkesan: Idiiih, jorok nian ya, lha nyuci baju kok seminggu sekali? Maksudnya, kalau mencuci baju ya nunggu jumlah baju kotornya banyak, yang diperkirakan bisa sekali periode mencuci baju dalam kuota baju oran serumah. Atau, karena kami sudah dibiasakan untuk mengurusi keperluan diri sendiri sejak SD kelas 3, lha kan kalau tiap haru nyuci baju kan capek karena nimba air berkali-kali hanya untuk mencuci baju dua atau tiga potong, ribet, riweh. Jadi ya saya kumpulin sampai seminggu baru deh dicuci pas hari libur sekolah. 
  2. Memanfaatkan air bekas cucian beras yang digunakan untuk minum binatang piaraan yang kami punyai kala itu, kambing, sapi atau ayam serta untuk menyirami tanaman konsumtif (sayur dkk). 
  3. Ketika musim kemarau, air bekas mencuci pakaian kami gunakan untuk menyiram halaman rumah dan bunga, sedangkan untuk air bilasan mencuci baju yang terakhir biasanya kami manfaatkan untuk mencuci sepatu atau sepeda onthel kesayangan (the only one). 
  4. Untuk mencuci piring, Ibu saya mengajarkan untuk menggunakan 3 baskom air: Baskom pertama, untuk merendam piring kotor. Baskom kedua untuk membilas piring/gelas yang disabun. Baskom ketiga untuk finishing alias bilas bersihnya.
  5. Kalau mandi pakai gayung, kira-kira 5-7 gayung cukuplah. Apalagi jika musim kemarau, bisa-bisa 3-4 gayung saja dan mandi cukup sekali saat sore hari. Hehehe
  6. Untuk wudhlu menggunakan ‘padasan’ yakni gentong ukuran kecil yang dikasih lubang kecil yang difungsikan sebagai kran untuk outlet air wudhlu
  7. Ketika hujan menampung air dari pancuran untuk mengisi dua gentong besar di dapur yang sehari-hari digunakan untuk memasak. Lumayan, tidak perlu capek-capek menimba air dari sumur kan? Sekaligus di saat-saat hujan, kesempatan untuk rajin mencuci baju sambil mandi dan keramas dengan berhujan-hujan. Jangan tanya soal pilek atau masuk angin ya? Waktu dulu, kami sudah terbiasa dengan bermandikan sinar matahari dan hujan ketika membantu pekerjaan di sawah. 
  8. Ketika musim hujan, menyuci sepeda onthel cukup dibiarkan kehujanan di luar ketika turun hujan. Apa tidak takut berkarat? Saat itu tidak terpikir soal sepeda berkarat, wong nyatanya sepeda butut kami baik-baik saja meski sering kehujanan kok. Bahkan sepeda pancal yang saya gunakan saat SMP sampai sekarang masih bisa digunakan dengan lancar jaya (saat ini sudah hampir 25 tahun saya lulus dari SMP).
Dan masih banyak lagi kebiasaan bijak yang ditanamkan pada kami semenjak usia kanak-kanak, yang sebagian besar masih kami lestarikan sampai sekarang untuk kemudian bisa dilanjutkan oleh generasi kami selanjutnya. Karena main core dari save water adalah ketersediaan air untuk kelangsungan kehidupan di masa mendatang.  Jika dimasa kecil saya ditanamkan KEBIASAAN hemat air, pada perkembangan selanjutnya dimana populasi manusia semakin bertambah, pola hidup juga berkembang serta dampak lingkungan akibat jumlah limbah/sampah baik industri maupun rumah tangga yang kian meruah, adalah sumber-sumber yang mengancam ketersediaan air yang tak hanya dalam batasan mencukupi untuk masa-masa tertentu, tapi juga mengancam kelestarian sumber air untuk mendukung kehidupan di masa-masa mendatang. 

Bila tiga dasawarsa lalu, orang tua kita telah mengajarkan untuk terbiasa berpola hemat dalam menggunakan air, maka Tantangan terhadap masalah air di masa-masa selanjutnya  secara global sudah TIDAK MUNGKIN lagi bisa dipecahkan dengan pemecahan persoalan-persoalan yang sudah ada saat ini semacam [hanya] pola-pola berhemat air. Karena Permasalahan air di seluruh dunia ini sebenarnya berakar dari hubungan fundamental manusia dengan alam yang seiring dengan masalah-masalah ekonomi, sosial dan ekosistem yang menyertainya sehingga berdampak (salah satunya) pada kelestarian sumber air.


Jadi, secara hukum demand and order, prinsip 3R ( reuse, reduce, dan recycle) sudah SAATnya didahului dengan pola pikir: THINK FIRST. Hemat air saja, sudah tidak cukup tangguh ‘membendung’ laju drastis penurunan ketersediaan air. Sedangkan mengaplikasikan prinsip 3R pada intinya hanya bersifat “delay Time” sebelum benar-benar terbuang ke alam bebas dalam bentuk sampah yang pada akhirnya akan menjadi salah satu sebabt utama yang memicu terjadinya masalah air di bumi ini. 

So, it’s time to think first for everything we gonna do in our life. Dalam setiap aspek kehidupan dan penggunaan barang konsumtif kita wajib mengedapankan pertimbangan THINK first sebelum memilih dan membuat keputusan. 

