Kidung Kinanthi

Life is flowing in its story leaving history

  • Home
  • About
  • Sitemaps
  • Article
    • Opini
    • Story of Me
      • My Diary
      • My Poem
      • True Story
      • Love Story
    • Contact
    • Disclosure
  • UMKN Visit
  • News
Berangkat ke Kawah Ijen merupakan [salah satu impian] jalan-jalan yang sudah lama tersimpan rapi namun tak kunjung terwujud. Setelah hampir sewindu ikut mencari sesuap nasi dan sebakul berlian di jantung kota Banyuwangi, akhirnya hasrat hati untuk menikmati Pesona Kawah Ijen kesampaian juga. Bismillahirrahmaanirrahiim perjalanan ke Kawah Ijen pun dimulai dari Kota Banyuwangi sekira jam 5 pagi dengan mampir ke Stasiun Karang Asem terlebih dulu untuk menjemput teman yang berasal dari Surabaya.  Ini merupakan petualangan mbolang terakhir saya dengan status masih SINGLE. Untuk edisi kali ini, kami bertujuh plus seorang guide yang mbawai mobil rental, sehingga kami pun sok PeDe memberi label petualangan dengan sebutan prestise “7 Bidadari” turun dari kahyangan mobil sewaan untuk melakukan Eksplorasi Pesona Wisata Kawah Ijen.
The beautiful of Teletubies Hills
Untuk mencapai kawasan Kawah Ijen bisa di akses dari dua arah yaitu dari utara melalui rute Situbondo - Bondowoso  [Sempol] lewat Wonosari kemudian lanjut ke Paltuding. Total jarak yang ditempuh dari Situbondo sampai Paltuding + 90 Km yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 2,5 jam [catet: jika lau lintas lancara jaya lho?]. Dan arah satunya adalah jalur selatan yaitu dari Banyuwangi meniti jalur menuju Desa Licin - Jambu kemudian ke Paltuding yang merupakan pos pertama dan sekaligus parkir semua kendaraan bermotor para pengunjung yang hendak ke kawah Ijen. Dari Paltuding hingga ke kawah Ijen HANYA akan ada sepeda motor milik petugas vulkanologi dan atau jika perlu rescue untuk pengunjung yang colaps di atas. Jadi jika berharap bisa naik motor dari puncak kawah Ijen, silahkan pingsan dulu yaaaaa.....

