Dahulu setiap mendengar dan melihat kain batik, yang langsung masuk dalam benak saya adalah pakaian untuk para orang tua, old fashion gitu deh. Apalagi untuk wanita-wanita di daerah pedesaan seperti tempat tinggal saya, mengenakan jarik adalah pakaian sehari-hari di rumah. Dan bagi bapak-bapak biasanya mengenakan kemeja yang dianggap baju formal kalau mau kondangan dan acara-acara sejenisnya. Pikiran dan dogma tersebut masih melekat di benak saya hingga di bangku kuliah.
Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim saya baru mulai membuka hati dan selanjutnya merasa enjoy untuk berbaju batik saat memasuki dunia kerja. Jadi bukan semata-mata karena maklumat dari pemerintah untuk berbaju kerja motif batik pada hari-hari tertentu dalam rangka cintai produk dalam negeri karena saya sudah mulai membiasakan mengenakan baju batik setiap hari Jumat beberapa waktu sebelum maklumat penting tersebut diproklamasikan oleh pemerintah sebagai reaksi atas pendaftaran dan pengakuan Hak Kekayaan Intelektual oleh Malaysia terhadap kain batik .
Dari catatan sejarah menunjukkan bahwa kerajinan Batik Indonesia setidaknya telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang secara berkelanjutan hingga sekarang. Secara umum, kain batik seringkali diidentikkan dengan Kota Solo, Pekalongan dan Yogyakarta. Padahal kenyataannya setiap daerah memiliki produk batik dengan kekhasannya masing-masing yang tak kalah menarik. Beberapa motif batik yang sudah di kenal masyarakat secara luas antara lain : Sida Mukti, Sida Luhur, Kawung Picis, Babon Angrem, Pringgondani, Irian, Sri Kuncoro, Bantulan, Pisang Mas, Polkadot, Mega Mendung dan masih banyak lagi lainnya.
Makna secara filosofis merupakan bentuk belalai gajah dan sekaligus bentuk Oling. Ada juga yang mengatakan Gajah Oling adalah senjata khas kota Banyuwangi. Terlepas dari itu semua, motif Gajah Oling menunjukkan kecintaan masyarakat Banyuwangi pada adat budayanya yaitu senjata khas dan hewan asli Banyuwangi yang harus dilindungi.
Melihat minat dan cita rasa masyarakat dalam berbusana yang berkembang sekarang memberikan indikasi yang sangat kondusif bagi motif Gajah Oling meraih peluang pasar yang lebih luas bahkan go public secara nasional maupun internasional. Dimana motif utama tersebut bisa digabungkan dengan berbagai corak, desain, warna dan bahkan sangat mungkin untuk di kombinasikan dengan motif dari daerah lain sehingga akan melahirkan corak batik yang me’nasional dengan motif yang khas dan eksklusive dalam jajaran koleksi batik Indonesia.
Dan Bismilllahirrahmaanirrahiim saya baru mulai membuka hati dan selanjutnya merasa enjoy untuk berbaju batik saat memasuki dunia kerja. Jadi bukan semata-mata karena maklumat dari pemerintah untuk berbaju kerja motif batik pada hari-hari tertentu dalam rangka cintai produk dalam negeri karena saya sudah mulai membiasakan mengenakan baju batik setiap hari Jumat beberapa waktu sebelum maklumat penting tersebut diproklamasikan oleh pemerintah sebagai reaksi atas pendaftaran dan pengakuan Hak Kekayaan Intelektual oleh Malaysia terhadap kain batik .
Salah satu motif Batik Banyuwangi |
Banyuwangi juga memiliki beragam corak batik namun belum banyak dikenal masyarakat luas. Corak-corak batik tersebut antara lain : Gajah oling, Kangkung Setingkes, Alas Kobong, Paras Gempal, Kopi Pecah, Gèdèkan, Ukel, Moto Pitik, Sembruk Cacing, Blarak Semplah, Gringsing, Sekar Jagad. Dan salah satu motif andalan batik Banyuwangi yang sudah cukup naik daun dan sangat berpotensi untuk bisa disejajarkan dalam katalog batik nasional adalah batik Gajah Oling. Ciri utamanya adalah adanya gambar Gajah Oling sebagai bentuk dasar dan motif utama dalam mendesain corak kain batik yaitu berbentuk seperti tanda tanya terbalik.
![]() |
Motif Batik Gajah Oling |
Dan dalam perkembangannya, berdasarkan cara pembuatannya maka dikenal tiga jenis batik Gajah Oling yaitu batik tulis, semi tulis dan cap. Selain dari cara pembuatannya, faktor lain yang berpengaruh terhadap harga jualnya adalah jenis bahan kain yang digunakan untuk membuat batik. Harga termahal batik gajah Oling adalah yang berbahan sutra dan dibuat dengan ditulis. Batik gajah oling memiliki peluang pasar yang sangat mungkin bergerak kondusif melalui sentuhan kreatifitas dan daya artitistik karena selain ikon gajah oling motif lainnya bisa di desain secara variable terbuka. Jadi kita bisa membuat rancangan motif sendiri kalau menginginkan batik gajah oling yang spesifik sesuai sense personal kita. Maka tidak berlebihan jika saya mengatakan motif gajah oling sebagai batik lokal Banyuwangi akan bisa memperkaya koleksi batik Nasional sebagai warisan budaya.
Trend setter fashion yang sangat welcome untuk padu padan kain batik sehingga bisa dikenakan dalam berbagai acara dan kesempatan baik formal maupun non formal menjadikan batik sebagai pakaian lintas sosial ekonomi, gender dan usia. Mulai dari TK sudah dikenalkan dan dibiasakan untuk mengenakan seragam batik, maka secara naturally rasa comfort dan bangga menggunakan batik akan terpola sejak dini. Dan saya yang dulunya ogah-ogahan jika di suruh menggunakan batik, sekarang justru sebaliknya. Seiring Perkembangan corak dan motif kain batik yang berpadu padan dengan warna-warna cerah, maka perlahan membuat saya mulai jatuh hati dengan batik.
Bangga Pakai Baju Batik Yukkk...”batik”kan hari-hari kita. Cheerrsssss......... |
Love is process...tak terkecuali terhadap kain batik, ternyata perlu pengenalan juga.
Postingan ini Disertakan pada lomba Blog Entry bertema
Batik Indonesia, kerja sama Blogfam & www.BatikIndonesia.com
Batik Indonesia, kerja sama Blogfam & www.BatikIndonesia.com