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” QS. Ar ruum: 41




4
Share
Landmark yang disematkan pada suatu spot wisata tentu sudah bukan hal baru. Begitu pula Landmark daerah yang dimaskudkan [salah satunya] sebagai “label” yang diharapkan mudah dilihat dan diingat bagi siapa saja yang sedang melintasi di [kawasan] daerah tersebut. Makanya saya tak bisa menyimpan rasa takjub manakala  Bismillahirrahmaanirrahiim ketika ke pasar Denggung sekira dua minggu lalu, melihat penampakan landmark dengan bunyi KABUPATEN SLEMAN yang anggun di sisi utara lapangan denggung [disebut juga alun-alun Sleman, satu area dengan taman Denggung] // / Jalan Magelang Km 10 [Denggung, Tridadi], Sleman, 

“ EH, landmark Kabupaten Sleman itu sejak kapan tho?” tanya saya ke teman di kantor. Barangkali karena saking jarangnya saya lewat sekitaran Lapangan Denggung sehingga kupdet tentang kehadiran landmark tersebut. Wong belanja juga seringnya ke arah pasar Sleman atau toko/penjual sayuran yang terletak searah dengan sekolahnya Azka. 

“ Lhoh Sleman punya Landmark, dimana?” *tuing-tuing* langsung deh bertambah rasa takjub saya. Teman yang saya anggap sering mobile malah gak tahu kalau ada Landmark yang saya tanyakan tersebut. “ Ahhh, barangkali kebetulan dia belum melintas di sekitaran lapangan Denggung “ batin saya dan memforward pertanyaan sama ke bebrapa teman lainnya.


“ Landmark Kabupaten Sleman sudah ada tho? Kapan dipasang? Dimana?” Jawaban yang tak jauh berbeda. *kok banyak yang belum tahu?---> tanya pada rumput yang bergoyang*

“ Landmarknya itu bertuliskan KABUPATEN SLEMAN dan terletak di sisi utara lapangan Denggung” jawab saya sedikit bangga *sokgaul*. 

“ Kenapa diletakkan pada sisi utara lapangan? Itu kan berhadapan dengan pasar?” pertanyaan balik yang bikin saya nyengir kuda.

“ Yo pantesan aku ora weruh. Lha aku kan gak pernah ke pasar Denggung sih Mbak?” 
“ He-eh, ke pasar Malioboro saja rame Mas”  
“ Berarti njenengan kudunya tanya ibu-ibu yang sering ke pasar Mbak. Atau penjual di pasar Denggung, tentu mereka tahu kapan Landamark itu dibikin di sana.” 
“ Ide bagus, ayo traktir aku makan mie pangsit lapangan Denggung sekarang ya? Sekalian nanti kita tanya-tanya sejarah Landmark Kabupaten Sleman tersebut dan poto-poto narsis di sana”
“Weleh-weleh, endingnya ini lho yang bikin maju cantik mundur cantik…ogahhhhh, hahahaa…"

Secara umum, dari sekian teman yang saya tanyain tentang Landmark Kabupaten Sleman, justru memberikan pertanyaan balik “Kenapa Landmark tersebut tidak diletakkan pada sisi yang berhadapan dengan Jalan Magelang ya? “ 
Alhamdulillah, bukan hanya saya yang memiliki kepenasaran tersebut. Sangat wajar jika kami penasaran dengan posisi landmark tersebut karena dari [sedikit] yang saya pahami bahwa something yang  disebut Landmark adalah bentukan visual [buatan maupun alamiah] yang menonjol keberadaannya dan memiliki fungsi antara lain: 
  1. Identitas atau penanda suatu tempat/daerah.
  2. Pengingat /reminder sehingga biasanya landmark memiliki sifat “mengesankan” 
  3. Ciri khas yang memiliki karakteristik [unik] karena pada umumnya Landmark merupakan hasil buatan manusia yang dibuat sedemikian rupa agar special.
  4. Titik Orientasi suatu tempat
  5. Untuk berfoto-fotoan seru [hayoo ngaku, siapa saja yang suka berfoto ria di dekat landmark saat traveling ke suatu daerah?]
  6. Dipersilahkan jika mau menambahkan tujuan dan manfaat landmark lainya, Hehehe..
Penampakan dari Sisi Timur
Sangat lumrah dan seharusnya suatu Landmark berada di point of view yang strategis. Tanpa celingak-celinguk, orang yang sedang melintas di kawasan tersebut sudah bisa langsung tersita pandangan dan perhatiannya oleh keberadaan suatu Landmark. 

Nah, wajar jika saya dan beberapa teman beropini kenapa Landmark Kabupaten Sleman tersebut diletakkan pada sisi alun-alun Sleman yang berhadapan dengan pasar tradisional Denggung. Alangkah indahnya jika posisi Landmark tersebut berada pada sisi alun-alun yang berhadapan dengan Jalan Magelang. TAk ada maksud untuk memperdebatkan pemilihan letak landmark tersebut karena tentunya penempatan Landmark tersebut sudah melalui studi kelayakan dan perhitungan yang mumpuni. Mungkin cita rasa saya saja yang terlalu umum, yakni berdasarkan pada BIASAnya landmark yang pernah saya lihat berada di titik-titik yang strategis [TIDAK NDELIK]. 

Overall, saya pribadi apresiatif dengan kehadiran Landmark Kabupaten Sleman ini yang tentunya akan menambah keistimewaan bagi DI Yogyakarta *Hopefully*

Oia, Apa saja Landmark yang ada di daerah Anda [Landmark alamiah maupun buatan manusia]? Atau, landmark apa/daerah mana yang paling berkesan bagi Anda?