Nah Saya dan teman-teman kemarin mengambil rute selatan yaitu berangkat dari jantung kota Banyuwangi dengan mampir ke Stasiun Karang Asem. Perjalanan menuju kawah Ijen cukup lancar karena jalurnya sudah diperbaiki dalam rangka penyelenggaran Tour De Ijen pada Nopember 2012 kemarin. Tanjakan yang dulunya curam banget, sekarang sudah landai, dipapras hampir 200 meter sehingga jika naik sepeda motor yang butut tidak perlu lagi repot-repot  nuntun atau kuatir mlorot ke bawah lagi seperti yang pernah saya alami 5 tahun lalu saat pertama kali menjajaki rute ke kawah Ijen tapi hanya sampai Paltuding.
Welcome To Kawah Ijen
Butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai di Paltuding dan jangan kuatir di sepanjang jalur Desa Licin menuju Paltuding pandangan mata kita akan dimanjakan panorama serba hijau di kanan-kiri jalan karena melewati area perkebunan kopi.  Jam 7-an kami tiba di Paltuding dan sengaja tidak langsung OTW meuju Kawah Ijen. Beberapa fasilitas dapat dinikmati oleh pengunjung antara lain pondok wisata dan canteen atau warung makanan sekaligus menjual keperluan pendakian
Sarapan dulu ahh....
Setiba di Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam) - Paltuding ini kami sengaja break dulu untuk sarapan dengan menu nasi bungkus yang sudah kami bawa, pertimbangannya sih biar hemat waktu. Lha canteen yang tersedia kan terbatas dan akan butuh waktu lama jika kami nunggu order sarapan siap santap. Dengan numpang sarapan, kami pun beli minuman penghangat: Teh panas dan jahe panas.
Renovasi Rest Area
Sekaligus azaz manfaat, pinjam tongkat untuk perjalanan menuju Ijen. Beginilah jika gaya model mbolang gak mau repot, perlengkapan vital tongkat pun kami SILAP alias lupa gak membawanya. Alhamdulillah banget, si pemilik warung punya persediaan tongkat banyak dan dipinjamkan secara gratis pula pada kami. Lha ndilalah juga waktu kami datang ternyata bersamaan dengan  rombongan dari keluarga besar Perhutani Banyuwangi wilayah kerja barat. Maka suasana suangat ruamaaii poll sudah menyambut kedatangan kami sejak beberapa meter dari pintu masuk. So how lucky we are karena akhirnya kami  dianggap bagian dari rombongan Perhutani tersebut sehingga  bebas bayar tiket. Plus pastinya sepanjang jalan ada teman ngobrol dan teman kecapekan yang banyak, hehehehee...
So, Let's Go...
Start jam setengah delapan pendakian dari Paltuding menuju Kawah Ijen pun dimulai. Maksudnya, nunggu rombongan Perhutani diberangkatkan dan kami ngikut di belakangnya. Jarak yang harus kami tempuh adalah 3KM untuk sampai di puncak kawah Ijen. Dari Paltuding berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km dimana secara keseluruhan jalurnya landai tapi menanjak, terutama di separuh lintasan awal medannya lumayan berat karena menanjak dengan rata-rata kemiringan 25-35 derajad, jadi dengan berat hati si Noe [salah satu rekan kami] minta ditinggalkan saja karena sesak nafasnya tidak bisa diajak kompromi lagi, dan ditemani si Yoesi yang legowo gak ikutan sampai puncak karena dia sudah pernah ke Ijen sebelumnya. Beberapa Ibu-ibu [istri karyawan Perhutani] juga ada yang give up setelah menempuh perjalanan sekitar 1 Km. Dalam perjalanan menuju kawah Ijen, beberapa kali kami berhenti untuk menstabilkan nafas beberapa menit saja karena jika terlalu lama bisa kesiangan dan akibatnya semburan asap belerang semakin banyak.
Sebagian Rute ke Kawah Ijen
Sambil ngobrol ngalor-ngidul dengan teman baru [salah satu karyawan perhutani] yang bercerita tentang the real adventure di Kawah Ijen hendaknya start perjalanan tengah malam atau camping kalau pengen all out menikmati pesona kawah ijen. Dengan berangkat saat jelang dini hari maka akan sampai di puncak kawah Ijen saat masih sepi dari semburan asap belerang dan sekaligus bisa menyaksikan fenomena langka BLUE FIRE. Resikonya ya harus tahan dingin karena saat malam sampai pagi menjelang suhunya bisa menyamai suhu air membeku dan di puncak musim dingin bisa mencapai lebih dari -10 derajat Celcius!
View di kanan - kiri menuju Kawah Ijen
Di sisi kanan dan kiri lereng gunung dominan oleh tumbuhan cemara gunung dan ada bukit kayak di pilem Teletubbies yang tak kalah indahnya dengan di Bromo. Di sepanjang perjalanan kami berpapasan dengan para penambang belerang yang memikul belerang dari kawah dengan berat berkisar 70 – 90 Kg! Saat sempat bisa menjajari salah satu penambang, saya mendapat cerita katanya dalam sehari para penambang itu dua kali naik- turun dengan membawa pikulan belerang seberat itu sodara!
Mereka menggunakan trik: saat naik langsung membawa 2 pasang keranjang kosong yang silih berganti diisi belerang kemudian dinaikkan bergantian. Setelah target hasil tambang tercapai, baru mereka membawanya turun ke pos penimbangan dengan dua kali perjalanan turun. Luar biasanya lagi, harga 1 Kg belerang  600an Rupiah [gak sampai Rp.700,-.] Jadi sekali angkut, mereka memperoleh penghasilan sekitar 50 ribu. Jadi jika ada turis yang membutuhkan jasa angkut untuk anak-anaknya, ya para penambang belerang itu dengan senang hati milih untuk memikul anak turis bule. Lha ongkosnya bisa mencapai 500an ribu tuh.
Here I'm.....
Setelah ngos-ngosan meniti Perjalanan mendaki sejauh 3Km dan butuh waktu hampir 2 jam karena mandeg-mandeg mulu dan bersemangat lagi karena malu manakala melihat para penambang yang enjoy saja memikul belerang dari kawah ijen, finally kami berlima sukses sampai di puncak Kawah Ijen. Dan satu lagi pembuktian, penampakan dua puncak gunung yang setiap hari saya lihat dari kantor dan saya anggap sebagai kawah Ijen, ternyata bukan.
Penemuan terbesar di dunia: WC emergency
Begitu sampai di puncak, barulah saya tahu kalau letak kawah Ijen justru gak terlihat dari bawah melainkan berada diantara kaki gunung Raung dan Gunung Merapi, dua puncak gunung masih jauh dari Kawah Ijen.