Note: Sekilas pandang posisi alun-alun Sleman: 
* Sisi utara menghadap pasar denggung; 
* Sisi timur berhadapan dengan Jalan Magelang, 
* Sisi selatan berhadapan dengan Jalan KRT Pringgodiningrat [arah ke pusat pemkab Sleman];
* Sisi barat berhadapan dengan beberapa gedung milik pemkab Sleman [salah satunya gedung serba guna]

9
Share
Bunga malam dan bunga di tepi jalan, Kira-kira mana yang lebih menarik perhatian? Bismillahirrahmaanirrahiim mumpung lagi suka jalan-jalan, antusias motret-motret bunga di tepi jalan yang saya temui di sepanjang rute JJS pagi ini.  Tidak semuanya ada di tepi jalan, ada juga yang di depan rumah orang. Yang penting masuk range untuk di jepret. Lha start jalan-jalan pagi di Hari Jum’at sudah telat, sehingga just me menapaki jalan Parasamya menuju seruas Jalan Magelang dan ambil belokan ke Kanan, menyusuri jalanan desa yang di kanan-kiri terhampar tanaman padi menghijau. 
Nama Versi saya: Bunga Ganyong
Nah, mumpung jalan sendirian…bisa leluasa motret-motret tho? Kan gak bikin yang lain terhenti-henti untuk nunggu saya yang mandeg-mandeg tiap kali see something yang menarik untuk di shoot. Potograper amatiran dengan kamera poket, tapi karena obyeknya bunga-bunga, menurut saya hasilnya tetap cantik-cantik semua.
Bunga Jam Empat

Belum tahu namanya jugak
Dipersilahkan memberikan nama sesuai jenis bunga yang sudah anda kenali. Saya juga memberi nama berdasarkan "the name" yang memang sudah saya kenal di daerah saya. Jadi harap maklum jika ada penamaan yang nyleneh. Hehehehe #piss

Bunga Bakung

Bunga Bawang 
Belum tahu namanya [ nge-Zoom juga]

BUNGA-BUNGA di tepi Jalan yang saya pajang ini benaran bunga yang berwujud tanaman [sudah terlihat dari barang bukti hasil jepretan soale]. Kalau bunga malam, saya no comment. Karena nanti bisa memancing kumbang malam? Padahal, kalau kumbang yang asli, apa iya keluar malam? Kalau bunga malam beneran, kan ada bunga sedap malam itu? Cantik loh…sayang saya belum pernah moto bunga sedap malam. 
Terompet ungu [ngarang lho?]
Bunga Tapak Dara

Pacar banyu [merah]

Pacar banyu putih

Any one know this flower?
[mirip] Anggrek Ungu --> mode zoom

Puteri malu
Kesimpulan saya, walaupun bunga itu tumbuh di tepi jalan yang tak henti kena tempias debu dan kotoran, ketika mekar kelopaknya tetap memancarkan keanggunan yang sejati. Walaupun bunga di tepi jalan itu tumbuh liar, tak terawat, di dekat comberan, toh bunganya tetap CANTIK menawan hati kok. Bikin fresh dan adem gettu melihatnya.
Bunga Adenium [ada yang punya/bukan bunga liar di tepi jalan]
Makanya, bebungaan adalah salah satu obyek favorit untuk jadi sasaran tembak kamera sederhana saya.  Hanya saja, ketika bunganya berukuran kecil, agak susah mendapatkan gambar yang jelas kelopak-kelopaknya. Mestinya pakai Mode Makro, latapi kameranya gak ada opsi untuk setingan makro-mikro. Ya sudahlah, nikmati saja dan leluasain diri untuk jepret-jepret sana-sini. 

Feel the fresh air, hear the wind blows, see the flower and green field, How wonderful life can be created in every single breath.


♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠


Noted: 
Foto-foto diambil pada 06/02/2015 [Jalan-jalan pagi di Hari Jum’at] di sekitar lingkungan Kantor Pemkab Sleman. Foto hanya saya compress ke opsi document.



10
Share
Film Indonesia, antara dilema dan menerima? Ini sih tema yang berat untuk saya yang kurang mengikuti perkembangan dunia perfilman. Sedikit yang saya amati, Bismillahirrahmaanirrahiim memang dunia perfilman Indonesia mulai menunjukkan perkembangan yang significant sejak kemunculan Mbak Dian Sastro dalam AADC. Iyah, saya menyebutnya Bianglala Film Indonesia mulai muncul penuh warna semenjak AADC tersebut. Meskipun tidak serta merta grafik perkembangannya bergerak secara linear, tapi bisa dibilang  cukup menggembirakan karena satu demi satu film-film baru mulai di produksi, baik film indie maupun gak indie. Bahkan beberapa film Indonesia sudah ada yang mendapat perhatian pecinta film internasional, seperti The Raid. Iya sey, saya pribadi kurang begitu bisa menikmati jalan cerita dalam film yang penuh adegan baku tembak dan adu jotos itu.

Perkembangan film Indonesia juga membukukan catatan bahwa semakin banyak Tema cerita yang diangkat juga mulai beragam dengan kualitas cerita yang lebih baik. Dan perkembangan lain terkait dunia perfilman Indonesia satu dekade belakangan ini, para produsen film semakin banyak yang tertarik untuk mengangkat cerita dari novel yang best seller. Sudah banyak judul film yang diangkat dari novel, antara lain: 
Ayat-ayat cinta [AAC], Ketika cinta bertasbih [KCB], Laskar pelangi, Negeri 5 menara, Endensor, 99 cahaya di langit eropa, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Moga Bunda Disayang Allah, Hafalan sholat Delisha, 9 Summers 10 Autumns, Ibuk, Perahu kertas, Sang penari, 5CM, Zahrana, Assalamu’alaikum Beijing, Hhemmm….apalagi ya? Masih banyak dan semoga lebih banyak lagi Novel Indonesia yang diangkat menjadi cerita film di masa-masa mendatang

Banyak banget film Indonesia yang mengukir prestasi best seller mengikuti jejak prestasi versi Novelnya.  Perkembangan yang tak kalah menggembirakan adalah tak hanya melirik novel-novel best seller yang diangkat dalam versi layar lebar, tapi juga tulisan blogger pun mulai diperhitungkan untuk dijadikan film! AMAZING….

Raditya Dika menjadi pelopor penulis blog yang tulisannya difilmkan. Tak hanya satu film, tapi beberapa film dibuat berdasarkan tulisan Mas Blogger Raditya Dika. Beberapa juudl film yang saya tahu antara lain; Kambing jantan, Manusia Setengah Salmon, Cinta Brontosaurus, Marmut merah jambu, Cinta dalam kardus. 

Tuh kan, bahkan tulisan blogger juga memiliki daya tarik untuk difilmkan. Hayuukkkk...makin semangat untuk menulis di blog yang lebih tertata dan memiliki ruh yang jelas. *PAdahal saya sendiri masih fokus nulis di blog untuk senam jari tangan dan agar daya ingat tidak mengalami demensia dini. Kalau di kemudian hari ada yang nyasar di blog saya dan memakainya jadi judul film, seneng banget. #ngarep boleh kan? 
Big HOPE, semoga unsur selektif terhadap konten [kualitas] Novel atau blog tetap menjadi skala prioritas [utama], karena bukan tidak mungkin sesuatu yang nge-HITS [best seller] itu karena dominasi sensionalitas saja kan? 
Credit dari SINI
Saya pribadi sangat mengapresiasi terhadap good will produsen film yang mulai memperhitungkan dan mempertimbangkan novel-novel serta konten blog karya anak Indonesia untuk di filmkan. Artinya kekuatan budaya lokal dan kekayaan geografis (untuk lokasi pembuatan film) akan lebih dominan dalam Bianglala Film Indonesia. Manfaat bangkitan lain yang tak kalah berbianglala adalah trigger potensial yang membuat banyak orang gemar menulis bermacam MOMENT dalam keseharian. Jika gemar menulis, secara multiplier akan membangkitkan minat membaca buku dan dinamika sosial di sekitarnya. 

Nah, bagaimana trend perkembangan perfilman di Indonesia menurut Anda? 


Noted:
Bukannya saya gak pengen lihat novel yang dijadiin film. Tapi dari sekian film yang diangkat dari buku/novel, saya merasa ada yang "berubah". Hal ini bisa jadi karena ketika membaca versi asli di buku/novel, imaji saya berkreasi visualisasi sesuai cita rasa saya. Sedangkan naskah buku/novel yang diFilmkan  juga melalui proses  "penerjemahan" versi tim kreatif pembuat film. So, dari pajangan novel di atas, untuk versi filmnya, saya melihatnya ketika sudah tayang di Televisi deh. Hehehe




26
Share
Gendhis itu pasti manis, kalau gak manis berarti bukan gendhis sehingga  Bismillahirrahmaanirrahiim kesan manis pula yang saya rasakan saat bisa windows shopping ke Gendhis beberapa waktu lalu. Bersama para emaks manis-manis dari Kumpulan Emak Blogger (KEB) yang tinggal di DIY dan sekitarnya, dikawal dua bodyguard dari KEB Mak Lusi dan Mak Indah   kami diterima diberi kesempatan oleh empunya Gendhis untuk blusukan ke showroom yang baru terletak di Desa Trihanggo, Gamping [bersebelahan dengan pabrik Teh Poci]. Tararaaa…..tibak’e lokasinya cukup dekat, dari Beran Kidul [Tridadi] butuh waktu 15 menit saja. Lha wong cedhak buangets gettu, kalau saya berangkat sendiri kayaknya satu jam baru tiba di lokasi karena perlu adegan kesasar-kesasar dulu. 
Tukang potret: Ardiba Sefrienda
Outlet baru Gendhis yang diperuntukkan juga bagi friends-nya Gendhis, maksudnya para wirausaha dan pelaku womenpreneur, specially untuk produk-produk outfit. Jadi, jika bingung mau bergaya OOTD apa, bisa tuh datang ke gendhis dan keluar dari sono langsung berubah jadi eye cathing mulai kaki sampai kepala karena di show room Gendhis tak hanya menyediakan aneka tas, tapi juga ada sepatu, baju, jilbab, aksesoris yang bejibun. Bisa dibilang, showroom Gendhis yang di Gamping ini menawarkan konsep ONE STORE fashion, cocok banget bagi yang pengen tampil ghaya tapi masih bingung mix match out fitnya kayak gimana. Untuk Reportase kunjungan ke Gendhis ini sudah diulas disini lho:
  1. Dengan gaya detail oleh Mak Lusi http://www.beyourselfwoman.com/2015/02/event-keb-belajar-entrepreneurship-di.html. 
  2. Ada juga Mak Nunung yang menceritakan dengan sistematis http://www.ummunawazim.blogspot.com/2015/02/keb-jogja-visit-to-gendhis-natural-bags.html. 
  3. Ehhhm terus ada juga news yang dibuat oleh Mak Ardiba untuk web KEB yang ini http://emak2blogger.web.id/gathering-kumpulan-emak-blogger-di-gendhis-bags-gallery-yogyakarta/. 




Bagi yang ingin membaca ulasan dan cerita kunjungan ke Gendhis Bags monggo langsung mlipir ke postingan-postingan di atas. Mumpung awal bulan, sapa tahu pas baca-baca reportase Manisnya jalan-jalan ke Gendhis kemudian tergoda untuk membeli tas hand made yang bermerk Gendhis kan? 

Mayoritas produk gendhis terbuat dari bahan natural, makanya secara harga bisa “terasa” juga, at least bagi saya sendiri. Secara harga yang "terasa" tersebut sebenarnya ya equivalent dengan waktu, pikiran dan tenaga saat proses pembuatan tas. Secara, bahan natural kan perlu kekhusyukan yang khusus untuk menghasilkan tas yang anggun, elegan dan awet pastinya.