Sukses sampai di Kawah Ijen bersama tongkat sakti
Untuk bisa berada sedemikian dekat dengan Kawah Ijen yang berada pada 2.384 mdpl membutuhkan perjuangan yang berat jadi harus dinikmati dulu dunk segenap penjuru kawah Ijen. Danau Kawah Ijen memiliki diameter 6 Km, kedalaman danau 200an meter dan luas hampir 50 Hektar dengan bentuknya yang lonjong seperti elip dengan daerah pembuangan air danau terletak sebelah barat yang merupakan hulu sungai Banyu Pahit dan Banyu Putih.
Danaunya samar-samar tertutup asap belerang
Sayangnya ketika saya sampai di atas semburan belerang sudah mulai banyak sehingga panorama danau asam yang konon ceritanya dari teman-teman yang sudah pernah melihatnya berwarna hijau tosca yang sangat indah mentakjubkan.
M0de Zoom shoot
Di sepanjang bibir kawah menyuguhkan gradasi ukiran permukaan tanah dengan kombinasi warna abu-abu dan kuning keemasan serta hitam, yang demikian dramatis keelokannya merupakan keunikan terwakili oleh kata-kata. Dan diantara keindahan alam yang mempesona tersebut, ada geliat kehidupan yang tak kalah “dramatisnya’ yaitu potret kehidupan para penambang batu belerang. Dari bibir kawah itulah pula para penambang setiap hari naik turun untuk mengambil belerang dengan tingkat resiko yang sangat tinggi mengingat produksi terbesar kawah Ijen adalah belerang dan Asam Klorida terbesar di dunia. Para Penambang itu menempuh jalan setapak yang terjal dan harus siap melawan semburan asap zat asam untuk mengambil belerang.
Para Penambang Sulfur
Melihat dan membayangkan ealitas kehidupan para penambang secara langsung di kawah Ijen sungguh merupakan salah satu sisi buram kehidupan di negeri ini. Proses penambangan belerang yang sangat tradisional dimana pengangkutannya dengan cara dipikul tenaga manusia dan inilah penambangan tradisional yang hanya terdapat di Indonesia yaitu di Welirang dan Ijen. Tempat pengambilan belerang terdapat di dasar  kawah yang sejajar dengan permukaan danau, sehingga bisa dibayangkan seberapa tinggi tingkat resiko yang setiap hari harus dihadapi para penambang belerang.
Iring-iringan penambang belerang menuruni sisi perbukitan
Dari penuturan salah satu bapak penambang yang sempat kami ajak bincang-bincang santai, mereka mengambil batu-batuan belerang yang dipecah-pecah dengan bantuan alat linggis dan kemudian langsung diangkut menggunakan keranjang. Para penambang mengangkut belerang dengan melalui dinding kaldera yang curam untuk kemudian dibawanya menuruni gunung sejauh tiga kilometer. Hingga sampai di pos timbang atau yang biasa disebut sebagai Pos Bundar. Di pos ini para penambang menimbang belerang yang berhasil dipikulnya dan mendapatkan secarik kertas tentang muatan dan nilainya, baru kemudian bukti kertas tersebut di-uang-kan.
Souvenir berbahan Sulfur didekat Pos Bundar
Semakin beranjak siang, para penambang pun semakin sedikit jumlahnya. Dan semburan asap belerang pun semakin mengganggu pernapasan walaupun kami sudah mengenakan masker. Ditambah lagi langit sudah mulai dihiasi awan, maklum kala kesana di bulan Januari yang  masih tinggi curah hujan, jika tidak segera turun harus bersiap kehujanan. Dan pastinya kami tidak ada yang bawa jas hujan maupun payung, kan mbolang gak mau repot namanya. Kalau sekedar diri yang kehujanan sih masih bisa enjoy menikmati guyuran air hujan, tapi kami masih tidak ikhlas jika HP dan Kamera kami sukses kehujanan dunk? Jadi ya kami harus menggunakan speed jalan kaki lebih cepat berlomba dengan rintik-rintik gerimis yang mulai turun berirama. Oia, ternyata si Noe yang ditemani Yoesi bisa sampai juga di pos terakhir batas pendakian [yang masih berjarak sekitar 500 meter untuk sampai kawah Ijen], sehingga lengkap lagi deh formasi 7 Bidadari dalam jelajah Pesona Wisata Kawah Ijen.

Rute turun memang lebih ringan tapi juga beresiko merosot bagai main seluncuran air karena struktur tanahnya juga berpasir sehingga tetap harus hati-hati saat menempuh perjalanan baliknya. Dan jika ingin membawa oleh-oleh aneka model belerang, harganya murah meriah. Kalau bisa nawar ala ibu-ibu, untuk ukuran yang kecil bisalah tuh 10 ribu dapat 6 biji. Tapi sebaiknya siapkan tempat khusus yang bisa mencegah belerang terkena goncangan baik saat perjalanan turun maupun ketika dalam perjalanan di kendaraan karena meskipun belerang souvenir sudah dalam kondisi padatan membeku tapi tetap bersifat fragile. Tapi ya gak apa-apa sih jika mau me-Reform sendiri sesamai di rumah. Kan tinggal dididihkan lagi tuh serpihan belerangnya dan dituangkan dalam cetakan yang diinginkan.
Another View Of Teletubbies Hill
Nah, bagi yang penasaran untuk melakukan Pesona Wisata Kawah Ijen secara totally silahkan rencanakan ke Kawah Ijen dengan start dari Paltuding menjelang dini hari dan pada bulan Agustus-September sehingga bisa melihat Blue Fire, fantastisnya danau di kawah Ijen dan bisa melihat mekarnya bunga Edelwiss saat perjalanan turunnya. Jika waktunya masih longgar bisa juga mampir ke perbukitan Teletubbies  dan sapa tahu bisa berpelukan dengan Lala, Pooh, Tingki, Dipsy dan Winkie...lho?