Makanya, bisa ikut berkunjung ke Gendhis saja sudah seneng banget karena bisa window shopping secara puas tanpa malu-malu karena hanya lihat, pegang dan motret-motret duang. Cobak kalau saya datang sendirian, dijamin gak sampai 10 menit sudah keluar dari gendhis karena salting tidak beli tas dan hanya windows shopping. Ya iya sih, dilema salting tersebut semata saya-nya saja yang gak pede. Lha wong Ibu Ferry dan segenap staf di Gendhis pada ramah dan welcome pada semua orang yang berkunjung kok. 


“ Gendhis besar bukan karena banyak ekspor lho? Gendhis besar karena market dalam negeri sendiri yang sangat antusias terhadap hasil kreatifitas anak bangsa, salah satunya terhadap produk-produk Gendhis” Demikian [ kurang lebih], sebaris kalimat menuju sesi terakhir sharing rahasia sukses berwirausaha yang disampaikan oleh owner Gendhis untuk di sounding-kan. 

Ini termasuk selfie gak ya?

Bagi yang hobi OOTD, jangan ragu untuk pilih produk Gendhis, lha first lady Indonesia saja [sejak masih Solo] sudah menjadi langganan Gendhis kok. Apalagi mumpung ada lomba selfie di Gendhis sampai dengan akhir Bulan Pebruari ini. Lomba poto selfie ini cukup dengan upload ke twitter atau Instagram dengan mention @gendhisbag dan sertai dengan #selfiegendhis.



8
Share
Beberapa tahun belakangan ini, wisata di daerah Gunung Kidul mulai banyak jadi perbincangan, khususnya bagi para pecinta wisata alam. Nama Gua pindul, pantai Baron, Pantai Indrayanti, Pantai Krakal, Kukup, sudah nangkring manis dalam list destinasi wisata yang menggoda iman. Bismillahirrahmaanirrahiim pantai Sadranan pun tak kalah mempesonanya. Pantai ini berada satu sederet dengan pantai krakal, kukup, drini, sundak, indrayanti.  Tepatnya adalah di sebelah Pantai Krakal, sehingga jalan yang kami lewati juga searah dengan jalan masuk ke Pantai Krakal. 

Dan saya yang sudah sejak lama saya mendengar kemolekan pantai Baron CS tapi belum juga kesampaian untuk menikmatinya secara langsung. Pucuk di cinta ulam tiba, ada acara gathering dengan teman-teman kantor yang memilih tujuan ke Pantai Sadranan dengan pertimbangan pantai ini belum banyak dikenal wisatawan sehingga masih asri, nyaman dan bisa puas menikmati keelokan pantai. 

My Fave angle:  Harmoni antara langit biru, awan, karang dan hamparan pasir pantai
Penasaran pengen bisa sampai ke karang 

Butuh waktu hampir 2,5 jam untuk sampai di Sadranan, maklum rute mulai piyungan – wonosari dihiasi spot-spot kemacetan. Jadi ya meskipun sudah start berangkat mruput dari Sleman, tiba di Sadranan sudah menjelang tengah hari. Pantai yang terletak di Dusun Pulegundes II, Desa Sidoarjo, Kec. Tepus, Gunung Kidul ini konon kata teman-teman tak kalah sexy dengan pantai Baron dan teman-temannya yang sudah lebih dulu go public. Sambutan pemandangan di pantai Sadranan membuat rasa penat duduk di bis seketika menguap. Garis pantainya yang indah dengan hiasan karang-karang, hamparan pasir putih yang bersih dan alunan suara ombak yang mendesah mesra silih berganti mencium bibir pantai, bukankah itu surga pantai yang banyak kita impikan saat hendak berwisata pantai? Apalagi suasana yang relatif sepi karena belum banyak pengunjung yang mengenalnya, maka saya menyebutnya PANTAI [PERAWAN] SADRANAN. 


Tak jauh dari bibir pantai, tersedia gubuk-gubuk [kayak pos siskamling di desa saya tempo dulu] model bangungan panggung yang disewakan bagi para pengunjung. Dengan harga sewa Rp. 20.000,- ukurannya cukup besar sehingga bisa digunakan untuk santai menikmati laut sambil ngobrol ngalor-ngidul. Apalagi di sisi barat terdapat karang-karang yang sebagian dindingnya menggantung, asyik jika main air di situ kayaknya. Jika mau maksimal beraktifitas di airnya, ada agen penyewaan peralatan snorkling lengkap. Secara, pemandangan di bawah air di Pantai Sadranan ini juga sangat ciamik loh #katanya. Kan saya dengan cerdas berhasil melarikan diri dari “pemaksaan” teman-teman untuk nyemplung ke laut. Caranya, saya sigap menangkap kesempatan untuk suka rela bawain kamera DSLR, si empunya kamera semangat mandi di laut soale. 

Ini namanya ketiban rejeki nomplok, bisa membebaskan diri nyemplung ke laut sekaligus bisa leluasa mengambil gambar pemandangan pantai. Lebih puas dan maksimal motret pakai kamera DSLR Nikon 7000D yang sudah sejak lama saya idam-idamkan. Kamera merk Nikon 7000D memang sepadan dengan harganya. Ketika kemarin saya search di Blanja.com, dan menemukan Kamera DSLR Nikon D7000 Kit 18-55 VR harganya Rp. 10.800.000,-. Waaahhhh harga yang ditawarkan sih memang kompetitif, tapiiii…sepertinya saya masih harus mencukupkan menggunakan hak pinjam kamera punya teman deh. Ambil enaknya, yang penting bisa asyik puas mengambil angle-angle Pantai [Perawan] Sadranan dengan kamera keren. 