56
Share
Tampil gaya, modis dan cantik sudah menjadi naluri alamiah hampir setiap perempuan. Dan Bismillahirrahmaanirrahiim dinamika perkembangan dunia fashion pun sangat pesatnya. Gaya pakaian khususnya untuk wanita sangat semarak, berbagai kombinasi warna, jenis kain dan model menawarkan banyak pilihan yang menggiurkan. Tinggal kembali pada diri masing-masing bagaimana memanage budget yang ada sehingga sebijaksana mungkin agar bisa coverage sesuai skala prioritas kebutuhan.

Seirama dengan trend perkembangan pakaian, juga diikuti dengan perkembangan aksesoris wanita, mulai dari pernak-pernik yang kecil imut sampai yang blink-blink dengan ukuran jumbo, bahkan terlihat tidak proporsional. Lha kan sering kita lihat ukuran cincin yang super gede dibandingkan dengan jari jemarinya. Atau gelang yang jumlahnya banyak dipakai sekaligus pada satu pergelangan tangan. Gak hanya ukuran yang over size, juga padu-padan warnanya yang nge-trend mencolok dan wouwww.

Jika bicara aneka perlengkapan trend fashion wanita, tentu tak lepas pula dengan tas wanita. Iyahhh, tas pun sudah merupakan pelengkap penampilan bagi kaum wanita. Ukuran, warna, bahan dan modelnya pun sepesat perkembangan baju. Dar harga yang murah meriah sampai yang nilainya bisa untuk mbikinin rumah orang sekampung halaman saya. Gimana saya gak mlongo terkesima, saat suatu kesempatan di infotainment ada parade koleksi tas yang harganya ratusan juta bahkan saya yakin ada yang seharga milyaran. Dengan harga tas semahal itu, otomatis menjadikan barang tersebut sebaga benda yang luxurious yang memerlukan tempat khusus untuk penyimpanannya.

Mencermati barang super mewah sebuah tas, dengan penyimpanan khusus dan perawatan yang extra hati-hati, kok ya mblarah membuat saya  bikin itung-itungan dengan kalkulator ala bakul lombok dan taraaaa...yang muncul pada displaynya EROR alias gak muat untuk menampilkan angka nol-nya. Jadi kepikiran, fixed income tiap bulannya berapa digit ya jika untuk belanja 1 buah tas saja harganya ratusan juta getu?

Ya sudahlah, skip wae mbahas tas mahal. Lha saya jugak gak pengen untuk mbelinya kok? Nunggu ntar jika gaji sudah mencapai 11 digit sajah, Hehehehee...#ngaco bin ngawur pollll. Yang jelas, dasar belanja khususnya [Tentang] Pakaian dan aksesoris, cukup simpel banget kok: Asas kepantasan untuk saya pakai dan kenyamanannya. Dan pastinya dengan HUKUM: Harmonisasi Kebutuhan dan kemampauan. Kalau sudah membutuhkan baru akan beli JIKA memang kondisi finansial mendukung. Nah, meski membutuhkan tapi dananya belum ada yaaa sabar duluuuuuu deh..


39
Share
Kerinduan akan kampung halaman, tentang masa kecil beserta pernak-pernik yang melengkapinya. Memang benar yang telah berlalu tak akan mungkin berulang, tapi tak mungkin pupus tanpa jejak dari ruang ingatan. Tak jarang hal-hal yang kita temui dan ataupun melintas sekilas membangkitkan gelombang kenangan yang memaparkan BismillahirrahmaanirrahiimKerinduan. Adalah fragmen-fragmen kerinduan yang mengalun berirama kala aroma sawah menyatu dengan molekul-molekul oksigen yang mengudara. 

Lokasi kantor yang tergolong mewah ~ mepet sawah~ menyuguhkan pemandangan persawahan yang menghampar setiap kali menjejakkan kaki di tempat kerja. Manakala helaan nafas membau Aroma Sawah, ada denting rindu yang menyeruak mesra. Aroma sawah menyebar Kerinduan yang selalu menarik untuk dinikmati, terlalu banyak memori yang terukir di dalamnya. Aroma tanah basah kala musim bercocok tanam, atau padi menguning ketika musim panen menjelang. Semua aroma sawah dengan aneka musim tanamannya masing-masing senantiasa menggelombangkan kerinduan dengan mengirimkan mozaik-mozaik ingatan akan masa lalu. Melintas dalam pikiran, sosok sayadan adik saya berlari-lari kecil menuju sawah dengan keriangan khas lepas dalam balutan tanah lumpur.

Aroma sawah pun tak jarang menghadirkan begitu jelas sketsa wajahBapak dan Ibu yang tak pernah memudar cahaya ketulusannya walau pundak memikul tugas dan tanggung jawab berat  yang tak mungkin bisa saya eja dalam bahasa apapun. Aroma Sawah yang menyelusup dalam helaan nafas pun seringkali melambungkan kerinduan akan kebersamaan ketika kami masih berkumpul dirumah, ketika rentang usia masih menjadi anak-anak dimana acara pergi ke sawah senantiasa menawarkan euforia tersendiri. Ada gundah, jutek dan setengah hati jika hari libur atau sepulang sekolah saya  harus legowo menghabiskan waktu ke sawah bersama kakak-kakak dan adik untuk membantu orang tua. Mengenangnya kini, ternyata kebersamaan yang terjadi kala beraktifitas di sawah kala itu demikian indah dan selalu menghadirkan getar-getar kerinduan.

Merajut keping-keping kerinduan yang bermunculan bersama semerbak Aroma sawah yang selalu menghadirkan hasrat ingin mengenang kebersamaan dalam suka dan duka namun tetap bisa bercengkrama dengan penuh keceriaan. Betapa serunya saat berakting terpeleset jatuh di lumpur sawah ketika membantu tandur, jengkelnya mencabut rumput ketika masanya menyiangi tanaman padi, bergidik saat menemukan ulat di daun tembakau, menjerit saat ada ular sawah muncul tiba-tiba. Juga tertawa jika saya ingat di musim kemarau saya ke sawah menggunakan sandal jepit, yang diprotes oleh adik “kok lebay banget ke sawah pakai sandal lho?” Atau bawa radio jika kebetulan battery radio sedang prima, diputar keras sampai tetangga yang sawahnya berdekatan geleng-geleng kepala. Juga nikmatnya makan di pematang sawah dengan kiriman nasi yang dibungkus daun pisang berlauk tahu/tempe disambel pake Keluwek. 

Apalagi jika aroma sawah dikala padi menguning, spontan menghadirkan rindu akan dekap mesra Ibu. Masih terlintas jelas dalam membran ingatan sebuah skenario yang saya buat sehingga membawa Ibu saya berhujan-hujan melintasi jalan setapak saat pulang dari sawah. Saat itu menjelang panen, ada kebiasaan ‘nyulik’ padi sebelum dipanen. Nah sepulang sekolah, Ibu mengajak saya untuk memotong padi (karena adik dan kakak-kakak yang lain sudah on their job). Setelah 2 karung yang di bawa penuh dan pas hujan turun dengan lebatnya. Membawa 2 karung padi tentu saya tidak bisa menaiki sepeda pancal karena bagian belakang dan tengah di tempati hasil potong padi. Maka dengan berjalan kaki kami pun pulang di bawah siraman hujan pada senja menjelang kala itu. Saya yang tahu banget kalau sore hari di pertigaan desa ada pos yang biasa dipenuhi para pemuda, maka saya bilang pada ibu untuk lewat jalan memutar (tidak melalui jalan utama desa) yang artinya melalui tanggul ledeng setapak karena saya tidak cukup PeDe melintas di depan para cowok dalam performance kucel, basah kuyup, belepotan lumpur dan membawa dua karung padi dari sawah. Dan sampai sekarang yang diingat oleh Ibu betapa saya sudah menjadi anak baik karena tidak mengeluh berhujan-hujan di sawah kala itu?

Ahaiiii.......sepertinya tak akan cukup menguraikan kembali pxel-pixel yang hadir menyertai Aroma sawah menyebar Kerinduan.……yang  membawa saya  pada kenangan-kenangan  yang selain menawarkan kerinduan yang syahdu mengharu juga keajaibannya yang menakjubkan betapa Grafik Waktu, rentang masa lampau, kini dan nantiAdalah sebuah anak panah yang dilepas oleh sang ILLAHIDan tak mungkin kembali mengulang kesilaman masa. 





Aroma sawah menyebar Kerinduan diikutsertakan pada Giveaway Cerita di Balik Aroma yang diadakan oleh Kakaakin

Alhamdulillah menang di SINI



33
Share
Ramai dan hebohnya “bagi-bagi” uang yang belakangan ini menjadi head line news, bahkan kesannya jadi sumber rating pemberitaan sehingga baik surat kabar off line maupun on line serta On air pada bersang mempublish berbagai sisi dan sosok yang terkait dengan sang aktor utama. Bismillahirrahmaanirrahiim semoga saja semaraknya pemberitaan tersebut bisa diambil ibrahnya untuk TIDAK ditiru oleh bagi saya pribadi dan lainnya. Serta juga tidak menjadi stigma: biasanya berlalu bersama waktu…Dan sejenak ada baiknya saya bersharing tentang  sebuah Renungan: Titipan [Sebuah sajak oleh WS Rendra]

Seringkali kau berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titpan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?

Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika semua itu diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja,
untuk melukiskan bahwa itu derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan

Seolah........
semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah.....
keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika.

aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih...

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku"
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti......,
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku
hanyalah untuk beribadah.....

Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan tidak ada bedanya.