Kamera [pinjaman]: Nikon 7000D yang bikin puas motret bertubi-tubi
Oia, perlu berjalan kaki sekitar 200 meter dari tepat parkir untuk sampai di bibir pantai, hanya perlu bayar tarif parkir saja. Belum ada regulasi yang mewajibkan pengunjung pantai untuk bayar HTM. Konon, dinamakan Sadranan karena pantai ini kerap digunakan untuk nyadran. Makanya dari awal dengar nama pantai ini kok namanya mirip dengan tradisi yang ada di desa saya: Nyadran yang dimaksudkan sebagai peringatan hari jadi desa. Mungkin praktek ritual nyadrannya mirip dengan acara petik laut di Muncar. Kan umumnya, di daerah pesisir [Indonesia] ada tradisi petik laut tho?

Salah satu spot yang recomended untuk pre-wedding
Empunya Kamera  "levitasi" paling sukses



Pondok untuk bersantai
Perlengkapan snorkling yang siap dipakai [sewa]


Fasum yang tersedia
Main gebyur-gebyuran di air dengan leluasa? Menyelam menikmati pesona bawah air yang menawan? bermain pasir yang putih bersih. Yaakkk, tak salah lagi......Pantai Sadranan salah satu pilihan yang tepat. Bagi yang tertarik lebih pol-polan wisatanya, tersedia Penginapan tak jauh dari kawasan pantai. Atau para pecinta petualangan alam terbuka, terdapat camping area yang strategis juga. Fasilitas umum juga sudah tersedia, warung-warung, tempat mandi, juga ada mushola. Ternyata, Pantai sadranan ini mulai dilirik pasangan calon-calon pengantin untuk mengambil pre-wedding di situ. Sedikit saran buat yang tertarik untuk berkunjung ke Pantai [Perawan] Sadranan ini, Kalau mau memuaskan diri menikmati panorama pantai yang tenang, asri, nyaman dan tenang, usahakan datang sebelum jam 10. Karena begitu matahari semakin meninggi, pengunjung sudah mulai ramai dan mayoritas kaum muda-mudi.  

Sebelum beranjak pulang, tertanam sebait harapan semoga keindahan, kenyamanan, kebersihan dan ketenangan Pantai Sadranan ini bisa lestari. Sangat menyedihkan jika sekian tahun ke depan, ketika pantai ini sudah semakin populer dan HARUS bernasib tragis seperti pantai Parangtritis, Kuta dan pantai - pantai terkenal lainnya yang saat ini kondisinya memprihatinkan. 

Semoga, tata kelola wisata nantinya tetap memprioritaskan kelestarian alam dan para pengunjung pada aware untuk menjadi wisatawan yang cerdas dan cinta lingkungan sehingga status Pantai Sadranan ini bisa tetap menjadi salah satu pantai perawan yang selalu dikangeni.

50
Share
BLOGGER adalah isitilah beken bagi Orang-orang yang aktif beraktifitas di media online yang bernama BLOG. Sejujurnya, Bismillahirrahmaanirrahiim saya amat masih belum PeDe untuk menyebut diri sebagai blogger. Untuk skala diri saya, sepertinya penyebutan yang bisa diterima secara logika adalah [kebetulan] saya menulis di media online yang disebut Blog. Ritme menulis pun ala sesempatnya, kualitas tulisan juga masih alay-alay plus angin-anginan tapi BUKAN angin ribut sih. Jika ditanya apa sih pentingnya Event Blogger? Bagi saya pribadi yang masih amateur-an di dunia blogsphere menganggap EVENT BLOGGER sangat penting, baik skala nasional maupun momentum lokal/spontan yang biasa disebut kopdar. Dengan adanya event yang membawa umbul-umbul EVENT BLOGGER merupakan salah satu jembatan untuk bisa bersua langsung dengan para BLOGger. 

Event blogger adalah media pertemuan dengan berpijak bumi antara AKU dan Blogger. Ada yang bilang, bahwa era digital memudahkan kita bisa berteman dan bertemu siapa saja meski tanpa bertemu langsung face to face. Tapi JIKA Event Blogger kan kesempatan emas yang sangat sayang jika diabaikan tho? The bound of event blogger adalah FRIENDSHIP, dari media ONLINE ke OFF LINE yang memungkinkan jalinan SILATURAHIM lebih membumi. Ya minimal ketika ada event blogger, memberi saya kesempatan untuk berkenalan bilamana sama sekali belum pernah saling bersapa ria via blogwalking ataupun community social media lainnya. Dan akan lebih mengakrabkan saya dengan teman-teman yang sudah pernah “ketemu” melalui jejak BeWe dan atau kebetulan tergabung dalam community yang sama. Dan kebaikan-kebaikan simultan pun tak bisa dipungkiri menyertai dalam ajang event blogger.
  1. Meningkatkan keakaraban dari yang sebelumnya masih kenal sebatas virtual dan mengkarabkan dari yang sebelumnya belum kenal sama sekali. 
  2. Tambah kepercayaan bahwa banyak teman banyak saudara Jadi kalau sewaktu-waktu kesasar dimana gettu dan kebetulan ada teman blogger yang kita kenal, kan bisa tuh numpang nginep gratis atau minta di antarin ke kemana-mana #modusbanget.
  3. Event Blogger pun memberikan kesempatan untuk menemukan pintu-pintu rejeki baru. Kan biasanya ada lomba, door prize dan tentunya bisa memperluas networking ~ merupakan bentuk-bentuk rejeki kan ya?
  4. Memperpanjang harapan hidup. Ketemu banyak orang, bersama-sama dalam event yang menyegarkan pikiran, bisa saling berbagi pengalaman, game-game yang seru dan berbagai kegiatan lain yang menyertai event blogger, outcome-nya tentu bisa mengurangi stress kan? Bagi yang sudah bisa menghandle stress, ya bisa re-charge pikiran dan memberikan ide-ide baru, sapa tahu kan?
  5. Manfaat lainnya [Antara] Aku, Blogger dan Event Blogger? Hemmm….masihhh buanyakkk kok. So, selagi bisa ikut event blogger why we don’t take it? 
Memang sih, banyak manfaat baiknya dan IMHO rasanya nyesek jika tidak bisa ikut dalam event blogger. Tapi saya juga tak bisa menafikkan bahwa ada hal-hal lain yang perlu disertakan dalam pertimbangan manakala hendak ikut event blogger. Apalagi mengingat saya yang saat ini not single anymore yang tak mungkin lagi ejeres kesana kemari semau guweh. 