“ Muamalah Allah SWT Terhadapmu Sesuai Dengan Muamalahmu Terhadap Hamba-Nya “






29
Share
Jika bicara tentang Kekayaan Gizi Daerah Pesisir,Bismillahirrahmaanirrahiim yang spontan melintas di benak saya adalah Sea Food, terutama ikan dong. Meskipun saya lahir dan dibesarkan jauh dari daerah pesisir tapi Alhamdulillah, Simbok saya sudah menjadikan menu ikan [specially ikan asin] sebagai salah satu pilihan menu lauk favorit dirumah. Lha ndilalah kok ya memasuk dunia kerja saya terdampar jugak di daerah pesisir “Kota Ikan Muncar” Banyuwangi. Kloplah, semenjak menikmati euforia kehidupan di Bumi Blambangan jadi menguatkan selera saya untuk lebih dari gemar makan ikan karena nyaris tiap hari menyantap lauk berbasis ikan.

Tinggal di Banyuwangi yang memiliki area pesisir cukup luas dengan potensi hasil perikanan melimpah, serta berprofesi di dunia perikanan otomatis membuat saya semakin familiar dengan aneka ragam masakan berbasis ikan. Salah satu masakan ikan favorit saya adalah Pindang Koyong. Secara tipically jenis masakan ikan berkuah ini bisa jadi terdapat juga di daerah lain. Tapi meski serupa tentu ada bedanya dari komposisi bumbu ataupun teknis pemasakannya. Umumnya spesies ikan yang dimasak untuk pindang koyong ini adalah jenis ikan yang berdaging putih, antara lain: Ikan Tongkol, Kakap, Lemuru, Tenggiri. Sehingga menurut saya Pindang Koyong: Menu Pesisir nan Kaya Gizi karena daging ikan laut secara umum memiliki kadar protein +23%, kadar lemak 2%, dan kadar karbohidrat kurang dari 0,5%.
Back To the Topic, masakan Pindang koyong yang memiliki ciri khas berasa agak asam, gurih dan pedas ini merupakan jenis masakan yang simple, praktis, cepat dan gak pakai ribet banget mbikinnya. Untuk bahan utama Ikan, pastinya kalau di daerah pesisir tidak sulit dunk untuk mendapatkan fresh fish. Untuk ragam bumbunya juga bisa dengan mudah dibeli lho. Berikut ini hasil saya berguru langsung pada chef yang sehari-hari menyiapkan menu makan siang di kantor. Komposisi bumbu dan bahan yang diperlukan serta teknik pemasakannya sehngga menghasilkan menu Pindang Koyong yang maknyusss :

Komposisi bumbu yang diperlukan:
1.    5 buah cabe rawit atau sesuai selera pedas yang diinginkan
2.    4 buah bawang merah
3.    1 ruas jari: kunyit, laos
4.    1 ruas jari: jahe
5.    3 siung bawang putih
6.    2 - 3 lembar daun jeruk purut
7.    2 batang serai
8.    1 sdt gula
9.    Garam secukupnya

Bahan yang diperlukan:
1.    1 ekor ikan segar atau sekira 0,5 Kg [disiangi dan dipotong menjadi beberapa bagian sesuai selera]
2.    + 0,5 - 1 L air
3.    2-3 sdm minyak goring [untuk sangrai bumbu]
4.    Belimbing wuluh 7 buah atau secukupnya sampai taste asam yang disukai [potong jadi 2 atau 3 bagian]

Sangat tidak sulit untuk mendapatkan bahan dan bumbu Pindang Koyong tersebut di ataskan? Begitu pula dengan cara memasaknya, relatif amat sangat mudah untuk dipraktekkan bahkan bagi yang hobi mbolang [ke daerah pesisir]dengan perlengkapan yang ala kadarnya. Berikut ini cara memasak Pindang Koyong:
  1. Iris tipis bumbu pada nomer 1 – 3 [untuk cabe bisa juga dibiarkan tetap utuh]
  2. Haluskan jahe dan bawang putih
  3. Memarkan serai bagian pangkalnya[diikat rapi jika menyertakan bagian daunnya]
  4. Daun jeruk biarkan utuh atau dirobek jadi dua bagian.
  5. Panaskan minyak goreng di wajan kemudian masukkan bumbu yang dihaluskan [nomer 2] hingga tercium aroma khas kemudian masukkan semua bumbu lainnya, tumis hingga layu.
  6. Masukkan potongan ikan ke dalam tumisan bumbu
  7. Didihkan air dalam panci, kemudian tuangkan pada adonan Ikan + bumbu
  8. Tunggu hingga mendidih dan segera diangkat begitu tekstur ikan sudah empuk

Beberapa tips dan trik yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil masakan pindang koyong dengan cita rasa yang spesisifik pedes, asam, gurih maknyuuuus, yaitu:
  1. Pilihlah ikan yang memiliki ciri-ciri  ikan segar [bermata cembung dan jernih, warna kulit mengkilat, cerah dan tidak berlendir, tekstur daging apabila ditekan kenyal dan kembali seperti semua, warna insang merah cerah]
  2. Kondisi air HARUS benar-benar sudah mendidih saat dituangkan pada campuran bumbu + Ikan untuk mengeliminasi bau amis ikan.
  3. Pada saat finishing step, segera angkat ketika tekstur ikan sudah empuk karena terlalu lama pemanasan akan membuat daging ikan hancur dan pastinya merusak komposisi gizi ikan [ specially protein yang bersifat mudah rusak oleh over heating]
  4. Alternatif  belimbing wuluh bisa diganti dengan kedondong atau asam, tentunya taste ‘asam’nya akan berbeda dengan belimbing wuluh.
Bahan, bumbu dan cara memasak yang cukup mudah serta tidak butuh waktu yang lama untuk menghidangkan masakan Pindang Koyong: Menu Pesisir nan Kaya Gizibaik saat di rumah ataupun kala melakukan kegiatan out door. Akan lebih lezat bin nikmat jika disantap saat masih panas dengan nasi yang hangat pula. Selamat mencoba...........


Notes: untuk feature dalam postingan adalah menggunakan ikan banyar/kembung [local name] atau rastrelliger kanagurta.

Publish on Viva: http://log.viva.co.id/news/read/415204-pindang-koyong--menu-pesisir-kaya-gizi









44
Share
Suatu pagi yang cerah ceria dan saat menu sarapan belum lama kandas dengan sukses. Lonceng pun berbunyi nyaring sebagai tanda bahwa semua staf kelurahan harus berkumpul di pendopo untuk mengikuti rapat yang tidak terjadwal karena ada pejabat dari kerajaan yang datang dalam rangka koordinasi plus konsolidasi serta sinkronisasi. Kira-kira seperti begitu kali ya istilahnya, Bismillahirrahmaanirrahiim rapat terselenggara dengan khusyu dan khidmat. Point-point yang disampaikan oleh sang pejabat pun mengalir teratur. Salah satu yang disampaikan merupakan kabar spectakuler karena kelurahan Amburadul akan ditingkatkan statusnya jadi Kademangan #weee....lha biarin ah, kelurahan dan kademangan selevel deh kayaknya. 

Acara rapatpun terus berlanjut gayeng dan cemunguts, si Acak dan Kadut pun terlihat serius menyimak sambil sesekali menulis-nulis di buku agendanya. Tapppiiii....ada yang rada-rada ganjil, lha saat si Acak habis nulis kemudian menggeserkan Agendanya pada si Kadut yang duduk di sebelahnya. Ternyata mereka sedang mementaskan trik senewen untuk mengusir rasa boring yang mulai menyapa akibat acara rapat yang belum jelas kapan akan diakhiri. Dasar Acak dan Kadut, seolah-seolah serius menyimak isi petuah sang pejabat tapi ternyata malah bikin forum invisible sendiri dengan gantian menulis di buku agenda.


“ Itu beneran ya Kelurahan kita akan dinaikkan statusnya?” tulis Kadut pada agendanya dan digeserkan ke Acak.
Sambil tersenyum si Acak pun menuliskan jawabannya “weiiiii....kalo beneran, dijamin bakal banyak posisi jabatan baru lho”
“ Getuuuu ta?”
“Iyeee....setidaknya bakal ada 7 formasi untuk posisi pejabat. “
“ Wowowoooo...keren tuh”
“ Ya sudah, kamu mau pilih posisi yang mana, Dut?”
“ Kok jadi kamu yang mbagi-bagi ?”
“ Lha iyalah, aku kan baik hati dan suka berbagi tho?”
“ Kayak kue saja yang dengan mudah kamu bagi-bagikan sesukamu, Cak...”
“ Ya anggap sajah kayak kue, jadi dengan senang hati aku bagi-bagikan....”
“ Dasar semprul..”
“ Ciyus miapah?”
“ GeJe banget deh”
“ Ya malah jelas banget dunk, kan jelas-jelas guweh gak bakal mau jika dikasih mandat untuk jadi salah satu pejabat baru tersebut...”
“ Sombong banget...”
“ Ini bentuk Percaya diri Sob..” 

Debat kusir gak jelas juntrungannya dalam bentuk corat-coret agenda antara si Acak dan Kadut juga tetap berlanjut hingga rapat usai, hingga menarik perhatian si Rona yang duduk di sebelah Kadut.
“ Kalian tadi serius nulis apaan sih?” tanya Rona penasaran setalah keluar dari ruang rapat.
“ Itu tuh, Acak lagi nyleneh bin ajaib...masak jabatan dianggapnya kue terus dia pula yang mau bagi-bagi?”
“ Hehehehe...asyik kan?”
“ Ya kalau dikasihkan ke aku, ntar ta lelang sajah. Lumayan ntar kita bagi-bagi hasil lelang jabatannya ya...” sahut Kadut tak mau kalah PeDe Over dosisnya.
“ Huuuuu...dasar yang satu senewen, satunya songong kalian ya..?” ledek Rona sekenanya.
“ Nah, temannya orang senewen dan songong apa dunk?”
“ Tau ah...sudah sono bikin spanduk pasang di depan kantor: LELANG JABATAN “
Jelas-jelas gak nyambung dan tak ada tendensi apa-apa jika judulnya Bagi-Bagi Kue dan ending percakapan nglantur jadi Lelang Jabatan. Aselinya saya sih hanya memang pengen bagi-bagi kue, apalagi Hari Jum’at waktu yang sangat baik untuk banyak beramal kan?. Jadi  bagi yang mau, silahkan diambil tuh Kuenya di atas...ntar keburu basi lhoh... If You love somebody, let them go. For if they return, they’re always yours. And if they don’t, they never were ~ Khalil Gibran




48
Share
Newer Posts Older Posts Home
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutanlah yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK MENCOBA. ~ Ali Bin Abi Thalib

My photo
Ririe Khayan
Assalamulaikum. Hi I am Ririe Khayan a Lifestyle Blogger and live in Jogya. I’m the Author Of Kidung Kinanthi, a Personal Blog about my random thought, parenting, traveling, lifestyle, & other activity as well as Personal & Working Mom Story. Kindly feel free to contact me at: ririekhayan(at)gmail(dot)com
View my complete profile
  • Cara Cepat dan Aman Mematikan Ikan Lele
    Ikan dan Belalang (berdasarkan ajaran agama yang saya anut) termasuk jenis [bangkai] hewan yang halal untuk dimakan. Tapi tidak berarti k...
  • Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ?
    Kenapa dan Bagaimana Ular Masuk Rumah ? Bagi orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan atau lokasinya masih berdampingan al...
  • Brand Susu Untuk Kesehatan
    Jika ada pertanyaan: Sehat ataukah sakit yang mahal harganya? Bismillahirrahmaanirrahiim , kalau menurut saya, secara ‘value’ kondisi se...
  • Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online
    Cara Membuat Paspor untuk Anak di bawah 17 tahun Secara Online . Sebenarnya persyaratan dan alur pembuatan proses secara langsung ( walk i...
  • Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil
    Waspadai Terjadinya Perdarahan Implantasi yang Dikira Haid Ternyata Hamil . Jika Anda sedang berusaha punya anak, menunggu kapan Anda resmi ...
  • Lima Cara Mengaktifkan (Kembali) Google Adsense yang Diblokir
    Sebaiknya dikesampingkan dulu bila ada yang beranggapan Akun GA di Banned, tak bisa diaktifkan.  (Ternyata) Google Adsence Bisa Aktif  Kem...
  • Panic attack Ketika Terkena HERPES Zoster
    P anic attack Ketika Terkena HERPES Zoster . Mendengar kata HERPES, bisa jadi sebagian orang langsung tertuju pada nama penyakit yang satu ...
  • Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin
    Keracunan Ikan, Alergi Makan Ikan Laut dan Hubungannya Dengan Kandungan Histamin   .Mungkin kita pernah mendengar peristiwa keracunan sete...
  • Suplemen Madu Untuk Membantu Atasi Anak Yang Susah Makan
    Punya pengalaman menghadapi anak yang susah makan? Ada yang baper karena selera makan putraatau putrinya belum variatif yang berputar seki...
  • Serunya Mudik Naik Kereta Api Probowangi
    Usai long wiken Idhul Adha...jadi ngayal kalau tiap bulan ada long wiken 4 hari gitu pasti indah sekaliiiii...... #Plakkk [digampar klomp...

Blog Archive

  • ▼  2024 (3)
    • ▼  December (1)
      • Manfaat Penting Bermain Untuk Anak-Anak Usia Pra S...
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (19)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2021 (45)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (7)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2020 (43)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (8)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (35)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December (5)
    • ►  November (11)
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (51)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (7)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (73)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (6)
    • ►  April (10)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (118)
    • ►  December (12)
    • ►  November (12)
    • ►  October (11)
    • ►  September (11)
    • ►  August (12)
    • ►  July (8)
    • ►  June (8)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2014 (60)
    • ►  December (1)
    • ►  November (4)
    • ►  October (6)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (11)
    • ►  February (10)
    • ►  January (8)
  • ►  2013 (90)
    • ►  December (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ►  May (9)
    • ►  April (5)
    • ►  March (13)
    • ►  February (12)
    • ►  January (11)
  • ►  2012 (126)
    • ►  December (6)
    • ►  November (5)
    • ►  October (14)
    • ►  September (10)
    • ►  August (10)
    • ►  July (12)
    • ►  June (11)
    • ►  May (12)
    • ►  April (12)
    • ►  March (12)
    • ►  February (12)
    • ►  January (10)
  • ►  2011 (69)
    • ►  December (11)
    • ►  November (11)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (9)
    • ►  July (7)
    • ►  June (18)
    • ►  May (5)
Ririe Khayan is an Intellifluence Trusted Blogger

Juara LBI 2016

Juara LBI 2016
facebook twitter youtube linkedin Instagram Tiktok

Labels

Advertorial Aneka Kuliner Article Blog Award Book Review Contact Me Disclosure English Version Fashion Fiksi Financial Gadget Give Away Guest Post Info Sehat Informasi Inspiring Lifestyle Lomba Love Story My Diary My Poems Opini PR PerSahabatan Pernik-Pernik Renungan Review Skincare Technology Traveling True Story UMKM Visit Who Am I? Writing For Us banner parenting




Copyright © 2019 Kidung Kinanthi

installed by StuMon