Family come first, ini pertimbangan utama saya saat ada event blogger. Yang kedua adalah adakah acara [kantor/lainnya] yang bersamaan dengan jadwal event blogger? Jika ada, tentu perlu saya lihat dulu apa masih memungkinkan untuk di switch atau skip? Pertimbangan ketiga yaitu bilamana acara diselenggarakan di luar kota yang jaraknya jauh, sementara semua cost yang timbul harus ditanggung sendiri, sepertinya saya masih perlu mempertimbangkan sekian kali bilamana ingin ikut event blogger yang butuh biaya tinggi. Hehehee…
 
Lha kalau begitu, berapa kali saya pernah ikut event blogger? Untuk skala event blogger, saya termasuk masih belum sering ikut. Blogger Nusantara 2013, sepertinya ini event blogger pertama yang saya ikuti. Secara acaranya di Yogya dan kebetulan timing-nya klik, saya sangat antusiaslah ikut BN 2013 tersebut. Beberapa event blogger lainnya yang saya ikuti adalah: NgaBLOGburit bareng Aqua ke unit Plan di Klaten, Kopdar Lazada di UGM, Nangkring bareng Kompasiana dan BI di BI Yogyakarta, Halbi 2014 bersama KEB area Yogya dan sekitarnya. Tuh kan, masih sedikit banget kepesertaan saya di event blogger?


Lantas apa harapan saya mengenai event blogger di tahun 2015 ini? Simple hope dan gak muluk-muluk, sering-sering ada event blogger di Yogya dan sekitarnya agar saya berpeluang bisa ikut. Untuk kemasan acara, harapannya ya yang bisa benar-benar membaurisasikan peserta yang hadir di event blogger. Ah iya, banyakin game on the spot [tapi bukan lomba-lomba adu intesitas mengakses gadget saat acara lho?], lomba versi blog dan pastinya jangan lupa hadiahnya yang segabrek biar pada semangat semuanya. 

Nah, bagaimana dengan harapan Anda mengenai event blogger tahun ini? Sudah pernah ikut event blogger juga kah? Dan….apa manfaat dari event blogger yang Anda pernah diikuti?


♠♠♠ Facebook | Twitter | Instagram | Linkedin ♠♠♠
 
 
53
Share
Dalam rangka melanjutkan belajar nulis true story, part I: Metamorfosa cinta dari surga dan Bismillahirrahmaanirrahiim ini adalah serangkum kisah Sebuah Akhir adalah Babak baru yang   dimulai dengan berdamai pada takdir: Mengatasi rasa kehilangan dan bergegas meracik rekayasa keseharian agar bisa melanjutkan kuliah tanpa mengabaikan adik-adiknya. Serangkaian perubahan simultan lainnya memutar total ritme dan rutinitas ulil selanjutnya. 

Ulil mulai menempuh kuliahnya secara PP setiap hari. Menurutku, jarak Surabaya – Gresik terbilang jauh jika hendak ditempuh PP setiap hari. Berangkat dan pulang kuliah naik kendaraan umum dengan rute naik lyn O (Rute Osowilangun - Sukolilo) yang tak jarang butuh waktu tempuh lebih dari satu jam. Kemudian ganti naik bis mini arah Sembayat (Gresik), yang dilanjut lagi naik motor untuk sampai rumahnya. Perhitungan jarak tempuh sekilas tampak simple, tapi yang namanya naik sarana transportasi umum, nge-Lyn (nama angkutan yang nge-trend di Surabaya) tentu banyak mandeg-mandegnya. Dan tak jarang baru bisa start  pulang di sore hari, maka Ulil mensiasati rute pulang dengan naik Lyn O arah jembatan merah (JMP), kemudian oper naik Lyn Ijo (turun di Ramayana Gresik) dan naik angkutan lagi sampai Sembayat [ desanya ULil]. Alternatif ini dipilih manakala perkiraanya sampai Osowilangun lebih dari jam 7 malam  karena bis arah sembayat terakhir jam 7. Tak jarang sampai rumah jam 9 malam, bahkan pernah sekali hampir jam 12 malam baru masuk rumah. Makanya jika ada teman yang pulang ke arah gresik, baginya adalah kesempatan emas untuk numpang gratis, aman dan nyaman sampai sembayat. 

Jeda waktu di rumah digunakan untuk mengurusi rumah, menyiapkan segala keperluan adik-adiknya, terutama si bungsu dan kakaknya yang kala itu masih umur 10 tahun dan tipikal anak yang belum variatif menu makannya. “ Ada sih Embah yang bantuin, tapi kan gak bisa full. Wong Adik-adikku maunya tetap tinggal di rumah ini “ demikian penjelasan Ulil. “ Saudara-saudara Bapak dan Ibuk juga bantu, tapi kan mereka juga punya keluarga sendiri tho?” Untuk rentang waktu setahun, ada Buleknya yang menyediakan keperluan makan dengan mengirimkan menu makan setiap hari. 

Alasan utama adalah mendampingi tumbuh kembang adik-adiknya. Tak hanya soal bagaimana memenuhi kebutuhan fisik dan materi, makan, bisa bayar sekolah, beli buku, tapi lebih krusial dari itu bagaimana menyeimbangkan perkembangan psikologis adik-adiknya dalam melalui fase-fase perkembangan dalam kehidupan tanpa sosok nyata Ayah dan Ibuknya. Terlebih era digital dan intrusi pergaulan yang sedemikian dahsyat, maka segala pernik dan rerupa yang terkait dengan perkuliahannya pun harus diharmonisasikan dengan kepentingan adik-adiknya tersebut.

Melihat, mendengar dan meresapkan perubahan drastis ritme dan daily activity Ulil, Then I prefer to call it complicated. Pastinya, banyak shock demi shock bermunculan yang menyertai kompleksitas mengelola kehidupan “semi” rumah tangga tersebut. 

IMHO, sangat bisa jadi apa yang mendadak dihadapi dan dijalani oleh Ulil, levelnya  beberapa tingkat lebih tinggi daripada tantangan yang mesti dihadapi oleh pasangan yang just get married. At least, kebanyakan pasangan suami-istri baru kan membuka babak baru kehidupannya by planning, niat dan merupakan pilihan dari: you and me (perkecualian jika pernikahannya buy one get four). Sementara Ulil harus memanage sebuah keluarga by herself dengan tiga anak [adik-adiknya]. Itu pun masih disempurnakan lagi dengan kenyataan income pasif untuk biaya hidup sehari-hari. Ulil tak punya pilihan lebih baik selain menyewakan toko di pasar yang sebelumnya tempat usaha jual beli beras yang dijalani ibuknya. Juga petak tambak Ayahnya pun ikut disewakan untuk mencukupi cash flow yang super active.
Menghadapi kondisi-kondisi sulit, sejatinya adalah “perguruan” yang akan menambah luas ilmu dan cakrawala berpikir seseorang, maka ia akan lebih sedikit menyalahkan sesuatu. Bersama waktu, pengalaman yang terlahir adalah ribuan buku yang siap dibaca, hingga sudut pandang menjadi lebih lebar dan mendapati alternatif berbagai point of view untuk lebih bijak menyikapi tantangan pada setiap tapak jalan kehidupan.

Bahwa kita tak akan pernah tahu akan seperti apa jalan kehidupan, apakah akan landai, terjal berbatu, menurun dengan curam? Juga tak akan pernah tahu kapan dan dimana jalan kehidupan yang kita tapaki akan berakhir. Dan untuk segala kemungkinan jalan kehidupan yang dibentangkan untuk ditapaki, kita tak punya hak untuk protes. Hak kita adalah menerima dan menjalaninya dengan sebaik mungkin secara lebih baik dari waktu ke waktu dan berproses untuk ikhlas bersama doa-doa yang kita panjatkan.

Sepertinya hanya Ulil dan Allah SWT yang paling tahu seperti apa rima hidup yang dia rasakan, bagaimana fluktuasi fisik dan psikis yang harus bisa dikelola agar everthing will just running so well as she can do. Dinamika mendadak “single parent” bukan sekedar drama yang akan usai ketika durasi pentas tercapai. Tapi New Chapter for New Beginning, This is my Life NOW and then mungkin ini judul drama kehidupan yang dilakoni oleh ulil dengan ketiga adiknya. 

Walau dalam nada yang berbeda dan senandung yang tak akan pernah sama dengan cara-cara yang dilakukan oleh Ibuk Bapaknya, tapi secara equal NILAI cintanya tak kalah murni dan luar biasa.

Untuk kurun waktu satu tahunan, nyaris setiap hari Ulil mengkondisikan dirinya untuk bolak-balik Gresik – Surabaya, naik turun angkutan, berlari-lari mencari tempat berteduh ketika hujan tetiba turun saat belum dapat angkutan, mengejar Lyn agar cepat sampai rumah/tidak molor sampai kost, mensiasati agar tidak kemaleman pulang ke gresik, bergegas meninggalkan kampus di saat teman-temannya masih santai ngobrol seusai jam kuliah, menyetel rasa tidak tertarik nonton bareng ketika ada film bagus sedang tayang, dan sederet perubahan dramatis lainnya. Dan untuk bisa itu semua pastinya butuh hati yang lebih luas dari samudera karena aku yakin, tentu ada perdebatan rasa, konflik emosi dan dilema yang tidak serta merta bisa diendapkan. 
Bagi kebanyakan orang lain baru melarutkan “aku”nya ketika menikah. Tapi ulil sudah melepaskan ‘aku’nya bahkan ketika dirinya belum tahu kapan akan menikah.
In every single day, bahkan mungkin di setiap detik Ulil berjuang menata logika agar dominan dalam membuat pilihan dan keputusan demi kepentingan adik-adiknya dan menomorsekiankan kepentingan dirinya sendiri. Bahwa setiap kesulitan akan diikuti kemudahan, Ulil sangat percaya itu. Buktinya, 365 hari kemudian Ulil berada dalam deretan mahasiswa yang mengenakan toga dan siap untuk wisuda. Walau secara fisik tak ada peluk hangat Bapak -Ibuknya di hari istimewa tersebut tapi ulil yakin kedua orang tuanya pun ikut menyaksikan prosesi wisudanya, just like they dream since years ago. 

Dan menurutku, Prosesi wisuda Ulil tak hanya menyatakan dirinya lulus kuliah, tapi juga sebuah pengakuan tanpa proklamasi jika Ulil sudah lulus Cumlaude dalam mengharmonisasikan kepentingan adik-adiknya. 


NOTED: Edisi Belajar menulis true story. InsyaAllah, will be continue with Life is about how to make [right] choice.

3
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Contact Me
    Memuat... Jika tertarik untuk menempatkan advertorial, review product atau bentuk kerja sama lainnya di Blog saya, silahkan kontak mela...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon